Anda di halaman 1dari 30

QUR’AN,HADITS DAN IJTIHAD SEBAGAI

SUMBER HUKUM ISLAM

O
L
E
H

NAMA : BQ.VIONA ARIJ INAS ZAHRA


NO.ABSEN : 08
KELAS : X MIPA 6
PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Di dalam ajaran agama islam terdapat hukum atau aturan perundang-undangan
yang harus dipatuhi oleh setiap umat karena berasal dari Al-Qur'an dan Hadist.
Hukum islam yang disebut juga sebagai hukum syara' terdiri atas lima komponen
yaitu antara lain wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.

Penjelasan dan Pengertian/Arti Definisi Hukum-Hukum Islam :

1. Wajib (Fardhu)

Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh pemeluk agama islam yang
telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : solat lima waktu, pergi haji
(jika telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain.

Wajib terdiri atas dua jenis/macam :


- Wajib 'ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim
mukalaf seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan
lain-lain.
- Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff
namun jika sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi
yang lain seperti mengurus jenazah.

2. Sunnah/Sunnat

Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala
dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat sunnat, puasa senin
kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain sebagainya.

Sunah terbagi atas dua jenis/macam:


- Sunah Mu'akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW
seperti shalat ied dan shalat tarawih.
- Sunat Ghairu Mu'akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
3. Haram

Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh
umat muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat
dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum minuman keras,
zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.

4. Makruh

Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi
jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah
SWT. Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram).

5. Mubah

Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak
akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum,
belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.

DALIL – DALIL
A.PERINTAH WAJIB SHOLAT
PENGERTIAN SHOLAT
Shalat (‫ )صاله‬berasal dari kata bahasa arab yang bermakna “doa”. Sedangkan
menurut istilah shalat adalah rangkaian ibadah khusus yang dimulai dengan takbir (
‫ )هللا اكبر‬dan diakhiri dengan salam. Ketika seorang Muslim shalat, maka ia
menghadapkan hatinya kepada Allah ‫ ﷻ‬sebagai bentuk ibadah wajib bagi
muslim laki-laki dan perempuan, berupa perkataan dan perbuatan (gerakan)
tertentu yang didasarkan pada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

DALIL TENTANG WAJIB SHOLAT


Ada begitu banyak dalil-dalil yang menjelaskan tentang wajibnya shalat bagi setiap
Muslim, baik dari Al-Quran maupun Hadits Nabi ‫ﷺ‬. Berikut ini
diantaranya

َ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُو ْا ٱل َّز َك ٰوةَ َو ۡٱر َك ُعو ْا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬


َّ ‫َوأَقِي ُمو ْا ٱل‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’. (Q.S. Al-Baqarah : 43)
Dalam ayat lain disebutkan :

َّ ‫صلَ ٰو ۖةَ إِنَّ ٱل‬


ُ ‫صلَ ٰوةَ ت َۡن َه ٰى َع ِن ۡٱلفَ ۡحشَٓا ِء َو ۡٱل ُمن َك ۗ ِر َولَ ِذ ۡك ُر ٱهَّلل ِ أَ ۡكبَ ۗ ُر َوٱهَّلل‬ ِ َ‫ۡٱت ُل َمٓا أُو ِح َي إِلَ ۡي َك ِمنَ ۡٱل ِك ٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬
َ‫َصنَعُون‬ ۡ ‫يَ ۡعلَ ُم َما ت‬ 
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut : 45)
Dalam sebuah hadits disebutkan :

َّ ‫سلَّ َم ا ْل َع ْه ُد الَّ ِذي بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُه ْم ال‬


ُ‫صاَل ة‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن بُ َر ْي َدةَ عَنْ أَبِي ِه قَا َل قَا َل َر‬
‫فَ َمنْ تَ َر َك َها فَقَ ْد َكفَ َر‬
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat,
maka barangsiapa yang meninggalkannya maka dia sungguh telah kafir.” (H.R.
Tirmidzi No. 2545)
Dalam sebuah hadits, Dari Muadz bin Jabal, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫سنَا ِم ِه ا ْل ِج َها ُد‬


َ ُ‫صاَل ةُ َو ِذ ْر َوة‬
َّ ‫ساَل ُم َو َع ُمو ُدهُ ال‬ ُ ‫َر ْأ‬
ْ ِ ‫س اأْل َ ْم ِر اإْل‬
“Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan
puncaknya adalah jihad.” (H.R. Tirmidzi No. 2541)
Syarat-Syarat Shalat
1. Islam
2. Baligh dan Berakal (tidak gila)
3. Suci dari Hadas atau Najis (dengan cara berwudhu atau Mandi Janabah)
4. Suci dari najis pada pakaian, dan tempat shalat
5. Menutup aurat
Aurat laki-laki : Antara pusat dan lutut
Aurat Perempuan : Seluruh Tubuh kecuali Wajah dan Telapak tangan
6. Telah masuk waktu shalat
6. Menghadap kiblat
6. Mengetahui tata cara shalat dengan benar sesuai sunnah

B.PERINTAH WAJIB PUASA


Dalil-dalil tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam nash-
nash Al-Qur`an dan Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Ta’âla,
َ‫ت َف َمنْ َكان‬ ٍ ‫أَ َّيا ًما َم ْعدُودَا‬ . َ‫الص َيا ُم َك َما ُكت َِب َعلَى الَّذِينَ مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬ ِّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم‬
‫ِين َف َمنْ َت َط َّو َع َخ ْي ًرا َف ُه َو‬ ٍ ‫ِسك‬ ْ ‫س َف ٍر َف ِع َّدةٌ مِنْ أَ َّي ٍام أ ُ َخ َر َو َعلَى الَّذِينَ ُيطِ يقُو َن ُه فِدْ َي ٌة َط َعا ُم م‬ َ ‫ضا أَ ْو َعلَى‬ ً ‫ِم ْن ُك ْم َم ِري‬
‫ت‬ٍ ‫اس َو َب ِّي َنا‬ِ ‫ضانَ الَّذِي أ ُ ْن ِزل َ فِي ِه ا ْلقُ ْرآنُ هُدً ى لِل َّن‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ  . َ‫صو ُموا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َت ْعلَ ُمون‬ ُ ‫َخ ْي ٌر َل ُه َوأَنْ َت‬
‫س َف ٍر َف ِع َّدةٌ مِنْ أَ َّي ٍام أ ُ َخ َر ُي ِري ُد‬َ ‫ضا أَ ْو َعلَى‬ ً ‫ص ْم ُه َو َمنْ َكانَ َم ِري‬ ُ ‫ش ْه َر َف ْل َي‬
َّ ‫ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم ال‬َ ْ‫ان َف َمن‬ ِ ‫مِنَ ا ْل ُهدَى َوا ْلفُ ْر َق‬
. َ‫ش ُك ُرون‬ ْ ‫هَّللا ُ ِب ُك ُم ا ْل ُي ْس َر َواَل ُي ِري ُد ِب ُك ُم ا ْل ُع ْس َر َولِ ُت ْك ِملُوا ا ْل ِع َّد َة َولِ ُت َك ِّب ُروا هَّللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم َت‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa,
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di antara kalian sakit
atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari
yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan
hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian
mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi
manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib
berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi
kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan (bulan) itu dan hendaklah kalian
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya
kalian bersyukur.” [Al-Baqarah: 183-185]
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu
rukun Islam yang agung dan mulia,
َّ ِ‫ َوإِي َتاء‬، ‫الصالَ ِة‬
، ‫الز َكا ِة‬ َّ ‫ َوإِ َق ِام‬، ِ ‫سول ُ هَّللا‬ ُ ‫ش َهادَ ِة أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هَّللا ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬ َ ‫س‬ ٍ ‫ُبن َِي اإلِ ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ‫ضان‬ َ ‫ َو‬، ‫َوا ْل َح ِّج‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬
“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa
Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry
dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
َ ‫ َف َقال‬. َ‫ضان‬ َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ َ ‫ إِالَّ أَنْ َت َّط َّو َع َوصِ َيا ُم‬.َ‫ ال‬: َ ‫ َف َقال َ َهلْ َعلَ َّى َغ ْي ُرهُنَّ َقال‬. ‫ت فِى ا ْل َي ْو ِم َواللَّ ْيلَ ِة‬ ٍ ‫صلَ َوا‬َ ‫س‬ ُ ‫َخ ْم‬
‫الز َكا َة َف َقال َ َهلْ َعلَ َّى‬
َّ ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ُ ‫سول‬ ‫هَّللا‬ ُ ‫ َو َذ َك َر لَ ُه َر‬. ‫ إِالَّ أَنْ َت َّط َّو َع‬.َ‫ ال‬: َ ‫َهلْ َعلَ َّى َغ ْي ُر ُه َف َقال‬
َ ‫ َف َقال‬.‫ص ِم ْن ُه‬ ‫هَّللا‬
ُ ُ‫الر ُجل ُ َوه َُو َيقُول ُ َو ِ الَ أَ ِزي ُد َعلَى ه ََذا َوالَ أَ ْنق‬ َّ ‫ َقال َ َفأَدْ َب َر‬. ‫ إِالَّ أَنْ َت َّط َّو َع‬.َ‫ ال‬: َ ‫َغ ْي ُرهَا َقال‬
. ‫ص َد َق‬ َ ْ‫ أَ ْفلَ َح إِن‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ُ ‫سول‬‫هَّللا‬ ُ ‫َر‬
“Shalat lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam.” Maka, ia berkata,
“Apakah ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali
hanya ibadah sunnah. Juga puasa Ramadhan.” Maka, ia berkata, “Apakah ada
kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali hanya ibadah
sunnah,” dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban)
zakat terhadapnya. Maka, ia berkata, ‘Apakah ada kewajiban lain terhadapku?’
Beliau menjawab, ‘Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah.” Kemudian, orang
tersebut pergi seraya berkata, “Demi Allah, saya tidak akan menambah di atas hal
ini dan tidak akan menguranginya.’ Maka, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Ia telah beruntung apabila jujur.’.”
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhâry dan
Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh
Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu
‘anhu riwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-
Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya
kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan
tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam menjawab,
‫ضانَ َو َت ُح َّج‬ َ ‫صو َم َر َم‬ ُ ‫الز َكا َة َو َت‬ َّ ‫سول ُ هَّللا ِ َو ُتقِي َم‬
َّ ‫الصالَ َة َو ُت ْؤت َِى‬ ُ ‫ش َه َد أَنْ الَ إِلَ َه إِالَّ هَّللا ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
ْ ‫اإلِ ْسالَ ُم أَنْ َت‬
.ً‫س ِبيال‬ َ ‫اس َت َط ْع َت إِلَ ْي ِه‬
ْ ‫ا ْل َب ْي َت إِ ِن‬
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi
kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, engkau
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta berhaji ke
rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.”
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang
mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah
mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi secara darurat
dalam syariat Islam.

Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan
menunjukkan bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam


keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus.
Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan bergembira
terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa
keutamaan puasa. Di antaranya adalah:
 

Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.

Allah Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal shalih, yang


di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian
menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
‫أَ َعدَّ هَّللا ُ لَ ُه ْم َم ْغف َِر ًة َوأَ ْج ًرا َعظِ ي ًما‬
“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-
Ahzâb: 35]
 
Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka.
Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu,
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ٌ‫ام ُرؤ‬
‫صائِ ٌم‬ ْ ‫سا َّب ُه أَ َح ٌد أَ ْو َقا َتلَ ُه َف ْل َيقُلْ إِ ِّن ْي‬
َ ْ‫م َفالَ َي ْرفُ ْث َوالَ َي ْس َخ ْب َفإِن‬Qْ ‫ص ْو ِم أَ َح ِد ُك‬
َ ‫ص َيا ُم ُج َّن ٌة َفإِ َذا َكانَ َي ْو ُم‬
ِّ ‫َوال‬
“… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari
puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang
lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang
berpuasa.’.”
Juga dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu
‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِ ‫الص َيا ُم ُج َّن ٌة َك ُج َّن ِة أَ َح ِد ُك ْم مِنَ ا ْلقِ َت‬
‫ال‬ ِّ
“Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari
kalian pada peperangan.”
 

Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.


Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan
Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ َوأَ ْح‬،‫ص ِر‬
‫ َو َمنْ لَ ْم َي ْس َتطِ ْع َف َعلَ ْي ِه‬،‫صنُ لِ ْل َف ْر ِج‬ ُّ ‫ َفإِ َّن ُه أَ َغ‬،‫اع ا ْل َبا َء َة َف ْل َي َت َز َّو ْج‬
َ ‫ض لِ ْل َب‬ َ ‫اس َت َط‬ َّ ‫ش َر ال‬
ِ ‫ش َبا‬
ْ ‫ب َم ِن‬ َ ‫َيا َم ْع‬
َ َ
‫ فإِ َّن ُه ل ُه ِو َجا ٌء‬،‫الص ْو ِم‬ َّ ‫ِب‬
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah,
hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa
karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.”
 

Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.


Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi
tiga: sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan
larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa
telah melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal
menjalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal
meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa,
serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelemahan
pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang
berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang
yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
َ ‫اب ُرونَ أَ ْج َر ُه ْم ِب َغ ْي ِر ِح‬
ٍ ‫سا‬
‫ب‬ َّ ‫إِ َّن َما ُي َو َّفى‬
ِ ‫الص‬
“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka
dicukupkan tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]
 
Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.
 
Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau
wangian kasturi.

Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu


Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ َّ‫ف َقال َ هَّللا ُ َع َّز َو َجل َّ إِال‬
‫الص ْو َم َفإِ َّن ُه ل ِْي‬ ٍ ‫س ْب ِعمِا َئ ِة ضِ ْع‬ َ ‫ش َر أَ ْم َثالِ َها إِلَى‬
ْ ‫س َن ُة َع‬َ ‫ف ا ْل َح‬ َ ‫ُكل ُّ َع َم ِل ا ْب ِن آدَ َم ُي‬
ُ ‫ضا َع‬
.ِ‫ان َف ْر َح ٌة عِ ْندَ ف ِْط ِر ِه َو َف ْر َح ٌة عِ ْندَ لِ َقاءِ َر ِّبه‬
ِ ‫صائ ِِم َف ْر َح َت‬َّ ‫ش ْه َو َت ُه َو َط َعا َم ُه مِنْ أَ ْجل ِْي َولِل‬
َ ‫َوأَ َنا أَ ْج ِز ْي بِ ِه َي َد ُع‬
ْ ‫يح ا ْلم‬ ‫هَّللا‬ ُ ‫وف فِي ِه أَ ْط َي‬ُ ُ‫َولَ ُخل‬
ِ‫ِسك‬ ِ ‫ب عِ ْن َد ِ مِنْ ِر‬
“Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai
tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung-
guhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan
pahalanya karena (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya
karena Aku.’ Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika
dia berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya.
Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)
 

Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka
sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun.Dalam hadits Abu Sa’id Al-
Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س ْبعِينَ َخ ِري ًفا‬ ‫هَّللا‬ ‫سبِ ِ هَّللا‬


ِ ‫يل ِ إِالَّ َبا َعدَ ُ بِ َذلِ َك ا ْل َي ْو ِم َو ْج َه ُه َع ِن ال َّن‬
َ ‫ار‬ ُ ‫َما مِنْ َع ْب ٍد َي‬
َ ‫صو ُم َي ْو ًما فِى‬
“Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena
(amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh
perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”
 

Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.

Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry


dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫صائِ ُمونَ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة الَ َيدْ ُخل ُ َم َع ُه ْم أَ َح ٌد َغ ْي ُر ُه ْم ُي َقال ُ أَ ْين‬ َّ ‫إِنَّ فِي ا ْل َج َّن ِة َبا ًبا ُي َقال ُ َل ُه‬
َّ ‫الر َّيانُ َيدْ ُخل ُ ِم ْن ُه ال‬
َ ُ
‫صائِ ُمونَ َف َيدْ ُخلُونَ ِم ْن ُه َفإِ َذا د ََخل َ آ ِخ ُر ُه ْم أ ْغل َِق َفلَ ْم َيدْ ُخلْ ِم ْن ُه أ َح ٌد‬ َّ ‫ال‬
“Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyân. Orang-orang
yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun
yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang
berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah
masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.”
 

Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.


Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry
dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ف‬ ِ ‫صدَ َق ُة َواألَ ْم ُر بِا ْل َم ْع ُرو‬ َّ ‫الصالَةُ َوال‬ ِ ‫الر ُج ِل ف ِْي أَهْ لِ ِه َو َمالِ ِه َو َن ْفسِ ِه َو َولَ ِد ِه َو َج‬
ِّ ‫ار ِه ُي َك ِّف ُرهَا‬
َّ ‫الص َيا ُم َو‬ َّ ‫فِ ْت َن ُة‬
‫َوال َّن ْه ُى َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر‬
“Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat
ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar ma’ruf dan nahi
mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ات َما َب ْي َن ُهنَّ إِ َذا‬
‫اج َت َن َب ا ْل َك َبائ َِر‬ ٌ ‫ضانَ ُم َك ِّف َر‬
َ ‫ضانُ إِلَى َر َم‬ َ ‫س َوا ْل ُج ُم َع ُة إِلَى ا ْل ُج ُم َع ِة َو َر َم‬
ُ ‫ات ا ْل َخ ْم‬ُ ‫صلَ َو‬َّ ‫ال‬
“Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan,
adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang
ia menjauhi dosa besar.”
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran
sumpah[1], zhihâr [2], sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz
Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja[4], dan
pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].
 

Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke


dalam surga.
Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan
lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi
wa sallam,
َّ ‫ َقال َ َعلَ ْي َك ِبال‬. ‫سول َ هَّللا ِ َف ُم ْرن ِْي ِب َع َم ٍل أَدْ ُخل ُ ِب ِه ا ْل َج َّن َة‬
.‫ص ْو ِم َفإِ َّن ُه الَ ِم ْثل َ لَ ُه‬ ُ ‫َيا َر‬
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang
dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah,
karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”
 

Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat.


Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ش ِّف ْعن ِْي‬َ ‫ار َف‬
ِ ‫ت ِبال َّن َه‬ َّ ‫الط َعا َم َوال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ َّ ‫الص َيا ُم أَ ْي َر ِّب َم َن ْع ُت ُه‬ِّ ُ ‫ان لِ ْل َع ْب ِد َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َيقُول‬
ِ ‫ش َف َع‬
ْ ‫ص َيا ُم َوا ْلقُ ْرآنُ َي‬
ِّ ‫ال‬
.‫ان‬
ِ ‫شف َع‬ َّ َ َ
َ ‫ قال َ ف ُي‬.ِ‫شف ْعن ِْي فِيه‬ ِّ َ َّ ُ ْ ُ
َ ‫ َو َيقول ُ الق ْرآنُ َم َن ْع ُت ُه ال َّن ْو َم ِبالل ْي ِل ف‬.ِ‫فِيه‬
“Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari
kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan
dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at
baginya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka
izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka,
keduanya mendapat izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad,
Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh
Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395)
 

Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka
ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ َ‫ص ِّفد‬
َّ ‫ت ال‬
ُ‫ش َياطِ ين‬ ُ ‫اب ا ْل َج َّن ِة َو ُغلِّ َق ْت أَ ْب َو‬
ِ ‫اب ال َّن‬
ُ ‫ار َو‬ ُ ‫ضانُ ُف ِّت َح ْت أَ ْب َو‬ َ ‫إِ َذا َج‬
َ ‫اء َر َم‬
“Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
dan syaithan-syaithan dibelenggu.”
 

Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal
mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,


Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ِسا ًبا ُغف َِر لَ ُه َما َت َقدَّ َم مِنْ َذ ْنبِ ِه‬ ْ ‫ضانَ إِي َما ًنا َو‬
َ ‫احت‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ ْ‫َمن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap
pahola, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

C.PERINTAH MAKAN DAN MINUM


Perintah Makan Makanan yang Halal dan Baik (Surat Al-Baqarah ayat 168-171)

)168( ٌ‫ان إِ َّن ُه َل ُك ْم َع ُدوٌّ م ُِبين‬ َ ‫ت ال َّشي‬


ِ ‫ْط‬ ُ ‫ض َحاَل اًل َط ِّيبًا َواَل َت َّت ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ْ‫َياأَ ُّي َها ال َّناسُ ُكلُوا ِممَّا فِي اأْل َر‬
ُ ‫) َوإِ َذا قِي َل لَ ُه ُم ا َّت ِبعُوا َما أَ ْن َز َل هَّللا‬169( ‫ُون‬ َ ‫إِ َّن َما َيأْ ُم ُر ُك ْم ِبالسُّو ِء َو ْال َفحْ َشا ِء َوأَنْ َتقُولُوا َعلَى هَّللا ِ َما اَل َتعْ لَم‬
َ ‫) َو َم َث ُل الَّذ‬170( ‫ون‬
‫ِين‬ َ ‫ون َش ْي ًئا َواَل َي ْه َت ُد‬ َ ‫َقالُوا َب ْل َن َّت ِب ُع َما أَ ْل َف ْي َنا َعلَ ْي ِه َءا َبا َء َنا أَ َولَ ْو َك‬
َ ُ‫ان َءا َباؤُ ُه ْم اَل َيعْ قِل‬
)171( ‫ون‬ َ ُ‫ص ٌّم ُب ْك ٌم عُمْ ٌي َف ُه ْم اَل َيعْ قِل‬ُ ‫ِق ِب َما اَل َيسْ َم ُع إِاَّل ُد َعا ًء َو ِندَا ًء‬ ُ ‫َك َفرُوا َك َم َث ِل الَّذِي َي ْنع‬
(168) Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

(169) Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

(170) Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

(171) Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti
penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan
dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak
mengerti.

Kelompok ayat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kelompok ayat
sebelumnya, mulai dari ayat 164. Di sana diungkapkan bahwa penciptaan langit
dan bumi, siang malam, perjalanan di laut, manfaat air hujan dan berhembusnya
angin di atmosfir bumi, semuanya dapat menyadarkan umat manusia akan
kekuasaan dan keagungan Allah swt. Namun demikian ada saja, dan bahkan
banyak, orang yang tidak mau memetik pelajaran dari peristiwa alam yang sangat
nyata itu. Berbahagialah orang yang bertambah imannya dengan meresapi
peristiwa alam sebagai bukti keagungan Allah swt. Orang kafir kelak akan
menyesal dan ingin rasanya kembali diberi kesempatan hidup lagi di dunia untuk
menebus kesalahan mereka, tetapi nasi sudah menjadi bubur.

Pada ayat 168 ini Allah menyebut bumi lagi. Di Bumi ada makanan buat umat
manusia. Seperti pada kelompok ayat di atas, di sini Allah menyeru kepada seluruh
umat manusia, bukan hanya orang beriman, agar memilih makanan yang halal dan
yang bagus (thayyib). Tentu, praktik yang diperintahkan ini oleh Allah dijamin
mendatangkan keuntungan dalam kesehatan, baik kesehatan fisik maupun psikis,
baik individu maupun sosial.
Kata thayyib yang dinisbahkan kepada makanan sering kali disertai dengan
kata halal. Misalnya perintah Allah agar makan rezeki yang halal lagi thayyib yang
disebutkan dalam Al-Baqarah: 168, Al-Maidah: 88,

… ‫وكلوا مما رزقكم هللا حالال طيبا واتقوا هللا الذى انتم به مؤمنون‬

Al-Anfal: 69,

‫فكلوا مما غنمتم حالال طيبا واتقوا هللا إن هللا غفور رحيم‬

An-Nahl: 114.

‫ نعمة هللا إن كنتم إيه تعبدون‬A‫فكلوا مما رزقكم هللا حالال طيبا واشكروا‬

Terkadang Allah menyebut makanan atau rezeki dengan


label thayyib/thayyibat tidak disertai kata halal. Misalnya firman Allah: “…
makanlah dari yang baik-baik (thayyibat) dari apa yang Kami berikan rezeki
kepada kalian….”.

ِ ‫ُكلُوا مِنْ َط ِّي َبا‬


…]81 :‫ طه‬,160 :‫ االعراف‬,172 ,57/‫م… [البقرة‬Aْ ‫ت َما َر َز ْق َنا ُك‬

Contoh lain adalah firman Allah:  “Wahai orang-orang mukmin, keluarkanlah


infaq dari yang baik-baik (thayyibat) dari hasil usaha kalian….”

ِ ‫ِين آَ َم ُنوا أَ ْنفِقُوا مِنْ َط ِّي َبا‬


]267/‫ت َما َك َس ْب ُت ْم [البقرة‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬

Terkadang label thayyib untuk menjelaskan kata halal. Misalnya dalam surah al-


Maidah: 4 disebutkan, “Mereka bertanya kepadamu, makanan mana yang halal?
Katakanlah, dihalalkan kepadamu makanan yang thayyibat.” Berdasarkan beberapa
ayat di atas, tampaknya kata thayyib yang mandiri mengandung pengertian halal.

Kata thayyib dikontraskan dengan khabâits. Misalnya surah Al-A’raf: 157


menyatakan “Allah menghalalkan bagi mereka yang thayyib dan mengharamkan
mereka yang khabâits….”

Menurut bahasa, halal berasal dari kata hill (‫ )حل‬artinya terlepas, terbebas, lawan


dari kata ‘aqdun (‫ )عقد‬artinya terikat. Barang halal adalah barang yang terbebas,
terlepas, dibolehkan untuk diperlakukann, sedangkan lawannya adalah barang yang
terikat, tidak boleh diperlakukan. Tidak diragukan bahwa halal adalah
lawan haram. Rezeki halal adalah rezeki yang zatnya dan cara memperolehnya
diperbolehkan oleh Islam. Contoh rezeki yang halal zatnya adalah hewan pada
umumnya seperti ayam, kambing, ikan laut. Kemudian, rezeki yang diperoleh
dengan cara menipu, korupsi, mencuri, adalah haram meskipun termasuk jenis
rezeki halal. Banyak cara memperoleh rezeki yang diharamkan, banyak pula cara
yang dihalalkan. Jadi, rezeki halal adalah, rezeki yang, baik zat maupun cara
memperolehnya halal.

Thayyib mengandung arti baik, berkualitas dan bermanfaat. Label thayyib dalam


Al-Qur’an tidak hanya dinisbatkan kepada jenis makanan, tetapi dinisbatkan juga
pada beberapa hal. Ia dinisbatkan kepada keturunan (dzurriyyah) thayyibah,
kalimah thayyibah, pohon (syajarah) thayyibah, tempat-tempat
(masâkina) thayyibah, negeri (baldah) thayyibah, penghargaan
(tahiyyatan) thayyibah, hembusan angin (rîh) thayyibah. Semua kata yang diberi
sifat thayyibah adalah berkualitas, baik, dan memberi manfaat.

Perlu dicatat di sini bahwa makanan yang thayyib itu secara subjektif belum tentu
baik dan bermanfaat. Misalnya, ada orang tertentu yang karena gangguan
kesehatan dilarang minum kopi, makan daging kambing, yang secara obyektif
disebut sebagai makanan thayyib dan halal zatnya. Atas pertimbangan tersebut,
makanan jenis ini tidak mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi orang tertentu,
karenanya harus dihindari. Ada juga orang yang secara subjektif tidak pantang
sama sekali, tetapi sekedar membatasi kuantitasnya.

Banyak orang pada usia tertentu mengalami gangguan kesehatan seperti kolesterol,
atau diabetes melitus. Oleh dokter mereka tidak dibenarkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan mengandung kadar gula seperti
orang normal mengkonsumsinya. Di sini, meskipun menurut orang yang
kesehatannya normal kolesterol dan gula itu jenis makanan yang thayyib, tetapi
bagi “si penderita,” jenis makanan itu tidak thayyib. Dengan kesadaran beragama,
si penderita harus mengakui bahwa jenis makanan tersebut tidak thayyib, harus
disingkiri sesuai petunjuk ilmu kedokteran. Inilah yang dimaksud thayyib subjektif
itu.

Perintah Al-Qur’an agar mengkonsumsi makanan yang halal


dan thayyib menunjukkan kasih sayang Allah kepada semua umat manusia.
Mereka diundang untuk menjaga kesehatan melalui konsumsi makanan. Benar
juga rasanya, karena gangguan kesehatan selalu disebabkan oleh pola makan.
Orang yang membangkang dari petunjuk ini berarti menyengaja membawa dirinya
ke jurang kehancuran, yang dalam bahasa agama disebut melaksanakan ajakan
setan. Karena itu Al-Qur’an menyatakan “dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Di sini, orang non muslim pun (karena termasuk bagian dari umat manusia yang
dipanggil) diingatkan agar tidak mengikuti petunjuk setan, dimulai dari konsumsi
makanan. Melepaskan hubungan dengan setan sedikit demi sedikit akan mengantar
manusia menjadi orang beriman yang berkualitas. Karena sebenarnya manusia itu
dalam hal mengikuti petunjuk setan juga dengan cara selangkah demi selangkah,
dalam bahasa Al-Qur’an dalam ayat ini disebut khuthuwâtisy syaithân ( ‫ت‬ ُ ‫ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬
ِ ‫)ال َّش ْي َط‬.
‫ان‬

Di muka disebutkan bahwa label halal untuk makanan mengandung maksud agar ia


diperoleh dengan cara yang benar. Adapun kehalalan dari segi zat akan dibicarakan
pada kajian ayat 172 nanti. Seruan mengambil yang halal dan menjauhi langkah
setan relevan dengan kehidupan hedonisme yang dipraktekkan oleh mereka yang
suka melakukan kecurangan dalam mengais rezeki.

Ayat 169 Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu
berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui.” Ini mengandung maksud bahwa orang yang menasarufkan dan memakan
barang yang haram dan yang kotor, hina dan tidak berkualitas termasuk mengikuti
jejak setan. Kemudian diingatkan bahwa setan akan terus menerus mengajak orang
berbuat jahat dan keji.

Ada baiknya ayat yang membicarakan tentang cara memperoleh rezeki dengan
mengikuti langkah setan ini diasosiasikan dengan nuansa orang yang mengejar
kekayaan dan kesenangan duniawi melalui perdukunan. Orang yang terbiasa
mencari rezeki berdasarkan petunjuk dukun tidak bisa membedakan mana yang
halal dan mana yang haram. Mereka habis-habisan membela sang dukun meskipun
ajarannya menyimpang jauh dari ajaran Al-Qur’an. Kalau perlu mereka
mengatakan bahwa sang dukun mendapatkan wangsit dari Allah untuk
menunjukkan cara memperoleh rezeki yang melimpah.

Sementara, sang dukun yang suka bersemedi dan beragama Islam dalam KTP-nya
itu tidak pernah melaksanakan perintah agama. Ia sembahyang dengan caranya
sendiri tetapi tidak shalat. Bahkan ketika disuruh membaca al-Fatihah, sang dukun
tidak hafal. Tetapi para pengikutnya yang masih dalam kungkungan setan masih
menyatakan bahwa sang dukun adalah orang Islam taat, sesama orang Islam tidak
perlu memperpanjang permusuhan. Inilah agaknya yang dimaksudkan ungkapan
“dan kamu mengatakan tentang Allah tentang apa yang kamu tidak
mengetahuinya.”

Ayat 170 menyatakan Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang
telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

Masyarakat tradisional pada umumnya melaksanakan seremoni dan ritual


berdasarkan apa yang mereka peroleh dari nenek moyang, yang otoritasnya di
tangan sang dukun seperti disebut di muka. Semua yang mentradisi dan
membudaya itu dirasakan benar adanya. Sulit rasanya menerima pandangan,
pemikiran dan ajaran baru yang berbeda dari tradisi mereka selama ini. Saking
lengketnya tradisi pada diri mereka, misalnya berupa seni tertentu, mereka merasa
perlu melestarikan bahkan memamerkannya terhadap masyarakat luar, kalau perlu
terhadap masyarakat modern sekalipun.

Setiap kali ada kunjungan dari luar, mereka mempertontonkan kehebatan tradisi
itu. Mereka tidak bisa lagi mempertimbangkan bahwa ada tradisi dan budaya lain
yang membawa mereka lebih maju. Karenanya wajar bila mereka senang
menerima kunjungan, tetapi tidak melakukan kunjungan balasan. Kata Sutan
Takdir Ali Syahbana, mereka seperti penghuni kebun binatang, suka menari dan
memamerkan kebolehan mereka, tak peduli bahwa pengunjung itu lebih hebat dari
mereka. Agaknya demikianlah setan menjaga kelestarian apa yang diperoleh dari
nenek moyang agar kebenaran tidak bisa diterima.

Ayat ini dapat menggiring pikiran melihat sikap dan prilaku para koruptor karena
berkaitan dengan pembicaraan tentang memakan harta yang halal dan thayyib.
Mereka sebenarnya mengetahui bahwa korupsi itu tidak benar karena merugikan
rakyat dan negara. Mereka juga sadar bahwa mereka sedang mengikuti langkah
setan. Tetapi mereka mendapati prilaku korupsi itu dari generasi sebelumnya, yang
dalam bahasa Al-Qur’an disebut “diperoleh dari nenek moyang.”

Ketika diingatkan bahwa itu tindakan salah, meskipun tidak menjawab eksplisit,
mereka menjawab dalam hati, bahwa korupsi yang mereka lakukan adalah warisan
sistematis dari generasi sebelumnya, karenanya masih perlu dilestarikan. Agaknya
pengaruh setan sudah begitu mendalam sehingga sulit bagi mereka mengelak
darinya. Bahkan, mereka sudah sampai pada tingkat berposisi sebagai setan, malah
dapat menggantikan fungsi setan. Seolah, andainya setan mau agak santai
menggoda, tidak perlu khawatir pekerjaannya terbengkalai karena pekerjaan
menggoda tersebut sudah diambil alih oleh manusia yang kerasukan setan cukup
mendalam tadi.

Ayat 171 menyatakan: “Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang


kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar
selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu)
mereka tidak mengerti.” Di sini Al-Qur’an menjelaskan bahwa para pengikut setia
setan disebut orang kafir. Sebagaimana sering dijelaskan bahwa kafir artinya tutup,
maka orang kafir adalah mereka yang tertutup pikiran dan kalbunya dari menerima
kebenaran. Begitulah sakti dan dahsyatnya kekuatan setan mempertahankan dan
menyebarkan kebatilan.

D.LARANGAN BERZINA

AYAT TENTANG LARANGAN BERZINA

Ada banyak alquran yang menjelaskan tentang perbuatan zina. Beberapa diantara
nya yaitu sebagai berikut :
1. Alquran Surat Al-Isra' Ayat 32
Ayat alquran tentang zina yang pertama yaitu alquran surat Al Isra' 32. Dalam ayat
ini dijelaskan bahwa kita dilarang mendekati zina dengan melakukan hal-hal yang
mengarah kepadanya. Sebab zina adalah perbuatan keji yang sangat jelas
keburukannya. Jalan itu adalah merupakan jalan yang paling buruk.

‫ان َفا ِح َش ًة َو َسا َء َس ِبي ًل‬ ِّ ‫َواَل َت ْق َربُوا‬


َ ‫الز َنا ۖ إِ َّن ُه َك‬

Artinya :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

2. Alquran Surat Al Furqan Ayat 68


Dalam surat ini dijelaskan tentang akan ada balasan atas dosa perbuatan zina yang
akan Allah berikan kelak di hari akhir.

‫ون ۚ َو َمنْ َي ْف َع ْل ٰ َذل َِك َي ْل َق‬


َ ‫س الَّتِي َحرَّ َم هَّللا ُ إِاَّل ِب ْال َح ِّق َواَل َي ْز ُن‬ َ ‫ُون َم َع هَّللا ِ إِ ٰلَهًا‬
َ ُ‫آخ َر َواَل َي ْق ُتل‬
َ ‫ون ال َّن ْف‬ َ ‫َوالَّذ‬
َ ‫ِين اَل َي ْدع‬
‫أَ َثامًا‬

Artinya :
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu,
niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),

3. Alquran Surat An Nur Ayat 2-5


Surat An-Nur Ayat 2
Ayat ini mengatur hukuman bagi pelaku zina yang berlaku pada pezina laki-laki
dan perempuan yang belum menikah, yakni bahwa keduanya didera seratus kali.
Sedangkan yang sudah menikah, maka As Sunnah menerangkan, bahwa hadnya
adalah dengan dirajam.Yakni memukul kulitnya (mencambuk).
ْ ْ
ِ ‫ون ِباهَّلل‬ ِ ‫ َفاجْ لِ ُدوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َما مِا َئ َة َج ْل َد ٍة ۖ َواَل َتأ ُخ ْذ ُك ْم ِب ِه َما َرأ َف ٌة فِي د‬A‫الزا ِني‬
َ ‫ِين هَّللا ِ إِنْ ُك ْن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُن‬ َّ ‫الزا ِن َي ُة َو‬
َّ
‫ِين‬َ ‫د َع َذا َب ُه َما َطا ِئ َف ٌة م َِن ْالم ُْؤ ِمن‬Aْ‫َو ْال َي ْو ِم اآْل خ ِِر ۖ َو ْل َي ْش َه‬
Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Surat An-Nur Ayat 3


Berkaitan dengan dalil alquran tentang zina, dalam ayat ini dijelaskan bahwa laki-
laki yang kotor, yang terbiasa melakukan zina, hanya ingin menikahi wanita yang
kotor yang juga terbiasa melakukan zina atau wanita musyrik. (1) Begitu juga,
wanita yang kotor dan terbiasa melakukan zina hanya diminati oleh laki-laki yang
dikenal terbiasa melakukan zina atau laki-laki musyrik. Pernikahan seperti itu tidak
pantas terjadi di kalangan orang-orang Mukmin, karena mengandung unsur
menyerupai mereka dalam tindakan fusûq (keluar dari aturan-aturan agama) dan
rawan tuduhan.

َ ‫ك ۚ َوحُرِّ َم ٰ َذل َِك َعلَى ْالم ُْؤ ِمن‬


‫ِين‬ ٌ ‫ان أَ ْو ُم ْش ِر‬ َّ ‫الزانِي اَل َي ْن ِك ُح إِاَّل َزا ِن َي ًة أَ ْو ُم ْش ِر َك ًة َو‬
ٍ ‫الزا ِن َي ُة اَل َي ْن ِك ُح َها إِاَّل َز‬ َّ
Artinya :

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas oran-orang yang mukmin.

Surat An-Nur Ayat 4


Memang hukuman orang yang berzina sangatlah berat. Namun, ketika kita
menjatuhi hukuman orang berzina, kita harus hati-hati. Orang-orang yang
melontarkan tuduhan zina kepada wanita-wanita yang menjaga kesuciannya tanpa
dapat mendatangkan empat orang saksi yang membenarkan tuduhannya,
hukumannya adalah delapan puluh cambuk dan dengan tidak lagi menerima
persaksian mereka atas perkara apa pun selamanya. Sebab, mereka memang pantas
disebut sebagai orang-orang yang keluar dari batas-batas agama.

Aَ ‫ِين َج ْلدَ ًة َواَل َت ْق َبلُوا لَ ُه ْم َش َهادَ ًة أَ َب ًدا ۚ َوأُو ٰلَ ِئ‬


‫ك‬ ُ ‫ت ُث َّم لَ ْم َيأْ ُتوا ِبأَرْ َب َع ِة‬
َ ‫ش َهدَا َء َفاجْ لِ ُدو ُه ْم َث َمان‬ َ ْ‫ُون ْالمُح‬
ِ ‫ص َنا‬ َ ‫َوالَّذ‬
َ ‫ِين َيرْ م‬
َ ُ‫ُه ُم ْال َفاسِ ق‬
‫ون‬

Artinya :
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

Surat An-Nur Ayat 5


Ayat ini merupakan lajutan dari ayat ke empat. Berkenaan dengan kesalahan dalam
menuduh orang yang berzina, jika di antara mereka ada yang bertobat dan
menyatakan penyesalan terhadap maksiat yang dilakukannya itu, lalu berketetapan
hati untuk selalu taat, dan perilaku kesehariannya pun kemudian menunjukkan
kebenaran pertobatannya, maka Allah akan mengampuni dan tidak menyiksanya.

‫ِين َتابُوا مِنْ َبعْ ِد ٰ َذل َِك َوأَصْ لَحُوا َفإِنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َرحِي ٌم‬
َ ‫إِاَّل الَّذ‬

Artinya :
kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Demikian beberapa dalil ayat alquran yang menjelaskan tentang perbuatan zina.
Semoga bermanfaat untuk para pembaca dalam bertingkah laku. Jangan sampai
terjerumus dalam perbuatan zina. Selain itu pula, kita juga harus hati-hati dalam
menjatuhi hukuman orang yang berzina.

E.LARANGAN MINUM-MINUMAN KERAS


LARANGAN MINUMAN LKERAS DALAM ISLAM

Minuman keras atau yang juga dikenal sebagai minuman beralkohol adalah salah
satu minuman yang diharamkan dalam islam. Seorang muslim dilarang
mengkonsumsi minuman keras karena mudharatnya lebih besar dibandingkan
dengan manfaatnya. Selain itu, akibat minum minuman keras juga sangat fatal bagi
kesehatan sehingga jenis minuman ini diharamkan atau dilarang dalam islam.

Sebagai agama yang dirahmati Allah SWT dan mengajarkan kebenaran kepada
manusia, islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk mengkonsumsi makanan
halal dan menjauhi yang haram. Adapun Allah melarang suatu hal dalam islam
termasuk minuman keras tentunya dengan dasar-dasar tertentu. Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang larangan minuman keras, simak penjelasan berikut.

Pengertian Minuman Keras


Minuman keras atau yang juga dikenal sebagai minuman alkohol adalah minuman
haram dalam islam karena mengandung suatu senyawa yang disebut alkohol atau
ethanol. Adanya alkohol dalam minuman membuat minuman keras dapat
menghilangkan kesadaran seseorang dan membuatnya seperti hilang akal.

Ada banyak jenis minuman beralkohol yang beredar di kalangan masyarakat


termasuk minuman keras tradisional maupun minuman keras buatan pabrik.
Apapun jenis minuman keras tersebut, semua minuman yang mengandung alkohol
adalah haram dan tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh umat islam

Alasan Larangan Minuman Keras


Allah SWT melarang konsumsi minuman beralkohol atau minuman keras karena
minuman ini dapat mendatangkan mudharat atau keburukan bagi seseorang yang
mengkonsumsinya. Adapun mudharat yang dapat menjadi alasan mengapa
minuman ini diharamkan antara lain berikut ini larangan minuman keras dalam
islam :
1.Merusak Kesehatan

Seorang umat islam tentunya tidak boleh melakukan aniaya terhadap dirinya
sendiri dengan merusak organ tubuhnya maupun kesehatannya. Mengkonsumsi
alkohol bisa merusak kesehatan seseorang dan menyebabkan berbagai macam
penyakit dan gangguan dalam tubuh. Bukankah sudah banyak kita mendengar
berita tentang orang yang keracunan minum alkohol atau yang meninggal sesaat
setelah mengkonsumsi minuman keras.

2. Menghilangkan kesadaran

Manusia adalah makhluk yang berakal dan setiap tindakannya haruslah didasari
oleh akal sehat. Minuman keras dapat mengganggu kesadaran seseorang dan
menghilangkan akal sehatnya meskipun hanya saat ia mabuk atau sifatnya
sementara. Seseorang yang kehilangan kesadaran dan akal sehatnya mampu
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan termasuk menyakiti orang lain atau
melakukan tindak kriminal lainnya.

3. Menyebabkan kecanduan

Alkohol adalah zat adiktif dan dapat menyebabkan kecanduan. Hal ini juga bisa
berbahaya bagi tubuh karena jika dikonsumsi terus menerus alkohol dapat merusak
akal dan tubuh manusia. Selain itu kecanduan alkohol juga bisa menyebabkan
perilaku boros dan menghabiskan uang untuk membeli sesuatu yang tidak ada
manfaatnya. Menghabiskan harta untuk hal yang demikian tentunya sangat tidak
disukai oleh Allah SWT.

4. Merusak akhlak dan menurunkan produktivitas

Minuman keras tidak hanya menyebabkan kecanduan tetapi juga menurunkan


produktifitas dan merusak akhlak seseorang. Seseorang yang mabuk karena
mengkonsumsi minuman keras tidak bisa melakukan apapun dan ia tidak bisa
bekerja sebagaimana saat tersadarkan. Mereka yang mengkonsumsi alkohol juga
cenderung mudah emosi dan melakukan hal-hal yang tidak baik.

Masih banyak alasan yang mendasari mengapa alkohol dilarang dalam islam.
Larangan tersebut secara jelas dan nyata disebutkan dalam Alqur’an dan hadits
Rasulullah SAW.
Dalil Larangan Minuman Keras
Islam dengan jelas melarang minuman keras dan ini telah disebutkan dalam
Alqur’an dan hadits secara nyata. Minuman keras yang juga disebut dengan istilah
khamr, beberapa kali disebutkan dalam islam dan semua ayat tersebut melarang
umat muslim untuk meminum minuman keras. Adapun dasar hukum larangan
minuman keras tersebut antara lain

 Dosa Besar Meminum Khamr

Dalam surat Albaqarah ayat 219 Allah menyebutkan bahwa meminum minuman
keras atau khamr dan berjudi adalah dua hal yang memiliki dosa besar. Allah juga
menyebutkan bahwa mudharat khamr lebih besar daripada manfaatnya

dَ ‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما أَ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما ۗ َويَسْأَلُون‬


َ‫َك َما َذا يُ ْنفِقُون‬ ِ َّ‫ر ۖ قُلْ فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬dِ ‫ك ع َِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس‬ َ َ‫يَسْأَلُون‬
ٰ
ِ ‫قُ ِل ْال َع ْف َو ۗ َك َذلِكَ يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada


keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, “(QS Al Baqarah :
219)

 Larangan shalat dalam keadaan mabuk

Larangan mengenai minuman keras juga disebutkan dalam surat An Nisa ayat 43
sebagai berikut

‫يل َحتَّ ٰى‬ ٍ ِ‫ى َحتَّ ٰى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َواَل ُجنُبًا إِاَّل عَابِ ِري َسب‬dٰ ‫صاَل ةَ َوأَ ْنتُ ْم ُس َكا َر‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
َ
‫ى أَوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم م َِن ْال َغائِطِ أ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َء َفلَ ْم َت ِج ُدوا َما ًء َف َت َي َّممُوا‬dٰ ‫ض‬ َ ْ‫تَ ْغتَ ِسلُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
‫ان َعفُ ًّوا َغفُورً ا‬ َ
َ ‫م َوأ ْيدِي ُك ْم ۗ إِنَّ هَّللا َ َك‬Aْ ‫ ِبوُ جُو ِه ُك‬A‫ْسحُوا‬
َ ‫صعِي ًدا َط ِّيبًا َفام‬ َ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun.”  (QS An Nisa : 43)
 Meminum Khamr adalah perbuatan Syetan

Dalam surat Al Maidah disebutkan bahwa perbuatan meminum minuman keras


atau khamr adalah perbuatan syetan yang harus dihindari oleh umat muslim.

َ ‫ان َفاجْ َت ِنبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬


‫ُون‬ َ ‫م ِرجْ سٌ مِنْ َع َم ِل ال َّشي‬Aُ ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل‬
ِ ‫ْط‬ َ ‫ر َواأْل َ ْن‬Aُ ِ‫ِين آ َم ُنوا إِ َّن َما ْال َخمْ ُر َو ْال َميْس‬
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Qs Al Maidah : 90)

 Allah Melaknat mereka yang minum minuman keras

Dalam suatu hadits juga disebutkan bahwa Allah SWT mengutuk peminum khamr
dan penjualnya.

 “Allah melaknat (mengutuk) khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya,


pembelinya, pemeras bahannya, penahan atau penyimpannya, pembawanya, dan
penerimanya.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar).
Demikian alasan dan dasar larangan mengkonsumsi minuman keras dalam islam.
Semoga bermanfaat.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


PENGAMANAN UANG

Daftar Unsur Pengaman Uang Rupiah

nsur Pengaman Uang Rupiah


Pada ulang tahun Indonesia yang ke-75, Bank Indonesia mengeluarkan uang pecahan Rp

75.000 tahun emisi 2020 sebagai wujud syukur dan berbagi kebahagiaan kepada

masyarakat Indonesia. Tentu saja hal ini disambut secara antusias sehingga uang pecahan

Rp 75.000 ini ramai diburu oleh orang banyak bahkan ada yang sampai menjual uang ini.

Walau begitu, jika kamu merupakan salah seorang yang belum mendapatkan pecahan

uang baru tersebut, kamu tetap harus waspada ya karena tidak jarang ada kasus

pemalsuan uang baru dalam bentuk uang palsu dengan gambar yang persis dengan uang

baru, sampai susah untuk dibedakan. Jika kamu nggak teliti sedikit saja, bisa-bisa kamu

kena tipu deh.

Nah, jaga-jaga biar tidak kena tipu, ada baiknya memahami mengenai unsur-unsur

pengaman uang rupiah yuk! Bank Indonesia ingin memudahkan masyarakat dalam

mengidentifikasi keaslian uang Rupiah. Hal ini dimulai dari setiap pecahan uang Rupiah

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia memiliki ciri-ciri pengaman tertentu.

Unsur pengaman uang Rupiah mulai diperkuat dengan teknologi unsur pengaman terkini

yang memiliki tingkat keamanan lebih baik semenjak tahun 2016. Bank Indonesia

mengharapkan dengan adanya unsur pengaman uang Rupiah ini, diharapkan masyarakat

Indonesia akan semakin dapat mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah, sekaligus

mempersulit beredarnya pemalsuan uang. Unsur pengaman uang Rupiah meliputi bahan

uang dan bagaimana teknik cetaknya. Salah satu aspek yang penting pada saat itu adalah

memilih unsur pengaman.


Mengutip CNBC Indonesia, Bank Indonesia (BI) mengatakan setidaknya ada 15 unsur

pengaman uang rupiah, dari 15 unsur pengaman uang rupiah tersebut, sebanyak 13 unsur

diantaranya dapat dideteksi oleh masyarakat dengan menggunakan alat bantu seperti kaca

pembesar.

Unsur pengaman uang rupiah ditujukan untuk melindungi uang rupiah dari upaya

pemalsuan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Unsur pengaman uang

rupiah ini ada pada bahan uang dan teknik cetaknya. Lalu apa sajakah itu? Mengutip dari

situs resmi Bank Indonesia, berikut sedikit ulasannya:

●    Bahan Uang: uang kertas rupiah terbuat dari kertas khusus yang memiliki bahan

berupa serat kapas.

●    Warna: uang kertas rupiah punya warna uang yang terlihat terang dan jelas.

●    Benang Pengaman: salah satu unsur pengaman uang rupiah adalah memiliki benang

pengaman seperti hasil anyaman pada uang kertas rupiah dengan pecahan senilai Rp

100.000, Rp 50.000, dan Rp 20.000.

●    Punya tinta yang dapat berubah warna: gambar perisai yang mempunyai logo Bank

Indonesia, akan berubah warnanya apabila dilihat dari sudut pandang berbeda. Khusus di

uang kertas rupiah pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000, bisa berubah menjadi warna dari

merah menjadi hijau, sedangkan pada Rp 20,000 terjadi perubahan warna dari warna

hijau menjadi ungu.


●    Multicolour Latent Image (Gambar Tersembunyi Multiwarna): uang kertas rupiah

punya gambar tersembunyi multi warna pada pecahan Rp 100.000 dengan kombinasi

warna merah, kuning, dan hijau. Pecahan Rp 50.000 mempunyai kombinasi warna merah,

kuning, dan biru. Sedangkan pada pecahan Rp 20.000 terdapat kombinasi warna merah,

kuning, dan hijau.

●    Latent Image (Gambar Tersembunyi): di bagian depan, pada pecahan Rp 20.000, ada

tulisan “Bank Indonesia” dengan di bingkai persegi panjang dan dapat dilihat dari sudut

pandang tertentu. Selain itu, pada uang rupiah pecahan Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000

ada angka 5, 2, dan 1. Pada bagian belakang, terdapat juga angka nominal Rp 100, 50, 20,

dan 10 yang dapat dilihat pada Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, dan Rp 10.000.

●    Teknik Cetak Khusus: gambar yang terdapat pada uang kertas rupiah adalah gambar

utama, gambar lambang negara ‘Garuda Pancasila’, angka nominal, huruf terbilang, frasa

‘Negara Kesatuan Republik Indonesia’, dan tulisan ‘Bank Indonesia’ terasa kasar apabila

diraba.

●    Blind Code (Kode Tuna Netra) Ada dua garis di sisi kanan dan kiri uang yang terasa

kasar jika kamu diraba. Selain itu, terdapat watermark (Tanda Air)

dan electrotype (Ornamen).

●    Memiliki tanda air yang berupa gambar pahlawan dan ada pada semua pecahan uang

kertas: dalam ornamen tertentu, logo Bank Indonesia bisa terlihat apabila diterawang ke

arah cahaya.
●    Rectoverso (Gambar Saling Isi): apabila diterawang ke arah cahaya, logo Bank

Indonesia bisa terlihat utuh.

●    Hasil cetakan memendar dalam satu / beberapa warna jika dilihat dengan sinar

ultraviolet

●    Mikroteks: tulisannya punya ukuran yang sangat kecil dan hanya dapat dibaca dengan

bantuan kaca pembesar.

●    Gambar Raster: terdapat tulisan ‘NKRI’ yang dapat dibaca dengan bantuan kaca

pembesar.

Fungsi Unsur Pengaman Uang Rupiah

Selain sebagai pengaman, unsur pengaman uang Rupiah juga memiliki fungsi sebagai

fungsi estetika karena penampilan uang yang menarik sebagai alat tukar, untuk

membedakan antara satu pecahan dengan pecahan lainnya, dan untuk membedakan

dengan mata uang lainnya.

beberapa perubahan terjadi seperti pergantian tokoh dalam uang baru dan design yang
lebih bagus tentunya. Sayangnya, belum lama ini ditemukan kasus pemalsuan uang baru
ini berupa uang palsu atau uang mainan dengan gambar yang persis dengan uang baru.
Hingga susah untuk dibedakan.
Dengan semakin majunya teknologi, tampaknya kamu juga harus semakin teliti,. Jangan
sampai kita tertipu dengan beredarnya uang baru versi palsu ataupun mainan. Tidak teliti
sedikit saja bisa kena tipu jadinya.

pada uang asli terdapat beberapa unsur yang bisa dikenali. Uang baru sekarang ini atau
disebut juga Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 dilengkapi dengan unsur-unsur
pengaman untuk melindungi uang dari pemalsuan. Apa saja unsur pengaman tersebut?
Antara lain berupa benang pengaman, tanda air, tulisan mikro, teknik cetak khusus,
tinta berubah warna, kode tuna netra, gambar tersembunyi, gambar raster dan
gambar silang isi (rectoverso).

coba liat dalam pecahan uang Rp 50.000 dengan teliti! 

1. Pada uang pecahan Rp 50.000 memiliki warna dominan yaitu biru. Di bagian
depan, ada gambar Ir. H. Djuanda Kartawidjaja.
2. Di bagian belakang uang pecahan Rp 50.000, terdapat gambar Tari Legong,
pemandangan alam Taman Nasional Komodo dan Bunga Jepun Bali.
3. Dengan unsur pengaman antara lain : cetakan terasa kasar apabila diraba. Lalu,
ketika uang diterawang ke arah cahaya, logo Bank Indonesia akan terlihat utuh
(rectoverso). Begitu juga gambar pahlawan dan ornamen pada bagian tanda air.
4. Gambar tersembuyi dapat terlihat dari sudut pandang tertentu. Uang ini juga akan
berubah warna bila dilihat dari sudut tertentu. Apabila disinari sinar ultraviolet,
beberapa elemen baik yang tampak maupun yang tidak tampak akan terlihat
berpendar.

Selain melihat unsur-unsur pengaman tadi, kamu juga bisa mengenali ciri-ciri utama
pecahan uang Rupiah kertas dengan menerapkan 

3D yaitu Dilihat, Diraba, Diterawang.

dengan 3D kita bisa melihat ciri-ciri yang langsung dapat dikenali seperti gambar,


warna, gradasi warna dan lainnya. Uang Rupiah kertas dapat dikenali keasliannya
dengan meraba permukaannya yang biasanya terasa kasar ketika diraba. Selanjutnya
adalah menerawang uang memakai cahaya. Di uang Rupiah kertas, logo Bank
Indonesia akan terlihat menyatu atau utuh, begitu juga gambar pahlawan dan
ornamen pada tanda air. Bahkan pada sudut pandang tertentu pada uang kertas dapat
telihat gambar tersembunyi hingga perubahan warna.

Anda mungkin juga menyukai