Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(PENYELENGGARAAN JENAZAH)

DISUSUN OLEH:
A.CITRA QURANI NUR
XI.IIS.1

SMAN 1 SOPPENG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini
dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman Kegelapan menuju
cahaya islam.

Makalah ini disusun dalam rangkah memenuhi tugas pejaran pendidikan


agama islam , penulis mendapat bantuan dari beberapa sumber yang ada di
internet.

Kami menyadari bila penulisan makalah ini masih belum sempurnah dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan saya harapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman sekolah
dan masyarakat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………...………… 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………. 1

A. Pengertian jenazah………………………………………….. 1

B. Penyelenggaraan Jenazah........................................................ 1

1. Memandikan Jenazah........................................................... 2
2. Mengkafani Jenazah............................................................ 4
3. Menshalatkan Jenazah......................................................... 6
4. Menguburkan Jenazah......................................................... 7

BAB III KESIMPULAN.………..……………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………... 18
BAB I

PENDAHULUAN

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi,
maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia.
Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang
telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya
yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan
dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya
4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam
penjelasan berikut ini.
BAB II

PEMBAHASAN

PELAKSANAAN FARDU KIFAYAH TERHADAP JENAZAH

A. PENGERTIAN JENAZAH

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat
dan kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah
memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.[1]

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum


muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/
muslimah.

Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal
yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut,[2] yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.

3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke


dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan


badannya diselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan


handai tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.

7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

B. PENYELENGARAAN JENAZAH

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah


ada empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

1 Memandikan jenazah

Memandikan adalah salah satu cara yang wajib dilakukan terhadap mayat
orang yang beragama Islam. Caranya adalah menyampaikan atau mengalirkan
air bersih ke seluruh tubuhnya walaupun ia sedang haid atau junub.
Memandikan ini dilakukan orang yang masih hidup dengan menggunakan
sabun dan wangi- wangian, tetapi dengan lemah lembut.

Adapun persiapan yang harus dilakukan atau peralatan yang harus


disediakan sebelum memandikan jenazah adalah:

1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya dan


mempersiapkan perlengkapan mandi seperti handuk, sabun, wangi-
wangian, kapur barus dan lain-lain.
2. Mengusahakan tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah
sehingga hanya orang yang berkepentingan saja yang ada disitu.
3. Menyediakan kain kafan secukupnya.
4. Usahakanlah orang-orang yang akan memandikan jenazah itu adalah
keluarga terdekat jenazah atau orang-orang yang dapat menjaga
rahasia. Jika jenazahnya laki-laki, maka yang memandikannya harus
laki- laki, demikian juga sebaliknya jika jenazahnya perempuan,
maka yang memandikannya harus perempuan, kecuali suami kepada
istrinya/istri kepada suaminya atau muhrimnya.

Orang yang boleh memandikan jenazah adalah orang yang sama jenis
kelaminnya dengan mayat kecuali istri/ suami. Namun, jika ada beberapa
orang yang berhak memandikanny, maka yang lebih berhak adalah keluarga
terdekat yang mengetahui pelaksanaan mandi jenazah serta bersifat amanah.
Kalau tidak, orang lain yang lebih berpengetahuan serta amanah ( dapat
dipercaya untuk tidak membuka aib jenazah).

Adapun cara memandikan jenazah itu dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Niat karena Allah ta’ala.


2. Melepaskan segala pakaian yang melekat di badan jenazah dan
menggantinya dengan kain yang menutup aurat.
3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya jika memungkinkan.
4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku- kukunya dan seluruh
tubuhnya dari kotoran dan najis.
5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudu’nya,
dengan mendahulukan yang kanan dan menyiramnya sampai rata
tiga, lima,tujuh kali atau sesuai dengan kebutuhan.
6. Jenazah dimiringkan ke kiri kemudian bagian kanan badan disiram
dengan air, dan selanjutnya dimiringkan ke kanan dan bagian kiri
badan disiram dengan air, siramlah dengan bilangan ganjil.
7. Pada waktu jenazah disiram dengan air, badannya di gosok-gosok
guna menghilangkan najis/ kotoran sekaligus untuk meratakan air ke
seluruh tubuh, perutnya di urut dengan pelan atau badannya di
bungkukkan sedikit supaya gas dan kotoran yang ada dalam
perutnya keluar, dan tempat keluar kotoran tersebut disiram dengan
air yang harum dengan memakai sarung tangan.
8. Pada bagian akhir siraman hendaklah disiram dengan wangi-
wangian.
9. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-
wangian. Bagi jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang
rambutnya jika memungkinkan.

Selain hal di atas, yang perlu diperhatikan terhadap jenazah adalah sebagai
berikut:

1. Orang yang gugur, syahid dalam peprangan membela agama Allah


cukup dimakamkan dengan pakaian yang melekat di tubuhnya
( tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan ).
2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram di rawat seperti biasa
tanpa diberi wangi-wangian.
3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah
seperti melahirkan, tenggelam, terbakar dirawat seperti biasa.
4. Jenazah janin yang telah berusia empat bulan dirawat seperti biasa.
5. Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup
diganti dengan tayammum.
6. Bagi orang yang memandikan jenazah, disunnahkan untuk mandi
sesudahnya.

2 Mengkafani jenazah

Mengkafani jenazah adalah membalut seluruh tubuhnya dengan kain dan


sebagainya walaupun hanya dengan sehelai kain. Mayat laki- laki sunat
dikafani dengan tiga lapis kain putih. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah
r.a
‫عن عائشة كفّن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم[ في ثالثة اثواب بيض سحوليّة كرسف ليس فيها قميص‬
)‫وال عمامة (متّفق عليه‬

Sementara itu, mayat perempuan sunat mengkafaninya dengan lima lapis


kain yang terdiri dari sehelai kain sarung, selendang dan dua helai kain untuk
membalut tubuh mayat/jenazah.

Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani


jenazah adalah :

1. Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna


putih.
2. Kain kafan untuk jenazah laki- laki terdiri dari tiga lembar,
sedangkan kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima
lembar kain, yaitu : kain basahan, baju kurung, kerudung dan dua
lembar kain penutup.
3. Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:

a. Tali sejumlah 3, 5, 7, atau 9 antara lain untuk ujung kepala, leher,


pinggang/ pada lengan tangan, perut, lutut, pergelangan kaki dan ujungkaki.

b. Kapas secukupnya.

c. Kapur barus atau pewangi secukupnya.

d. Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah


disediakan.

e. Untuk jenazah perempuan, aturlah kerudung/ mukena, baju dan kain


basahan sesuai dengan letaknya.

Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani


jenazah dengan urutan sebagai berikut :

1. Pada waktu hendak mengkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding)


supaya jenazah itu tidak sampaidilihat orang lain/ selain orang yang
mengkafani.

2. Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:

a. Kain kafan diletakkan pada urutan yang paling bawah yang


telah ditaburi dengan wangi-wangian seperti kapur barus.
Dibawah kain kafan diletakkan tiga/ lima buah tali yang di
ambil dari pinggir kain kafan. Cara meletakkannya, satu helai
di ujung kepala, satu helai di pinggang dan satu helai lagi di
ujung kaki. Kedua tangannya diletakkan di dadanya seperti
ketika melaksanakan solat.
b. Jenazah diletakkan membujur di atas kain kafan dalam
keadaan tertutup selubung kain.
c. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.
d. Jika diperlukan, tutuplah dengan kapas lubang- lubang yang
mengeluarkan cairan.

3. Bagi jenazah laki-laki di tutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di
ikat dengan simpul disebelah kiri.

4. Bagi jenazah yang berrambut panjang (permpuan) hendaklah rambutnya


dikepang jika memungkinkan.

5. Bagi jenazah perempuan, kenakan(pakaian) lima lapis kain yaitu:


kerudung, untuk kepala, baju kurung , kain basahan penutup aurat dan dua
lembar kain penutup secara rapi serta di ikat dengan simpul disebelah kiri.

6. Setelah tutup kepala, baju( bagi wanita) kain dan kapas dipakaikan,
maka kain kapan digulung dengan cara mempertemukan ujung kain sebelah
kanan dan kiri satu persatu, sejak dari leher sampai ke kaki kemudian di ikat
dengan tali yang telah diletakkan terlebih dahulu di bawah kain kafan yaitu di
ujung sebelah kaki dan pinggang, sedangkan yang sebelah atas masih terbuka
sambil menanti kerabatnya ziarah terakhir. Setelah kerabat dan familinya
selesai berziarah, maka disempurnakan gulungannya dan

7. kemudian di ikat di ujung sebelah atas. Dan pertemuan ikatan itu


sebaiknya dibuat sebelah kiri jenazah.

3 Menshalatkan jenazah

Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa perbedaan dengan salat-


salat pada umumnya karena ada rukun yang sama dan adapula yang berbeda
dengan rukun salat pada umumnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat


jenazah, yaitu:[3]

a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah


atau di depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah,
kepalanya sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah,
sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan
pinggang jenazah.

c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah


tersebut, kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Adapun rukun salat jenah adalah sebagai berikut :[4]

1. Niat dengan lafaz

‫ا صلى على هذا\ هذه الميت \ميتة اربع تكبيرات فرض كفا ية اما ما\ ما موما هلل تعلى‬

2. Berdiri bagi yang kuasa tanpa rukuk dan sujud.

3. Takbir empat kali dengan urutan sebagai berikut :

Setelah berniat sebagaimana tersebut di atas, lalu bertakbir dengan


mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua telinga atau sejajar kedua
bahu dan diletakkan di dada.

· Sesudah takbir pertama, dibaca surat Al- Fatihah.

· Sesudah takbir kedua, dibaca salawat atas nabi.

· Sesudah takbir ketiga, dibaca do’a. Antara lain do’a yang dibaca
Rasulullah Saw sebagaimana hadis riwayat Muslim dan Nasa’i dari Auf bin
Malik, Rasulullah membaca :

ِ ‫ب ْال َما ِء َو‬


‫الثلج َو‬ ِ ُ‫اَللهُم ا ْغفِرْ لَهُ ورْ َح ْمهُ َو عَا فِ ِه َوا عْفُ َع ْنهُ َو اَ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو س ْع َم ْد خَ لَهُ َو ا ْغ ِس ْله‬
ِ ‫َس َواَ ْب ِد ْلهُ دَا َرا خَ ْيرًا ِم ْن د‬
‫َار ِه َواَ ْهالً َخ ْيرًا‬ ِ ‫ْالبَ َر ِد َونَق ِه ِمنَ ْال َخطَا يَا َك َما يُنَقى الثوْ بُ االَ بْييَضُ ِمنَ الدن‬
) ‫ب النار( متفق عليه‬ ِ ‫بر َو َع َذا‬ ِ َ‫ب ْالق‬ ِ ‫ِم ْن اَ ْهلِ ِه َوزَ وْ جا ً َخيْراً ِمن زَ وْ ِج ِه َو قِ ِه ِم ْن فِ ْتنَ ِة َع َذا‬
· Sesudah takbir ke empat sesuai hadis riwayat Al- Hakim dibaca:

‫اَللهُم الَ تَحْ ِر ْمنا َ أَجْ َره َُوالَ تَ ْفتِنا َ َوا ْغفِرْ لنَا َو لَه ( َر َواه ُال َحا ِكم‬

Apabila jenazahnya anak- anak, maka do’anya sesudah takbir ketiga diganti
dengan do’a berikut sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhori dan Al- Baihaqy :
ً ‫اَللهُم اج َعله لَنا َسلَفًا َو ُز ْخ ًرا[ َوفَ َر‬
) ‫طا[ ( رواه البخارى و البيهقي‬

Kemudian yang terakhir adalah mengucap salam ke kanan dan kiri :

‫السال م عليكم ورحمة هللا وبركا ته‬


4 Menguburkan jenazah

Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum


menguburkan jenazah adalah fardu kipayah atas orang yang masih hidup.
Dalamnya kuburan sekurang kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk
mayat itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang
buas,sebab maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan
mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.
[5]

Sedangkan waktu penguburan secara normal dapat dilakukan pada siang


hari.Namun,penguburan dapat dilakukan juga pada malam hari sebab
rasulullah saw pernah menguburkan seseorang pada malam hari ,Ali r.a.
menguburkan Fatimah binti Muhammad,Abu bakar,Usman,Aisyah,dan Ibnu
Mas’ud juga dikuburkan pada malam hari sebagaimana sabda rasulullah
SAW.dari jabir r.a yang diriwayatkan ibnu m

‫حد ثنا عمرو بن عبدهللا الءودي حد ثنا وكيع عن ابرهيم بن يذيد المكي عن ابي الز بير عن جا بر بن‬
[‫عبدهللا قال قا ل رسوهللا صلى هللا عليه و سلم الل تد فنوا مو تا كم با ليل اال ان تضطروا‬

Artinya’’:janganlah kamu menguburkan jenazah pada malam hari kecuali


dalam keadaan terpaksa’’(H.R.Sunan Ibnu Majah no.1510 kitab ja’a fi al-
janaiz)

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah ini antara lain
adalah:[6]

1) Ketika memasukkan mayat ke liang kubur hendaknya pekerja jenazah


untuk membaca’’

2) ‫بسم‬ ‫هللا وعلى ملة رسو هلل صلي هللا عليه و سلم‬
. Khusus ketika memasukkan jenazah perempuan hendaklah di bentangkan
kain di atas liang kuburnya.

3) Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan di utamakan
yang tidak junub pada malam hari sebelumnya, masuk kedalam liang kubur
dengan berdiri untuk menerima jenazah.

4) Adapun melepas tali-talinya dan membuka kain yang menutupi dan jari-
jari kakinya sehingga menempel ke tanah serta memasang bantalan tidak ada
tuntunan dari rasulullah SAW.
5) Bagi pengiring jenazah yang tiba di kuburan ketika kubur bekum selesai
digali hendaklah duduk menghadap kiblat dan jangan duduk di atas kuburan.

6) Memintakan ampunan dan keteguhan dalam jawaban bagi jenazah dan


mendo’akannya sambil berdiri

7) Jenazah diperbolehkan untuk di masukkan ke dalam peti jika tanahnya


berair atau jenazah dalam keadaan mudorat.[7]

8) Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat
atau lebih, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara
mereka.

9) Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki meskipun mayatnya


perempuan.

10) Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.

11) Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat.

BAB III

KESIMPULAN

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia


sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

a. Memandikan

b. Mengkafani
c. Menshalatkan

d. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara
lain:

a. Memperoleh pahala yang besar.


b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia
akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk
hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan
diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan
RasulNya.

DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994

Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media
Perintis Bandung. 2011

Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012

Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012

http: //dear.to/ Abusalma, Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah

http://zainlzainal.blogspot.com/2012/10/penyelenggaraan-jenazah-disusun-
oleh.html

Anda mungkin juga menyukai