TINJAUAN PUSATAKA
2.1. Tanah
padat dan bahan organik yang telah melapuk (yang berpatikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-
proyek teknik sipil, dan mendukung sebagai struktur pondasi. Rekayasa tanah
Menurut Verhoef (1994), tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang
tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik)
Tanah didefinisikan oleh Craig (1987) sebagai akumulasi mineral yang tidak
mempunyai atau lemah ikatan antara partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
dari batuan.
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuann yang mengalami pelapukan
mekanis atau kimiawi. Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi
fragmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor-
faktor yang memepengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan
perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses yang
6
2.1.2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah adalah suatu sisten pengaturan beberapa jenis tanah yang
secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi namun tidak ada
2008).
urutan berdasarkan suatu kondisi fiik tertentu. Tujuan klarifkasi tanah adalah
mengkonfirmasi tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya
dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang
3. Tanah campuran
sedangkan material yang berbutir (psir, kerikil) adalah tidak kohesif (tidak saling
7
mengikat). Struktur dari tanah yang tidak berkohesi ditentukan oleh cara
kecil Tanah dapat diklasifikasikan secara umum sebagai tanah tidak kohesif dan
tanah kohesif, atau tanah berbutir kasar dan berbutir halus (Bowles, 1991).
Tanah berupa material yang terdiri atas agregat (butiran) dan mineral-mineral yang
padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dari bahan-bahan organik yang
telah melapuk yang disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
membentuk bagian padat dari tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan.
Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat bervariasi dan sifat-sifat tanah banyak
Umumnya partikel tanah sangat beragam dengan variasi yang cukup besar. Tanah
mineral quartz dan felsdpar, jenis tanah ini memiliki ukuran butir >2.00 mm;
b. Pasir (sand), yaitu sebagian besar mineral quartz dan feldspar, jenis tanah ini
c. Lanau (silt), yaitu sebagian besar fraksi mikroskopis (yang berukuran sangat
kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus dan
dari pecahan-pecahan mika, jenis tanah ini memiliki ukuran butir 0.06 – 0.002
mm;
8
d. Lempung (clay), yaitu sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis
(berukuran sangat kecil) dan sub-mikroskopis (tak dapat dilihat, hanya dengan
Tanah dapat mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada jarak yang berbeda.
Setiap tanah memiliki parameter tanah yang berbeda yang dapat ditentukan
X
Soil Type 𝛄sat (kN/m3) 𝛄d (kN/m3)
Gravel 20–22 15–17
Sand 18–20 13–16
Silt 18–20 14–18
Clay 16–22 14–21
Sumber :
Tabel 2.2 Deskripsi Butiran Tanah Berdasarkan Relative Densisty & Porosity
X
Dr (%) Porosity, n (%) Description
0–20 100–80 Very loose
20–40 80–60 Loose
40–70 60–30 Medium dense or firm
70–85 30–15 Dense
85–100 <15 Very dense
9
Tabel 2.4 Konduktivitas Hidraulik untuk Jenis Tanah Umum
10
Stiff 30-100 15-40
Loose 10-20 5-10
Sand Medium 20-40 10-15
Dense 40-80 15-35
Sumber : Budhu, 2010
Mekanisme keruntuhan timbunan di atas tanah lunak dengan berbagai jenis perlakuan
terhadap tanah dasar ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Apabila tanah dasar tidak
diberikan perkuatan, maka keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan dalam dengan
bidang keruntuhan memotong timbunan dan melewati tanah dasar, seperti ditunjukkan
keamanan stabilitas timbunan dibandingkan tanah dasar tanpa perkuatan karena kuat
tarik geotextile tersebut dapat memberi tahanan momen tambahan pada bidang
geotekstile dapat menambah daya dukung tanah dasar karena pile mentransfer beban
(c) Pola Keruntuhan timbunan tanpa perkuatan (b) Pola Keruntuhan timbunan dengan
tanah dasar perkuatan geotextile
11
Gambar 2.1 Pola keruntuhan timbunan dengan berbagai jenis perlakuan
Piled embankment merupakan gabungan dari beberapa tiang yang digunakan untuk
menahan timbunan dan beban diatasnya. Pada umumnya penggunaan piled embankment
ini menggunakan pelat beton sebagai pile cap tiang kelompok. Namun penggunaan pelat
Geogrid termasuk dalam salah satu jenis geosintetik. Istilah geosintetik sendiri
1990). Geosintetik merupakan bahan tiruan (sintetis) yang berasal dari polimerisasi
hasil – hasil industri kimia (minyak bumi) atau dari bahan baja, semen, serat – serat
sintetis, kain dan lain – lain. Bahan ini memiliki polimer utama penyusun bahan
berupa polyester (PS), polyamide (PM), polypropylene (PP) dan polyethylene (PE)
(Suryolelono, 2000).
Geosintetik tipe grid (geogrid) yang memiliki bentuk menyerupai ribs (tulang – tulang
iga) sering digunakan sebagai perkuatan misalnya sebagai perkuatan dinding penahan
tanah, perkuatan lapis perkerasan, perkuatan timbunan atau sebagai perkuatan tanah
akibat bencana tanah longsor (Permathene, 2002). Geogrid memiliki kuat tarik yang
tinggi dan terbuat dari lembaran polimer yang dilubangi dengan pola yang sama
12
kemudian ditegangkan pada arah tertentu. Karakteristik dan penggunaan geogrid
Floating piles termasuk jenis fondasi tiang. Pemilihan fondasi tiang sebagai fondasi
2. Sebagai penerus beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu,
mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah di sekitarnya,
3. Sebagai penerus beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke tanah
Floating piles merupakan jenis fondasi tiang yang dipancang secara keseluruhan di
dalam tanah lempung lunak, sehingga sebagian besar beban ditahan oleh tahanan gesek
13
dinding tiang. Fondasi ini umumnya dipancang secara berkelompok ke dalam tanah
lunak dan kapasitasnya dipengaruhi oleh salah satu factor (Hardiyatmo, 2001) dari :
1. Jumlah kapasitas tiang tunggal dalam kelompok tiang, bila jarak tiang lebar,
2. Tahanan gesek tiang yang dikembangkan oleh gesekan antara bagian luar
kelompok tiang dengan tanah di sekelilingnya, jika jarak tiang terlalu dekat
Menurut De Mello (1960) (dalam Poulos dan Davis, 1980) pemancangan tiang ke
3. Disipasi dari tekanan air pori berlebih (excess pore water pressure) pada tanah di
sekeliling tiang,
regain).
Menurut Rankilor (1992) konsep dasar dalam memberi perkuatan sebuah embankment
adalah mencegah terjadinya bidang gelincir potensial (potential slip circles) yang
terjadi dan menyediakan tahanan geser (shear resistance), saat mulai terjadi gerakan
tanah. Embankment dengan perkuatan tiang ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
2.2).
14
Gambar 2.2 Conventional pile supported (CPS) embankment
(Sumber : Hans dan Akins, 2002)
Mekanisme penyaluran beban dari embankment ke tiang (pile) dan tanah melibatkan
1. Soil Arching
Terjadi akibat adanya differential settlement antara pile cap, sehingga terbentuk soil
arching di atas platform yang diperkuat oleh geosintetik (geosynthetic reinforced fill
15
platform), hal ini mengakibatkan berkurangnya tekanan yang bekerja pada fill
platform.
2. Efek Membran
Adalah suatu efek ketika fill platform (yang memiliki geosintetik di dalamnya baik
single layer maupun multiple layer) dikenai tekanan, maka fill platform akan
3. Konsentrasi Tegangan
Terjadi akibat adanya perbedaan kekakuan antara tiang dan tanah lunak, soil arching
dan deformasi dari soil platform, maka sebagian besar beban disalurkan ke tiang,
sedangkan tanah lunak hanya menerima sebagian kecil beban. Hal ini mengakibatkan
16
ada perbedaan tegangan yang signifikan antara tiang dan tanah lunak. Fenomena ini
Dalam perhitungan, beban yang digunakan adalah beban yang sudah didistribusi.
tergantung dari dimensi dan jarak antar tiang. Sebelum menghitung tegangan total
pada perkerasan, perlu dihitung beban total pada dasar timbunan. Beban total pada
σ 'v =f fs . γ . H + f q . ws ………………..(2.1)
Cc . a 2
p'c =σ 'v ( )
H
………………..(2.2)
H
Untuk end-bearing piles C c =1.95 . −0.18 ………………..(2.3)
a
H
Untuk friction piles C c =1.5 . −0.7 ………………..…..(2.4)
a
σv
' ………………..(2.5)
s ( f fs . γ . H +f q . w s ) p 'c
WT= 2
s −a
2
( ( ))
x s 2−a2 .
σv
' ………………..(2.6)
s2 p c
Tetapi, apabila ≤ , maka W T =0
a2 σ v
Keterangan :
17
s : jarak antar tiang
Cc : koefisien lengkung
Setelah memperoleh nilai beban total pada dasar timbunan, dapat dihitung faktor
reduksi tegangan dan tegangan yang terjadi pada dasar timbunan. Faktor reduksi
tegangan dan tegangan yang terjadi pada dasar timbunan dapat dihitung
2s pc
S ЗD= 2 2
(s+a)( s −a ) (
x s 2−a 2 . ( )) ………………..(2.7)
γ .H
2,8. s pc
S ЗD= 2
( s+a) . H (
x s 2−a2 . ( ))
γ.H
………………..(2.8)
W T (s−a) 1
T rp=
2a √
x 1+
6ε
………………..(2.9)
18
Gambar 2.6 Variables used in determination of Trp
(Sumber : BS8006,1995)
Keterangan :
diijinkan pada perkerasan, perlu dilakukan tegangan pada perkerasan untuk menahan gaya
horizontal yang bekerja pada dasar timbunan. Tegangan ini disebabkan oleh tekanan tanah
aktif dari timbunan. Tegangan untuk menahan gaya horizontal dapat dicari menggunakan
rumus berikut.
Keterangan :
∅
(
2
: tan 45−
2 )
………………..(2.11)
19
Gambar 2.7 Stabilitas geser lateral anatara timbunan dan perkerasan
(Sumber : BS8006,1995)
Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung untuk
perlawanan terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang
longsornya terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis stabilitas pada
permukaan tanah yang miring ini disebut analisis stabilitas lereng (Hardiyatmo
H.C.,2007).
Umumnya, analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek keamanan dari lereng alam,
lereng galian, dan lereng urugan tanah (Hariyatmo 2003:326). Indrawahjuni (2011:93)
terhadap geseran yang dapat dikembangkan oleh tanah pada bidang longsornya
terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran. Dengan kata lain, suatu lereng akan
longsor apabila keseimbangan gaya yang bekerja terganggu yaitu gaya pendorong
Analisis stabilitas lereng tidak mudah, karena terdapat banyak faktor yang sangat
berlapis-lapis, kuat geser tanah yang anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah dan
lain-lainnya. Terzaghi (1950) membagi penyebab longsoran lereng terdiri dari akibat
pengaruh dalam (Internal Effect) dan pengaruh luar (External Effect). Pengaruh luar
20
yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa adanya
Tujuan dari analisis stabilitas lereng adalah untuk menentukan angka keamanan dari
suatu lereng. Angka keamanan didapatkan dari perbandingan gaya penahan dan gaya
τf
FK = ………………..(2.12)
τd
dengan :
τd : tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor
FK : faktor aman
rata-rata sepanjang bidang longsor potensial dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang
permukaan longsoran. Jadi, kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu
pada bidang longsornya, padahal faktor keamanan hasil hitungan lebih besar 1(satu).
Secara umum, semakin kecil kualitas dari investigasi lapangan, maka semakin tinggi
angka keamanan yang harus diberikan, terutama bila seorang perencana memiliki
desain dan untuk memberikan jaminan keamanan terhadap semua parameter yang
digunakan dalam perhitungan. Berikut dalam Tabel 2.7 adalah kriteria kondisi lereng
21
Tingkat ketidakpastian
Biaya dan konsekuensi dari kegagalan lereng kondisi analisis
Rendaha Tinggi b
Biaya perbaikan sebanding dengan biaya
tambahan untuk merancang lereng yang lebih 1,25 1,5
konservatif
biaya perbaikan lebih besar dari biaya
tambahan untuk merancang lereng yang lebih 1,5 2,0 atau lebih
konservatif
a
Tingkat ketidakpastian kondisi analisis dikategorikan rendah, jika kondisi
geologi dapat dipahami, kondisi tanah seragam, penyelidikan tanah
konsisten, lengkap dan logis terhadap kondisi di lapangan.
b
Tingkat ketidakpastian kondisi analisis dikategorikan tinggi, jika kondisi
geologi sangant kompleks, kondisi tanah bervariasi, dan penyelidikan
tanah tidak konsisiten dan tidak dapat diandalkan.
FK = 1, maka lereng adalah dalam keadaan akan longsor. Umumnya, harga 1,5 untuk
22
2.5. Studi Literatur Penelitian Terdahulu
Sugeng Krisnanto dan Analisis Perkuatan embankment dengan sistem mencakup kontruksi trial dengan menggunakan sistem
(2008) Cerucuk Matras Bambu perkuatan tanah dasar embankment dan cerucuk matras bambu dapat
untuk Timbunan Badan menggunakan cerucuk matras pengamatan stabilitas trial meningkatkan daya dukung
Jalan di atas Tanah bambu, dan dibandingkan embankment dan penurunan tanah dasar, memiliki stabilitas
Lunak di lokasi Tambak dengan prediksi penurunan tanah dasar selama rentang lereng yang cukup, penuruan
Oso, Surabaya yang akan terjadi pada akhir waktu tertentu yang terjadi relative seragam,
terjadi.
2. Edwindhi Analisis Stabilitas Mengetahui penyebab Analisa kerusakan dinding 1. Dari hasil analisis dengan
22
Nurmanza, Lereng dengan Perkuatan kerusakan dinding penahan penahan existing melalui menggunakan SLOPE/W
Widodo Suyadi, Tiang (Pile) dengan tanah eksisting melalui pengamatan lapangan dan diperoleh desain tersebut
Suroso (-) Batuan Perangkat Lunak pengamatan di lapangan, perencanaan perkuatan mampu menahan
(Studi Kasus pada Sungai mengetahui kondisi stabilitas lereng dan pengaturan kelongsoran dengan angka
Pirit Raya) lereng eksisting dan stabilitas geometri lereng dengan keamanan yang mulanya
3. A. Adhe Noor Pengaruh Beban Masalah tanah lunak seperti Pemodelan geometri plane Permodelan beban kendaraan
23
PSH (2012) Kendaraan sebagai lempung dapat menjadikan strain dalam software Plaxis sebagai beban titik merupakan
Beban Titik terhadap lereng tidak stabil. Drainase versi 7.2 meliputi kondisi salah satu cara mentransformasi
Deoformasi Geogrid vertical atau dengan perlapisan embankment dan bebandinamis kendaraan ke
sebagai Perkuatan ,enggunakan bahan perlapisan tanah dasar. dalam bentuk beban statis.
Embankment di atas geosintetik seperti geogrid Validasi dilakukan terhadap Pertambahan perpindahan
Tanah Lunak dan geotekstil yang dapat perpindahan horizontal dan vertikal akibat beban kendaraan
dikombinasikan dengan vertical pada kondisi sebagai beban titik terjadi pula
24
Setelah itu aplikasi beban (untuk beban 60 kN/m).
geogrid.
4. Ferra Fahriani Analisa Pengaruh Adanya pekerjaan timbuanan Analisis stabilitas tanah 1. Dari hasil analisis didapatkan
(2016) Ketinggian Timbunan membentuk suatu lereng timbunan pada software bahwa meningkatnya
Terhadap Kestabilan baru, sehingga perlu PLAXIS sebanyak 5 ketinggian tanah timbunan
tersebut. Kestabilan lereng ketinggian timbunan mulai angka keamanan lereng yang
25
suatu pekerjaan akan semakin menurun, sampai
(2016) Timbunan dengan stabilitas tanah adalah dengan dengan timbunan yang tanah mengakibatkan
Perkuatan Sabut Kelapa cara penimbunan tanah. diberikan tambahan sabut peningkatan kestabilan lereng
Apabila suatu tanah diberikan kelapa dengan variasi pada timbunan, hal ini
timbunan maka akan sampai 5% terhadap berat angka keamanan lereng tiap
terbentuk lereng baru yang kering tanah ada penambahan sabut kelapa pada
26
tanah. Tanah timbunan dapat kelapa pada tanah hanya
sabut kelapa.
27