1. Daftar
WP Badan itu awalnya subjek pajak, memenuhi syarat objektif kemudian ia menjadi wajib pajak.
Ketika badan tersebut telah mempunyai penghasilan, telah melakukan kegiatan operasional,
kegiatan usaha. Maka, ia wajib daftar untuk mendapatkan NPWP atau untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Ketentuan terakhir jadwal pendaftaran terletak pada Pasal 2 UU KUP, UU 16 Tahun 2009, UU 28
Tahun 2007 dan sekarang UU tentang Cipta Kerja UU No.11 Tahun 2020. Dalam UU tersebut
ditentukan jika WP sudah memenuhi syarat objektif, maka untuk daftar paling lambat akhir bulan
berikutnya. Jadi, paling lambat akhir bulan berikutnya WP tersebut harus punya NPWP atau
harus sudah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Dalam PMK No.197 Tahun 2013 batasan untuk menjadi PKP yaitu 4,8 M. Artinya, penjualan
selama setahun minimal 4,8 M. Jadi, jika WP Badan dalam penjualan setahunnya telah mencapai
4,8 M atau lebih maka ia wajib mendaftar menjadi PKP.
Jika sampai akhir bulan berikutnya tidak mendaftar, maka PPN akan ditagih kepada perusahaan
tersebut atau kepada PKP tersebut. Dan yang bersangkutan dikukuhkan PKPnya secara jabatan.
Oleh karena itu kewajiban untuk daftar tidak boleh sampai lupa. Karena terdapat konsekuensi
hukum yang paling umum, yaitu ditagih PPN dan pajak secara jabatan. Penagihan secara jabatan
ini hanya bisa dilakukan melalui mekanisme pemeriksaan.
4. Membayarkan Pajak
Setelah diketahui besarnya pajak kurang bayarnya berapa maka langkah selanjutnya yaitu
membayarkan pajak.
Pembayaran dapat dilakukan di Bank persepsi, indomaret, i-banking dan m-banking, dsb
5. Melaporkan Pajak
Untuk memastikan bahwa pajak benar-benar telah disetorkan ke kas negara dan perhitungannya
sudah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, maka wajib pajak masih diwajibkan
untuk melaporkan pajak.