Anda di halaman 1dari 48

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian

merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah

penduduk.Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan

tropis.Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem

spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen

penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Maka muncullah sistem agroforestri

sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan.

Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang dapat

ditawarkan untuk memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan tanaman yang juga

dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry

merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan (perennial)yang

dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem wanatani. Sebenarnya

banyak definisi mengenai agroforestry, yang satu sama lain tidak berbeda secara

substansi. Banyak definisi dari agroforestry yang sering digunakan dalam dunia

pengetahuan. Agroforestri mempunyai fungsi sosial, ekonomi dan ekologi.

Dengan pola agroforestri diharapkan tujuan pemanfaatan hutan rakyat untuk

penanaman kayu penghasil pulp dapat mengakomodir tujuan utamanya yaitu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap mengindahkan prinsip-

prinsip kelestarian hutan.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem disebut

sistemagroforestry jika sistem tersebut setidaknya memenuhi dua unsur, yaitu

aspek agro(pertanian) dan aspek forestry (kehutanan). Sistem ini sudah dikenal
2

sejak berabad-abad lalu, dan dikembangkan diberbagai jenis dan kondisilahan,

dengan berbagai polakombinasi tanaman. Di Indonesia, agroforestry dilakukan di

berbagai wilayah tanah air dengan berbagai istilah lokal.

Petani agroforestry senantiasa menghadapi berbagai hambatan dan

tantangandalam menjalankan sistem usaha taninya, baik yang berasal dari dalam

maupun yang dari luar sistem. Hambatan dari dalam misalnya yang terkait dengan

sistem produksi seperti kesuburan tanah dan ketersediaan tenaga kerja dan modal.

Hambatan dari luar misalnya fluktuasi harga produk (harga yang rendah).

Tantangan dan hambatan tersebut mengancam keberlanjutan sistem agroforestri.

Oleh karena itu perlu ada inovasi teknologi yang bisa mengatasi berbagai

hambatan yang dihadapi oleh petani agroforestri, supaya agroforestri bisa menjadi

salah satu prioritas pilihan petani.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengoptimalkan peran sistem

agroforestry dalam penggunaan lahan kritis menggunakan tanaman pertanian dan

kehutanan serta mengetahui pertumbuhan tanaman yang digunakan dalam

penerapan sistem agroforestry tersebut.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum ini adalah praktikan dapat mengoptimalkan peran

sistem agroforestry dalam penggunaan lahan kritis menggunakan tanaman

pertanian dan kehutanan serta mengetahui pertumbuhan tanaman yang digunakan

dalam penerapan sistem agroforestry tersebut.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Kacang panjang (Vigna unguiculata) adalah salah satu jenis sayuran yang

sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia maupun dunia. Sayur ini

banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C terutama pada polong

muda. Dalam tahun-tahun terakhir banyak permintaan baik dalam maupun luar

negeri, dimana permintaan tersebut belum terpenuhi. Produksi kacang panjang di

Bali pada tahun 2011 telah mencapai 5.867 ton polong segar (Octaviani et al.,

2017). Kacang panjang dipanen pada umur 45-50 hari setelah tanam sebanyak 3

kali panen, dengan ciriciri polongnya sudah terisi penuh dan warna polongnya

hijau merata sampai hijau keputihan (Arniana et al, 2012).

2.1.1. Klasifikasi

Tanaman kacang panjang (Vigna unguiculata) yaitu tanaman yang

berbentuk perdu (Riani, 2016). Adapun klasifikasinya sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk

Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis


4

2.1.2. Ekologi

Tanaman kacang panjang (V.sinensis) merupakan komoditas yang

dapatdikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga.Tanaman ini berumur pendek,

tahan terhadapkekeringan, tumbuh baikpada dataran mediumsampai dataran

rendah, dapat ditanam di lahansawah, tegalan, atau pekarangan pada setiapmusim

(Hendriyani dan Setiari, 2009).

Tanaman kacang panjang memiliki daya adaptasi yang cukup luas

terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik

di dataran rendah sampai dataran tinggi  1200 m dpl, tetapi paling baik adalah di

dataran rendah (Taufik, 2013). Tanaman kacang panjang (Vigna unguiculata

Sesquipedalis (L.) Walp. cv. group) merupakan komoditas yang dapat

dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga.Tanaman ini berumur pendek,

tumbuh baik pada dataran medium sampai dataran rendah, dapat ditanam di lahan

sawah, tegalan atau pekarangan pada setiap musim. Usahatani kacang panjang

dapat diandalkan sebagai usaha agribisnis yang mampu meningkatkan pendapatan

petani (Suryadi et al., 2003)

2.1.3. Sebaran

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk)

merupakansayuran yang sudah lama dikenal di Indonesia, meskipun bukan

tanaman asli Indonesia. Tanaman ini tumbuh menyebar di daerah-daerah Asia

Tropika sehinggabanyak dikenal jenis-jenis lokal sesuai dengan keadaan

lingkungan tempattumbuhnya (Lamtiar, 2010). Menurut berbagai sumber pustaka,

tanaman ini berasal dari India dan Afrika Tengah (Sumanjaya, 2016). Sayuran

kacang panjang merupakan salah satu komoditas penting yangdibudidayakan oleh


5

petani di berbagai daerah diIndonesia. Produksi kacang panjang di Indonesia

tahun 2012 mencapai 455.562ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014dalam

Waluyo, 2012).

2.1.4. Peran

Kacang panjang mengandung zat gizi yaitu thiamin (vitamin B1) dan serat

yang dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah tinggi pada pasien

DM. Peran thiamin di dalam tubuh berkaitan dengan metabolisme karbohidrat

dalam menghasilkan energi. Bentuk aktif thiamin adalah di dalam koenzim

kokarboksilase yang masuk dalam siklus krebs dan menghasilkan metabolit

berenergi tinggi yaitu Adenosine Triphosphate (ATP) (Harmayetti et al., 2009).

Tanaman kacang panjang (V. sinensis) merupakan komoditas yang dapat

dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga. Tanaman ini berumur pendek, tahan

terhadap kekeringan, tumbuh baik pada dataran medium sampai dataran rendah,

dapat ditanam di lahan sawah, tegalan, atau pekarangan pada setiap musim. Usaha

tani kacang panjang dapat diandalkan sebagai usaha agribisnis yang mampu

meningkatkan pendapatan petani (Hendryani dan Setiari, 2009).

2.2. Jenis Tanaman Terung Ungu (Sonalum melongena L.)

Terong adalah jenis sayuran yang sangat populer dan disukai oleh banyak

orang karena rasanya enak khususnya dijadikan sebagai bahan sayuran atau

lalapan.Terong juga mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan

Vitamin A dan Fosfor (Muldiana dan Rosdiana, 2017). Terung (Solanum

melongena L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting sebagai bahan

pangan sebagian besar masyarakat Indonesia.Terung memiliki banyak varietas

dengan berbagai bentuk dan warna khas (Sahid et al., 2014).


6

2.1.1. Klasifikasi

Terung merupakan jenis tanaman yang memiliki kedekatan dengan

tanaman kentang, tomat, dan paprika, adapun klasifikasinya adalah sebagai

berikut:

Kerajaan: Plantae

Subkelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : S. Melongena

Nama Binominal : Sonalum melongena L.

2.1.2. Ekologi

Terung ungu (Solanum melongena) merupakan tanaman semusim sampai

setahun atau tahunan, termasuk dalam famili Solanaceae. Tanaman terung

berbentuk semak atau perdu, dengan tunas yang tumbuh terus di ketiak daun

sehingga tanaman terlihat tegak menyebar merunduk.Pada dasarnya terung dapat

ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanah yang cocok untuk

tanaman terong adalah tanah yang subur, tidak tergenang air, dengan pH 5-6, dan

drainase baik. Tanah lempung dan berpasir sangat baik untuk tanaman terung (Edi

dan Bobihoe, 2010).

Terung ungu dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi pada suhu udara

22-30 ˚C dengan jenis tanah yang paling baik lempung berpasir, subur, kaya

bahan organik, aerasi dan drainase baik dan pH antara 6,8-7,3. Media tanam
7

adalah tanah, pupuk kandang dan pasir/sekam, matahari cukup dn waktu tanam

yang cocok pada awal musim kemarau (Fidaus dan Susilawati, 2012).

Secara morfologi, terung memiliki variasi fenotipa yang besar. Dalam satu

populasi yang ditanam pada satu lingkungan dapat terjadi variasi akibat proporsi

gen yang berbeda. Proporsi gen dalam pemuliaan tanaman sangat penting

perannya karena suatu varietas harus memiliki pengaruh gen yang tinggi. Dengan

pengaruh gen yang tinggi, maka karakter suatu tanaman akan diturunkan pada

generasi selanjutnya (Lestari et al., 2016).

2.1.3. Sebaran

Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari

Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada

ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut. Dari kawasan tersebut,

terung kemudian disebarkan ke Cina pada abad ke-5, selanjutnya disebarluaskan

ke Karibia, Afrika Tengah, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Selatan, dan

daerah tropis lainnya. Terung disebarkan pula ke negara-negara subtropis, seperti

Spanyol dan negara lain di kawasan Eropa. Daerah penyebaran terung sangat

luas, sehingga sebutan untuk terung sangat beraneka ragam, yaitu eggplant

(Angriani, 2018).

Terung diduga bersal dari benua Asia, terutama India dan Birma. Tanaman

di budidayakan oleh manusia sejak dahulu. Tanaman terung banyak tumbuh di

Cina, dari Cina kemudian dibawah ke daerah Spayol dan disebarluaskan ke

negara-engara lain di Eropah, Afrika, Amerika Selatan, Malaysia dan Indonesia

(Hastuti, 2007). kesehatan (Muhlisah, 2004). Terong (Solanum melongena L.)

termasuk salah satu komoditi terbesar Indonesia, bahkan menurut FAO, Indonesia
8

menduduki peringkat no-6 dunia pada tahun 2011 sebagai negara penghasil terong

dan terus mengalami peningkatan jumlah hasil produksi setiap tahunnya (Dewana

dan Rohmani, 2007).

2.1.4. Peran

Produksi terung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk

yang diikuti dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat sayur-sayuran dalam

memenuhi gizi keluarga, sehingga peranan produksi tanaman terung perlu terus

ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi tanaman terung dapat dilakukan

secara ekstensifikasi dan intensifikasi, namun dalam usaha peningkatan

produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, cara intensifikasi merupakan pilihan

yang tepat untuk diterapkan (Jumini dan Marliah, 2009).

Umumnya terong (Solanum melongena) dikonsumsi dalam bentuk segar

(sebagai lalapan) maupun olahan (disajikan dalam berbagai jenis masakan).

Berdasarkan warna buahnya, dikenal jenis terong hijau, terong putih dan terong

ungu. Sedangkan dari bentuknya dikenal terong berbentuk bulat dan silindris

panjang. Selain itu, dikenal pula jenis terong yang berbentuk kecil panjang,

sehingga disebut terong jari atau terong telunjuk. Jenis terong ini biasa ditemukan

pada menu masakan Sumatera (Juhaeti dan Lestari, 2016).

2.3. Agroforestry

2.3.1. Pengertian Agroforestry

Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan yang dilakukan dengan

berbagai teknologi melalui pemanfaatan tanaman semusim, tanaman tahunan,

dan/atau ternak dalam waktu bersamaan atau bergiliran pada periode tertentu

sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi. Sistem agroforestri


9

memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan sistem penggunaan lahan lain.

Salah satu kelebihan sistem ini adalah dapat digunakan pada lahan berlereng

curam. Sistem agroforestri multistrata (Rendra et al., 2016). Agroforestry adalag

sistem penerapan yang merupakan salah satu sistem pengolahan lahan yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan

tersebut diatas, dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan (Amin et al.,

2016).

2.3.2. Manfaat Agroforestry

Manfaat dari agroforestry yaitu terutaman terhadap manusia dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat

membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara

berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan.

Tingginya laju pertumbuhan penduduk mengindikasikan meningkatnya pangan

yang harus tersedia. Pencapaian sasaran peningkatan produksi pangan dapat

dilakukan dengan pola intensifikasi melalui peningkatan teknologi budidaya dan

eksentifikasi yang antara lain dapat dilakukan melalui perluasan areal pertanian di

lahan hutan dengan sistem agroforestry (Mayrowani dan Ashari, 2011).

2.3.3. Tipe-Tipe Agroforestry

Tipe-tie agroforestry terbagi 2 yaitu, agroforestry sederhana dan

agroforestry kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem

pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih

jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak

lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain

misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Sistem


10

agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan

banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang

tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola

tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat

beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman

musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak (Hairiah et al., 2003).

2.4. Karakteristik Tanah

2.4.1. Jenis Tanah Regosol

Regosol merupakan jenis tanah yang masih berkembang, terbentuk pada

timbunan bahan induk yang baru diendapkan, yang terangkut dari tempat lain dan

tertimbun pada tempat tersebut. Tanah regosol dengan tekstur kasar atau

kandungan pasir tinggi akan mempunyai porositas yang baik karena didominasi

oleh pori makro, namun mempunyai tingkat kesuburan rendah dimana unsur hara

muda tercuci. Tanah regosol miskin akan bahan organik (0,95 %) dengan

demikian kemampuan menyimpan air dan unsur hara sangat rendah, sedangkan

keberadan bahan organik membantu mengimbagi beberapa sifat fisik (Putinella,

2014).

Tanah regosol Pada umumnya dapat berpengaruh terhadap tanggapan

tanaman terhadap suatu unsur hara yang bisa berubah-ubah tergantung pada status

ketersediaan unsur hara lainnya. Berdasarkan adanya saling keterkaitan yang

sifatnya interaksi positif ataupun negatif dari setiap unsur hara dengan unsur hara

lainnya serta adanya pengaruh dari lingkungan terhadap interaksi tersebut di

dalam tanah maka kiranya perlu dipelajari interaksi antara N dan P pada tanaman

jagung di tanah latosol dan regosol. Pengaruh dari pemberian pupuk N dan P pada
11

tanah regosol yaitu adanya perkembangan yang di liat dari interaksi N dan P yang

di berikan secara bersamaan pada (Fahmi et al., 2010).

Tanah regosol umumnya berpasir, dimana tanaman dapat tumbuh dengan

keadaan adanya aplikasi bahan organik dan pupuk organik. Namun, di tanah

berpasir, kapasitas retensi P dapat menjadi buruk karena rendah Fe dan Al-oksida,

sehingga P dapat merembes.Selain itu, kapasitas serapan ionik yang rendah dan

konduktivitas hidraulik yang tinggi dari tanah berpasir  berkontribusi terhadap

potensi sejumlah besar air dan nutrisi untuk melewati zona

rooting tanaman (Prapagar dan Sutheshkumar, 2013).

Tanah regosol sangat lemah berkembang pada tanah batuan tak

terkonsolidasi (Regolith), lereng dan medan yang terkikis biasanya di daerah

semi-kering. Tanah regosol dicirikan dengan proses pembentukan tanah yang

lemah, profil dangkal dengan struktur AC primer. Pengembangan regosol benar-

benar dipengaruhi oleh sifat-sifat materi induk. Sedimen di daerah-daerah

ini bersifat basa jantan dengan daya serap yang baik (Poushkarov, 2018).

Penggunaan jenis tanah regosol sebagai lahan pertanian atau lahan yang di

gunakan untuk proses penanaman dapat dilakukan, jika terlebih dahulu diperbaiki

sifat fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah

drainase dan porositas serta belum membentuk agregat sehingga peka terhadap

erosi. ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah Regosol rendah sehingga

diperlukan perbaikan secara fisika, kimia dan biologi. Perbaikan Regosol perlu

dilakukan (Helmi, 2013).

2.4.2. Acid Sulfat Soil


12

Tanah asam sulfat adalah tanah yang terbentuk secara alami, sedimen atau

substrat yang terbentuk di bawah air, mengurangi kondisi mineral, sulfida yang

mengandung asam sulfat atau memiliki potensi untuk membentuknya, dalam

jumlah yang dapat memiliki dampak buruk. Keragaman jenis yang terbentuk

dikaitkan dengan faktor pembentuk tanah yang berbeda, seperti lingkungan alam,

lingkungan yang dimodifikasi antropogenik dan perubahan lingkungan iklim

(Michael, 2013).

Tanah asam sulfat merupakan aspek alternatif untuk budidaya tanaman

berkelanjutan. Sebagian besar tanah ini tidak cocok untuk produksi tanaman

kecuali ditingkatkan secara efektif. Tanah sulfat asam memiliki toksisitas karena

kehadiran Aluminium tinggi (Al), dan besi (Fe) dengan pH rendah (<4.0).

Biasanya jenis tanah ini memiliki kekurangan gizi terutama di fosfor, yang

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang buruk. Tanah perlu

diperbaiki dengan beberapa amandemen tanah seperti aplikasi basalt, batu kapur

tanah magnesium dan bahan organik (biofertilizer) yang dapat meningkatkan pH

tanah, meningkatkan nutrisi tanah dan mengurang keracunan Al dan Fe (Panhwar

et al., 2016).

Tanah sulfat masam merupakan tanah yang umumnya ditemukan di daerah

rawa. Pemanfaatan lahan rawa khususnya tanah sulfat masam baik sebagai lahan

transmigrasi maupun lahan pertanian sudah lama dilakukan. Mengingat kondisi

tanah sulfat masam yang marginal dan fragile maka untuk menjadikannya sebagai

lahan pertanian yang berproduktivitas tinggi dalam pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan diperlukan perencanaan yang sangat teliti, agar


13

kesalahan dalam pengembangan dan kerusakan lingkungan yang terjadi dapat

dihindari (Annisa dan Purwanto, 2010).

Komoditas yang berkembang di lahan sulfat masam cukup beragam,

meliputi tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman buah, dan tanaman

perkebunan. Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang

berpotensi untuk dikembangkan di lahan rawa. Selain sebagai tanaman sayuran

kegunaan lain dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional. Adanya

kandungan metabolit sekunder yang dimiliki bawang merah dapat dimanfaatkan

sebagai bahan obat tradisional dan memberikan aroma khas (Yenni, 2012).

Tanah masam mempunyai kendala fisik maupun kimia yang menghambat

pertumbuhan tanaman, sehingga dalam proses penaman butuh perlakuan yang

baik. Pemupukan dan pengapuran merupakan penanganan tanah masam yang

dapat menjadikan tanah produktif menambahkan bahwa kapur yang merupakan

kelompok karbonat seperti kalsit (CaCO ) dan Dolomit (Sagala, 2010).

2.5. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Tanaman Kacang panjang tidak terlepas dari masalah yang selalu di

hadapi salah satumya adalah hama dan penyakit. Salah satu hama utama yaitu

Nezara viridula yang menyerang polong mengakibatkan polon yang masih muda

menjdi kosong dan kempis karena biji tidak terbentuk serangan berat

mengakibatkan polong muda gugur. Jika polong tua yang diserang menyebabkan

polong keriout, berbintik hitam dan menjadi busuk (Hasinu et al., 2014).

Kacang panjang dalam proses pembudidayanya salah satu masalah yang

sering muncul yaitu adanya serangga hama aphid (Aphis craccivora Koch). Aphid

hinggap di permukaan bawah daun dan di pucuk-pucuk sulur untuk menghisap


14

cairan tanaman. Daun menjadi keriting dan berkerut, pertumbuhan sulur terhenti

dan mati. Aphid juga sering menyerang bunga dan polong. Tanaman yang

terserang banyak akan menghasilkan daun-daun berwarna kekuningan, kerdil,

mengalami malformasi dan kehilangan vigor. Semakin banyak aphid yang

menyerang tanaman, daun dan pucuk sulur semakin banyak yang rusak dan

akhirnya mati (Kuswanto et al., 2007).

Kacang panjang secara umum jenis hama yang dapat menyerangnya

adalah ulat bunga/ penggerek polong (Maruca testulalis), lalat kacang (Agromiza

phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae), kutu hitam

(Aphis craccivora), kepik polong (Riptortus linearis), kumbang penggerek biji

(Callosobruchus maculatus L) dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Salah satu

jenis musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama

tumbuhan adalah predator. Keberadaan predator pada suatu kawasan sangat

terkait dengan keberadaan mangsanya (Syahrawati et al., 2010).

Hama yang terdapat pada tanaman kacang panjang yaitu terdapat dua

hama utama diantaranya yaitu; (1) Kutu Aphids croccivora, sering menyerang

tanaman kacang panjang berwarna hitam. Kutu ini bergerombol di balik daun,

sehingga daun mengeras dan menggulung ke dalam, disertai timbulnya embun

jelaga, (2) Ulat penggerek polong Maruca restualis, ulat ini berwarna hijau, warna

ulat berangsur-angsur menjadi coklat kehitaman. Hama ini menyerang polong

dengan cara melubangi kulit polong, kemudian memakan daging buah dan bijibiji

muda yang ada di dalamnya (Apriliyanto dan Setiawan, 2014).

Hama yang paling penting sering ada pada tanaman kacang panjang adalah

hama jenis M. testutalis yang menyerang bagian bunga dan polong. Telur
15

diletakkan pada bagian bunga, daun dan polong secara berkelompok. Satu

kelompok telur terdiri dari 2-4 butir telur dengan bentuk lonjong agak pipih serta

berwarna putih kekuningan agak bening. Stadium telur berlangsung 2-3 hari.

Larva berwarna putih kekuningan dengan panjang mencapai 18 mm. Kepalanya

berwarna coklat hingga hitam dan setiap segmen terdiri dari bintik-bintik gelap di

sepanjang tubuhnya yang terletak pada bagian punggungnya (Johan, 2011). Salah

satu faktor pembatas produksi kacang panjang adalah gangguan hama dan

penyakit tanaman. Penyakit yang sering ditemui diantaranya adalah layu

(Fusarium oxysporumf. sp. phaseoli), antraknosa (Colletotrichum

lindemuthianum (Sacc et Magn), mosaik yang disebabkan oleh Bean common

mosaic viru (BCMV) (Melinda et al., 2015).

Gambar 1. Hama Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Gambar 2. Penyakit Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)


16

2.6. Hama dan Penyakit Pada Tanaman

Terong Ungu (Sonalum melongena L.)

Tanaman terong dapat terserang oleh berbagai macam penyakit,

diantaranya adalah inveksi virus, Penyakit jamur yang paling mengganggu yaitu

embun tepung. Jika serangannya gawat, akan menyebabkan daun tua rontok lebih

awal. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara perlakuan secara teratur sulfur atau

fungisida yang lebih khusus lagi. Alternatif lain ialah mempertahankan kecepatan

tumbuh yang cukup tinggi untuk menggantikan kembali daundaunnya yang hilang

dan Serangan bakteri yang disebabkan oleh Pfeudomonas syringae (Sinaga,

2014).

Peningkatan produktivitas terung tidak menjamin tanaman ini bebas dari

serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) khususnya patogen dari

kelompok virus. Beberapa virus yang dilaporkan menginfeksi terung adalah

Tomatto spotted wilt virus (TSWV), Eggplant blister mosaic virus (EBMV) dan

Eggplant motteld crinkle virus (EMCV) (Kintasari, 2013).

Benih merupakan salah satu komponen utama yang menjadi faktor

penentu keberhasilan dalam budi daya terung. Kualitas benih dapat menentukan

nilai ekonomi dari produksi budi daya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

kesehatan benih yang bebas dari serangan penyakit. Cendawan merupakan

penyebab penyakit pada terung di lapangan. Di Indonesia Alternaria solani,

Cercospora melongenae, Fusarium oxysporum, F. melongenae, Gloeosporium

melongena, Myrothecium roridum, Phomopsis vexans, Phytophthora nicotianae

var. parasitica, P. palmivora, Pythium aphanidermatum, Rhizoctonia solani, dan

(Hartati, 2013).
17

Kendala yang sering di alami dalam usaha meningkatkan produksi terong

meliputi kendala ekonomi, lahan, iklim, ekologi, geografi, dan struktur. Kendala

ekologi yang sering menghambat peningkatan produksi terong antara lain adalah

hama dan penyakit. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia

solanacearumm E.F. Smith. Merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya

terong (Mawarni et al., 2002).

Kendala utama dalam meningkatkan produksi tanaman terong di daerah

tropis adalah serangan hama dan tungau. Hama utama terong diantaranya adalah

penggerek pucuk dan buah terong, wereng daun, kutu putih (whitefly), thrips,

aphid, kumbang lembing, penggulung daun, penggerek batang, kumbang

melepuh, tungau merah dan penyakit daun. Untuk melindungi tanaman terong

para petani masih bertumpu pada penggunaan pestisida (Srinifasan, 2009).

Gambar 3. Hama Tanaman Terung Ungu (Sonalum melongena L.)


18

Gambar 4. Penyakit Tanaman Terung Ungu (Sonalum melongena L.)


19

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum agroforestry dilaksanakan pada hari minggu tanggal 30

September sampai 30 Desember 2018. Praktikum agroforestry bertempat di

Kelurahan Watubangga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang, pacul, meteran

roll, pita meter, timbangan dan kamera. Bahan yang digunakan pada praktikum ini

adalah benih Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata), Tanaman Terung

Ungu (Sonalum melongena L.), tally sheet, tali rafia, air dan pupuk kandang.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Membagi lahan kedalam plot berukuran 10 m x 10 m kemudian memasang

ajir di tiap sudutnya.

2. Memasang tali rafia di sekeliling plot dengan menghubungkan tiap ajir yang

telah di pasang sesuai dengan kelompok dan kelas masing-masing.

3. Memasang papan nama kelmpok yang berisikan nama kelompok dan jenis

tanaman yang di tanam.

4. Membagi plot yang telah di buat menjadi 11 petak berukuran 1 m x 3 m – 1

m x 10 m, bentuk petak sesuaikan dengan lahan dengan bentuk parit yang

disesuaikan.

5. Membersihkan tiap plot dari alang-alang menggunakan parang dan pacul,

serta menggemburkan tanah didalam masing-masing plot.


20

6. Mencampurkan pupuk kandang pada tanah yang telah di gemburkan

kemudian dilakukan menyiraman pada tanah agar pupuk tersebbut bisa

meresap ke dalam tanah dan tidak terjadi penguapan.

7. Menanam benih kacang panjang (Vigna unguiculata) langsung pada bedeng,

karena jenis kacang panjang waktu tumbuhnya sangat cepat dan benih terung

ungu (Sonalum melongena L.) dikecambahjkan terlebih dahulu di bak

kecambah kaarena jenis ini sangat kecil ukuran benihnya.

8. Setelah 3 minggu pada saat pembersihan dan penggemburan tanah, kemudian

menanam benih kacang panjang (Vigna unguiculata) di dalam plot, dengan

jarak tanam 1 m x 50 cm. Dalam setiap lubang tanam di isi 1 bibt, menanam

bibit ungu (Sonalum melongena L.) dengan jarak 1 m x 50cm.

9. Kemudian menyiram bibit kacang panjang (Vigna unguiculata) dan terung

ungu (Sonalum melongena L.) yang telah di tanam setiap pagi atau sore hari

sehingga tanahnya tidak kering dan asupan air tetap terpenuhi.

10. Menghitung jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan tinggi tanaman setiap

minggunya dan dimasukkan kedalam tally sheet, jika sudah berbunga makan

pengukuran yang dilakukan hanya menghitung jumlah bunga dan jika sudah

berbuah maka pengukuran yang dilakukan hanya menghitung jumlah buah

11. Mendokumentasikan setiap minggu pertumbuhan dari tanaman tersebut,

selain itu dari tahap pemanenan juga di dokumentasikan.

12. Tahap Pemanenan

13. Tahap Pemasaran


21

14. Tahap penghitungan biomasa basah dan biomasa kering, dengan cara melihat

perbandingan biomasa tanaman pada saat belum di ovenkan dan sesudah di

ovenkan.

3.4. Denah Kelompok

Denah kelompok pada praktikum ini disajikan pada gambar 1 sebagai

berikut:

Gambar 5. Denah Kelompok

Gambar 6. Denah Lahan Praktikum Kehutanan A


22

3.5. Analisi Data


Analisis data yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Total Modal

Keterangan: TM = Total Modal


TM = n1 + n2 + n3
n (1,2,3) = Modal yang Dikeluarkan

3.5.2. Total Keuntungan


Keterangan: TK = Total Keuntungan
TK = n1 + n2 + n3 n (1,2,3) = Kentungan Yang
Didapatkan

3.5.3. Keuntungan Bersih Keterangan: TM = Total Modal


TK = Total Keuntungan
KB = (TK – TM) 0,01 Ha
1 Ha = 10000 m2 (100 x 100 m)
2
. 100 m = 0,01 Ha
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pada praktikum ini disajikan pada tabel 1, 2, 3, 4 dan 5 yaitu

sebagai berikut:

Tabel 1. Data Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Rata-Rata

No Jenis Tanaman Tinggi Lebar Panjan Jumlah


Tanama Daun g Daun Daun
n (cm) (cm) (cm) (cm)
1 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 9,00 2,82 4,40 8
2 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 9,20 2,98 4,42 9
3 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 41,36 3,26 4,64 18
4 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 33,10 3,28 5,26 18
5 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 35,40 3,28 5,30 20
6 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 33,10 2,94 5,20 20
7 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,38 2,68 4,18 13
8 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,30 3,48 4,88 14
9 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 42,00 3,12 4,48 18
10 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 25,00 3,16 4,72 19
11 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 33,60 3,18 5,24 17
12 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 45,00 3,00 4,80 13
13 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 53,50 3,24 4,48 27
14 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 42,10 3,14 4,74 13
15 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 30,80 2,94 4,70 17
16 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 28,00 2,86 4,38 15
17 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 29,60 2,60 3,84 15
18 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 9,60 2,60 3,10 17
19 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 53,40 3,24 3,90 21
20 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 51,40 3,64 4,90 23
21 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 69,40 4,24 6,24 22
22 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 28,00 2,62 3,66 13
23 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,40 1,98 3,18 13
24 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 50,60 3,00 4,30 16
25 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 24,20 2,80 3,90 14
26 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 44,60 3,64 4,54 16
27 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 13,00 2,60 4,40 12
28 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,20 2,50 3,64 14
29 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 24,40 3,20 4,64 18
24

30 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 53,30 2,84 4,84 20


31 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,80 2,30 3,40 14
32 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 9,80 3,04 3,84 11
33 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 14,60 2,52 4,64 10
34 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,20 2,72 3,34 11
35 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 18,00 2,64 4,14 12
36 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 27,80 3,24 4,20 13
37 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 21,20 2,64 3,46 11
38 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 7,00 1,82 2,66 11
39 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 14,00 2,64 4,66 17
40 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 26,80 3,30 4,96 16
41 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 30,60 3,44 5,50 16
42 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 46,60 3,24 4,60 18
43 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 32,80 3,00 4,26 15
44 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 27,60 2,84 4,20 13
45 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 16,80 2,70 3,80 12
46 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 14,60 2,20 3,70 10
47 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 8,00 1,70 2,20 7
48 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,80 2,64 4,00 9
49 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 26,94 3,02 4,80 13
50 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 23,40 3,28 4,40 13
51 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 10,78 2,92 3,86 12
52 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 27,00 2,90 4,36 15
53 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 55,94 3,86 5,66 18
54 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 54,20 3,36 15,40 20
55 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 42,40 2,70 3,46 17
56 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 42,40 3,00 5,06 17
57 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 29,80 3,10 5,08 17
58 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 43,60 2,84 4,26 17
59 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 59,60 3,06 5,40 15
60 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 26,60 2,90 3,46 13
61 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 18,60 2,70 3,70 13
62 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 15,40 2,30 3,00 11
63 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 51,60 3,36 4,86 18
64 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 30,60 3,00 4,84 10
65 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 20,40 2,40 3,40 11
66 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 32,00 3,20 4,00 15
67 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 9,60 1,06 1,70 4
68 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 54,40 3,40 5,20 15
69 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 71,00 3,44 5,06 24
70 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 19,40 3,30 4,20 11
71 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,00 1,90 2,40 10
72 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,60 2,44 3,00 11
73 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 28,20 2,96 4,24 12
25

74 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 50,00 2,74 3,20 20


75 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 42,20 2,86 4,24 20
76 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,20 2,14 2,64 12
77 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 50,60 3,40 4,82 19
78 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 46,80 3,24 3,84 20
79 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 10,80 1,90 2,80 11
80 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
81 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,20 2,90 3,60 13
82 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,40 2,26 2,84 10
83 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 26,40 3,50 5,06 17
84 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 15,00 2,70 3,70 17
85 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 22,40 2,90 3,60 19
86 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
87 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,80 3,90 4,16 14
88 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 16,40 3,80 4,86 14
89 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
90 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
91 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 26,20 2,70 3,66 19
92 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
93 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
94 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 17,00 2,70 4,30 14
95 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
96 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 12,60 3,00 3,70 16
97 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
98 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 14,80 3,14 4,30 19
99 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 11,00 2,70 4,30 15
100 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 2
101 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0,00 0,00 0,00 0
Total 2539,20 264,36 390,88 1359
Rata-rata 25,14 2,62 3,87 13

Berdasarkan hasil pengukuran diatas (Tabel 1) yaitu menunjukan bahwa

rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata) dalam

jangka 5 (lima) minggu yaitu 25,14 cm, lebar daun 2,62 cm, panjang daun 3,87

dan jumlah daun 13 helai.


26

Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Vegetatif Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Tabel 2. Data Tanaman Terong Ungu (Sonalum melongena L.)


Rata-Rata
Leba Jumla
No Jenis Tanaman Tinggi Panjan
r h
Tanama g Daun
Daun Daun
n (cm) (cm)
(cm) (cm)
Terung Ungu (Sonalum melongena
1 4,07 2,82 4,40 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
2 3,39 2,98 4,42 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
3 2,93 3,26 4,64 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
4 4,79 3,28 5,26 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
5 4,29 3,28 5,30 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
6 3,50 2,94 5,20 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
7 3,14 2,68 4,18 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
8 3,79 3,48 4,88 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
9 3,80 3,12 4,48 7
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
10 3,89 3,16 4,72 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
11 3,71 3,18 5,24 7
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
12 3,79 3,00 4,80 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
13 3,53 3,24 4,48 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
14 3,50 3,14 4,74 7
L.)
27

Terung Ungu (Sonalum melongena


15 4,71 2,94 4,70 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
16 4,71 2,86 4,38 7
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
17 3,60 2,60 3,84 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
18 5,29 2,60 3,10 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
19 4,53 3,24 3,90 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
20 4,43 3,64 4,90 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
21 4,64 4,24 6,24 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
22 3,71 2,62 3,66 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
23 2,43 1,98 3,18 3
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
24 3,57 3,00 4,30 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
25 3,69 2,80 3,90 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
26 2,79 3,64 4,54 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
27 4,86 2,60 4,40 7
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
28 4,29 2,50 3,64 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
29 3,86 3,20 4,64 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
30 3,49 2,84 4,84 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
31 3,43 2,30 3,40 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
32 3,19 3,04 3,84 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
33 3,00 2,52 4,64 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
34 2,79 2,72 3,34 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
35 4,57 2,64 4,14 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
36 3,07 3,24 4,20 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
37 2,96 2,64 3,46 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
38 3,29 1,82 2,66 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
39 3,00 2,64 4,66 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
40 4,21 3,30 4,96 5
L.)
28

Terung Ungu (Sonalum melongena


41 2,71 3,44 5,50 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
42 0,86 3,24 4,60 1
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
43 2,84 3,00 4,26 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
44 2,93 2,84 4,20 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
45 3,14 2,70 3,80 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
46 4,29 2,20 3,70 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
47 1,29 1,70 2,20 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
48 3,33 2,64 4,00 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
49 2,21 3,02 4,80 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
50 2,86 3,28 4,40 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
51 3,99 2,92 3,86 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
52 3,86 2,90 4,36 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
53 2,43 3,86 5,66 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
54 0,79 3,36 15,40 1
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
55 2,06 2,70 3,46 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
56 1,94 3,00 5,06 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
57 1,43 3,10 5,08 3
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
58 3,14 2,84 4,26 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
59 3,00 3,06 5,40 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
60 1,39 2,90 3,46 3
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
61 1,29 2,70 3,70 3
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
62 1,93 2,30 3,00 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
63 2,86 3,36 4,86 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
64 3,57 3,00 4,84 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
65 4,14 2,40 3,40 4
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
66 3,29 3,20 4,00 5
L.)
29

Terung Ungu (Sonalum melongena


67 3,29 1,06 1,70 6
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
68 2,54 3,40 5,20 5
L.)
Terung Ungu (Sonalum melongena
69 3,81 3,44 5,06 4
L.)
201,2
227,37 307,42 341
Total 8
Rata-rata 2,25 1,99 3,04 3

Berdasarkan hasil pengukuran diatas (Tabel 2) yaitu menunjukan bahwa

rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman Terung Ungu (Sonalum melongena L.)

dalam jangka 7 (tujuh) minggu yaitu 2,25 cm, lebar daun 1,99 cm, panjang daun

33,04 dan jumlah daun 3 helai.

Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Vegetatif Terung Ungu (Sonalum melongena L.)

Tabel 3. Nilai Ekonomi Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

Berat ∑
N Harga Jumla
Jenis Tanaman Tanama Harga/Ik
o (Rp/Kg) h Ikat
n (Kg) at (Rp)
1 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 0.105 6000 1 5.000
2 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 3 6000 10 50.000
3 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 5 6000 12 60.000
4 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 10 6000 24 120.000
Total 235.000
30

Berdasarkan tabel di atas nilai ekonomi pada tanaman Kacang Panjang

(Vigna unguiculata) memiliki harga jual pasar rata-rata Rp. 6.000/Kg. Hasil yang

yang diperoleh yaitu sebanyak 47 ikat. Jadi jika dikalikan dengan harga pasar,

total keseluruhan harga Kacang Panjang (Vigna unguiculata) yaitu Rp 235.000.

Tabel 4. Nilai Ekonomi Perhektar

Nilai KB
N Nilai TM TK
Komponen Biaya Ekonom (Rp/Ha
o (Rp) (Rp) (Rp)
i (K) )
1 Pupuk kandang 100. 000
143.00 235.00
2 Benih Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 22.000 235.000 92.000
0 0
3 Benih Terung Ungu (Sonalum melongena L.) 21.000
Keterangan :

K = Kacang Panjang (Vigna unguiculata)

KB = Keuntungan Bersih

TM = Total Modal

TK = Total Keuntungan

Berdasarkan hasil data yang diperoleh rata-rata nilai ekonomi yang

diperoleh pada tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata) yaitu Rp. 235.000.

Total modal yang dibutuhkan selama perawatan tanaman hingga pemanenan yaitu

Rp. 143.000. Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh yaitu sebesar Rp.

235.000. Jika dikonversikan dalam bentuk hektar, maka total keuntungan yang

didapatkan yaitu Rp. 92.000.

Tabel 5. Biomassa Tanaman

Berat Berat
Biomassa
No Jenis Tanaman Basah Kering Biomassa
(Kg/Ha)
(g) (g)
1 Kacang Panjang (Vigna unguiculata) 200 142  0.290 0.00029
2 Terung Ungu (Sonalum melongena L.) 200 38,4  0.808 0.000808
Total 400 180.4  1.098 0.001098
31

Berdasarkan pada tabel 5 di atas, berat basah masing-masing tanaman

yang diperoleh yaitu 200 gram. Setelah sampel tanaman melalui proses

pengeringan di dalam oven yang memiliki suhu 80°C yang disimpan selama 4

(empat) hari , rata-rata tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata) memiliki

berat 142 gram untuk dan 38,4 gram untuk tanaman Terung Ungu (Sonalum

melongena L.) . Sedangkan total biomassa yang terdapat pada tanaman tersebut

yaitu 0.001098 Kg/Ha.

4.2. Pembahasan

Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi

masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang

sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin

berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah

ketersediaan pangan. Agroforestry dikembangkan bertujuan untuk memberikan

manfaat kepada manusia, sekitar lingkungan dan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Agroforesty diharapkan dapat membantu

mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna

menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan, karena semakin tingginya

jumlah penduduk yang kedepannya membutuhkan bahan pangan yang banyak

untuk memenuhi kebutuhan hidup baik itu di sekitar lahan pertanian, kehutanan

maupun di luar dari itu.

Pengelolaan agroforestry perlu memperhatiakan beberapa hal yaitu di

antaranya proses pengelolaan tanah di tempat tersebut. Pengelolaan tanah sebelum

di lakukan tindakan perlu terlebih dahulu di ketahui jenis tanah di tempat tersebut.

Pengelolaan dilakukan secara perkelompok atau pun perorangan tergantung dari


32

luasan tempat tersebut, pengelolaan tanah yang di lakukan yaitu antara lain

penyiangan, pembersihan dan penggemburan serta pemberian pupuk organik

untuk meningkatkan usnur hara pada tanah tersebut.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka di peroleh hasil rata-

rata pertumbuhan tanaman kacang panjang (Vigna unguiculata) yaitu tinggi

tanaman 25,14 cm, lebar daun 2,65 cm, panjang daun 3,87 cm dan jumlah daun

13 helai. Sedangkan rata-rata pertumbuhan tanaman terung ungu (Sonalum

melongena L.) yaitu tinggi tanaman 2,25 cm, lebar daun 1,99 cm, panjang daun

3,04 cm dan jumlah daun 3 helai.

Nilai ekonomi yang dihasilkan dari praktikum ini yaitu terdapat pada

tanaman kacang panjang (Vigna unguiculata), yaitu menghasilkan 18, 105 Kg

dengan harga per/Kg Rp 6.000 dan menghasilkan jumalh ikat yaitu sebanyak 47

ikat dengan harga per/ikat Rp 5.000 sehingga jika dikalikan maka hasil penjualan

yaitu Rp 235.000. Hasil penjualan kemudian dikurangi dengan nilai modal yang

di keluarkaan yaitu terdiri dari pembelian pupuk kandang Rp 100.000, benih

kacang panjang (Vigna unguiculata) Rp 22.000, dan benih terung ungu (Sonalum

melongena L.) Rp 21.000 dengan total modal keseluruhan Rp 143.000. sehingga

nilai keuntungan ekonomi perhektar yaitu dihasilkan dari nilai pengurangan total

penjualan dikurangi total modal (Rp 235.000 – Rp 143.000 = Rp 92.000), jadi

total keuntungan Rp 92.000.

Nilai ekologi yang dihasilkan dari perhitungan biomaasa sangat

mempengaruhi keadaan iklim itu dapat menjadi sumber untuk kelestarian suatu

lahan yang dijadikan tempat. Tanaman agroforestry memiliki peranan didalam

menyerap karbon di udara dan di simpannya dalam tubuh tumbuhan baik itu
33

tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan. Semakin baik dikelola lahan

agroforestry dan menghasilkan tanaman yang baik maka daya menyimpan

karbonnya lebih baik. Cadangan karbon biasanya di sebut dengan biomssa

tanaman. Biomassa tanaman pada praktikum ini yaitu pada tanaman kacang

panjang (Vigna unguiculata) yaitu 0.290 gram dan tanaman terung ungu

(Sonalum melongena L.) yaitu 0.808 gram, sehingga total cadangan karbon yang

tersimpan keseluruhan yaitu 0.001098 Kg/Ha.


34

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka di peroleh kesimpulan

yaitu bahwa peran sistem agroforestry dalam penggunaan lahan kritis dengan

menggunakan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dapat memperbaiki sifat

fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah pada perakaran tanaman sehingga akan

terjadi sirkulasi udara dan penyerapan air lebih cepat dalam membantu penunjang

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman kacang panjang (Vigna

unguiculata) yaitu tinggi tanaman 25,14 cm, lebar daun 2,65 cm, panjang daun

3,87 cm dan jumlah daun 13 helai. Sedangkan rata-rata pertumbuhan tanaman

terung ungu (Sonalum melongena L.) yaitu tinggi tanaman 2,25 cm, lebar daun

1,99 cm, panjang daun 3,04 cm dan jumlah daun 3 helai.

5.2. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu agar dalam

pengelolaan dengan menggunakan sistem agroforestri sangat perlu diperhatikan

pemupukan pada saat penanaman awal karena walaupun dengan lokasi yang sama

kebutuhan pupuk untuk tanah dan tanaman itu berbeda-beda serta perawatan dan

proses kebersihannya harus di pertimbangkan.


35

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., I. Rachman dan S.Ramlan. Jenis agroforestri dan orientasi pemanfaatan
lahan di desa simoro kecamatan gumbasa kabupaten sigi. Jurnal Warta
Rimba. 4 (1): 97-104.

Anggriani, N. 2018. Respons tanaman terung ungu (Solanum melongena


L.)terhadap penggunaan pupuk cair mikroba dan jenis bahan organik.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Indonesia.

Annisa, W dan Purwanto, B.H. 2010. Retensi p oleh oksida besi di tanah sulfat
masam setelah reklamasi lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan. 4(1): 47-56.

Apriliyanto, E dan Setiawan, B.H. 2014. Perkembangan hama dan musuh alami
pada tumpangsari tanaman kacang panjang dan pakcoy. Jurnal Agritech.
16 (1): 98-109.

Arniana, A., Suaib dan L. Karimuna. 2012. Pemanfaatan residu bahan organik dan
fosfor untuk budidaya tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.).
Berkala Penelitian Agronomi. 1 (1): 8-15.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh dan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Nad. 2009. Budidaya tanaman jagung.

Dewana,S. F dan S. Rohmani. 2007. Uji aktifitas antioksidan ekstrak kulit terong
(solanum melongena L.) dan uji sifat fisika kimia dalam sediaan krim.
Universitas Sebelas Maret. Semarang. Indonesia.

Edi, S dan J. Bobihoe. 2010. Buku budidaya tanaman sayyuran. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. Indonesia.

Fahmi, A., Syamsuddin., Utami, S.N.H.U dan Radjagukguk, B. 2010. Pengaruh


interaksi hara nitrogen dan fosfor terhadapertumbuhan tanaman jagung
(zea mays l) Padatanahregosoldan latosol. Berita Biologi. 10(3):297-304.

Firdaus dan E. Susilawati. 2012. Teknologi budidaya terung dalam pot. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Palembang. Indonesia.

Hairiah, K., M. A. Surdjono dan S, Subarnudin. 2003. Bahan ajar agroforestry 1.


Buku Pengantar Agroforestry. Universitas Brawijaya. Malang. Indonesia.

Harmayetty., I. Krisnana dan F. Anisa. 2009. Jus kacang panjang (vigna sinensis
l.) Menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus (String
Bean Juice Decreases Blood Glucose Level Patients with Diabetes
Mellitus). Jurnal Ners. 4 (2): 116-121.
36

Hartati, H. 2013. Deteksi cendawan yang terbawa benih terung (Solanum


melongena). Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.

Hasinu, J.V ., Rumthe, R.Y dan Laisow, R. 2014. Efikasi ekstrak daun pepaya
terhadap Nezara viridula L.{hemiptera : pentatomidae) pada polong
kacang panjang. Jurnal Agrologia. 3 (2): 97-102.

Hastuti, L. D. 2007. Terung tinjauan langsung kebeberapa pasar dikota Bogor.


Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia.

Helmi. 2013. Perubahan beberapa sifat fisika regosol dan hasil kacang tanah
akibat pemberian bahan organik dan pupuk fosfat. Pengajar Sekolah
Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh.

Hendriyani, I. S.dan N. Setiari. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan


kacang panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang
berbeda. Jurnal sains dan matematika. 17 (3) :145-150.

Hendryani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang


panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda.
Jurnal Sains dan Mat. 17 (3): 145-150.

Juhaeti, T dan P. Lestari. 2016. Pertumbuhan, produksi dan potensi gizi terong
asal enggano pada berbagai kombinasi perlakuan pemupukan [The
growth, production and nutrition potential of Enggano eggplant on
various combinations of fertilizer treatments]. Jurnal Berita Biologi. 15
(3): 303-313.

Jumini dan A. Marliah. 2009. Pertumbuhan dan hasil tanaman terung akibat
Pemberian pupuk daun gandasil d dan zat pengatur tumbuh harmonik.
Jurnal Floratek. 4 (1): 73-80.

Kintasari, T. 2013. Deteksi geminivirus yang menginfeksi tanaman terung


(Solanum melongena L.) dengan teknik polymerase chain reaction.
Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.
Kuswanto., Soetopo,L., Afandhi, A dan Waluyo, B. 2007. Perakitan varietas
tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L). Fruwirth) toleran
hama aphid dan berdaya hasil tinggi. Ekspose PHB Unggulan Dikti
Brawijaya. Malayang. Indonesia.
Lamtiar. 2010. Pengaruh invigorasi benihterhadap pertumbuhan dan
produksikacang panjang (vigna sinensis (l.) savi ex hassk)pada media
tanah pantai. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lestari, S. B., S. Pratamaninggtyas dan U, Sugiarti. 2016. Evaluasi keragaman


dan potensi genetik 7 genotipa terung (Solanum melongena L.). Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian. 10 (1): 31-40.
37

Mawarni, T., Soesanto, L dan Utami, D.S. 2002. Tanggapan beberapa varietas
terung terhadap penyakit layu bakteri dan pengendalian hayatinya dengan
Pseudomonas fluorescens. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 2 (2): 1-8.

Mayrowani, H dan Ashari. 2011. Pengembangan agroforestry untuk mendukung


ketahanan pangan dan pemberdayaan petani sekitar hutan. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertania. Bogor Indonesia.

Melinda., Damayanti, T.A dan Hidayat, S.H. 2015. Identifikasi molekuler bean
common mosaic virus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik kuning
kacang panjang. Jurnal HPT Tropika. 15 (2): 132-140.

Michael, P.S. 2013. Ecological impacts and management of acid sulphate soil: A
Review. Asian Journal of Water, Environment and Pollution. 10(4):13-
24.

Muldiana, S dan Rosdiana. 2017. Respon tanaman terong (Solanum malongena


L.) terhadap interval pemberian pupuk organik cair dengan interval
waktu yang berbeda. Jurnal Umj Pertanian dan Tanaman Herbal
Keberlanjutan. 1(1): 155-162.

Octaviani, N. L., I. M. Sudana dan T. A. Phabiola. 2017. Penentuan fase kritis


Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) terhadap infeksi bean
common mosaic virus (BCMV). Jurnal Agroeteknologi Tropika. 6 (1):
91-99.

Panhwar, Q.A., Naher, U.A., Shamshuddin, J., Radziah, O dan Hakeen, K.R.
2016. Management of acid sulfate soils for sustainable rice cultivation in
Malaysia. Department of Land Management, Faculty of Agriculture,
Universiti Putra Malaysia.

Poushkarov, N. 2018. Physico-chemical properties of regosols in bulgaria.


Bulgarian. Journal of Soil Science. 1(2): 104-111.

Prapagar, K dan Sutheshkumar. 2013. Retention behavior of phosphate in sand


regosol. Department of Agricultural Chemistry, faculty of Agriculture,
Eastern University Sri Lanka

Priambono, T. D. 2015. Pengaruh pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi


daun gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan em 4 terhadap
pertumbuhan tanaman terung (Sonalum melongena). Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta. Indonesia.

Putinella, J.A. perubahan distribusi pori tanah regosol akibat Pemberian kompos
ela sagu dan pupuk organik cair. Buana Sains. 14(2):123-129.
38

Rendra, P. P. R., N. Sulaksana dan B. Y. C. S. S. S. Alam. 2016. Optimalisasi


pemanfaatan sistem agroforestri sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi
tanah longsor. Jurnal Buletin Of Scientifc Contribution. 14 (2): 117-126.

Riani, P. A. 2016. Evaluasi karakter vegetatif Tanaman kacang Panjang (Vigna


sinensis L.)hasil persilangan polong hijau rasa manis dan polong merah.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Indonesia.

Sagala, D. 2010. Peningkatan ph tanah masam di lahan rawa pasang surut pada
berbagai dosis kapur untuk budidaya kedelai. jurnal agroqua. 8(2):1-5.

Sahid, O. T., R. H. Murti dan S. Trisnowati. 2014. Hasil dan mutu enam galur
terung (Solanum melongena L.) yield and quality of six eggplant
(Solanum melongena L.) lines. Jurnal Vegetalika. 3(2): 45-58.

Sinaga, D.S. 2014. Sistem pakar mendeteksi penyakit tanaman terong belanda
dengan menggunakan metode forward chaining. Juran Jatisi. 1 (1): 101-
110.

Srinivasan, R. 2009. Insect and mite pests on eggplant. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung. Indonesia.

Sumanjaya, Muchamad. 2016.Uji daya hasil beberapa galur kacang panjang


(Vigna sinensis L.) pada dataran medium. [Skripsi] Universitas
Muhammadyah Malang. Malang.

Suryadi., Luthfy., Y.Kusandriani dan Gunawan. 2003. Karakterisasi dan Deskripsi


Plasma Nutfah Kacang Panjang.Buletin Plasma Nutfah. 9(1) :1-5.

Syahrawati, M., Putra, A.M., Busniah, M dan Yaherwandi. 2010. Hama dan
predatornya pada pertanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi
Ex Has) di padang, sumatera barat. Universitas Andalas Padang. Padang.
Indonesia.

Taufik, Indra. 2013.Pengaruh beberapa varietas dan jarak tanam terhadap


pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.).
[Skripsi] Universitas Teuku Umar. Meulaboh.

Yenni. 2012. Ameliorasi tanah sulfat masam potensial untuk budidaya tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Lahan
Suboptimal.1(1):40-49.
39

LAMPIRAN
40

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktikum


41

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum


1. Minggu 30-09-2018 (Pembersihan dan Pembagian Plot)

2. Selasa 02-10-2018 (Pembersihan Lahan)

3. Jum’at 05-10-2018 (Penggemburan Tanah)

4. Sabtu 06-10-2018 (Penggemburan Tanah)

5. Minggu 07-10-2018 (Penggemburan Tanah)


42

6. Kamis 11-10-2018 (Penggemburan Tanah)

7. Jum’at 12-10-2018 (Pembuatan Bedeng)

8. Sabtu 13-10-2018 (Pembuatan Bedeng)

9. Minggu 14-10-2018 (Pembuatan Bedeng dan Pemasangan papan Nama)


43

10. Kamis 18-10-2018 (Pemupukan)

11. Jum’at 20-10-2018 (Pengambilan Titik Koordinat Bedeng Menggunakan


GPS)

12. Rabu 24-10-2018 (Penanaman Benih Kacang Panjang)

13. Kamis 25-10-2018 (Penyiraman dan Pembersihan Rumput)


44

14. Jum’at 26-10-2018 (Pengukuran 1)

15. Minggu 04-11-2018 (Pengukuran 2)

16. Kamis 15-11-2018 (Pemasangan kayu untuk kacang panjang)


45

17. Sabtu 17-11-2018 (Pengukuran 3)

18. Minggu 25-11-2018 (Pengukuran 4)

19. Sabtu 01-12-2018 (Pemasangan bambu ke dua pada kacang panjang)


46

19. Minggu 02-12-2018 (Pengukuran 5)

20. Minggu 09-12-2018 (Pengukuran 6)

21. Minggu 09-12-2018 (Panen pertama kacang panjang)

22. Minggu 12-12-2018 (Panen kedua kacang panjang)


47

23. Minggu 23-12-2018 (Panen Ketiga Kacang Panjang)

24. Rabu 26-12-2018 (Panen Keempat kacang Panjang)

25. Kamis 27-12-2018 (Pengambilan Sampel Biomassa basah pada 2 tanaman,


pemotongan dan penimbangan)
48

26. Kamis 27-12-2018 (Membungkus dan mengoven)

27. Minggu 30-12-2018 (Pembersihan Lahan)

28. Senin 31-12-2018 (Menghitung berat bimassa tanaman kacang panjang dan
terong)

Anda mungkin juga menyukai