Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang


berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat
memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.
Selama 40 tahun sejak definisi ini dirumuskan, kemajuan telah telah dibuat dalam
pengetahuan tentang sifat, waktu, pengenalan klinis stroke dan mimiknya, dan
temuan pencitraan yang memerlukan definisi yang akan diperbaharui. Defisit
neurologis Pada penyakit stroke dikaitkan dengan cedera fokal akut dari sistem
saraf pusat (SSP), bisa disebabkan oleh penyebab vaskular, infark serebri,
perdarahan intraserebral (ICH), dan perdarahan subarachnoid (SAH), dan
merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia.1

Di Indonesia sendiri menurut data Riskesdas 2018, sebanyak 10,9 per 1.000
penduduk Indonesia mengalami stroke per 2018. Angka ini menurun dari lima
tahun sebelumnya, 12,10 per 1.000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun
2007, yakni 8,3 per 1.000 penduduk. Prevalensi tertinggi ditemukan pada daerah
Kalimantan Timur sebanyak 14,7% diikuti di daerah DI Yogyakarta sebanyak
14,6%. (Dasar, 2018) Prevalensi stroke di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri yaitu
10,6%. Prevalensi stroke tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun (48,2%).2

Stroke berada di peringkat kedua penyebab kematian di seluruh dunia dengan


tingkat kematian tahunan sekitar 5,5 juta. Tidak hanya beban stroke terletak pada
kematian yang tinggi tetapi morbiditas yang tinggi juga mengakibatkan hingga
50% orang yang selamat cacat kronis.3
Dengan kasus stroke iskemik lebih sering terjadi dibanding dengan stroke
perdarahan (15% dibanding 85%), tetapi berhubungan dengan prognosis yang
secara signifikan lebih buruk dalam populasi asia. Tingginya angka kejadian stroke
menunjukan bahwa ttingkat penyakit pembuluh darah kecil, hipertensi dan adanya
faktor genetik cukup sering terjadi. Tingkat mortalitas perdarahan intraserebri
dalam 30 hari sebanyak 35-52% dan separuh dari kematian tersebut terjadi dalam
dua hari pertama 3

Angka kematian dan angka kecacatan yang dapat ditimbulkan akibat penyakit
stroke yang tinggi menjadikan penyakit ini sebagai penyakit yang sangat penting
bagi kesehatan masyarakat dengan konsekuensi ekonomi dan sosial yang sangat
serius.4

Faktor resiko stroke terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
berupa : Usia, Riwayat Keluarga, Ras, Jenis kelamin, Stroke, TIA, atau Serangan
Jantung Sebelumnya dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu tekanan darah
tinggi, Merokok, Diabetes, Diet, Aktivitas fisik, Kegemukan, Obesitas, faktor yang
lain dapat mempercepat penuaan otak, Kolesterol Tinggi, Penyakit Arteri Karotis,
Penyakit Arteri Perifer, Fibrilasi atrium, Penyakit Jantung Lainnya, Sickle Cell
Disease (Anemia Sel Sabit) Dan Coronavirus disease (COVID19) dimana
peningkatan pembentukan bekuan darah dapat menimbulkan komplikasi dari
COVID-19 yang mengakibatkan stroke.5

Pasien Stroke perlu mendapatkan penanganan segera, peran dokter penerima


pasien pertama kali sangat menentukan manajemen pasien selanjutnya, pasien
yang terkena stroke dan TIA harus segera dikirim ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan sedini mungkin.6
Menit awal serangan sampai beberapa jam pertama pada onset stroke adalah
waktu yang essensial untuk pencegahan kecacatan dan kematian dengan tujuan
terapi menyelamatkan terjadinya infark atau meminimalkan derajat kerusakan otak
yang permanen. Oleh karena itu, diagnosis dan penanganan klinis awal secara
komprehensif mempunyai peranan penting untuk terapi stroke yang optimal. 6

Tujuan tatalaksana stroke adalah untuk meminimalkan cedera otak akut dan
memaksimalkan pemulihan pasien. American Heart association Emergency
cardiovascular care (AHA ECC) mengeluarkan pedoman penilaian dan
pengelolaan stroke akut yang berfokus pada setting di luar rumah sakit dan UGD,
Hal ini perlu diperhatikan karena di dalam penanganan pasien stroke dipengaruhi
oleh alokasi waktu penanganan. 7

Manajemen stroke secara komrehensif dapat meminimalkan luas daerah otak


yang mengalamai kerusakan jaringan, dan mencegahan kerusakan jaringan
penumbra yang lebih luas pada stroke iskemia serta sebagai pencegahan terajdinya
perdarahan lebih lanjut pada stroke perdarahan.8

Tujuan utama manajemen stroke secara umum adalah menurunkan


morbiditas dan mortalitas, serta angka kecacatan, sehingga upaya pengenalan
gejala - gejala stroke dan penangan stroke dini sangatlah penting. Tujuan pasien
stroke dirawat inap ialah kepentingan diagnostik, intervensi terapi, mencegah
stroke baru, mengatasi masalah vaskuler, mengatasi masalah kesehatan yang lain
selama fase akut, serta mobilisasi dan rehabilitasi untuk mengoptimalkan
pemulihan fungsional. 8

Pasien dengan kecurigaan stroke seharusnya diperlakukan sama dengan


pasien dengan infark miokard akut atau kasus trauma yang berat tanpa
memedulikan derajat defisit neurologis, terlebih pada kasus stroke terdapat jendela
waktu terapi yang sedikit sehingga evaluasi eadaan pasien di igd dan penegakkan
diagnosis stroke merupakan hal yang sangat penting. 9
1. DAFTAR PUSTAKAXPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). 2016. Guideline Stroke Perdossi. hal:170-17. Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2019).
Laporan Provinsi Sulawesi Selatan Riskesdas 2018. In Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan (Vol. 110, Issue 9).
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3658
3. Dasar, L. N. R. K. (2018). Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. In
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 198).
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/La
poran_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
4. Donkor, E. S. (2018). Stroke in the 21st Century: A Snapshot of the Burden,
Epidemiology, and Quality of Life. Stroke Research and Treatment, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3238165
5. American Heart Association , Stroke Risk Factor,
https://www.stroke.org/en/about-stroke/stroke-risk-factors/ , diakses pada;
17 Juni 2021.
6. Crocco T, Gullet T, Davis SM et al. feasibility of Neuroprotective Agent
Administration by Prehospital Personnel in Urban setting. Stroke 2003;34:
1918- 1919.
7. 7. Jauch, E.c., B. Cucchiara, O. Adeoye, W. Meurer, J. Brice, Y.Y. Chan, N.
Gentile , M.F. Hazinski. 2010. Part 11: " Adult Stroke: American Heart
Ascociation Guidelines for cardiopulmonary rescucitation and emergency
cardiovascular care" (Published Correction Appears in Circulation
2011;124:e404)
8. Dewiyana, I. Setyopranoto, Paryono. 2015. " Peningkatan skor indeks
barthel sebagai acuan pemulangan pasien stroke iskemik dari ruma sakit".
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
9. Jauch, E.C., J.L. Saver, H.P Adams, A. Bruno, J.J.B. Connors, B.M P.A.
Scott, D.R. Summers, D.Z. Wang, M.Wintermark, H.Yonas. 2013. "
Guidelines for the early Management of patients with acute ischemic
stroke". Am.Hear.Assoc. Stroke Assoc. Journals, Vol. 44, pp. 870-947.

Anda mungkin juga menyukai