Anda di halaman 1dari 10

SEPA : Vol. 9 No.

2 Februari 2013 : 231 - 240 ISSN : 1829-9946

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN JAGUNG


DI KABUPATEN GROBOGAN

NUR WIDIASTUTI1, MOHD. HARISUDIN2


1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan
2
Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Masuk 22 Januari 2013; Diterima 18 Februari 2013

ABSTRACT

Corn farmers are often faced difficult situation because they do not have enough information
about the market of cultivated commodities. Corn as a major commodity in the Grobogan Regency
provides welfare for corn farmers. This study aims to determine the pattern of corn marketing
channels that formed in the Grobogan Regency, as well as the share of the farmer (farmer’s share)
and marketing margin of corn commodity in each channel. The basic method used is descriptive
research. The research area is taken intentionally (purposive) that Grobogan regency and sub-
district and village samples selected purposively. The method of determining the number of sample
farmers in each sub-district is quota technique, while in the village level is proportional random
sampling. Primary and secondary data in this research are taken by interview techniques,
recording and observation. The results show that there are nine corn marketing channels in
Grobogan Regency, namely Channel I: Farmers - District Trader - Fodder Enterprise, Channels
II: Farmers - District Trader - Outer area Consumers, Channel III: Farmers - Village Traders -
District Trader – Fodder Enterprise, Channel IV; Farmers - District Trader - Wholesalers -
Fodder Enterprise, Channel V: Farmer - Village Traders - District Trader - Wholesalers - Fodder
Enterprise, Channels VI: Farmers - Village Traders - Wholesalers - Fodder Enterprise, Channels
VII: Farmers - Village Traders - District Trader -Outer area Consumers, Channels VIII: Farmers -
Village Traders - District Trader - Wholesalers -Outer area Consumers , Channel IX: Farmer -
Wholesalers - Fodder Enterprise. Among the nine channel marketing, the highest farmer’s share is
the marketing channel I. Furthermore, marketing channel I has the lowest marketing margin. Thus,
the corn farmer in Grobogan Regency who want to maximize their income can choose the
marketing channel I.
Keywords: Corn, Marketing Channels, Margin, Farmer’s Share

PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri


(Badan Litbang Pertanian, 2006). Kabupaten
Kebutuhan jagung domestik pada tahun
Grobogan sebagai salah satu sentra produksi
2010 mencapai 13,6 juta ton dan tahun 2015
jagung di Jawa Tengah, sangat berpotensi
serta tahun 2020 diperkirakan meningkat 15,4
untuk bisa mengambil peluang pasar tersebut.
juta ton dan 18,9 juta ton. Ketergantungan
Produksi jagung Jawa Tengah mencapai
pabrik pakan dalam negeri terhadap jagung
2.679.914 ton/tahun pada tahun 2008 dan
impor sangat tinggi, dengan rata-rata impor 1-2
3.057.845 ton/tahun pada tahun 2009.
juta ton/tahun, atau mencapai 40,3 % dari
Kabupaten Grobogan memiliki kontribusi
kebutuhan total dalam negeri (Badan Litbang
terbesar sebagai pemasok jagung Jateng, yaitu
Pertanian, 2006).
sebesar 22,57% pada tahun 2008 dan 21,88%
Berpijak dari informasi di atas, maka
pada tahun 2009 (Dispertan TPH Prov. Jateng,
prospek jagung di pasar domestik maupun
2010). Data produksi jagung Kabupaten
pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung
Grobogan dapat dilihat pada Tabel 1.
domestik masih terbuka lebar, mengingat
produksi jagung Indonesia belum mampu

231
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

Tabel 1. Produksi Sentra Jagung di Provinsi Jateng Menurut Tahun 2008-2009


No Kabupaten Produksi (ton) tahun 2008 Produksi (ton) tahun 2009
1. Grobogan 605.004 669.209
2. Blora 311.300 313.194
3. Wonogiri 258.251 327.317
4. Rembang 138.931 148.972
5. Kendal 114.708 160.597
6. Lainnya 1.251.720 1.438.556
Jumlah 2.679.914 3.057.845
Sumber : Dispertan TPH Prov. Jateng, 2010

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pertanian diarahkan untuk meningkatkan dan
Kabupaten Grobogan berpotensi menjadi salah tercukupinya pangan serta pendapatan petani
satu sentra produksi jagung di Indonesia dan kesejahteraan masyarakat dalam upaya
Tengah, karena didukung potensi sumberdaya meningkatkan stabilitas pangan yang mantap
alam, sumberdaya manusia, dan kebijakan dan berkelanjutan (Restra Kab. Grobogan,
pemerintah kabupaten yang mendukung 2011).
perkembangan pertanian jagung. Seiring dengan meningkatnya jumlah
Dilihat dari sumber daya alam, Kabupaten penduduk, permintaan jagung dari tahun ke
Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua tahun juga mengalami peningkatan. Permintaan
di Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah jagung yang meningkat ini sejalan dengan
197.586,42 Ha. Sebagian besar wilayah berkembangnya industri pangan dan pakan
tersebut merupakan areal pertanian, terdiri dari ternak yang menggunakan + 40 - 50% jagung
tanah sawah 63.955 Ha, dan tanah bukan sawah sebagai bahan baku utamanya. Beberapa tahun
133.631 Ha. Lahan itu meliputi lahan sawah terakhir proporsi penggunaan jagung oleh
irigasi teknis, lahan sawah tadah hujan, lahan industri pakan telah mencapai 50% dari total
tidur atau lahan kering yang belum kebutuhan nasional. Pada tahun 2020
dimanfaatkan untuk pertanian. Semua lahan itu penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan
sangat berpotensi untuk ditanami jagung. terus meningkat lebih dari 60% dari total
Selama ini pola tanam yang dilakukan kebutuhan nasional (Badan Litbang Pertanian,
petanipun sangat mendukung untuk kestabilan 2006).
produksi jagung yaitu padi-padi-jagung, padi- Berdasarkan semua potensi tersebut di
jagung-jagung, dan jagung-jagung-jagung atas, maka Kabupaten Grobogan berpeluang
(untuk lahan tegalan/lahan hutan) (BPS untuk memenuhi kebutuhan jagung di pasar
Grobogan, 2010). domestik maupun pasar nasional. Apabila
Dilihat dari sumber daya manusia, potensi ini terus dikembangkan, maka akan
Kabupaten Grobogan mempunyai jumlah bermanfaat bagi pembangunan pertanian di
penduduk yang cukup besar. Pada tahun 2009 Kabupaten Grobogan. Salah satu faktor penting
jumlah penduduk Kabupaten Grobogan adalah dalam pengembangan hasil-hasil pertanian,
1.404.770 jiwa. Sebagian besar penduduk termasuk jagung adalah tataniaga. Tataniaga
tersebut bermata pencaharian pada sektor produk hasil pertanian selalu menjadi masalah
pertanian yaitu sebesar 56,8 % (BPS Grobogan, yang mendasar bagi petani. Oleh karena itu
2010). tataniaga menjadi sangat penting ketika
Kebijakan Pemerintah Kabupaten produsen/petani telah mampu mengelola
Grobogan juga menitikberatkan pembangunan usahataninya dengan baik sampai
pada sektor pertanian. Visi Pemerintah menghasilkan produk dalam kuantitas yang
Kabupaten Grobogan menyebutkan cukup dan kualitas yang baik. Disini petani
pembangunan bertumpu pada keunggulan di membutuhkan tataniaga yang baik sehingga
bidang yang utama yaitu pertanian. Strategi dan produk akan lebih bernilai karena adanya
kebijakan pembangunan khususnya sektor perubahan tempat.

232
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

Hasil produksi jagung di Kabupaten Persoalan pokok pada tataniaga produk


Grobogan sebagian dipasarkan untuk pertanian adalah fluktuasi produksi karena
memenuhi permintaan pasar perusahaan pakan sifatnya yang musiman (seasional), relatif
ternak lokal, yang sebagian lagi dipasarkan ke panjang (gestation period), mudah rusak
luar daerah untuk menghindari kemerosotan (perishable), dan butuh ruang (bulky). Begitu
harga di pasar lokal akibat dari jumlah jagung pula dengan usaha tani jagung dengan skala
yang melimpah. Efisiensi tataniaga dapat kecil dan tersebar (spasial) akan mempertinggi
dilihat dari struktur pasar yang terbentuk. biaya pengumpulan. Tataniaga yang efektif
Struktur pasar ini mempengaruhi perilaku sangat dibutuhkan dalam memasarkan produk
produsen dan pedagang dalam pembentukan hasil pertanian ini. Apabila terjadi
harga. Berbagai studi empiris menunjukkan keterlambatan dalam tataniaganya, maka akan
bahwa struktur pasar komoditas pertanian tidak menyebabkan harga menjadi rendah dan
sempurna, sehingga pedagang mempunyai bahkan tidak laku untuk dijual.
kekuatan untuk mempengaruhi harga pasar. Pemasaran hasil produksi jagung
Struktur pasar ini akan mempengaruhi perilaku Kabupaten Grobogan ke pasar lokal ditujukan
pelaku usaha, dan selanjutnya interaksi antara untuk menghemat biaya pemasaran, namun
struktur dan perilaku pengusaha akan kadang keuntungan yang diterima petani dan
berdampak pada market performance (Tjahjono pedagang masih rendah jika dibandingkan
et al. 2008). menjual jagung ke luar Kabupaten Grobogan.
Efisiensi kegiatan distribusi komoditas Hal ini kemungkinan disebabkan harga jual
pertanian juga dipengaruhi oleh panjang- jagung yang rendah di tingkat petani. Upaya
pendeknya mata rantai jalur distribusi dan untuk memperbaiki tingkat harga yang diterima
besarnya margin keuntungan yang ditetapkan petani dapat dilakukan melalui perbaikan
oleh setiap mata rantai tersebut. Semakin sistem tataniaga dengan meningkatkan
pendek mata rantai distribusi dan semakin kecil efisiensinya. Dengan demikian diperlukan
margin keuntungan yang ditetapkan, maka distribusi jagung yang efisien oleh lembaga
kegiatan distribusi tersebut semakin efisien tataniaga yang terlibat, yaitu petani, pedagang
(Tjahjono et al. 2008). perantara/pengumpul dan konsumen akhir.
Lebih lanjut Azzaino (1985) menyatakan Tujuannya agar penyaluran produksi dari petani
bahwa gejala rendahnya harga yang diterima ke konsumen akhir dilakukan secara tepat
petani erat kaitannya dengan keadaan pasar waktu, tepat jumlah, tepat bentuk, dan tepat
yang kurang efisien. Hal ini sering ditunjukkan harga. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
dengan gejala terlalu besarnya marjin untuk mengetahui efisiensi pemasaran jagung
pemasaran dan struktur pasar yang bersaing pada pola saluran pemasaran jagung yang telah
kurang sempurna. terbentuk. Pemahaman yang baik terhadap
Tataniaga pertanian merupakan keragaan hubungan/interaksi pasar yang terjadi
dari semua aktifitas bisnis dalam bentuk aliran diharapkan dapat memperbaiki ekonomi petani
barang atau jasa komoditas pertanian dari dengan mengarahkan produksi mereka untuk
tingkat produksi (petani) sampai kepada memenuhi peluang pasar melalui saluran yang
konsumen akhir (Kohls and Uhl, 1985). tepat.
Dengan demikian tataniaga merupakan hal Dengan demikian, tata niaga seringkali
yang sangat penting dalam menjalankan usaha menjadi kunci keberhasilan pengembangan
pertanian karena tataniaga merupakan tindakan komoditas pertanian dan menjadi syarat mutlak
ekonomi yang berpengaruh pada tinggi yang diperlukan dalam pembangunan
rendahnya pendapatan petani. Produksi yang pertanian. Tata niaga pertanian pula yang dapat
baik dan melimpah akan kurang berarti karena menciptakan nilai tambah melalui perubahan
harga pasar yang rendah. Demikian pula guna tempat, guna bentuk dan guna waktu.
dengan produksi yang tinggi tidak mutlak Namun seringkali terjadi produk yang tinggi
memberikan keuntungan lebih besar bagi petani masih membawa kerugian yang tidak kecil bagi
tanpa tataniaga yang baik dan efisien. petani karena tidak terjualnya produk-produk

233
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

pertanian. Kalaupun terjual petani mendapatkan komoditas jagung dan ketiga kebijakan
harga yang kurang layak. pemerintah kabupaten yang mendukung
Tataniaga komoditas pertanian merupakan perkembangan pertanian jagung. Penentuan
suatu sistem yang melibatkan tiga pelaku utama kecamatan sampel dilakukan secara sengaja
yaitu produsen atau petani, pelaku pemasaran (purposive) dengan pertimbangan empat
atau pedagang, dan konsumen. Derivat dari kecamatan sentra produksi jagung. Dari setiap
diketahuinya pola saluran tataniaga komoditas kecamatan terpilih, kemudian dilakukan
jagung adalah direkomendasikannya langkah penetapan desa sampel secara sengaja
strategis bagi petani jagung Kabupaten (purposive) dengan pertimbangan dua desa
Grobogan sebagai pelaku utama agribisnis yang memiliki lahan panen jagung terluas. Dari
jagung. Untuk itu penelitian ini bertujuan : empat kecamatan ditetapkan sampel sebanyak
1. Mengetahui saluran pemasaran jagung di 120 petani, dengan distribusi setiap kecamatan
Kabupaten Grobogan ditentukan secara quota sebanyak 30 sampel.
2. Marjin pemasaran jagung di Kabupaten Penentuan petani sampel dalam satu kecamatan
Grobogan di tingkat desa ditentukan secara porportional
random sampling. Teknik pengambilan sampel
METODOLOGI PENELITIAN dilakukan dengan cara undian dengan
Metode Dasar Penelitian pengembalian, dengan harapan seluruh anggota
Metode dasar yang digunakan dalam populasi memiliki peluang yang sama terambil
penelitian ini adalah metode deskriptif analitis sebagai sampel. Berdasarkan metode tersebut,
yaitu suatu kombinasi dari metode deskriptif diperoleh jumlah petani sampel dari masing-
dan metode analitis (Soeratno dan Arsyad, masing desa sebagaimana terlihat pada Tabel 2.
1995). Penelitian deskriftif adalah sebuah
metode penelitian yang memusatkan diri pada Metode Penentuan Lembaga Pemasaran
pemecahan masalah yang ada pada masa Pengambilan responden lembaga
sekarang/masalah-masalah yang aktual. Metode pemasaran ditentukan dengan metode bola salju
analitis dilakukan dengan cara menyusun data, (snow ball sampling). Dengan metode ini aliran
dijelaskan kemudian dianalisis. Sedangkan komoditi jagung dari petani ke konsumen dapat
teknik pelaksanaannya menggunakan metode diketahui sehingga rantai pemasaran jagung
survey, yaitu pengambilan sampel atau yang terbentuk dapat diidentifikasi secara riil
responden dari satu polulasi dan menggunakan (Irianto dan Mardikanto, 2011).
bantuan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jenis dan sumber data yang dipergunakan
Dengan kuesioner ini akan diperoleh fakta- dalam penelitian ini adalah Data Primer dan
fakta dan keterangan secara faktual terkait data skunder. Data primer digunakan untuk
tujuan penelitian berupa kebenaran terhadap menganalisis, 1) Saluran pemasaran, 2) marjin
keadaan dan praktek-praktek yang sedang dan farmer’s share. Data primer dalam
berlangsung (Singarimbun dan Effendi, 1995). penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara
dengan petani dan lembaga pemasaran yang
Metode Penentuan Sampel Penelitian terpilih sebagai sampel serta melalui observasi.
Metode penentuan lokasi penelitian Data Sekunder digunakan sebagai informasi
dilakukan secara purposive, Lokasi penelitian awal dalam penentuan lokasi dan sampel
yang dipilih adalah Kabupaten Grobogan penelitian serta sebagai informasi penunjang
dengan pertimbangan pertama, Kabupaten dalam menjawab tujuan penelitian. Kedua data
Grobogan merupakan salah satu daerah sentra tersebut dikumpulkan dengan teknik
produksi jagung di Jawa Tengah. kedua, Wawancara, Observasi, dan Pencatatan.
Kabupaten Grobogan mempunyai sumber daya
alam lahan, sumber daya manusia (tenaga
kerja) yang mendukung bagi pengembangan

234
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

Tabel 2. Nama Desa, Jumlah Petani Jagung dan Jumlah Responden di Kecamatan Geyer,
Wirosari, Grobogan dan Karangrayung Kabupaten Grobogan
Jumlah Anggota Jumlah
No Kecamatan Desa Pembulatan
Kel Tani Kel Tani Responden
1. Geyer Ngrandu 16 716 9,44 9
Karanganyar 10 1.559 20,56 21
2. Wirosari Tambakselo 16 1.492 15,16 15
Tegalrejo 10 1.461 14,84 15
3. Grobogan Sumberjatipohon 10 811 13,31 13
Putatsari 6 1.017 16,69 17
4. Karangrayung Nampu 7 1.396 18,36 18
Sumberjosari 9 885 11,64 12
JUMLAH 84 9337 120 120
Sumber : Hasil pengolahan Data Sekunder Dispertan TPH Kab.Grobogan Tahun 2011

Metode Analisis Data dinyatakan dalam persentase (%). Farmer


Metode analisis yang digunakan untuk share diformulasikan sebagai berikut :
mengetahui saluran pemasaran dan lembaga Pf
pemasaran jagung dilakukan dengan analisis Fs  x100%
berdasarkan data primer yang bersumber dari Pr
informan. Untuk mengetahui pola saluran Keterangan :
pemasaran jagung di Kabupaten Grobogan Fs = Farmer’s share
dilakukan dengan cara mengikuti aliran Pf = Harga di tingkat produsen/petani (Rp/kg)
produksi jagung dari petani sampai pembeli Pr = Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)
akhir. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran
jagung dianalisis dengan pendekatan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
marjin pemasaran dan farmer’s share Lembaga Pemasaran
(Sudiyono, 2002). Kegiatan pendistribusian jagung dari
petani ke konsumen memerlukan pedagang
Marjin Pemasaran perantara atau disebut juga sebagai lembaga
Marjin pemasaran merupakan selisih harga pemasaran yang mempunyai peranan penting
ditingkat konsumen dan harga ditinggkat dalam kegiatan pemasaran. Pedagang atau
produsen. Untuk menghitung marjin dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam
lembaga pemasaran digunakan rumus : pemasaran jagung di Kabupaten Grobogan
meliputi pedagang pengumpul desa (PPD),
Mp = Pr – Pf atau Mp = Bp + Kp pedagang pengumpul kecamatan (PPK) dan
pedagang besar (PB).
Keterangan: Di dalam pemasaran jagung, petani
Mp = Marjin pemasaran (Rp/kg) umumnya menjual kepada pedagang yang ada
Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/kg) di desa atau pedagang dari luar desa yang
Pf = Harga ditingkat produsen (Rp/kg) datang ke rumah-rumah petani. Tetapi untuk
Bp = Biaya Pemasaran (Rp/kg) petani yang produksi jagungnya cukup besar
Kp = Keuntungan Pemasaran (Rp/kg) dan tidak ada pedagang desa di daerahnya,
maka mereka langsung menjualnya kepada
Farmer Share pedagang di kecamatan yang lebih besar.
Analisis farmer’s share bermanfaat untuk Berdasarkan hasil penelitian saluran pemasaran
mengetahui bagian harga yang diterima oleh jagung di Kabupaten Grobogan, lembaga
petani dari harga di tingkat konsumen yang pemasaran yang terlibat dalam proses

235
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

penyampaian jagung dari petani sampai ke (KLD). Volume pembelian jagung oleh PPK
konsumen akhir adalah : berkisar antara 20-30 ton dalam satu kali
1. Pedagang Pengumpul Desa (PPD) transaksi, bila musim panen raya tiba PPK
PPD adalah pedagang yang berdomisili ini bisa melakukan 2-4 kali transaksi dalam
di desa petani sampel atau disekitarnya dan satu harinya tergantung kekuatan modal
membeli jagung hanya dari petani. Pada yang dimiliki.
penelitian ini didapatkan PPD sejumlah 11 Pada saat PPK membeli jagung dari
orang. PPD ini biasanya membeli jagung petani dan PPD, jagung yang di kemas
dari petani yang sudah dipipil dan dijemur. dalam karung berkapasitas 60 – 70 kg
Pembelian dapat dilakukan di rumah petani jagung kering pipilan dibuka untuk dilihat
atau di rumah pedagang. Tetapi kebanyakan kualitas jagung yang akan dibeli, kemudian
PPD melakukan pembelian dengan cara ditentukan harga jagung sesuai kualitas dan
mendatangi petani di rumah petani. Dalam kadar airnya. Sebelum menjual jagung
hal ini petani tidak mengeluarkan biaya kepada PB dan PMT, sebagian PPK juga
pengangkutan karena ditanggung oleh PPD. melakukan penjemuran kembali bila kadar
Volume pembelian jagung oleh PPD air biji jagung yang dibelinya masih cukup
berkisar antara 4-5 ton dalam satu kali tinggi dan melakukan penimbangan terlebih
transaksi. dahulu sehingga volume penyusutannya
Pada saat PPD membeli jagung kepada dapat diketahui. Setelah itu barulah PPK
petani, petani telah mengemas jagung dalam menjualnya ke PB, atau PMT di dalam
karung berkapasitas 60 – 70 kg jagung maupun di luar Kabupaten Grobogan
kering pipilan. Oleh karena itu PPD ketika berdasarkan harga yang ditawarkan atau
akan membeli, mereka mengambil sampel kontrak dengan PMT yang telah disepakati
jagung yang akan dibelinya dengan cara sebelumnya.
membuka karung jagung atau menusuk Adapun cara pembayaran yang
karung tersebut dengan alat tertentu dilakukan dari PPK ke petani dan PPD
sehingga sampel jagung dalam karung dapat adalah dengan cara membayar tunai setelah
terlihat dan ditentukan harga jagung sesuai menerima jagung. Tidak ada PPK yang
kualitas dan kadar airnya. Setelah itu PPD melakukan pembayaran non tunai, oleh
menjualnya ke PPK atau PB. karena itu PPK membutuhkan modal yang
Cara pembayaran yang dilakukan dari besar dan tempat penyimpanan jagung yang
PPD ke petani sebagian besar dengan cara luas dalam usaha dagang jagungnya.
membayar tunai kepada petani setelah Sebagian besar PPK ini telah mempunyai
menerima jagung. Sedikit PPD yang gudang yang cukup besar dan alat
melakukan pembayaran setelah jagung yang transportasi (truck double) yang memadai
dibelinya dari petani laku terjual. Sebelum sehingga distribusi jagungnya menjadi
menjual jagung kepada PPK dan pedagang lancar. PPK terdiri dari laki-laki berjumlah 6
besar, sebagian PPD melakukan penjemuran orang (37,5%) dan PPK perempuan
kembali bila kadar air jagung yang dibelinya berjumlah 10 orang 62,5%). PPK berjenis
masih sangat tinggi. kelamin perempuan sebagian besar memiliki
suami yang bekerja sebagai PNS atau
2. Pedagang Pengumpul Kecamatan (PPK). perangkat desa. Usaha dagang jagung
PPK adalah pedagang yang membeli mereka diawali dari pemikiran untuk
jagung dari PPD dan kadang-kadang mengisi waktu luang mereka dengan
langsung dari petani yang mendatangi. berdagang jagung untuk membantu
Pedagang ini sebagian besar berada di dekat mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-
sentra produksi jagung dan bertempat di hari. Prospek pasar jagung yang
ibukota kecamatan. PPK menjual jagung ke menjanjikan karena memberi keuntungan
PB atau langsung ke Perusahaan Makanan yang banyak menyebabkan usaha jagung ini
Ternak (PMT) atau Konsumen Luar Daerah kemudian menjadi usaha pokok keluarga.

236
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

3. Pedagang Besar (PB) lokasi pedagang terhadap lokasi para petani


PB adalah pedagang yang menjadi jagung. Saluran pemasaran jagung ada yang
pemasok bahan baku pakan ternak kepada dari petani ke pedagang pengumpul desa
PMT karena ordernya melalui sistem (PPD), dari petani ke pedagang pengumpul
kontrak dan pembayarannya pasti walau non kecamatan (PPK), dan dari petani ke pedagang
tunai, sehingga kemungkinan dana macet besar (PB). Selanjutnya ada juga perdagangan
dapat dihindari. PB di Kabupaten Grobogan diantara para pedagang yang membentuk pola
sebanyak lima orang yang berlokasi di dari PPD PPK PB. Pada akhirnya konsumen
Kecamatan Grobogan dan satu orang jagung di Kabupaten Grobogan adalah para
berlokasi di Kecamatan Wirosari. PB pedagang makanan ternak (PMT) dan
membeli jagung dengan cara didatangi oleh konsumen luar daerah (KLD).
petani, PPD dan PPK ke gudang-gudang Keadaan petani yang banyak mengalami
penyimpanan jagung mereka dengan cara kekurangan seperti modal, pendidikan,
tunai. Dengan demikian PB memiliki modal keterbatasan prasarana/sarana transportasi dan
yang sangat besar karena harus membayar telekomunikasi, menjadikan mereka tidak dapat
tunai kepada penjual jagung yang dibeli dan langsung menjual hasil jagungnya langsung ke
menerima pembayaran non tunai dari PMT. konsumen akhir untuk mendapatkan harga yang
Volume pembelian jagung oleh PB tinggi. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak
berkisar antara 50-100 ton dalam satu kali lain seperti pedagang perantara yang terdiri dari
transaksi. Pengujian terhadap kualitas biji PPD, PPK dan PB. Dengan demikian
jagung juga dilakukan dengan menggunakan terbentuklah saluran pemasaran jagung di
alat elektrik pengukur kadar air kemudian Kabupaten Grobogan. Saluran pemasaran dapat
ditentukan harga jagung sesuai kualitas dan berbentuk sederhana dan dapat pula rumit. Hal
kadar airnya. Sebelum menjual jagung ini tergantung dari macam komoditi, lembaga
kepada PMT atau KLD, PB juga melakukan pemasaran dan sistem pasar. Sistem pasar yang
pengeringan kembali bila kadar air biji monopoli memiliki saluran pemasaran yang
jagung yang dibelinya masih cukup tinggi. relatif lebih sederhana dibandingkan dengan
Bila musim kemarau pengeringan dilakukan sistem pasar yang lain (Soekartawi, 1993).
menggunakan sinar matahari dan mesin Hal di atas sejalan dengan pendapat
pengering jagung, dan ketika musim hujan Burharman dalam Widiastuti (2011) yang
pengeringan mengunakan mesin pengering menyatakan bahwa, panjang-pendeknya saluran
jagung. Jagung yang telah kering disimpan pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil
dalam karung kapasitas 70–80 kg. Pedagang pertanian tergantung beberapa faktor :
besar mampu menahan jagung yang a. Jarak antara produsen dan konsumen,
dibelinya ketika harga jagung turun dan baru semakin jauh jaraknya makin panjang
dijual ketika harga jagung membaik. Setelah saluran pemasaran yang ditempuh produk.
itu barulah PB memasok jagungnya ke PMT b. Cepat tidaknya produk rusak, semakin
di dalam maupun di luar Kabupaten produk cepat rusak harus cepat sampai ke
Grobogan berdasarkan harga yang konsumen, sehingga menghendaki saluran
ditawarkan pembeli atau kontrak dengan yang pendek.
PMT yang telah disepakati sebelumnya. c. Skala produksi, jika produksinya skala
kecil maka tidak menguntungkan bila
Saluran dan Lembaga Pemasaran Jagung produsen langsung menjualnya ke pasar,
Adapun deskripsi dan pola saluran sehingga saluran pemasaran yang dilalui
pemasaran jagung yang terjadi di Kabupaten cenderung panjang.
Grobogan dan lembaga pemasarannya disajikan d. Posisi keuangan pengusaha, produsen
pada Gambar 1, yang melibatkan berbagai yang posisi keuangannya kuat, cenderung
pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena untuk memperpendek saluran pemasaran.
adanya variasi permodalan yang dimiliki
pedagang serta perbedaan akses transportasi

237
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

56 % PP Desa

Konsumen
P Luar Daerah
33 %
E
T PP Kecamatan
A
N
I Perusahaan Makanan
Ternak (PMT)

Pedagang
11 % Besar

Gambar 1. Saluran Pemasaran Jagung Di Kabupaten Grobogan


Sumber: Analisis Data Primer, 2011

Jumlah saluran pemasaran jagung di ke PB (Saluran IX). Sedikitnya petani yang


Kabupaten Grobogan terdiri dari sembilan jenis menjual langsung ke PB dikarenakan
saluran pemasaran yang jauh melebihi kebutuhan petani untuk segera mendapatkan
penelitian Cristoporus dan Sulaeman (2009) di uang tunai dari hasil menjual produknya
Kabupaten Donggala yang hanya sebanyak 2 kepada pedagang pengumpul karena PMT
saluran pemasaran dan penelitian Hadijah melakukan pembayaran non tunai kepada
(2009) yang hanya tiga saluran serta Bakar dan pemasoknya. Keterikatan inilah yang membuat
Jamilah (2007) yang hanya 5 saluran petani pada posisi tawar (bargaining position)
pemasaran. Lebih jelasnya, pola saluran yang lemah.
pemasaran jagung di Kabupaten Grobogan Rekapitulasi total margin dan farmer’s
dapat dilihat pada Tabel 3, diurutkan dari share dari sembilan saluran yang terbentuk
saluran yang memberikan manfaat tertinggi dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam penelitian ini
bagi petani ke saluran yang memberikan tampak marjin pemasaran menyebar tidak
manfaat paling rendah kepada petani merata, yaitu antara 62,50% - 71,07%. Nilai
berdasarkan nilai marjin pemasaran dan marjin pemasaran yang lebih besar dari 50%
farmer’s share masing-masing saluran. menurut Azzaino (1985), Darmawati (2005)
Dari sembilan saluran pemasaran yang dan Yuprin (2009) dikatakan tidak efisien,
terbentuk di atas 43,33% petani langsung karena bagian yang diterima pedagang lebih
menjual jagungnya melalui PPD dan besar daripada yang diterima petani.
melibatkan lima saluran pemasaran (Saluran Diantara 9 saluran pemasaran yang ada,
III, V, VI, VII dan VIII); 50% melalui langsung diperoleh nilai farmer’s share tataniaga jagung
ke PPK dan melibatkan tiga saluran ( Saluran I, berkisar antara 28,93% – 37,50%.
II, dan IV); dan sisanya 6,67% langsung dijual

238
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

Tabel 3. Keragaan Saluran Pemasaran Jagung di Kabupaten Grobogan


No Uraian Macam Saluran Pemasaran Marjin Marjin Farmer’s
(Rp/kg) (%) share (%)
1 Petani – PPK – PMT 1.655 62,50 37,50
2 Petani – PPK – KLD 1.815 64,49 35,51
3 Petani – PPD – PPK – PMT 1.777 64,61 35,39
4 Petani – PPK – PB – PMT 1.826 64,63 35,37
5 Petani – PPD – PPK –PB –PMT 1.877 65,85 34,15
6 Petani – PPD – PB – PMT 1.877 65,85 34,15
7 Petani – PPD – PPK – KLD 1.885 65,95 34,05
8 Petani – PPD – PPK – PB – KLD 1.927 66,44 33,56
9 Petani – PB – PMT 2.011 71,07 28,93
Sumber : Analisis Data Primer, 2011

Saluran pemasaran terbaik terdapat pada (1) Petani belum melakukan fungsi pasca
Saluran I (Petani – PPK – PMT) yaitu memiliki panen yang baik misalnya jagung masih
marjin pemasaran terkecil (Rp 1.665,-) dengan dijual dalam bentuk basah atau kadar air
farmer’s share terbesar (37,50 %). Angka ini yang masih tinggi sehigga harganya
jauh dibawah angka yang diperoleh petani rendah;
jagung di Kabupaten Pasaman Barat yang (2) Adanya hubungan kepercayaan antara
mencapai 69 % (Ali, 2009). petani dan pedagang besar yang sudah
Dengan demikian, dibanding dengan terbiasa bekerjasama sehingga petani tidak
petani di Kabupaten Pasaman Barat, maka terlalu memperdulikan harga yang
sistem tataniaga jagung di Kabupaten diterimanya.
Grobogan masih belum memberi keadilan
kepada petani, karena lebih menguntungkan KESIMPULAN DAN SARAN
para pedagangnya. Kesimpulan
Saluran pemasaran I mempunyai nilai Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
efisiensi tertinggi diantara 8 saluran yang lain diuraikan serta memperhatikan tujuan
karena saluran satu memiliki farmer’s share penelitian yang telah ditetapkan, maka
tertinggi karena : diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
(1) Petani hanya melalui satu pedagang 1. Pola saluran pemasaran jagung yang
perantara yaitu PPK untuk menyalurkan terbentuk di Kabupaten Grobogan terdiri
produk jagungnya ke PMT sehingga biaya dari sembilan macam saluran yang
pemasarannya tidak terlalu tinggi. dikelompokan menjadi tiga kelompok
(2) Petani mendapat kemudahan dari PPK besar, yaitu petani yang langsung menjual
yang mau mengambil produk jagungnya ke PPD sebanyak 56% petani, langsung
ke rumah petani apabila jumlahnya menjual ke PPK sebanyak 33% petani dan
banyak. langsung menjual ke PB sebanyak 11% .
Sebaliknya, saluran yang terburuk terdapat 2. Marjin pemasaran menyebar tidak merata,
pada Saluran IX (Petani – PB – PMT), yaitu yaitu antara 62,50% - 71,07% dengan
saluran yang mempunyai marjin terbesar (Rp farmer’s share antara 28,93% – 37,50%.
2.011,-) sekaligus memiliki farmer’s share Saluran yang paling efisien adalah petani –
terkecil (28,93%). Walaupun pedagang PPK – PMT, karena memiliki marjin
perantara yang dilalui petani untuk menjual pemasaran terkecil (Rp 1.655,- atau
produk jagungnya hanya satu yaitu pedagang 62,50%) dengan farmer’s share terbesar
besar, ternyata saluran IX ini paling tidak (37,50%).
efisien karena petani tetap menerima harga
yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain :

239
Nur Widiastuti, Mohd. Harisudin : Saluran Dan Marjin Pemasaran Jagung …

Saran Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan


Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Hortikultura Kabupaten Grobogan, 2010.
direkomendasikan kepada petani jagung di Statistik Pertanian Kabupaten
Kabupaten Grobogan yang ingin meningkatkan Grobogan.
pendapatannya sebaiknya memilih saluran
Hadijah A.D. 2009. Identifikasi Kinerja
pemasaran tipe 1. Syarat yang harus dipenuhi
Usahatani Dan Pemasaran Jagung di
dalam sistem pemasaran jagung di Kabupaten
Nusa Tenggara Barat. Prosiding
Grobogan, yaitu tidak ada hambatan masuk dan
Seminar Nasional Serealia 2009 ISBN:
keluar bagi setiap petani dalam memasuki
978-979-8940-27-9
setiap saluran pemasaran jagung yang ada.
Irianto, H dan Mardikanto, T. 2011. Metoda
DAFTAR PUSTAKA Penelitian dan Evaluasi Agribisnis.
Jurusan/Program Studi Agribisnis
Bakar, A dan Jamilah. 2007. Analisis Kinerja Fakultas Pertanian UNS.
Pasar pada Pemasaran Jagung. Jurnal
Kohls, R.L dan J.N Uhl. 1985. Marketing of
Eksekutif. Volume 4, Nomor 3, Desember Agricultural Products. New York: The
2007. Macmillan Company.
Ali, M. 2009. Pemasaran Jagung di Kabupaten Singarimbun, M dan Efendi, S. 1995. Metode
Pasaman. Jurnal Ilmiah Tambua. Vol
Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
VIII No 3, September-Desember 2009,
hal 408-412 Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi
Pertanian, Teori dan Aplikasi. Penerbit
Azzaino, Z. 1985. Pengantar Tataniaga
PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, Edisi
Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Revisi.
Pertanian Bogor.
Soeratno dan Arsyad, L. 1995. Metodologi
Balitbang Provinsi Jawa Tengah. 2006.
Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Penelitian Potensi dan Ketersediaan YKPN. Yogyakarta.
Pangan dalam Rangka Ketahanan
Pangan di Jawa Tengah. Balitbang. Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM
Provinsi Jateng, Semarang. Press. Malang
Cristoporus dan Sulaeman. 2009. Analisis Widiastuti, N. 2012. Tataniaga Jagung di
Produksi dan Pemasaran Jagung di Desa Kabupaten Grobogan. Tesis Program
Labuan Toposo Kecamatan Tawaeli Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Kabupaten Donggala. J. Agroland 16 Surakarta. Tidak dipublikasikan
(2); 141-147, Juni 2009 Yuprin, AD. 2009. Analisis Pemasaran Karet
Darmawati. 2005. Analisis Pemasaran Di Kabupaten Kapuas. WACANA Vol. 12
Mendong di Kabupaten Sleman. Skripsi No. 3 Juli 2009
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Tidak dipublikasikan.

240

Anda mungkin juga menyukai