Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PATOFISIOLOGI

Dosen pengampuh : H. MUHDAR, S. ST., M. Kes

OLEH
KELOMPOK 3 :

CICI AWARTI (202431023)


DESTIN (202431024)
DEWY RAMADHANI ( 202431025)
ELIS (202431026)
FIKHA DWI SAFITRI (202431027)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA 2021
TABEL 1!
JENIS LOKASI PENYAKIT
IgD Permukaan pencerap sel B Kanker darah, Sirosis hati,
hepatitis kronis, Infeksi
bakteri dan virus
IgA Saluran pernapasan dan
sistem pencernaan, serta Penyakit Celiac
dalam air liur ( ludah ), air
mata, dan ASI
IgM Dalam darah dan cairan getah Infeksi atau penyakit
bening autoimun

Keterangan :
1. Keberadaan IgD yang tinggi dalam tubuh menandakan ada penyakit serius dalam
tubuh yang harus segera ditangani. Ada beberapa penyakit serius yang ditandai
dengan peningkatan kadar konsentrasi IgD, misalnya penyakit autoimun, sirosis
hati, hepatitis kronis, dan infeksi fatal lainnya. Bahkan perubahan pada kadar
konsentrasi IgD juga dapat menandakan penyakit mematikan seperti kanker darah
dan tumor ganas lainnya. Itulah sebabnya, meskipun antibodi D termasuk
minoritas, namun keberadaannya justru sangat penting untuk menandakan adanya
penyakit mematikan dalam tubuh manusia.

2. Immunoglobulin A atau IgA. Antibodi ini dapat ditemukan di lapisan lendir


tubuh, seperti pencernaan, pernapasan, mata, dan mulut (air liur). Bisa dibilang
antibodi A adalah antibodi terdepan yang melawan infeksi atau zat asing yang
berusaha masuk ke dalam tubuh.
Intinya adalah, tidak semua infeksi diakibatkan oleh bakteri dan virus yang sama.
Ada puluhan atau bahkan ratusan jenis infeksi yang juga diakibatkan oleh banyak
jenis virus, bakteri, dan parasit merugikan. Immunoglobulin A atau IgA. Antibodi
ini dapat ditemukan di lapisan lendir tubuh, seperti pencernaan, pernapasan, mata,
dan mulut (air liur).

3. Immunoglobulin M atau IgM, yang merupakan antibodi atau pertahanan tubuh


yang bertugas untuk menandakan infeksi. Sistem antibodi ini sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk mengklasifikasikan atau membedakan jenis-jenis infeksi yang
terjadi dalam tubuh manusia.

TABEL 2!
REAKSI HIPERTIVITAS PENYAKIT
Tipe 1 1. Konjungtivitis
2. Asma
3. Rinitis
4. Anafilaktic shock
Tipe 2 1. Goodpasture (perdarahan paru,
anemia).
2. Myasthenia gravis (MG)
3. Immune hemolytic (anemia
Hemolitik)
4. Immune thrombocytopenia purpura
5. Thyrotoxicosis (Graves' disease)
Tipe 3 1. the worms that cause schistosomiasis
and filariasis
2. the virus that causes hepatitis B,
demam berdarah.
3. Systemic lupus erythematosus (SLE)
4. "Farmer's Lung“ (batuk, sesak nafas)
Tipe 4 1. Hipersensitivitas
2. Pneumonitis
3. Hipersensitivitas kontak (kontak
dermatitis)
4. reaksi hipersensitivitas tipe lambat
kronis (delayed type hipersensitivity,
DTH)

Keterangan :
Tipe 1
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang
oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang
tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang
oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang
tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.

Tipe 2
Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh
karena antibodi
melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel.
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan
imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel atau jaringan yang secara langsung berkenaan
dengan antigen tersebut. Pada umumnya, antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen
permukaan sel akan bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.
Hipersensitivitas mampu melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi silang) yang
berikatan dengan antibodi sel sehingga mampu pula menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa
tipe dari hipersensitivitas tipe II adalah:
Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti penisilin yang mampu menempel
pada permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian
berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah), dan
Sindrom.
Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga
menyebabkan kerusakan ginjal) Alergen/eksogen nonspesifik seperti asap, sulfurdioksida, obat
yang masuk melalui jalan nafas akan menyebabkan saluran bronkus yang sebelumnya masih baik
menjadi meradang. Alergen diikat Ig E pada sel mast dan menyebabkan sel yang berada di
bronkus mengeluarkan mediator kimia (sitokin) sebagai respons terhadap alegen. Sitokin ini
mengakibatkan sekresi mukus, sehingga sesak nafas.

Tipe 3
Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks
antigen antibody berada di jaringan. Alergen (makanan) yang terikat pada antibody pada netrofil
(yang berada dalam darah) dan antibody yang berada pada jaringan, mengaktifkan komplemen.
Kompleks tersebut menyebabkan kerusakan pada jaringan.

Tipe 4
Reaksi Alergi Tipe IV {Cell-Mediated Hypersensitivities (tipe lambat)} Reaksi ini dapat
disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal (“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel
imunokompeten, seperti makrofag dan sel T. Ekstrinsik : nikel, bhn kimia Intrinsik: Insulin-
dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I diabetes), Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid
arthritis, TBC hipersensitivitas tipe IV adalah hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas
kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kronis (delayed type
hipersensitivity, DTH).
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Celluler and Moleculer Immunology. 4thEd., Philadelphia:
W.B. Saunders Company. 2010.
Clini Sciences. Diakses pada 2021. SARS-CoV-2 (Covid-19): Diagnosis by IgG/IgM Rapid
Test.Valley Immediate Care.
Diakses pada 2021. Antibody testing COVID-19 IgM/ IgG Rapid Detection Test University of
Michigan Health. Diakses pada 2021.
Diakses pada 18 Desember 2020 Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/test-
immunoglobulins.
Garna K.B. 2016. Imunologi Dasar. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai