Anda di halaman 1dari 12

RESUME CONCEPTUAL FRAMEWORK OF FINANCIAL REPORTING

Disusun oleh :

KELOMPOK 10

Vira Anesta Amalia (11190820000100)

Yuyun Suryani (11200820000155)

Marshanda Berlianti (11200820000100)

AKUNTANSI 3D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
The International Accounting Standards Board (IASB) telah menetapkan Conceptual
Framework for Financial Reporting, sekumpulan konsep yang komprehensif untuk pelaporan
keuangan pada Maret 2018. Konsep di dalamnya mengatur tentang:
1. Tujuan adanya pelaporan keuangan
2. Karakter Kualitatif atas Informasi finansial yang berguna
3. Deskripsi dan batasan atas entitas ekonomi
4. Definisi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban
5. Basis pengukuran dan acuan kapan penggunaannya
6. Konsep dan acuan dalam preentasi dan pengungkapannya

Kerangka konseptual adalah sebuah kerangka yang mendasari pelaporan keuangan. Kerangka
konseptual tersusun atas sistem koheren beberapa konsep yang mengalir berdasarkan
tujuanadanya pelaporan keuangan. Konsep-konsepnya disusun untuk memberikan acuan
dalam

1. mengidentifikasi hambatan dalam pembuatan laporan keuangan,


2. menyeleksi transaksi maupun hal lain yang dapat disajikan dalam laporan keuangan,
3. bagaimana seharusnya transaksi tersebut dicatat dan dihitung, serta
4. bagaimana seharusnya penjumlahan dan pelaporan laporan keuangan tersebut
dilakukan.

Tujuan disusunnya sebuah kerangka konseptual dalam pelaporan keuangan adalah

1. agar dapat digunakan dan dijadikan acuan untuk membuat aturan yang sejalan
dengankonsep yang telah dicanangkan serta
2. mempermudah IASB agar dapat lebih berguna dan konsisten dalam memberikan
keputusanterkait akuntansi dari waktu ke waktu.

Menurut Kieso konsep-konsep ini dapat dikelompokkan menjadi 3 level yaitu level pertama,
level kedua, dan level ketiga. Berdasarkan ilustrasi berikut, pada tingkat pertama, tujuan
(objective) mengidentifikasi tujuan dan sasaran yang diharapkan dari akuntansi keuangan.
Umumnya, sebuah standar akuntansi dikembangkan berdasarkan kerangka kerja
konseptualnya, sehingga dapat menghasilkan laporan akuntansi yang bermanfaat bagi
penggunanya. Pada tingkat kedua, karakteristik kualitatatif (Qualitative Characteristic)
yang menyediakan unsur-unsur informasi akuntansi sehingga dapat berguna dan unsur-unsur
(Elements) laporan keuangan (asset, liabilities, equity, dan lainnya). Dan pada tingkat
terakhir, konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and recognition
concepts) yang digunakan dalam penetapan standar akuntansi. Konsep-konsep tersebut
meliputi prinsip, asumsi dan kendala-kendala dalam pelaporan keuangan.

A. Level I : Basic Objective (Tujuan Dasar)


Tujuan dasar dalam pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat
bagi pelaku bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi dan kredit,
membantuinvestor dan kreditor sekarang dan potensial di masa mendatang serta
pengguna-pengguna laindalam menilai jumlah dan waktu, serta ketidakpastian arus kas di
masa mendatang, dan terkaitdengan klaim terhadap sumber daya tersebut, sumber daya
ekonomi, dan segala perubahan didalamnya. Tujuan tersebut dimulai dengan lebih banyak
berfokus kepada informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam membuat
keputusan. Kemudian dalam ruang lingkup yang lebih sempit lagi, kepentingan kreditor
maupun investor atas kemungkinan penerimaan kas dari pinjaman dan investasi mereka
terhadap entitas bisnis. Akhirnya, tujuan berfokus kepada laporan keuangan yang
menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima
perusahaan, yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor.

B. Level II : Fundamental Concepts (Konsep Fundamental)


Tingkat kedua ini menjembatani antara tingkat pertama dan ketiga. Sehingga
diperlukandasar-dasar konseptual untuk menjelaskan karakteristik kualitatif dari
informasi akuntansi danmendefinisikan unsurr-unsur laporan keuangan.
a) Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
IASB mengidentifikasi kualitas dari sebuah informasi menjadi informasi superior
(berguna) dan inferior (kurang berguna). Kualitas informasi tersebut memliki
dibedakan atas karakter berikut ini:

Dalam memilih metode akuntansi yang tepat, dan jenis dan jumlah informasi yang
perludiungkapkan, dan juga format penyajiannya, melibatkan penentuan alternative
yangmenyediakan informasi paling berguna untuk tujuan pengambilan keputusan.
FASB telah mengidentifikasi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang
menjadi pembeda informasi yang lebih bermanfaat dengan informasi yang inferior
bagi tujuan pelaporan keuangan.
b) Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas
Relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas primer yang dapat mengkonversi
informasiakuntansi menjadi sebuah alat dalam pengambilan keputusan. Untuk
menciptakan informasiakuntansi yang relevan, informasi tersebut harus dapat
membuat perbedaan dalam menciptakansebuah keputusan. Jika tidak, informasi
tersebut dapat dikatakan tidak relevan dan membantu pengguna informasi tersebut
membuat estimasi terkait dengan hasil akhir dari kejadian yangtelah lampau, masa
kini, dan masa mendatang, yaitu mempunyai nilai prediktif. Informasi yang relevan
juga akan membantu pemakai dalam menjustifikasi atau ekspektasi masa lalu dalam
hal memiliki nilai umpan balik. Sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya
sebagai penentu keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu, informasi
tersebut harustersedia untuk pengambil keputusan.

Konsep Reabilitas menjelaskan bahwa informasi akuntansi dinilai handal apabila


dapat disajikan secara tepat, dapat diverifikasi, serta bebas dari unsur eror. Daya uji
Ditunjukka nketika alat pengukur independen menggunakan metode yang sama
ternyata mendapatkan hasilyang sama. Ketepatan penyajian berarti bahwa angka-
angka dan pengungkapan dalam laporankeuangan merefleksikan apa sebenarnya
terjadi. Dan Netralitas mengindikasikan informasi tidak dapat dipilih menurut
kepentingan golongan pengguna tertentu. Informasi yang disajikan harusfactual,
benar, dan tidak bias.

c) Kualitas Sekunder : Komparabilitas dan Konsistensi


Informasi mengenai sebuah perusahaan lebih berguna apabila dapat dibandingkan
denganinformasi serupa yang dimiliki perusahaan lain (komparabilitas) dan dengan
informasi yang sama dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda
(konsistensi). Dengan menggunakan konsep komparabilitas tersebut, informasi dari
berbagai perusahaan dipandang memiliki tingkat komparabilitas apabila telah diukur
dan dilaporkan dengan metode yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
dapat mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang riil dalam peristiwa ekonomi
yang terjadi antar-perusahaan. Sebagai contoh, keputusan mengenai alokasi sumber
daya akan melibatkan evaluasi atas alternatif-alternatif yang ada, evaluasi hanya dapat
dilakukan jika informasi yang tersedia dapat diperbandingkan. Sementara konsep
konsistensi menjelaskan apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi
yang samauntuk setiap kejadian yang sama setiap periode, maka perusahaan tersebut
konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya.

d) Unsur-unsur Dasar
Unsur-unsur dasar adalah salah satu aspek penting dari proses pengembangan
struktur teoritis. Unsur-unsur dasar tersebut berhubungan langsung dengan
pengukuran kinerja dan status keuangan sebuah perusahaan. Unsur-unsur dasar
tersebut, yaitu :
 ASET. Sumber daya yang dikelola oleh suatu entitas sebagai hasil dari peristiwa
masa lalu dan dimana di masa depan diperkirakan akan didapatkan suatu keuntungan
darinya.
 KEWAJIBAN. Sebuah pengorbanan ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di
masa depan, yang muncul akibat kewajiban berjalan perusahaan atau kewajiban yang
ditimbulkan dari transaksi bisnis atau kejadian di masa lalu untuk mengalokasikan
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa mendatang.
 EKUITAS. Berupa kepentingan dalam aktiva sebuah perusahaan, yang telah
dikurangi dengan utang-utangnya. Pada sebuah entitas bisnis, ekuitas dapat disebut
dengan kepentingan kepemilikan perusahaan.
 PENDAPATAN. Inflow atau peningkatan atas aktiva sebuah perusahaan atau
pembayaran utang-utang perusahaan selama siklus akuntansi, atau dimulai dari
kegiatan produksi barang atau penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang
merupakan kegiatan operasional utama perusahaan.
 BEBAN. Outflow atau penggunaan atas aktiva sebuah perusahaan atau meningkatnya
jumlah kewajiban selama suatu siklus akuntansi dari kegiatan produksi barang
penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
operasional utama perusahaan.

C. Level III : Konsep-Konsep Pengakuan dan Pengukuran

Konsep tingkat ketiga ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus
diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan. Konsep-konsep ini berfungsi sebagai
pedoman dalam menanggapi isu-isu pelaporan keuangan secara rasional. Konsep-konsep
tersebut yaitu:
1. Asumsi

Terdapat asumsi-asumsi dasar yang mendasari sebuah struktur akuntansi keuangan.


Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Asumsi Entitas Ekonomi

Asumsi entitas ekonomi mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat


diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu. Artinya, aktivitas entitas bisnis
dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemiliknya dan dengan setiap unit
bisnis lainnya. Asumsi entitas ekonomi tidak selalu mengacu pada entitas legal.
Perusahaan induk dan anak perusahaannya merupakan entitas legal yang terpisah, tetapi
penggabungan aktivitas-aktivitas mereka untuk tujuan akuntansi dan pelaporan tidak
melanggar asumsi entitas ekonomi.

b. Asumsi Kelangsungan Hidup

Asumsi ini menjelaskan bahwa perusahaan bisnis akan memiliki umum yang panjang.
Meskipun banyak memiliki kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan
hidup yang panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa perusahaan akan hidup
selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan akan hidup cukup lama untuk
memenuhi tujuan dan komitmennya. Asumsi ini memiliki implikasi yang signifikan.
Prinsip biaya historis akan menjadi tidak berguna jika perusahaan diasumsikan akan
dilikuidasi. Menurut pendekatan likuidasi, nilai aktiva akan lebih relevan apabila
dilaporkan pada nilai realisasi bersihnya, yaitu harga jual aktiva tersebut dikurangi
dengan biaya penjualan, bukan pada biaya akuisisinya. Kebijakan penyusutan dianggap
benar apabila menggunakan asumsi bahwa perusahaan akan hidup selamanya. Asumsi
kelangsungan hidup juga berlaku pada banyak situasi bisnis. Namun pada saat likuidasi,
asumsi kelangsungan hidup tidak dapat diterapkan.

c. Asumsi Unit Moneter

Asumsi unit moneter mengandung arti bahwa uang adalah denominator dari aktivitas
ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisa akuntansi. Asumsi ini
menyiratkan bahwa unit moneter adalah cara yang paling efektif untuk menunjukkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang perubahan modal serta pertukaran barang dan jasa.
Unit moneter adalah unit yang relevan, bersifat universal dan dapat dipahami, dan memiliki
manfaat bagi penggunanya. Aplikasi asumsi ini tergantung pada asumsi-asumsi yang lebih
dasar bahwa data kuantitatif akan berguna dalam mengomunikasikan informasi ekonomi dan
membuat keputusan ekonomi yang rasional.

d. Asumsi Periodisitas

Asumsi periodisitas menjelaskan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi sebuah perusahaan


dapat dipisahkan ke dalam suatu periode waktu artifisial. Periode waktu ini sangat bervariasi,
akan tetapi, pada umumnya adalah secara bulanan, kuartalan, dan tahunan. Semakin pendek
periode waktu, semakin sulit, menentukan laba bersih yang tepat untuk periode bersangkutan.
Hasil bulanan biasanya tidak seakurat hasil kuartalan, dan hasil kuartalan biasanya tidak
seakurat hasil tahunan. Investor menginginkan agar informasi semacam itu diproses dan
disebarkan secara cepat dan dibutuhkan teknologi informasi yang real time secara online agar
menjamin tersedianya informasi yang relevan.

2. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi

Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi adalah :

a. Prinsip Biaya Historis

Prinsip biaya historis memberikan tolak ukur yang dapat dipercaya untuk mengukur tren
historis, sehingga para pengguna laporan keuangan umumnya akan memilih menggunakan
prinsip ini. Tetapi, informasi berdasarkan nilai wajar akan lebih bermanfaat untuk jenis aktiva
dan kewajiban tertentu. Pada akuisisi aktiva maupun kewajiban awal, biaya historis adalah
sama dengan nilai wajarnya. Pada periode selanjutnya, ketika keadaan pasar dan ekonomi
berubah, biaya historis dan niali wajar seringkali berbeda. Akibatnya, ukuran atau estimasi
nilai wajar seringkali menyajikan informasi yang lebih relevan tentang arus kas masa depan
yang diharapkan terkait dengan aktiva atau kewajiban.

b. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Persoalan penting yang dihadapi perusahaan adalah kapan pendapatan tersebut harus
diakui. Pendapatan harus diakui apabila telah direalisasi dan telah dihasilkan. Pendapatan
dikatakan dapat direalisasi jika produk baik barang maupun jasa atau jenis aktiva lainnya
telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi
apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau
klaim kas. Aktiva dapat dikonversi menjadi kas apabila dapat dijual atau dipertukarkan dalam
pasar aktif pada harga yang dapat ditentukan dengan mudah tanpa biaya tambahan yang
signifikan. Dan pendapatan dianggap telah dihasilkan jika perusahaan telah melakukan
sesuatu untuk mendapatkan hak atau klaim atas manfaat yang direpresentasikan oleh
pendapatan.

c. Prinsip Penandingan

Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau
pada saat produk diproduksi, tetapi ketika produk baik barang maupun jasa secara akual
memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Prinsip penandingan menyatakan bahwa beban
harus ditandingkan dengan pendapatan sepanjang hal tersebut rasional untuk diterapkan.
Biaya pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu biaya produk dan biaya
periode. Biaya produk, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan biaya operasional pabrik
melekat pada suatu produk. Perusahaan akan mencatat biaya-biaya tersebut pada periode
mendatang ketika mengakui pendapatan dari produk itu dalam periode berikutnya.
Sedangkan biaya periode, seperti gaji dan biaya administrative lainnya, terjadi selama periode
yang bersangkutan.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh

Prinsip pengungkapan penuh menyediakan informasi yang mencakupi untuk


mempengaruhi penilaian dan keputusan pengguna laporan keuangan. Prinsip pengungkapan
penuh mengakui bahwa jumlah dan sifat informasi yang tertera pada laporan keuangan
merefleksikan serangkaian trade-off penilaian. Informasi tentang posisi keuangan, laba, arus
kas, dan investasi dapat ditemuidalam salah satu tempat berikut :

 Laporan keuangan.terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
ekuitas pemilik. Laporan keuangan merupakan cara mengomunikasikan informasi
yang formal dan terstruktur.
 Catatan atas laporan keuangan. Catatan ini ditujukan untuk menjelaskan atau
menjabarkan pos-pos yang disajikan pada bagian utama laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan umumnya berbentuk narasi yang menjelaskan informasi
tambahan yang menjelaskan informasi laporan keuangan utama seperti kebijakan
akuntansi yang diterapkan perusahaan terkait dan metode yang dipakai dalam
menyusun laporan keuangan tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami kinerja dan
posisi keuangan perusahaan.
 Informasi suplementer. Informasi ini dapat mencakup rincian atau jumlah yang
merupakan perspektif yang bereda dari yang dipakai dalam laporan keuangan.
Informasi suplementer mencakup penjelasan manajemen tentang informasi keuangan
dan pembahasan tentang signifikansi dari informasi keuangan tersebut.

3. Kendala

Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik kualitatif agar


membuatnya menjadi berguna, dua kendala yang harus diperhatikan dan diperhitungkan
adalah sebagai berikut :

a. Hubungan Biaya-Manfaat

Biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari
pemakai informasinya. Dalam rangkan menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran
atau pengungkapan tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus melampaui biaya
yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Analisis biaya-manfaat sangat sulit
untuk dilakukan. Alasannya karena biaya dan manfaatnya merupakan estimasi yang tidak
nyata dan dapat diukur. Manfaat yang diperoleh pembuat laporan keuangan mencakup
pengendalian manajemen dan akses terhadap modal yang lebih besar dengan biaya yang lebih
rendah. Pemakai laporan keuangan memperoleh informasi yang lebih baik dalam hal alokasi
sumber daya, penilaian pajak, dan regulasi tarif pajak. Namun mandaat secara umum lebih
sulit dikuantifikasi dibandingkan biaya.

b. Materialitas

Kendala atau tantangan yang dihadapi yang berkaitan dengan materialitas berhubungan
dengan pengaruh suatu item tertentu terhadap keadaan keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item
tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Jadi,
suatu item harus membuat pembeda satu dengan yang lainnya, atau, jika tidak, tidak perlu
diungkapkan. Apabila jumlah yang terlibat signifikan ketika dibandingkan dengan
pendapatan serta beban lainnya, aktiva dan kewajiban, atau laba bersih entitas, maka standar
yang logis dan dapat diterima harus diikuti. Jika jumlahnya sangat kecil sehingga tidak
signifikan ketika dibandingkan dengan item-item lain, maka aplikasi standar tertentu dapat
dipandang tidak penting.
Materialitas juga merupakan factor yang penting dalam banyak keputusan akuntansi
internal. Jumlah klasifikasi yang dibutuhkan dalam buku besar pembantu beban dan tingkat
keakuratan dalam mengalokasikan biaya ke departemen perusahaan, adalah contoh penilaian
yang akhirnya harus diputuskan. Hanya dengan menerapkan penilaian yang baik dan keahlian
professional jawaban yang tepat dan rasional dapat ditemukan, yang merupakan kendala
materialitas yang pantas diterapkan.

c. Praktek Industri

Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan kadang-kadang memerlukan


penyimpangan dari teori dasar. Dalam industri utilitas publik, asset tidak lancer dilaporkan
terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan karakteristik industri utilitas yang padat
modal. Industri tersebut harus menerapkan prosedur yang sesuai agar apabila terjadi
pelanggaran dapat dijelaskan berdasarkan prosedur yang dipakai.

d. Konservatisme

Konservatisme menyatakan jika terdapat keraguan, maka ambilah solusi dan risiko yang
kecil kemungkinannya menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba.
Konservatisme apabila diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sesulit apapun.

Contoh Soal

Jelaskan mengenai prinsip kehati-hatian (conservatism)!

 Konservatisme menyatakan jika terdapat keraguan, maka ambilah solusi dan risiko yang
kecil kemungkinannya menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva dan laba.
Konservatisme apabila diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman yang
paling rasional dalam situasi sesulit apapun.

Referensi

 Kieso, Weygandt, Walfied, Intermediate Accounting, 3rd edition, John Wiley

Anda mungkin juga menyukai