Anda di halaman 1dari 33

52

BAB III

KETRAMPILAN DASAR YANG HARUS DIMILIKI OLEH

GURU DALAM MENGAJAR

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan

berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan

pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai ketrampilan. Di

antaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar.1 Yang

dimaksud ketrampilan dasar adalah ketrampilan standar yang harus dimiliki setiap

individu yang berprofesi sebagai guru. Ketrampilan itulah yang sepintas dapat

membedakan mana guru yang profesional dan mana yang bukan guru.2

Ketrampilan mengajar guru menjadi salah satu jenis ketrampilan yang harus

dikuasai guru. Dengan memiliki ketrampilan mengajar, guru dapat mengelola proses

pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan

sekolah.3 Mengajar adalah suatu proses membantu seseorang untuk membentuk

pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah menstransfer pengetahuan dari orang

yang sudah tahu (guru) kepada yang belum tahu (peserta didik), melainkan

1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 69
2
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta:
Kencana, 2005), hal. 125
3
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikolog Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008), hal. 168
53

membantu seseorang agar dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya lewat

kegiatannya terhadap fenomena objek yang ingin diketahui.4

Guru harus mampu menumbuhkan watak sebagai guru yang sesungguhnya.

Orang yang memiliki watak sebagai guru yang sesungguhnya adalah mereka yang

secara terus-menerus berusaha menemukan strategi-strategi untuk membantu peserta

didik yang sebelumnya tidak berhasil dalam pembelajarannya, menjadi guru

profesional tidak hanya perlu “tahu jawabannya” tetapi juga perlu memiliki

ketrampilan dan kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran peserta didik dan

menemukan jawaban-jawaban baru ketika diperlukan, baik dalam tataran kelas

maupun tataran sekolah.5

A. Ketrampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran

Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan komponen

pertama yang diajarkan, terutama ketrampilan membuka pelajaran. Sebelum

mengajar hendaknya guru memberikan pengantar dan pengarahan mengenai

materi yang akan diajarkan, sehingga peserta didik siap mental dan tertarik

mengikutinya. Ketrampilan membuka pelajaran ini merupakan kunci pokok dari

seluruh proses belajar mengajar. Sebab jika pada awal pelajaran seseorang guru

tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses belajar yang dinamis

4
Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam Integratif. (Yoyakarta: Pustaka pelajar, 2005), hal.
132
5
National Academy Of Education, Guru yang Baik di Setiap Kelas. (Jakarta: PT. Indeks,
2009), hal. 48
54

tidak akan tercapai. Sedangkan ketrampilan untuk menutup pelajaran merupakan

ketrampilan merangkum kunci pelajaran pada akhir setiap penggal kegiatan.

Ketrampilan ini cukup penting dalam membantu siswa menemukan kunci pokok

pembahasan.6

Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan ketrampilan

dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien, dan menarik. Keberhasilan

pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membuka dan

menutup pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran.

1. Membuka pelajaran

Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran

adalah dengan (a) menarik perhatianpeserta didik, (b) memotivasi peserta

didik, (c) memberi acuan/struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau

kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan

dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu, (d) mengaitkan antara topik

yang sudah dikuasai dan topik baru, atau (e) menanggapi situasi kelas.

2. Prinsip-prinsip penerapan membuka pelajaran

a. Prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya tujuan penggunaan

ketrampilan membuka pelajaran. Untuk memperoleh kebermaknaan yang

6
Yoto dan Saiful Rahman, Manajeman Pembelajaran. (Malang: Yanizar Group, 2001), hal.
134
55

dimaksud, guru dapat memilih kegiatan ataupun keterangan yang ada

kaitannya dengan materi pelajaran.

b. Kontinu, penggunaan ketrampilan membuka pelajaran bersifat kontinu,

artinya antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak terjadi

garis pemisah.

c. Fleksibel, berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-

putus atau lancar. Dalam konteks fleksibilitas membuka pelajaran ini,

membuka pelajaran tidak selalu harus dengan mengungkapkan gagasan,

namun bisa dengan bertanya, membawa benda model, menunjuk peserta

didik untuk menjadi model , memberikan teka-teki, dan sejenisnya yang

relevan dengan pokok bahasan.

d. Antusiasme dan kehangatan dalam mengkomunikasikan gagasan.

Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dari guru dan hasil ini

akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pada peserta didik. Dengan

demikian, peserta didik akan tinggi perhatian dan minatnya, yang pada

gilirannya akan mempengaruhi tingginya aktivitas belajar. Penampilan

yang hangat dapat melahirkan respons terbuka, akrab, dan simpatik dari

peserta didik.

3. Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran.

Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap

awal dan akhir pelajaran. Artinya, sebelum guru menjelaskan materi yang
56

akan disampaikan, terlebih dahulu harus mengkondisikan mental dan menarik

perhatian peserta didik pada materi yang akan dipelajari.7

Dapat diuraikan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai

peran yang sangat penting dalam memulai dan mengakhiri setiap interaksi belajar

mengajar yang diciptakannya. Berbagai peranan guru dibutuhkan ketrampilan di

dalam pelaksanannya. Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan

yang selalu dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan

kondisi peserta didik agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman

belajar yang disajikan, sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang

diharapkan.

Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru

dalam membuka dan menutup pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran.

Hal tersebut dilakukan guru agar dalam ingatan setiap peserta didik terdapat

pengalaman masing-masing, karena pengalaman setiap individu tidaklah sama.

Sehingga seorang guru harus menghubungkan materi yang sudah dipelajari

dengan materi yang akan disajikan. Pada awal pelajaran tidak semua peserta

didik memiliki kesiapan mental dan tertarik untuk mengikuti hal-hal yang akan

dipelajari.

Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian peserta

didik terhadap pelajaran yang akan disampaikannya. Antara lain dapat dilakukan

7
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
hal. 85-93
57

melalui gaya mengajar guru dengan menggunakan media dan sumber belajar

yang bervariasi dan menggunakan pola interaksi belajar mengajar yang

bervariasi. Guru dapat menggunakan alat bantu seperti, alat peraga, surat kabar,

gambar-gambar dan kemudian guru dapat menceritakan kejadian aktual, atau

guru dapat menggunakan contoh yang menarik. Akan tetapi hendaknya

diperhatikan semua cara itu, karena harus berkaitan dengan materi yang dipelajari

peserta didik. Sehingga peserta didik lebih memahami apa yang telah

disampaikan oleh guru.

Dalam usaha untuk mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi yang

sudah dikuasai peserta didik, guru hendaknya mengadakan apersepsi yang

merupakan penghubung antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki

untuk digunakan sebagai pijakan dalam menjelaskan hal-hal yang baru atau

materi baru yang akan dipelajari peserta didik. Sehingga peserta didik

mempunyai motivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Dan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Dalam membangkitkan motivasi peserta didik ada beberapa cara yang

dapat dilakukan guru yakni dengan kehangatan dan semangat. Guru hendaknya

memiliki sikap yang ramah dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik.

Karena sikap tersebut dapat membangkitkan motivasi belajar, perasaan senang,

dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Dalam membangkitkan rasa ingin tahu,


58

guru dapat melakukan berbagai kegiatan yakni, dengan bercerita yang

didalamnya menimbulkan rasa penasaran peserta didik untuk mengajukan

berbagai pertanyaan berkaitan tentang apa yang telah diceritakan. Kegiatan

tersebut sangat efektif dalam membangkitkan motivasi peserta didik.

Dalam hal menutup pelajaran perlu dilakukan guru agar pengalaman

belajar serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian inti di

keseluruhan pengalaman belajar peserta didik. Menutup pelajaran sebagai

kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk

memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta

didik, serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya. Sehingga dapat

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta keberhasilan guru dalam

pelaksanaan proses pembelajaran.

Disimpulkan bahwa dalam kegiatan yang dilakukan guru untuk membuka

pelajaran adalah menciptakan suasana yang dapat menimbulkan kesiapan mental

siswa agar termotivasi terhadap pelajaran yang akan diberikan guru. Sedangkan

kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan terakhir yang dilakukan guru untuk

mengakhiri kegiatan inti pelajaran, dengan tujuan memberikan pemahaman

secara menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa yang berkaitan dengan

pengalaman sebelumnya. Selain itu dapat mengetahui tingkat keberhasilan guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran.


59

B. Ketrampilan Bertanya

Sejak zaman Socrates, tekhnik tanya jawab telah menjadi salah satu

tekhnik yang efektif dalam pendidikan. Meski demikian, tidak semua guru

menguasai tekhnik tanya jawab yang baik. Bertanya atau mengajukan pertanyaan

merupakan salah satu fungsi pokok bahasa selain fungsi lain seperti menyatakan

pendapat, perasaan, mengajukan alasan, mempertegas pendapat, dan sebagainya.8

Teknik dan ragam bertanya sangat penting arti dan peranannya dalam

kehidupan kelas. Kualitas pertanyaan guru akan menghasilkan tingkat partisipasi

dan keaktifan peserta didik yang tinggi.9

Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang

dilontarkan guru yang menuntun respon atau jawaban dari peserta didik .

Ketrampilan bertanya bertujuan:

1. Memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar.

2. Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.

3. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik.

4. Mencapai tujuan belajar.

Jenis-jenis pertanyaan dalam ketrampilan bertanya:

1. Pertanyaan langsung, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada salah satu

peserta didik.

8
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis. (Yogyakarta: Kanisius. 2007), hal. 73
9
Ibid., hal. 78
60

2. Pertanyaan umum dan terbuka, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada

seluruh speserta didik.

3. Pertanyaan retorik, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban.

4. Pertanyaan faktual, yaitu pertanyaan untuk memiliki fakta dan informasi.

5. Pertanyaan yang diarahkan kembali, yaitu pertanyaan yang dikembalikan

kepada peserta didik atas pertanyaan peserta didik lain.

6. Pertanyaan memimpin (leading question), yaitu pertanyaan yang jawabannya

tersimpul dalam pertanyaan itu sendiri.

Prinsip-prinsip dalam ketrampilan bertanya, diantarannya:

1. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja. Berikan waktu berfikir

kepada peserta didik.

2. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas dan disusun dengan kata-kata yang

sederhana.

3. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para peserta didik.

4. Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan peserta

didik.10

Ketrampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan ketrampilan yang

sangat penting untuk dikuasai. Sebab, melalui ketrampilan ini guru dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermkna. Dapat anda rasakan,

pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, manakala selama berjam-jam

10
Supeksa, “Ketrampilan dan Model Dasar Mengajar” dalam http://supeksa.wordpress.com,
diakses tanggal 29 Januari 2011
61

guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya

sekedar pertanyaan pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak peserta didik

berpikir. Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran apapun yang

digunakan bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang

tidak terpisahkan.11

Ketrampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi ketrampilan

bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjutan.

1. Ketrampilan bertanya dasar mencakup: pertanyaan yang jelas dan singkat,

pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran

pertanyaan (ke seluruh kelas, ke peserta didik tertentu, dan ke peserta didik

lain untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berpikir, pemberian

tuntunan (dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaaan dengan cara

lain, menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, dan mengulangi

penjelasan sebelumnya).12

2. Ketrampilan bertanya lanjutan

Keterampilan  bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari

keterampilan  bertanya dasar.  Keterampilan bertanya lanjutan  ini meliputi

beberapa macam seiring dengan tujuan pemberian pertanyaan.

a. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif. Pertanyaan yang diajukan kepada

peserta didik  perlu ditata sedemikian rupa sehingga tersusun secara urut

11
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam..., hal. 157
12
E. Mulyasa, Menjadi Guru..., hal. 70
62

dari tingkat rendah ke tingkat yang  lebih tinggi.  Guru hendaknya mampu

mengubah pertanyaan dari tingkat yang hanya sekedar mengingat fakta

menuju aspek  kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis,

analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Pengaturan urutan  pertanyaan. Pengaturan urutan yang dimaksud  adalah

pemberian pertanyaan yang  mempertimbangkan tingkat kesukaran.

Pertanyaan  hendaknya mulai dari yang mudah  atau sederhana menuju

paling kompleks, jangan dibolak – balik.

c. Pertanyaan pelacak. Pertanyaan ini diberikan jika jawaban yang diberikan

peserta didik kurang tepat. Isi  pertanyaan ini sifatnya mengulang

walaupun dengan kalimat yang diperbaiki atau disederhanakan.

Pertanyaan pelacak meliputi:  1)  Klarifikasi. Peserta didik diberi

pertanyaan  lacakan untuk  mengungkapkan kembali jawaban yang telah

dikemukakan. Misalnya, apakah kamu dapat mengungkapkan  dengan

kalimat yang singkat?, 2) Meminta peserta didik memberikan alasan

terhadap jawaban yang diberikannya. Misalnya, apakah kamu dapat

mengajukan bukti yang mendukung jawaban tersebut?, 3) Meminta

kesepakatan jawaban.  Misalnya, siapa yang tidak setuju dengan jawaban

tadi?, 4) Meminta ketepatan jawaban,  5) Meminta jawaban yang lebih

relevan, 6) Meminta contoh, 6) meminta jawaban yang lebih kompleks.


63

d. Pertanyaan pendorong terjadinya interaksi. Untuk mendorong terjadinya

interaksi  setidaknya  perlu memperhatikan dua hal berikut, 1) pertanyaan

hendaknya dijawab  oleh seorang peserta didik, tetapi seluruh peserta

didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya

bersama teman dekatnya,   2) guru hendaknya menjadi  dinding pemantul

terhadap pertanyaan siswa yang terlontar. Guru tidak langsung menjawab

pertanyaan siswa akan tetapi pertanyaan tersebut dilempar ke peserta

didik agar memberikan komentar yang wajar terhadapnya.

Apabila guru mampu menyampaikan teknik atau keterampilan

bertanya secara runtut dan terpola seperti di atas, maka dapat dijamin  proses

pembelajaran berlangsung dan terasa hidup, segar, menarik  dan 

menyenangkan.   Proses  pembelajaran  yang  demikian  inilah   disebut 

pembelajaran produktif, aktif, kreatif, edukatif dan menyenangkan

sebagaimana dikenal  PAKEM.

Memang terasa mudah diucapkan akan tetapi sulit untuk diciptakan.

Hal ini disebabkan  menuntut kesiapan dua kutub  yang benar-benar prima.

Dua kutub dimaksud adalah salah satunya guru dan peserta didik sebagai

kutub yang lain. Kesiapan mental yang dilatarbelakangi kesiapan penguasaan

materi ajar oleh kedua kutub tersebut merupakan bagian terpenting dalam

menjaga kehidupan proses pembelajaran.  Metodologi mengenai keterampilan


64

bertanya yang  bermacam – macam  tersebut menuntut  guru  untuk lebih

menguasainya.

Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya

dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa  pertanyaan

berkualitas dan berwibawa yang dilontarkan olehnya dapat menuntut proses

pembelajaran itu berwibawa. Peserta didik merasa nyaman, aman dan

tenteram sehingga ingin menjadi komunitas dalam proses yang sedang

berlangsung tersebut.13

Dapat diuraikan bahwa mengajukan pertanyaan yang baik adalah

mengajar yang baik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh

positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah.

Guru hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan

ketrampilan dasar bertanya. Seorang guru harus bisa mengajukan pertanyaan

yang dapat membimbing peserta didiknya belajar. Oleh karena itu, peserta didik

lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan dari pada mempertanyakan

sesuatu.

Latihan bertanya dapat dimulai dengan bertanya tentang apa, siapa,

mengapa, dimana dan bagaimana. Bobot pertanyaaan yang dilakukan oleh guru

berfungsi untuk mengembangkan daya nalar dan daya pikir kreatif peserta didik.

Bobot pertanyaan guru tidak ditentukan oleh jumlah atau variasi pertanyaan yang

13
Marijan, “Penerapan Ketrampilan Bertanya” dalam
http://history22education.wordpress.com, diakses 01 Januari 2011
65

diajukan peserta didik. Guru yang baik ketika mengajukan pertanyaan ia harus

memberikan waktu peserta didik untuk berfikir. Waktu tunggu sangat diperlukan

peserta didik untuk berfikir dan memiliki peran yang sangat penting, artinya

peserta didik harus diberi waktu yang cukup untuk mengolah pertanyaan tersebut

dalam pikirannya. Maksudnya memahami makna pertanyaan sebelum peserta

didik menganilisis segala kemungkinan jawaban dan merumuskan jawabannya.

Tidak adanya waktu bagi peserta didik untuk menyusun jawaban akan

menimbulkan berbagai akibat negatif peserta didik yang tertunjuk sehingga

peserta didik lain merasa terpojok. Akibatnya secara psikologis peserta didik

akan diremehkan oleh teman-temannya.

Kemampuan dalam menjawab pertanyaan dengan benar akan membangun

harga diri dan rasa percaya diri pada diri peserta didik. Harga diri maupun rasa

percaya diri peseeta didik sangat berharga untuk membangun hubungan baik

antara guru dengan peserta didik. Oleh karena itu seharusnya pertanyaan guru

bisa mendorong peserta didik untuk berpendapat atau menyatakan sikap. Pada

umumnya tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi. Pertanyaan yang

diajukan guru tidak semata-mata bertujuan mendapatkan informasi tentang

pengetahuan peserta didiknya, akan tetapi yang jauh lebih pentig adalah untuk

mendorong peserta didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pertanyaan yang berupa fakta dan informasi sangat penting bila guru

ingin membantu peserta didiknya mempelajari ketrampilan dasar. Akan tetapi


66

setelah guru mengajukan pertanyaan dengan kata tanya seperti, apa, siapa,

mengapa, dimana, kapan dan bagaimana, ia perlu menghubungkan dengan jenis

pertanyaan lainnya. Sehingga peserta didik dapat mempertimbangkan penerapan

dari fakta yang terungkap. Dengan kata lain. Kedalaman dan keluasan makna

jawaban akan memberi perolehan pengetahuan secara lebih lengkap dan utuh.

Dalam menyusun pertanyaan, guru harus mengantisipasi berbagai

kemunkinan termasuk jawaban yang keliru. Dengan begitu, guru dapat menetuka

tindak lanjutnya, misalnya bila jawaban peserta didik salah. Guru sebaiknya tidak

segera mengalihkan pertanyaannya pada peserta didik lain. Guru perlu merefleksi

diri, kemungkinan peserta didik belum memahami pertanyaan guru. Jadi

kesalahan tersebut disebabkan oleh bobot pertanyaan guru. Bagi siswa yang tidak

mampu menjawab dengan benar, sebaiknya guru mengubah pertanyaannya.

Sehingga maksud pertanyaan tersebut dapat dimengerti oleh peserta didik.

Disimpulkan bahwa guru harus menguasai ketrampilan bertanya, karena

di dalam proses pembelajaran kegiatan tanya jawab sangatlah penting, yakni

untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, karena dalam setiap pembelajaran

guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang

diajukan oleh guru akan memepengaruhi kualitas jawaban dari peserta didik, dan

sebaliknya tanpa adanya kegiatan tanya jawab suasana yang ada di dalam kelas

tidak akan hidup dan bergairah. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam
67

proses pembelajaran, dengan begitu guru akan mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

C. Ketrampilan Penguatan

Penguatan (reinforcement) ialah respon positif terhadap suatu tingkah

laku tertentu dari peserta didik yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul

kembali.14 Memberikan penguatan memiliki komponen sebagai berikut:

1. Penguatan secara isyarat (verbal) ialah ucapan yang singkat tetapi mempunyai

pengaruh besar. Dengan ucapan yang singkat sebagai hadiah atas

keberhasilan peserta didik misalnya dalam menjawab pertanyaan guru, di

samping membuat peserta didik lebih bergairah dalam belajarnya, dapat pula

memperkuat daya ingat peserta didik.15

Penguatan verbal diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian,

penghargaan, persetujuan, dan sebagainya. Misalnya: pintar sekali, bagus,

betul, seratus buat Nani!

2. Penguatan non verbal

a. Penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya: acungan jempol,

senyuman, kerut kening, wajah cerah.

b. Penguatan dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk dekat peserta

didik, berdiri di samping siswa, berjalan di sisi peserta didik.

14
Bukhori Alma, Guru Profesional. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 30
15
Sadirman, Interaksi dan..., hal. 208
68

c. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya: apabila

peserta didik dapat menyelesaika pekerjaan dengan baik, maka dia dapat

diminta untuk membantu teman lainnya.

d. Penguatan berupa simbol dan benda, misalnya: kartu bergambar, binatang

dari plastik.16

Memberi penguatan bertujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan perhatian peserta didik

2. Memperlancar atau mempermudah proses belajar

3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi

4. Mengontrol atau mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan

tingkah laku belajar yang produktif

5. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar

6. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik dan inisiatif pribadi.

Prinsip-prinsip penggunaan ketrampilan memberi penguatan:

1. Penuh kehangatan, antusias dan jujur.

2. Hindari penguatan negatif.

3. Bervariasi.

4. Penuh arti bagi peserta didik.

5. Bersifat pribadi.

6. Langsung/segera.17

16
Suwarno, Pengajaran..., hal. 77
17
Bukhori Alma, Guru..., hal. 31-32
69

Dapat diuraikan bahwa ketrampilan mempunyai peran yang sangat

penting dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Pujian yang positif akan

membuat peserta didik merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan.

Guru harus terlatih mengutarakan kata-kata pujian kepada peserta didik yang

dapat memberikan suatu jawaban yang benar pada sebuah pertanyaan yang

dilontarkan oleh guru. Hal tersebut dilakukan agar terjalin komunikasi yang baik

antara guru dan peserta didik. Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu,

kepada kelompok tertentu dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam

pelaksanaannya, penguatan harus dilakukan dengan segera setelah suatu

kemampuan ditampilkan. Jadi guru harus memperhatikan dalam memberikan

penguatan secara sungguh-sungguh dan menghindari respon negatif terhadap

jawaban peserta didik.

Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan non verbal. Penguatan

secara verbal dapat dengan mudah timbul selama guru dapat menghargai orang

lain, dan keterbukaan untuk mengakui kelebihan orang lain. Apabila ada peserta

didik yang memberikan jawaban kurang tepat, guru dapat merangsang untuk

berpikir atau berbuat lebih lanjut. Aktifitas peserta didik yang bersifat negatif

dalam arti mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran perlu segera

dihentikan. Peserta didik yang bermain sendiri atau mengganggu temanya yang

lain penting untuk mendapatkan perhatian guru.


70

Penguatan non verbal merupakan gerakan anggota-anggota badan untuk

memberikan gambaran tentang sesuatu dalam rangka memperjelas maksud uraian

yang diucapkan guru. Melalui gerakan-gerakan tangan dan anggota badan yang

lain keterbatasan media sedikit banyak dapat diatasi. Guru dapat meminta peserta

didik untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas sambil menunjuk ke

arah yang dimaksud. Demikian banyak geraka-gerakan yang dapat dilakukan

oleh guru dalam rangka memperjelas penjelasan. Selain itu, mimik raut muka

dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut, misalnya dalam menggerakkan

perasaan senang, sedih, setuju, menolak, heran, marah dan lain sebagainya.

Isyarat non verbal yang digunakan harus jelas penampilannya dalam menunjang

langsung apa yang dimaksud dengan ucapan atau penjelasan guru.

Disimpulkan dalam ketrampilan memberikan penguatan akan nampak

pada saat guru memberikan respon terhadap munculnya tingkah laku siswa yang

bernilai positif, sehingga dapat meningkatkan perhatian dan motivasi belajar

siswa kearah yang lebih positif. Dengan guru memberikan penguatan maka

peserta didik akan merasa lebih dihargai. Penguatan yang dilakukan secara verbal

maupun non verbal sangatlah penting, karena hal tersebut dapat meningkatkan

perhatian dari peserta didik dan juga dapat merangsang dalam meningkatkan

motivasi belajarnya. Sehingga hubungan yang terjalin antara guru dan peserta

didik menjadi harmonis, karena penguatan yang dilontarkan seorang guru sangat

berarti bagi peserta didik.


71

D. Ketrampilan Menjelaskan

Ketrampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah

ketrampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasikan secara

sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan

lainnya, misalnya antara sebab akibat, definisi dengan contoh atau dengan

sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan

baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan

menjelaskan.

Tujuan memberikan penjelasan memilki tujuan, di antaranya:

1. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.

2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-

masalah.

3. Untuk memberikan balikan kepada peserta didik mengenai tingkat

pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahamannya mereka.18

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

suatu penjelasan, diantaranya:

1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik awal, di tengah,

maupun di akhir pembelajaran.

2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi

standar dan kompetensi dasar.

18
Suwarno, Pengajaran.., hal.69-70
72

3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau

menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk

kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.19

Komponen-komponen ketrampilan dasar mengajar menjelaskan adalah

sebagai berikut:

1. Komponen merencanakan, penjelasan yang diberikan oleh guru perlu

direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan

penerima pesan.

2. Penyajian suatu penjelasan, penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan

memperlihatkan:

a. Kejelasan, yakni penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.

b. Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang ada hubungannya dengan sesuatu

yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan, guru harus mengarahkan

perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi

informasi yang tidak penting.

4. Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidak

19
E. Mulyasa, Menjadi Guru.., hal. 80
73

mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Bedasarkan balikan itu guru

perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya.20

Dapat diuraikan bahwa ketrampilan dalam memberikan penjelasan

merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perbuatan guru. Seorang

guru harus menguasai ketrampilan menjelaskan agar dalam memberikan suatu

penjelasan dapat mempengaruhi siswa secara positif dan efektif. Mengingat

sebagian pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh

karena itu, ketrampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil

yang optimal. Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang

akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan pengetahuan

dasar apa yang dimilikinya.

Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan

gerak-gerik dan mimik peserta didik sehingga penjelasan yang diberikan dapat

dipahami, menyenangkan, dan menarik perhatian. Untuk itu, guru harus

memperhatikan peserta didik selama memberikan penjelasan. Guru perlu

membuat suatu perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Dalam

merencanakan penjelasan perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk

memberikan penjelasan. Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan

yang akan disampaikan pada peserta didik dengan segala kesiapannya. Dalam

20
Suwarno, Pengajaran..., hal. 70-72
74

memberikan penjelasan yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

Guru harus memperhatikan bahasa yang diucapkan. Bahasa harus jelas

dan enak didengar oleh seluruh peserta didik. Selain itu, penjelasan dapat

dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar

mereka. Dapat disimpulkan, ketrampilan menjelaskan merupakan bagian penting

dalam proses pembelajaran. Karena di dalam kelas akan terjadi pembicaraan yang

dilakukan oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa

yang lain. Oleh sebab itu guru diharapkan mampu mengorganisasikan materi

pelajaran dengan perencanaan yang sistematis, sehingga mudah dipahami oleh

siswa.

E. Ketrampilan Menggunakan Variasi

Variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik

akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang sama. 21

Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang

begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat peserta

didik terhadap pelajaran guru, dan sekolah menurun. Untuk itu diperlukan adanya

keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar.22

21
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam..., hal. 101
22
J.J. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 64
75

Kegunaan ketrampilan variasi di dalam kelas:

1. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan aspek belajar.

2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui

kegiatan investigasi dan eksplorasi.

3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

4. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi

kemudahan belajar.

5. Mendorong aktifitas belajar dengan cara melibatkan peserta didik dengan

berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam

berbagai tingkatan kognitif.

Variasi dalam gaya mengajar guru. Variasinya mengajar guru meliputi

komponen-komponen:

1. Variasi suara: keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah, besar-kecil suara

2. Pemusatan perhatian: dapat dikerjakan secara verbal, isyarat, atau dengan

menggunakan model.

3. Kesenyapan: pada saat guru menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti

sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan ini bertujuan meminta perhatian peserta

didik.
76

4. Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan peserta didik dan

menghindarkan hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu

dikerjakan selama proses mengajarnya.

5. Gerakan badan dan mimik: perubahan ekspresi wajah, gerakan kepala, badan,

sangat penting dalam proses mengajarnya.

6. Perubahan posisi guru: perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan

posisi guru dalam proses interaksi komunikasi.23

Variasi dalam menggunakan media pembelajaran, media pembelajaran

apabila ditinjau dari indera yang digunakan, dapat digolongkan ke dalam tiga

bagian, yakni: yang dapat didengar, dilihat dan diraba. Pergantian penggunaan

jenis media yang satu ke jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan alat

inderanya, sehingga dapat mempertinggi perhatiannya. Hal itu karena setiap

peserta didik mempunyai perbedaan kemampuan dalam mengunakan alat

inderanya. Ada anak yang termasuk tipe visual, auditif atau motorik.24

variasi media belajar maksudnya adalah penggunaan media secara

bervariasi antara jenis-jenis media belajar yang ada. Akan tetapi, penggunaannya

tidak lepas dari pertimbangan tujuan belajar yang akan dicapai. Begitu pula,

penggunaan media dimungkinkan secara serempak dua atau tiga jenis media

sekaligus dalam satuan pengajaran tertentu.25

1. Variasi media berbasis visual


23
Ibid., hal. 65-66
24
Suwarno, Pengajaran..., hal. 86
25
Marno Idris, Strategi dan..., hal.164
77

Media berbasis visual memegang peranan yang sangat penting dalam

proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan

memperkuat ingatan. Bentuk visual bisa berupa gambar, lukisan, foto, dan

grafik.26

2. Variasi media yang dapat didengar

Suara guru termasuk di dalam media komunikasi yang utama di dalam

kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi, puisi, sosiodrama,

telepon dapat dipakai sebagai penggunaan indera dengan yang divariasikan

dengan indera lainnya.

3. Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan. Yang

termasuk ke dalam hal ini, misalnya: peragaan yang dilakukan oleh guru atau

siswa, model patung, topeng, dan boneka yang dapat digunakan oleh peserta

didik untuk diraba, diperagakan atau dimanipulasi.

4. Variasi media yang dapat didengar, dilihat, dan diraba. Media yang termasuk

ini, misalnya: film, televisi, slide projektor yang diiringi penjelasan guru.

Tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai.27

Dapat diuraikan bahwa ketrampilan menggunakan variasi dapat

menjadikan kehidupan lebih bermakna, menarik dan menyenangkan. Ketrampilan

mengadakan variasi merupakan salah satu ketrampilan mengajar yang harus

26
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 191
27
Suwarno, Pengajaran..., hal. 87
78

dikuasai oleh guru. Seorang guru harus pandai menggunakan seni mengajar

situasi dengan mengubah gaya mengajar. Menggunakan media pembelajaran

dengan tujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

menyenangkan.

Ketrampilan menggunakan variasi diadakan karena faktor kebosanan

yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yan selalu sama,

sehingga mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat peserta didik terhadap

pelajaran semakin menurun. Untuk itu perlu diperhatiakan adanya

keanekaragaman dalam penyajian kegiatan belajar. Untuk menarik perhatian dan

menjaga peserta didik dari kebosanan, guru dapat menggunakan suara secara

bervariasi. Guru dapat menyusun tinggi rendah suara dan tekanan-tekanan

tertentu untuk mendapatkan perhatian khusus dari peserta didik.

Penggunaan variasi suara yang tepat menjadikan proses pembelajaran

tidak monoton. Selain itu, perubahan-perubahan mimik dapat membantu peserta

didik untuk menangkap makna yang disampaikan oleh guru. Selain itu,

perubahan posisi yang dilakukan oleh guru dengan gerakan mendekat menjauh

dapat juga mempengaruhi motivasi peserta didik sehingga guru menguasai situasi

kelas. Guru menjadi bisa mengamati perubahan-perubahan suasana belajar

peserta didik.

Interaksi dalam pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi

guru, peserta didik, dan antara sesama peseeta didik yang lain agar kegiatan
79

pembelajaran tidak menimbulan kebosanan sehingga suasana kelas menjadi

hidup dan bergairah. Sehingga dapat disimpulkan ketrampilan menggunakan

variasi harus dimiliki oleh guru dengan tujuan untuk melakukan perubahan dalam

proses kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa, serta

mengurangi rasa jenuh dan bosan selama mengikuti proses pembelajaran.

F. Ketrampilan Mengelola Kelas

Menurut Arikuntoro, sebagaimana yang di kutip oleh Akhyak (ed),

menjelaskan pengertian kelas sebagai “sekelompok siswa yang pada waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”. Ragam keunikan

yang bisa dijumpai dalam kelas meliputi berbagai macam aspek seperti aspek

fisik, psikis, latar keluarga, bakat, minat, dan lain-lain. Seluruh aspek tersaebut

perlu ditanggapi secara positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situsi

dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga segenap peserta didik

diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara efektif lagi terarah sesuai

dengan tugas-tugas perkembangan mereka.28

Kelas sebagai lingkungan belajar peserta didik merupakan aspek dari

lingkungan yang harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis.

Lingkungan ini harus diawasi, agar kegiatan belajar mengajar bisa terarah dan

menuju pada sasaran yang dikehendaki. Pengawasan terhadap lingkungan belajar

28
Akhyak, (ed.), Meniti Jalan Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 279
80

mengajar itu juga dimaksudkan untuk mendorongnya menjadi lingkungan yang

baik. Karakteristik lingkungan yang baik itu, diantaranya adalah kelas memiliki

sifat merangsang dan menantang siswa untuk selalu belajar, memberikan rasa

aman dan kepuasan dalam menggapai tujuan belajar.29

Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang opitmal bagi terjadinya

proses belajar mengajar.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan

interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, dan sesama peserta didik

lainnya yang merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan

kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar

mengajar yang efektif.30

Managemen peserta didik yang baik memungkinkan sang guru mengajar

dengan baik, karena kelas yang terhindar dari konflik memungkinkan guru

mengembangkan apa-apa yang diinginkannya. Dengan demikian, guru juga bisa

29
Ibid., hal. 281
30
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 97
81

membina hubungan yang baik dengan peserta didiknya. 31 Ada lima persiapan

utama yang hendaknya dikuasai sebelum seorang guru mengajar, yaitu:

1. Mengenali struktur dan prosedur sekolah, bidang anda serta silabusnya.

2. Mengenali peserta didik yang akan diajar.

3. Menyiapkan ruang kelas.

4. Mempersiapkan catatan-catatan.

5. Mempersiapkan buku-buku beserta perlengkapan mengajar.

Seperangkat ketrampilan mengelola kelas yang tidak hanya berupa bagian

dari mata pelajaran, juga bukan bagian dari cara mengajar. Subjek apapun yang

diajarkan serta bagaimanapun anda merencanakan untuk menyampaikannya,

anda harus mengelola kelas sebaik-baiknya.32

Pengorganisasian kegiatan tatap muka. Kegiatan intrakurikuler dapat

dilakukan dengan berbagai cara pengorganisasian tatap muka di sekolah antara

lain dalam bentuk:

1. Peserta didik belajar pada kelompok kelasnya.

2. Peserta didik belajar pada kelompok-kelompok mata pelajaran yang harus

diikuti sesuai program yang dipilihnya.

3. Peserta didik belajar pada kelompok kelas dan juga pada kelompok mata

pelajaran. Setiap sekolah dapat menggunakan cara pengaturan tersebut yang

31
Michael Marland, Seni Mengelola Kelas. (Semarang: Dahara Prize, 1985), hal. 11
32
Ibid., hal. 5-16
82

disesuaikan dengan tenaga guru, ruang belajar, dan sarana belajar yang dapat

diusahakan oleh sekolah.33

Prinsip penggunaan dalam ketrampilan mengelola kelas:

1. Kehangatan dan keantusiasan.

Guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang

merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.

2. Tantangan. Tantangan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi

kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar

yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif

dan menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

pengajarannya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta

didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif. Guru harus menekankan pada hal-hal

yang positif dan menghindari pemusatan peserta didik dari hal-hal yang

negatif.

6. Penanaman disiplin diri. Guru harus selalu mendorong peserta didik untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi

33
Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 111
83

contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung

jawab.34

Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi

kelompok belajar yang porposional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang

memungkinkan peserta didik berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,

serta tersedia kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit

mengurangi ketergantungannya pada guru, sehingga peserta didik mampu

merealisasikan kegiatannya sendiri.35

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang

harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:

1. Campur tangan yang berlebihan. Apabila guru menyela kegiatan yang sedang

asyik belangsung dengan komentar, pertanyaan atau petunjuk yang

mendadak, kegiatan akan terganggu atau putus.

2. Kelenyapan. Hal ini terjadi jika guru secara tepat melengkapi suatu instruksi,

penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan

atau sajian tanpa alasan yang jelas.

3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan.

4. Penyimpangan. Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan

tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang.

34
Uzer Usman, Menjadi Guru..., hal. 97-98
35
Akhyak, (ed.), Meniti Jalan..., hal. 28
84

5. Bertele-tele. Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-

ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah

teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.36

Dapat disimpulkan, ketrampilan mengelola kelas harus dimiliki oleh guru

dalam rangka menciptakan dan mempertahankan situasi kelas yang kondusif dan

menyenangkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Pengelolaan kelas yang baik dapat memberikan rangsangan terhadap peserta

didik dalam situasi dan kondisi belajar yang baik sehingga dapat menopang

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Selain itu hubungan yang baik

antara guru dengan peserta didik, dan peserta didik yang satu dengan yang

lainnya dipandang sebagai indikasi keberhasilan dalam pengelolaan kelas. Oleh

karena itu, guru yang baik harus dapat melaksanakan pembelajaran dengan

sebaik-baiknya, karena seorang guru dituntut untuk memiliki ketrampilan-

ketrampilan seperti yang telah disebutkan di atas.

36
Uzer Usman, Menjadi Guru..., hal. 101

Anda mungkin juga menyukai