Anda di halaman 1dari 11

AKIDAH AKHLAQ

DOSEN PEMBIMBING : Sri Rahayu, SE.,ME.Sy

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
Chintya Yuliana Putri (12170525025)
M. Danil Pasha (12170514849)
Nancy Damayanti (12170525025)
Shinta Agustin (12170523366)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh..

Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul „Alamin,
yang senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami, sehingga kami
diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menyusun makalah iman kepada
qada dan qadar.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi


Muhammad SAW, yang telah berhasil mengemban misi Allah, mengeluarkan
manusia dari kegelapan jahiliyah menuju keceriaan dan keselamatan. Beliau juga
telah berhasil mengentaskan manusia dari lembah kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan, menjadi manusia yang merdeka, adil dan makmur. Semoga kita
tetap menjadi pengikutnya yang setia serta memperoleh syafa‟atnya kelak di hari
kiamat. Amien.

Harapan kami, meskipun makalah ini jauh dari sempurna, namun tetap dapat
memberikan kemudahan dalam memahami Islam secara menyeluruh, serta dapat
mendorong para pembaca untuk lebih giat lagi dalam belajar dan memahami
berbagai seluk beluk Islam.

Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah, semoga makalah ini tercatat sebagai
amal shaleh. Amin.

pekanbaru, 2 November 2021

kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengerti
an akhlaq
b. Tujuan
Akhlaq
c. Pembagian Akhlaq
d.
Hubungan akidah dan akhlak
BAB II PENUTUP
A. KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


.

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal
dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain
dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti
Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman
akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam
pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang
yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dengan demikian
memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya
aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa
orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan
hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati
(sadar) .Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak
yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan
melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat
dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dan pembagian akhlak ?
b) Bagaimana pembinaan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian dan pembagian akhlak.
BAB II PEMBAHASAN
.

A. Pengertian akidah akhlak


.

Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqada-ya’qidu-aqdan”, berarti


ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh.1Disebut demikian, karena ia mengikat dan
menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya
adalah iman atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-dasar
pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran Islam
yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari hukum-
hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan
yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan
keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta
berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta, keyakinan
akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya
dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab (dalam
bahasa Indonesia ditulis akidah).2 Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa
Arab, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara lain berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Pada hakikatnya khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbullah kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlak
mahmudah). Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebut sebagai
budi pekerti yang tercela (akhlak madzmumah).
Menurut pengertian di atas, jelaslah bahwa hakikat akhlak menurut Al-Ghazali harus
mencakup 2 syarat:
A. Perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan berulang kali (kontinu) dalam
bentuk yang sama sehingga dapat menjadi kebiasaan.
B. Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari
jiwanya pertimbangan dan pikiran, yakni bukan adanya tekanan atau paksaan
dari orang lain.
Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali di atas, Ibnu Maskawaih dalam kitabnya Tahdzib
al-Akhlak mengatakan bahwa akhlak adalah sifat jiwa yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.
Dari beberapa definisi akhlak di atas dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
diri seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b) Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, tidur atau gila. Pada saat yang
bersangkutan melakukan suatu perbuatan dalam keadaan sehat akal pikirannya.
c) Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang, yakni atas
kemauan pikiran atau keputusan dari yang bersangkutan.
d) Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sesungguhnya
bukan main-main atau bukan karena sandiwara.
e) Kelima, perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah,
bukan karena ingin dipuji-puji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian.

Dari pengertian akidah dan akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

B. Tujuan akidah akhlak


Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI
yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan
penghayatan terhadap Al-asma’ al- husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan
pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian
contoh contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan
adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, serta Qada
dan Qadar Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan
sejak dini oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka
mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang
melanda bangsa dan Negara Indonesia. Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali siswa agar dapat:
a) Menumbuhkembangkan Akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman siswa tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia Muslim
yang terus berkembang keimanan dan keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

C. Pembagian Akhlak
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut
pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya,
akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut
juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk
atau akhlak madzmumah.

a.) Akhlak Mahmudah


.

“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula”. Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta
kepda rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh
kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah
dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam
beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang
lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong
kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan
menjaga kelestarian alam.

b.) Akhlak Madzmumah


.

“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.” Sifat yang termasuk
akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah,
antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak
ada putusnya.” Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. Bersabda:“Sesungguhnya manusia
yang berakhlak mulia dapat mencapai derajat yang tinggi dan kedudukan mulia di Akhirat.
Sesungguhnya orang yang lemah ibadahnya akan menjadi buruk perangai dan akan
mendapat derajat yang rendah di neraka Jahanam.” (HR. Thabrani) Kemudian, dari segi
objeknya, atau kepada siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:
1. Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah,
mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu’,
tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2. Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepda
Rasulullah saw.
3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu,
kepada anak,kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan
seterusnya.
4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak
kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat
tumbuhan, dan lain-lain.

Hubungan Aqidah dengan Akhlak


Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan
tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik.
Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak
tetap, yang selalu bergerak.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “ Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya ”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan
dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai
iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman
yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak
yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan
melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman.
Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan
iman. Beliau bersabda :
(‫اﻟﺤﯿﺎء واﻻﯾﻤﺎن ﻗﺮﻧﺎء ﺟﻤﯿﻌﺎ ﻓﺎذا رﻓﻊ اﺣﺪھﻤﺎ رﻓﻊ اﻻﺧﺮ )رواه اﻟﻜﺎرﯾﻢ‬
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka
hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)
Kalau kita perhatikan hadits di atas, nyatalah bahwa rasa malu sangat berpautan
dengan iman hingga boleh dikatakan bahwa tiap orang yang beriman pastilah ia
mempunyai rasa malu; dan jika ia tidak mempunyai rasa malu, berarti tidak beriman atau
lemah imannya.
Aqidah dengan seluruh cabangnya tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon
yang tidak dapat dijadikan tempat berteduh dari panasnya , matahari, atau untuk
berlindung dari hujan, dan tidak ada pula buahnya yang dipetik . sebaliknya akhlak tanpa
aqidah hanya merupakan bayang-bayang bagi benda yang tidak tetap dan selalu bergerak.
Allah menjadikan keimanan (aqidah) sebagai dasar agama-Nya, ibadat (syariah) sebagai
rukun (tiangnya). Kedua hal inilah yang akan menimbulkan kesan baik kedalam jiwa dan
menjadi pokok tercapainya akhlak yang luhur.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri
bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Keberadaan akhlak memiliki peranan yang istimewa dalam akidah Islam.
Islam menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia, dan menjadikannya
sebagai kewajiban di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya.
Atas dasar ini, agama tidak memberikan wejangan akhlak semata, tanpa didasari rasa
tanggung jawab. Bahkan keberadaan akhlak, dianggap sebagai penyempurna ajaran-
ajarannya. Karena agama itu, tersusun dari akidah dan perilaku. Sebagaimana yang
termaktub dalam hadits berikut: dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Orang
Mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya,” (HR. Tirmidzi).
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak itu harus berpijak pada
keimanan. Iman tidak cukup disimpan dalam hati, namun harus dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik.
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan
dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai
iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman
yang lemah.
Dengan demikian, jelaslah bahwa akhlak yang baik , merupakan mata rantai dari
keimanan seseorang. Sebaliknya, akhlak yang dipandang buruk, adalah perilaku-perilaku
yang menyalahi prinsip-prinsip keimanan. Walaupun, secara kasat mata perilaku itu
kelihatannya baik. Namun, jika titik tolaknya bukan karena iman, hal tersebut tidak
mendapatkan penilaian di sisi Allah. Perbuatan itu, diibaratkan seperti fatamorgana di
gurun pasir.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan
kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan
persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-
perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur
kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-
kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim
sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya,
dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya
dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan
perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-
Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia.
Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai