Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang seringkali diderita oleh kebanyakan orang dewasa yaitu
penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar kolesterol dalam darah atau
yang sering dikenal dengan sebutan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol
dalam darah. Hiperkolesterolemia ini merupakan penyebab utama dari gangguan
kardiovaskuler, seperti arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (PJK).
Penyakit jantung koroner ini merupakan suatu penyebab kematian nomor satu di
dunia. PJK atau penyakit jantung koroner menyebabkan kematian mencapai
74.000 jiwa setiap tahunnya yang artinya mencapai 200 jiwa yang meninggal
setiap harinya. Manusia yang kadar kolesterolnya tidak normal tiga kali lebih
mudah mendapat serangan jantung jika dibandingkan dengan orang yang
memiliki kadar kolesterol yang normal.
Kolesterol jenuh di dalam darah dapat memicu terjadinya aterosklerosis
yang biasanya dapat terjadi pada masa kanak-kanak. Manifestasi klinik dari
penyakit ini sering terjadi pada usia menengah hingga usia lanjut. Aterosklerosis
ini merupakan suatu kondisi yang menyebabkan adanya pembentukan plak di
pembuluh darah. Aterosklerosis dalam darah dapat memicu terjadinya penyakit
jantung koroner, hipertensi, bahkan sampai terjadinya kematian.
Faktor penyebab peningkatan kadar kolesterol biasanya disebabkan oleh
faktor genetik dan faktor sekunder yang disebabkan oleh penyakit lainnya.
Penderita hiperkolesterolemia disarankan untuk mengatur pola makan serta sering
melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga. Faktor lain yang dapat memicu
terjadinya peningkatan kolesterol yaitu masyarakat lebih cenderung menyukai
makanan siap saji yang mengandung lemak jenuh yang berlebih.
Saat ini banyak sekali beredar di pasaran, obat-obat penurun kolesterol
atau antikolesterol baik obat alami maupun obat modern atau sintesis. Untuk tahap
awal, terapi non farmakologis seperti diet dan gerak badan lebih diutamakan,

1
tetapi apabila terapi non farmakologis ini gagal, selanjutnya dilakukan terapi
farmakologis, baik dengan menggunakan obat alami maupun obat modern.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan analisis efek obat
hipokolesterolemia dari golongan fibrat (fenofibrat dan gemfibrozil) dengan obat
golongan statin (simvastatin) yang diujikan pada hewan uji mecit dengan Na-
CMC sebagai kelompok kontrol.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menganalisis efek kolesterolemia pada hewan uji mencit
2. Mahasiswa dapat menentukan penurunan kadar kolestrol total pada hewan
uji mencit setelah pemberian obat hipokoleterolemia.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti
tentang efek obat hipokoleterolemia pada hewan uji mencit.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui informasi tentang
obat hipokoleterolemia yang dapat menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan referensi
untuk pengembangan pembelajaran dalam lingkungan Universitas Negeri
Gorontalo.
1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini yaitu efek obat hipokolesterolemia oral dapat
diamati dengan membandingkan kadar kolesterol darah mencit sebelum
pemberian dan setelah pemberian obat hipokolesterolemia oral.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Kolesterol
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang berada pada tiap sel
di dalam tubuh. Kolesterol berfungsi sebagai materi awal untuk pembentukan
cairan empedu, dinding sel, vitamin, dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon
seks dan lainnya (Gondosari, 2015).
Kolesterol beredar di dalam darah dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi
kolesterol lebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah
jantung dan otak (stroke). Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana
meningkatnya konsentrasi pada kolesterol dalam darah yang melebihi nilai
normal. Dan hiperkolesterolemia dapat mengakibatkan penumpukan plak pada
pembuluh darah yang disebut arterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah,
sehingga suplai darah ke otak juga akan mengalami penurunan dan akan
berpeluang besar untuk terjadinya stroke (Satya, 2017).
2.1.2 Jenis-Jenis kolesterol
Menurut Widjajanti (2016), kolesterol yang ada pada dalam tubuh
sebenarnya terdiri dari beberapa komponen yang masing–masing memiliki peran,
karakterisktik, dan jumlah masing -masingnya mengindikasikan kondisi tubuh
secara spesifik, yaitu:
a. Kolesterol LDL
Jenis kolesterol ini sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol
LDL mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL
menyebabkan pengendapan kadar kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL
merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular dan stroke. LDL disebut
lemak jahat karena memiliki kencenderungan melekat di dinding pembuluh darah
sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah.
LDL dapat melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal
bebas. Setelah LDL teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi
LDL yang teroksidasi sempurna yang mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel

3
busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin
lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan
penyempitan lumen pembuluh darah. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh
darah (plak koletserol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit
sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada pembuluh darah bersifat
rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang
dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak koletserol, maka bekuan darah
ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total dan dapat berpeluang besar
menjadi faktor risiko terjadinya stroke.
b. Kolesterol HDL
Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering
disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan koleterol jahat di
pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL
mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari
proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada pembuluh darah).
Dari hati kolesterol diangkut oleh LDL untuk dibawa ke sel – sel tubuh
yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain – lain agar
berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali
oleh lipoprotein untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan
lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu. Protein
utama yang membentuk HDL adala Apo-A (Apolipoprotein) yang mempunyai
kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih
berat (Dhyta dkk, 2018).
c. Trigliserida
Selain LDL dan HDL terdapat juga Trigliserida, yaitu satu jenis lemak
yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis, kemudian masuk ke dalam
plasma. Trigliserida terdapat di dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh.
Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah
seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan berlemak. Trigliserida

4
merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol,
peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak serta gaya hidup.
Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan
stroke.
2.1.3 Faktor Penyebab Kolestrol Tinggi
1. Usia dan jenis kelamin
Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami
yang terjadi dalam proses penuaan. Dengan kata lain, semakin tua kita, semakin
banyak waktu yang kita miliki untuk merusak tubuh. Kadar kolesterol meningkat
tinggi seiring usia pada pria dan wanita. Pada pria kadar kolesterol tinggi terlihat
pada usia antara 45 sampai 54 tahun. Sedangkan pada wanita, kadar kolesterol
tertinggi pada usia 55 sampai 64 tahun (Shengda, 2015).
2. Pola makan
Orang yang paling berisiko memiliki kadar kolesterol tinggi adalah mereka
yang menerapkan pola makan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi.
Lemak jenuh (ditemukan pada daging, mentega, keju dan krim) meningkatkan
kadar kolesterol LDL dalam darah. Namun, pola makan yang sehat dapat
menurunkan kadar kolesterol sekitar 5-10%, bahkan lebih (Shengda, 2015).
2.1.4 Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan kadar lipid yang abnormal pada plasma dan
mencakup spectrum yang luas. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar HDL (Dipiro et
al, 2015).
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (K-total),
kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL
(KHDL). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran
yang penting dan erat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin
dibicarakan tersendiri. Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus
terikat pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang sering

5
disingkat dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal sebagai
lipoprotein. Tergantung dari kandungan lipid dan jenis apoprotein yang
terkandung maka di kenal lima jenis liporotein yaitu kilomikron, very low density
lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Arsana, dkk, 2015).
2.1.5 Epidemiologi
Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional,
menunjukkan ada 35.9% dari penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan
kadar kolesterol abnormal (berdasarkan National Cholesterol Education Program,
Adul Treatment Panel III (NCEP ATP III)), dengan kadar kolesterol ≥200 mg/dl)
dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di
pedesaan. Data Riskesdas juga menunjukkan 15,9% populasi yang berusia ≥15
tahun mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥190 mg/dl), 22,9%
mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11,9% dengan kadar
trigliserid yang sangat tinggi (≥500 mg/dl). Dislipidemia merupakan faktor risiko
primer untuk PJK dan mungkin berperan sebelum faktor risiko utama lainnya
muncul. Data epidemiologi menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan
faktor risiko untuk stroke iskemia. Grundy dkk menunjukkan bahwa untuk setiap
penurunan LDL sebesar 30 mg/dL maka akan terjadi penurunan risiko relatif
untuk PJK sebesar 30% (Arsana, dkk., 2015).
2.1.6 Patofisiologi Dislipidemia
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai
kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2
cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan
kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen.
Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami
hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis
kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan

6
lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%) (Dipiro et. al.,
2015).
2.1.7 Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan proses terjadinya penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan
penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam
darah. Dislipidemia primer yang berhubungan dengan obesitas ditandai dengan
peningkatan trigliserida, penurunan kadar HDL, LDL, dan komposisi abnormal
(Arsana, dkk., 2015).
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu
keadaan seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme,
syndrome nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif.
Hipertrigliserida disebabkan oleh diabtes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal
kronik, miokard infark, dan kehamilan. Selain itu dislipidemia dapat disebabkan
oleh gagal ginjal akut, dan penyakit hati (Arsana, dkk., 2015).
2.1.8 Cara Menurunkan Kolesterol
Peningkatan kolesterol beresiko untuk terjadinya arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Proses arterosklerosis dipengaruhi oleh usia. Pada
usia 50 tahun memang umumnya sudah terjadi arterosklerosis. Kadar kolesterol
yang berlebih akan menjadi masalah, oleh karena itu kadar kolesterol harus
diturunkan. Salah satu cara untuk menurunkan kadar kolesterol adalah dengan
menggunakan obat golongan dislipidemia (Dipiro, et. al., 2015).
2.1.9 Golongan Obat Dislipidemia
1. Golongan Statin
Golongan Statin dapat menghambat reduktase 3-hydroxy-3-methylglutaryl
coenzyme (HMG-CoA), menghambat HMG-CoA menjadi mevalnoat, mengurangi
katabolisme LDL. Bila digunakan sebagai terapi golongan Statin paling banyak
digunakan (Dipiro et. al., 2015).

7
Terapi kombinasi antara Statin dengan BARs ( Bile Acis Resins) rasional
karena jumlah LDL dapat meningkat, menyebabkan kolesterol LDL menurun
lebih tinggi. Terapi kombinasi Statin dengan Ezetimibe juga rasional karena
Ezetimibe dapat menghambat penyerapan kolesterol di usus. Efek samping pada
penggunaan golongan Statin terjadi konstipasi 10%, peningkatan kreatinin kinase,
dan miopati (Dipiro et, al., 2015).
2. Golongan Fibrat
Terapi Fibrat yaitu Gemfibrozil, Fenofibrat, dan Clofibrat. Golongan fibrat
efektif dalam mengurangi VLDL, LDL, dan nilai kolesterol total. Konsentrasi
HDL dalam plasma dapat meningkat menjadi 10%-15%. Gemfibrozil dapat
mengurangi sintesis VLDL dan lebih beresiko menyebabkan miopati
dibandingkan fenofibrat jika dikombinasi dengan Statin. Jika Fibrat diberikan
bersamaan dengan statin maka sebaiknya waktu pemberiannya dipisah, misalnya
Fibrat pada pagi hari dan Statin diberikan pada malam hari. Penggunaan
Clofibrate kurang efektif dibandingkan Gemfibrozil atau Niacin dalam
mengurangi produksi VLDL (Dipiro et. al., 2015).
Fenofibrat merupakan golongan fibrat yang baik jika dikombinasi dengan
Statin untuk menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL dengan Dislipidemia campuran dan penyakit jantung koroner (Goldfine et
al, 2011). Efek samping Fibrat yaitu gangguan gastrointestinal (GI) terjadi pada
3%- 5%, ruam, pusing, pandangan kabur, vertigo, sembelit, diare (Dipiro et. al.,
2015).
3. Bile Acid Resins
BARs (cholestyramine, colestipol, colesevelam) dapat bekerja dengan cara
mengikat asam empedu di dalam usus dan meningkatkan LDL. BARs digunakan
untuk mengobati hiperkolesterolemia primer. Dosis harian Cholestyramine yaitu 4
mg – 24 mg, Colestipol 5 mg – 30 mg, dan Colesevalam 3,8 mg - 4,5 mg.
penggunaan dosis tinggi Cholestyramine atau Colestipol dapat menurunkan
konsentrasi LDL sebesar 18%-25%. Pada dosis maksimum obat ini sering
menimbulkan rasa tidak nyaman pada abdomen (Dipiro et. al., 2015).

8
Efek samping BARs yaitu konstipasi, kembung, obstruksi GI, dan
mengurangi bioavailabilitas obat seperti warfarin, asam nikotinat, asetaminofen,
loperamid, hydrochortison. Interaksi obat dapat dihindari dengan selang waktu 6
jam atau lebih antara BARs dengan penggunaan obat lain (Dipiro et. al., 2015).
4. Ezetimibe
Ezetimibe merupakan obat penurun lipid yang dapat menghambat
kolesterol tanpa mempengaruhi absorbsi nutrisi yang larut dalam lemak dan
merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan efektivitas terapi yang
dikombinasi dengan Statin. Dosis yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari 19
diberikan dengan atau tanpa makanan. Ezetimibe bila digunakan tanpa kombinasi
akan menyebabkan penurunan kolesterol LDL 18%. Bila dikombinasi dengan
Statin maka dapat menurunkan LDL lebih besar (12%- 20%). Ezetimibe 10 mg
dapat dikombinasi dengan Simvastatin dengan kekuatan 10 mg, 20 mg, 40 mg,
atau 80 mg (Dipiro et. al., 2015).
5. Golongan Niacin (Asam Nikotinat)
Niacin merupakan obat penurun lipid yang dapat mengurangi sintesis
dalam hati dari VLDL. Niacin juga dapat meningkatkan HDL dengan mengurangi
katabolisme. Penggunaan Niacin digunakan untuk terapi dislipidemia campuran
atau sebagai kombinasi untuk hiperkolesterolemia. Pada dosis maksimum Niacin
diberikan dengan makanan secara perlahan-lahan untuk meminimalkan dosis
Niacin. Obat golongan Niacin sangat baik bila dikombinasi dengan Statin karena
dapat menghasilkan kadar lipid dalam plasma yang signifikan (Dipiro et. al.,
2015).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol 70% (Dirjen POM, 2020 ; Pubchem, 2019)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethylalkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07g/mol

9
Rumus Struktur :

CH3 OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,


dan mudah bergerak; bau khas rasa yang panas,
mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Manfaat : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
Kegunaan : Sebagai desinfektan
Khasiat : Sebagai desinfektan (mencegah pertumbuhan dan
pencemaran jasad renik) pada benda mati.
Digunakan juga sebagai antiseptik yaitu untuk
menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 2020 ; Pubchem, 2021)
Nama Resmi : AQUADESTILATA
Nama Lain : Aquadest, Air Suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18.02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


berasa.
Manfaat : Sebagai sumber mineral dari dalam tanah
Kegunaan : Sebagai pelarut.

10
Khasiat : Sebagai sumber air bagi mikroorganisme
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.3 Na-CMC (Rowe, 2009 ; Pubchem, 2020)
Nama Resmi : NATRIUM KARBOKSIMETIL SELULOSA
Nama Lain : Na-CMC, Carboxymethylcellulose-Natrium
Rumus molekul : C28H30Na8O2
Rumus struktur :

Berat molekul : 982.4 g/mol 


Pemerian : Serbuk granular; putih atau hampir putih; tidak
berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter
dan toluen; mudah terdispersi dalam air pada
berbagai suhu membentuk larutan koloid jernih.
Khasiat : Sebagai kontrol
Kegunaan : Sebagai bahan tambahan dalam berbagai formulasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 40 derajat.
2.3 Uraian Obat
2.3.1 Fenofibrat (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : FENOFIBRATE
Nama lain : Fenofibrat
Rumus molekul : C20H21CIO4
Berat molekul : 360,08 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Berbentuk Kristal padat putih

11
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
methanol, etanol, larut dalam aseton, eter, benzene,
kloroform
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis : 300 mg sehari
Indikasi : Hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV, dan V pada pasien
yang cukup memberikan respons terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai
Kontraindikasi : Gangguan hati atau ginjal berat, hipoalbuminemia,
sirosis empedu primer, penyakit kandung empedu,
sindrom nefrotik, kehamilan dan menyusui
Efek samping : Saluran cerna (mual, anoreksia, nyeri lambung),
pruritus, ruam kulit, urtikaria, impotensi, sakit kepala,
pusing, vertigo, letih, rambut rontok, miotoksisitas
(dengan miastenia atau mialgia) risiko khusus pada
gangguan ginjal
Interaksi obat : Cholestyramin, ciclosporin, simvastatin, kolkisin,
warfarin, ezetimibe
Farmakodinamik : Antihiperlipidemia adalah dengan mempengaruhi
faktor transkripsi lipid, lipoprotein, dan transporter
lipid
Farmakokinetik : Semua derivate asam fibrat diabsorbsi lewat usus
secara cepat dan lengkap (<90%), terutama bila
diberikan bersama makanan. Pemecahan ikatan ester
terjadi sewaktu absorbsi dan kadar puncak plasma
tercapai dalam 1-4 jam
2.3.2 Gemfibrozil (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : GEMFIBROZILUM
Nama lain : Gemfibrozil
Rumus molekul : C15H22O3
Berat molekul : 250,34 g/mol

12
Rumus stuktur :

Pemerian : Hablur padat serupa lilin, putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam
methanol dan dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis manusia : 2 dd 600 mg ½ jam a.c, pemeliharaan 900-1500 mg
sehari
Indikasi : Menurunkan kadar TG (VLDL) dan kolesterol (LDL),
sedangkan HDL dinaikkan
Kontraindikasi : Pada pasien dengan gangguan hati, dan ginjal, pada
wanita hamil dan masa menyusui
Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual, mencret, perut
kembung) yang terjadi pada 10% pasien
Interaksi obat : Warfarin, imunosupressan, niasin, eritromisin,
antiprin, propanolol, digoksin
Farmakokinetik : Semua derivate asam fibrat diabsorbsi lewat usus
secara cepat dan lengkap (<90%), terutama bila
diberikan bersama makanan. Pemecahan ikatan ester
terjadi sewaktu absorbsi dan kadar puncak plasma
tercapai dalam 1-4 jam
Farmakodinamik : Sebagai hipolipidemik, obat-obat ini bekerja dengan
cara berikatan dengan reseptor peroxisome
proliferator activates receptors (PPARs), yang
mengatur transkripsi gen
2.3.3 Simvastatin (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : SIMVASTATIN
Nama lain : Simvastatin

13
Rumus molekul : C25H38O5
Berat molekul : 418,6 g/mol
Rumus stuktur :

Pemerian : Serbuk kristal putih atau hampir putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan sangat larut dalam diklorometana, mudah
larut dalam kloroform dan metal alkohol, sedikit larut
dalam propilen glikol, sangat tidak larut dalam
petroleum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis manusia : Dosis awal untuk pasien hiperkolesterolemia ringan
sampai sedang 5 mg/hari
Indikasi : Hiperkolesterolemia primer, homozygous familial
hiperkolesterolemia atau tipe hiperkolesterolemia
campuran pada pasien yang tidak menunjukkan
respon yang kuat terhadap diet dan tindakan lain yang
sesuai
Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif, pada
kehamilan dan menyusui, porphyria
Efek samping : Myositis, reversible, sakit kepala, mempengaruhi hasil
fungsi hati, paraesthasia, nyeri abdomen, flatulence,
konstipasi, diare, mual dan muntah, myalgia, alopesia,
aremia, pusing, neuropati perifer, hepatitis, jaundice,
pankreatitis
Farmakodinamik : Bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol
dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA
reduktase

14
Farmakokinetik : Produk dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis
lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam beta hidrok
2.4 Uraian Hewan
2.4.1 Klasifikasi Mencit menurut Nugroho (2018), yaitu:
Kingdom :  Animalia
Filum :  Chordata
Class :  Mamalia
Ordo :  Rodentia
Famili :  Muridae Gambar 2.4
Mencit
Genus :  Mus (Mus musculus)
Species :  Mus musculus
2.4.2 Morfologi dan Anatomi Mencit
Mencit termasuk dalam filum chordate yang artinya mempunyai chorda
dorsalis, batang syaraf dorsal tunggal dan mempunyai celah insang pada masa
embrionya dan tidak berfungsi sebagai alat pernapasan. Mencit dikelompokkan
dalam klassis mamalia. Seperti telah diketahui, mammalia adalah kelompok
hewan vertebrata yang menduduki tempat tertinggi dalam perkembangan hewan.
Nama mammalia merujuk pada ciri utama anggota mamalia yaitu adanya kelenjar
mamae atau kelenjar air susu yang dapat menghasilkan air susu (pada betina) yang
dapat diberikan ke keturunannya (Nugroho, 2018).
Mencit memiliki rambut yang berwarna keabu-abuan atau putih. Mencit
memliki mata berwarna merah atau hitam, kulit berpigmen dan memiliki warna
perut sedikit pucat. Mencit dewasa pada umur 35 hari dan memiliki waktu
kehamilan 19-21 hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor. Mencit jantan dan
betina siap melakukan kopulasi pada umur 8 minggu. Siklus estrus atau masa
birahi 4-5 hari dengan lama estrus 12-14 jam. Fase estrus dimulai antara pukul
16.00-22.00 WIB. Proses persetubuhan mencit jantan dan betina untuk tujuan
fertilisasi atau disebut dengan kopulasi terjadi pada saat estrus, dengan fertilisasi 2
jam setelah kopulasi (Bella Dheta, 2017).

15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 2 pada percobaan efek obat
hipokolesterolemia pada mencit dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 November 2021
pukul 08:00 sampai dengan 11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Farmakologi
dan Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-lat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk, botol,
dispo, gelas ukur, gelas kimia, kolesterol tetster, lap halus, lap kasar, lumpang dan
alu, pot salep, sonde oral, spidol, stik kolesterol, timbangan, dan wadah.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 70%,
aqua destilata, fenofibrat, gemfibrozil, kertas perkamen, kuning telur, label,
mencit, Na-CMC, simvastatin, tisu dan triton X-100.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Na-CMC
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang Na CMC sebanyak 1 gr
4. Dipanaskan air sebanyak 100 ml hingga mendidih
5. Dimasukkan Na CMC ke dalam gelas kimia
6. Ditambahkan 100 ml air panas
7. Diaduk hingga homogen
3.3.2 Pembuatan suspensi Fenofibrat
1. Ditimbang mencit yang akan digunakan dan dilakukan perhitungan dosis
2. Ditimbang obat Fenofibrat sebanyak 0,0225 g
3. Dilarutkan obat ke dalam larutan Na-CMC sebanyak 10 ml

16
3.3.3 Pembuatan suspensi Simvastatin
1. Ditimbang mencit yang akan digunakan dan dilakukan perhitungan dosis
2. Ditimbang obat Simvastatin sebanyak 0,00574938 g
3. Dilarutkan obat ke dalam larutan Na-CMC sebanyak 10 ml
3.3.4 Pembuatan suspensi Gemfibrozil
1. Ditimbang mencit yang akan digunakan dan dilakukan perhitungan dosis
2. Ditimbang obat Gemfibrozil sebanyak 0,01237522 g
3. Dilarutkan obat ke dalam larutan Na-CMC sebanyak 10 ml
3.3.5 Perlakuan terhadap mencit
1. Diberikan pakan kuning telur
2. Dicek kadar kolesterol pada mencit sebanyak dua kali
3. Dipuasakan mencit selama 12 jam
4. Diinduksi dengan triton sebanyak 1 ml dan setelah 30 menit dicek kembali
kadar kolesterol pada mencit
5. Diberikan obat Fenofibrat, Simvastatin, dan Gemfibrozil pada masing-
masing mencit
6. Dicatat hasil yang didapat

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok Volume Kadar glukosa darah (mg/dl)
Mencit
pemberian
H-3 H-1 30 menit 30 menit Setelah
(mL)
sblm setelah diberikan
diinduksi diinduksi obat
Kontrol 1 mL 143 161 201 214 212

Fenofibrat 1 mL 121 149 117 195 150

Simvastatin 1 mL 145 105 109 198 150

Gemfibrozil 1 mL 145 165 173 198 154

4.2 Perhitungan
a. Fenofibrat
Dosis lazim fenofibrat untuk manusia = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = DosisLazim×Faktor Konversi
= 100 mg × 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 27 g = (20 g / 27 g) × 0,26 mg
= 0,351 mg
Dosis yang diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 10 mL
Jumlah fenofibrat yang digunakan = (10 mL / 1 mL) × 0,351 mg
= 3,51 mg = 0,00351 g

18
% Kadar fenofibrat = (0,00351 g / 10 mL) × 100 %
= 0,0351 %
Berat Tablet = 0,6430 g
Serbuk = (0,00351 g / 0,1 g) x 0,6430 g
= 0,0225 g
b. Gemfibrozil
Dosis lazim untuk manusia = 300 mg
Konversi dosis untuk mencit = Dosis lazim x faktor konversi
= 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
Untuk mencit berat 22 g = (22 g/20 g) x 0,78 mg
= 0,858 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 1 mL
Dosis larutan persediaan = 10 mL
Jumlah Gemfibrozil yang ditimbang = (10 mL/1 mL) x 0,858 mg
= 8,58 mg
= 0,00858 g
% kadar Gemfibrozil = (0,00858 g/ 10 mL) x 100%
= 0,0858 %
Jumlah berat 1 tablet = 0,4327 g
Jumlah Gemfibrozil yang ditimbang = (0,00858 g/ 0,3 g) x 0,4327 g
= 0,01237522 g
c. Simvastatin
Perhitungan dosis oral Simvastatin
Dosis lazim simvastatin untuk manusia = 10 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 = Dosis Lazim×Faktor
= 10 mg × 0,0026 = 0,026 mg
Untuk mencit dengan berat 26 g = 26 g/10 g × 0,026 mg
= 0,0676 mg
Dosis yang diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 10 mL

19
Jumlah Simvastatin yang digunakan = 10 mL/1 mL × 0,0676 mg
= 0,676 mg = 0,000676 g
% Kadar simvastatin = 0,000676 g/ 10 mL × 100 %
= 0,00676 %
Berat Tablet = 0,1701 g
Serbuk = 0,000676 g/ 0,02 g x 0,1701 g
= 0,00574938 g
4.3 Pembahasan
Hiperkolesterolemia merupakan kelainan metabolism lipid (lemak) yang
ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,
penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Penumpukan lemak dalam darah
disebut plak kolesterol yang dapat membuat saluran pembuluh darah menjadi
sempit sehingga aliran darah menjadi kurang lancar (Puspitasari, 2018).
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan menganalisis efek obat
hipokolesterolemia dengan mengamati serta menentukan penurunan kadar
kolesterol total pada hewan uji mencit (Mus musculus) setelah pemberian obat
hipokolesterolemia oral.
Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok 1 sebagai kelompok
kontrol Na-CMC, kelompok 2 sebagai kelompok Fenofibrat, kelompok 3 sebagai
kelompok Simvastatin dan kelompok 4 sebagai kelompok Gemfibrozil. Keempat
kelompok mencit ini diberi pakan kuning telur pada hari pertama dan hari kedua
sebelum pengecekan kolesterol dilakukan. Menurut Hakim (2016), Pemberian
kuning telur pada mencit bertujuan untuk menaikkan kadar kolesterol total dan
trigliserida darah pada hewan uji.
Dipuasakan hewan uji sebelum diberi perlakuan selama kurang lebih 12
jam tetapi tetap diberi minum. Menurut Sri Peni, dkk (2015), Tujuan mencit
dipuasakan terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan yaitu agar tidak ada asupan
makanan yang dapat mempengaruhi proses pengujian.
Keempat kelompok mencit yang telah dipuasakan, diinduksi dengan Triton
X-100 secara intraperitoneal lalu didiamkan selama 30 menit. Menurut Maidisya
(2016), Triton X-100 berfungsi untuk meningkatkan kadar kolesterol total dan

20
trigliserida darah dalam waktu yang singkat, oleh sebab itu Triton X-100 ini biasa
digunakan pada penelitian untuk melihat peningkatan kadar kolesterol pada hewan
uji. Mekanisme kerja dari Triton X-100 yaitu menghambat oksidasi LDL dan
mengerahkan potensi hiperkolesterolemia dengan cara meningkatkan ekskresi
kolesterol dalam kantong empedu (Arifayu, 2019).
Pada kelompok Na-CMC, dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol mencit
dengan alat tes kolesterol. Pada pemeriksaan hari pertama diperoleh kadar
kolesterol mencit 143 mg/dL, pada hari kedua kadar kolesterol mencit naik
menjadi 161 mg/dL, kadar kolesterol puasa mencit 201 mg/dL, setelah diinduksi
dengan Triton X-100 kadar kolesterol mencit naik menjadi 214 mg/dL. Kemudian
setelah diberikan larutan Na-CMC, kadar kolesterol mencit setelah diperiksa turun
menjadi 212 mg/dL. Hal ini dapat terjadi dikarenakan menurut Taqwin (2015),
penggunaan Na-CMC sebagai kelompok kontrol yaitu karena Na-CMC tidak
mengandung zat aktif yang dapat meningkatkan atau menurunkan kolesterol
secara signifikan.
Pada kelompok Fenofibrat, dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol mencit
dengan alat tes kolesterol. Pada pemeriksaan hari pertama diperoleh kadar
kolesterol mencit 121 mg/dL, pada hari kedua kadar kolesterol mencit naik
menjadi 149 mg/dL, kadar kolesterol puasa mencit turun menjadi 117 mg/dL,
setelah diinduksi dengan Triton X-100, kadar kolesterol mencit naik menjadi 190
mg/dL. Kemudian mencit diberikan larutan suspensi Fenofibrat secara oral dan
diperiksa kadar kolesterol mencit 30 menit kemudian. Pada menit ke-30 diperiksa
kadar kolesterol mencit dan mengalami penurunan yaitu menjadi 150 mg/dL. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan menurut Hapizah (2016), Fenofibrat ini dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara mengaktifkan reseptor
PPAR (Peroxisome Profilator Activated Receptor ) yang mengatur metabolisme
lipid didalam tubuh sehingga tidak terjadi penumpukkan lemak dalam tubuh yang
dapat memicu terjadinya kolesterol.
Pada kelompok Simvastatin, dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol
mencit dengan alat tes kolesterol. Pada pemeriksaan hari pertama diperoleh kadar
kolesterol mencit 145 mg/dL, pada hari kedua kadar kolesterol mencit turun

21
menjadi 105 mg/dL, kadar kolesterol puasa mencit naik menjadi 109 mg/dL,
setelah diinduksi dengan Triton X-100, kadar kolesterol mencit naik menjadi 198
mg/dL. Kemudian mencit diberikan larutan suspensi Simvastatin secara oral dan
diperiksa kadar kolesterol mencit 30 menit kemudian. Pada menit ke-30 diperiksa
kadar kolesterol mencit dan mengalami penurunan yaitu menjadi 150 mg/dL. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan menurut Murnik (2015), Simvastatin ini dapat
menurunkan kadar kolesterol dan LDL dengan cara menghambat enzim HMG
CoA reduktase yang mengubah Asetil KoA menjadi asam mevalonat sehingga
terjadi penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor yang
dapat menurunkan LDL.
Pada kelompok Gemfibrozil, dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol
mencit dengan alat tes kolesterol. Pada pemeriksaan hari pertama diperoleh kadar
kolesterol mencit 145 mg/dL, pada hari kedua kadar kolesterol mencit naik
menjadi 165 mg/dL, kadar kolesterol puasa mencit naik menjadi 173 mg/dL,
setelah diinduksi dengan Triton X-100, kadar kolesterol mencit naik menjadi 198
mg/dL. Kemudian mencit diberikan larutan suspensi Gemfibrozil secara oral dan
diperiksa kadar kolesterol mencit 30 menit kemudian. Pada menit ke-30 diperiksa
kadar kolesterol mencit dan mengalami penurunan yaitu menjadi 154 mg/dL. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan Hapizah (2016), Gemfibrozil ini dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah yang mekanisme kerjanya sama dengan obat
Fenofibrat karena kedua obat ini termasuk dalam golongan obat yang sama yaitu
golongan Asam Fibrat. Mekanisme kerja dari obat golongan ini dalam
menurunkan kadar kolesterol yaitu dengan cara mengaktifkan reseptor PPAR
(Peroxisome Profilator Activated Receptor ) yang mengatur metabolisme lipid
didalam tubuh sehingga tidak terjadi penumpukkan lemak dalam tubuh yang dapat
memicu terjadinya kolesterol.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa obat yang
paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah yaitu pada
penggunaan obat Simvastatin. Menurut penelitian efektivitas simvastatin yang
telah dilakukan oleh Sidharta pada tahun 2020 bahwa Simvastatin merupakan obat
yang efektif dan paling banyak digunakan dalam menurunkan kadar kolesterol

22
LDL yang biasanya digunakan dalam jangka panjang untuk mencegah kembalinya
peningkatan kadar kolesterol. Hal inilah yang mendasari bahwa obat yang paling
efektif dalam menurunkan kadar kolesterol adalah Simvastatin dibandingkan
dengan obat Fenofibrat dan Gemfibrozil yang hanya dapat menurunkan kadar
kolesterol dan tidak menjamin bahwa peningkatan kadar kolesterol tersebut akan
terjadi kembali.
Kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan ini yaitu
kesalahan menginduksi mencit melalui intraperitoneal serta kesalahan dalam
memberikan dosis Triton yang berakibat fatal yaitu terjadi kematian pada hewan
uji mencit.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

23
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa efek simvastatin dapa
menurunkan kadar kolesterol pada mencit dengan mekanisme kerja menghambat
HMG-CoA reduktase dalam sintesis kolesterol. Sedangkan pada obat gemfibrozil
tidak dapat menurunkan kadar kolesterol pada mencit karena mekanisme kerja
dari obat ini memicu aktivitas lipase lipoprotein sehingga menghidrolisis
trigliserida pada klomikron VLDL. Golongan statin dapat menurunkan kolesterol
total 20%-45% dan menurunkan trigliserida 10-45%. Sedangkan golongan fibrat
mamp menurunkan kadar LDL hanya sebesar 2%.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk praktikan
Diharapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan pratikum,
meningkatkan keaktifan dan lebih banyak belajar agar bias menguasai materi
5.2.2 Saran untuk laboratorium
Diharapkan agar kedepannya laboratorium analisis farmasi dapat
menyediakan alat-alat untuk kebutuhan praktikum, sehingga praktikan tidak
kesulitan dalam melakukan praktikum.
5.2.3 Saran untuk jurusan
Diharapkan jurusan lebih meningkatkan sarana dan prasarana agar dapat
melakukan praktikum dengan nyaman.

24

Anda mungkin juga menyukai