ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa melalui
penerapan inovasi model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inovasi model pembelajaran dilakukan
dengan mengkombinasikan kegiatan argumentasi dalam tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan empat
tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian yaitu instrumen tes pilihan berganda untuk mengukur kemampuan kognitif. Selain itu,
juga digunakan lembar observasi untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa pada
siklus I dan II baik secara klasikan maupun rata-rata kelas. Secara klasikal, pada siklus I, sebesar 82%
siswa lulus di atas kriteria ketuntasan minimal sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86%.
Dilihat dari rata-rata kelas, pada siklus I tercapai rata-rata kelas sebesar 84 dan pada siklus II sebesar
85. Secara umum, seluruh tahapan kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan siswa terutama
pada siklus II.
ABSTRACT
This study is conducted to improve students' cognitive abilities by applying the innovation in guided
inquiry learning model. The learning model innovation is done by combining the argumenting activity
in guided inquiry learning model stage.This research is conducted using classroom action research
design with four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection stage. The
instrument used in this research is multiple choice test which is used to measure the cognitive ablities.
Besides, observation sheet is also used to observe the learning activities.The result shows that there is
an increase instudents’ cognitive abilities in cycles I and II, both classical and average score of
class.Classically, in the cycle I, 82% of students passbeyond the minimum scoring criteria, while in
cycle II it increases to 86%. Based on the average class, in cycle I the average class of 84 is reached
and in cycle IIis 85. Generally, all stages of learning activities are accomplished by teacher and
students, especially in cycle II.
Berdasarkan hasil observasi, tahapan siswa di Siklus I dan II dapat dilihat pada
kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh Tabel 2.
guru secara keseluruhan dan sistematis. Pada Siklus I, kegiatan-kegiatan pada
Akan tetapi, hasil pengamatan terhadap tahap 2 dan 3 secara keseluruhan tidak
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh terlaksana 100%, sedangkan pada tahap 5
siswa menunjukkan bahwa ada beberapa tidak terlaksana 100% untuk kegiatan
kegiatan pembelajaran yang tidak evaluasi argumen dan hipotesis.
terlaksana 100% oleh siswa pada Siklus 1, Berdasarkan hasil observasi, tidak
sedangkan pada Siklus II terlaksana 100%. terlaksananya kegiatan pembelajaran
Pada siklus II, tahapan pembelajaran dikarenakan beberapa siswa tidak terlibat
tercapai 100% karena kegiatan evaluasi dalam kegiatan diskusi di dalam kelompok.
yang dilakukan bersama antara guru dan Beberapa siswa di dalam kelompok hanya
observer setelah kegiatan pembelajaran terfokus pada kegiatan menulis. Padahal,
pada Siklus I. Persentase keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh tahapan pembelajaran ini memfasilitasi
setiap siswa di dalam kelompok untuk aktif
dan terlibat dalam kegiatan diskusi dan memantaunya secara langsung. Selain itu,
melakukan eksperimen. guru memberikan penilaian secara
Tercapainya keterlaksanaan langsung, baik individu maupun kelompok,
pemebelajaran di siklus II sebesar 100 dan memasang hasil penilaian tersebut di
persen, dikarenakan kegiatan evaluasi depan kelas. Kemudian, memberikan
peneliti di Siklus I. Berdasarkan evaluasi di penghargaan kepada individu dan kelompok
Siklus I, pada Siklus II guru melakukan terbaik. Untuk memudahkan melakukan
bimbingan intensif diseluruh kelompok penilaian, setiap siswa memakai nomor
dengan cara mengelilingi kelompok dan dada.
DAFTAR PUSTAKA
Erduran, S., & Maria, P. (2008). Squire, K., & Mingfong. (2007)
Argumentation in Science Education. Developing Scientific Argumentation
London: Spinger Science. Skills with a Place-based Augmented
Reality Game on Handheld
Harlen, W. (2014). Helping children’s Computers. Journal of Science
development of inkuiri skills. Inkuiri Education and Technology, 16 (1).
in primary science education (IPSE),
1: 5-19. Toulmin, S. (2003). The Uses of
Argument. New York: Cambridge
Howard, R. (2015). Classifying types of University Press.
concept and conceptual structure:
Some taxonomies. European Journal Ugulu. (2016). Determination of Retention
of Cognitive Psychology, 4 (2): 81- of Students Knowledge and the Effect
111. of Conceptual Understanding.
Biotechnology & Biotechnological
Mc. Neil, K. L., Lizotte, D. J., & Karjcik, Equipment, 23:sup1, 14-18.
J. (2006). Supporting Student’s
Construction of Sci-entific Usman. (2008). Mari Belajar Meneliti.
Explanations by Fading Scaffolds in Yogyakarta: Genta Press.
Instructional Materials. The Journal of
The Learning Science, 15 (2), 153- Vlassi, M. & Karaliota, A. (2013). The
191. comparison between guided inquiry
and traditional teaching method. A
Muslim, Suhandi, A. (2012). case study for the teaching of the
Pengembangan Perangkat structure of matter to 8th grade Greek
Pembelajaran Fisika Sekolah untuk students. Procedia - Social and
Meningkatkan Kemampuan kognitif Behavioral Sciences, 93: 494 – 497.
dan Keterampilan Berargumentasi.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Wenning, C., J. (2011). Experimental
8:174-183. inkuiri in introductory physics courses.
Journal of Physics Teacher Education,
Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two 6 (2): 2-8.
Instructional Models That Teacher Can
Use to Promote & Support Scientific Yusiran, Y., & Siswanto, S. (2016).
Argumentation In the Biology Implementasi Metode Saintifik