Anda di halaman 1dari 28

MODUL MATERI

PENDIDIKAN DASAR
DIAZ MALANG INDONESIA
KEDIAZAN

Manusia sebagain makhluk sosial tidak bias dipisahkan satu sama lain untuk saling
berinteraksi dengan sesame. Dengan adanya interaksi itu manusia bias saling mengenal, berbagi rasa
suka dan duka, mendapatkan pengalaman, kemampuan dan sebagainya. Dengan pemikiran secara
sederhana itulah organisasi DIAZ didirikan. Disamping karena kesamaan hobi cita-cita dan visi yang
sama. Mula-mula organisasi DIAZ terbentuk tanggal 13-09-1975 secara resminya. Namun sebelum itu
para pendiri sudah lama berkumpul dalam artian berteman. Karena seringnya berkumpul, bermain,
dan bersahabat itulah disamping kesamaan hobi, visi, dan cita-cita, maka untuk lebih mendisplinkan
dan mewujudkannya maka dibentuklah suatu wadah organisasi secara resmi.

Banyak sejarah yang diukir oleh rekan-rekan dan senior-senior kita, antara lain dalam bidang
seni, olahraga dan hiburan. Mengenai nama DIAZ itu sendiri ada banyak versi dari senior-senior kita.
Ada yang mengatakan diambil dari nama belakang penjelajah Spanyol yaitu Bartholomeus Diaz, ada
yang katanyadari nama burung purba. Untuk menghindari kerancuan dalam silang pendapat yang
tidak bias dipertanggung jawabkan, maka dalam sidang ke3 tahun 1998 diadakan pembaharuan
AD/ART, diantaranya bahwa nama DIAZ itu yaitu DIAZ itu sendiri, tidak ada arti, kepanjangan, atau
interprestasi yang lain. Dengan symbol burung yang disepakati adalah Burung Elang, Pasak, dan
Kompas Perisai

 Burung Elang melambangkan Ksatria

 Pasak melambangkan Keteguhan

 Perisai Kompas melambangkan Kecintaan Alam

Pada angkatan ke VII/1996 barulah diawali suatu babak baru dalam tubuh DIAZ yaitu
dicanangkannya nama angkatan dengan tambahan Elang ….. dibelakan nomor anggota dan
disepakatinya era diklatsar tiap 2 tahun sekali, ini menunjang keberadaan dan eksistensi organisasi
serta regenerasi. Karena selama 21 tahun (1975-1996) tidak ada nama diklatsar, karena sejarah
pertumbuhan dan keberadaan P4 umum /swasta di Indonesia seperti yang sudah disinggung diatas
pada umumnya. Untuk itulah setelah melalui segala suka duka didalam organisasi rekan-rekan
sepakat bahwa kesinambungan dalam organisasi adalah tiap-tiap anggota mampu menanggalkan
segala ego, kepentingan pribadi, dan hal-hal yang bersifat individualistic/kelompok didalam organisasi
DIAZ.

Hal-hal yang paling penting adalah tiap-tiap anggota mampu menyadari keberadaan dan
kemampuan masing-masing tanpa ada rasa iri dan dengki. Karena semua hal yang bisa dilakukan
adalah demi kebersamaan dan eksistensi DIAZ itu sendiri. Hal yang paling penting dan menjadi
perenungan rekan-rekan DIAZ untuk saat ini adalah bagaimana membentuk dan menanamkan
mental yang tangguh dan tahan banting, bagi anggota dan calon anggota. Karena dengan mental
itulah segala sesuatu atau masalah akan siap untuk dihadapi dan ditindak lanjuti. Ciri khas inilah yang
akan berusaha diterapkan dalam OPA DIAZ. Selain itu juga memperbanyak keperdulian terhadap
lingkungan, social, dan masyarakat.
GUNUNG HUTAN

Dorongan untuk melakukan petualangan di alam terbuka menyebabkan para penggiatnya


melakukan berbagai kegiatan perjalanan, mulai dari perjalanan kecil pendakian gunung,
penyusuran pantai, pengarungan sungai berarus deras, sampai dengan perjalanan besar
ekspedisi.

Perjalanan tersebut dilakukan dengai berbagai tujuan, mulai dari tujuan eksplorasi, survey,
maupun hanya sekedar 'berjalan-jalan'. Semua jenis perjalanan tersebut dengan tujuannya
masing-masing memerlukan persiapan yang baik, mengingat keadaan di alam terbuka
menghadapkan kita pada berbagai kondisi dan situasi alam yang apabila tidak kita ketahui
dengan baik, akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan jiwa kita.
Dan sebaliknya, apabila kita pahami, akan memberikan kenikmatan berpetualang yang
mengasyikkan.

Berita duka datang silih berganti, banyak rekan-rekan pendaki mengalami musibah maut
dalam kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah “takdir”. Ya itu
memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya
sendiri. Adakah yang salah?

Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal (memang tiidak semuanya), mereka
melakukan pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau biasa dibilang
nekat. Padahal dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan.

Itulah mengapa ada yang dinamakan Manajemen Perjalanan/Pendakian. Segala sesuatu


harus diatur dan dianalisa, walaupun itu hanya melakukan pendakian biasa bukan sebuah
expedisi. Namun Manajemen perjalanan harus tetap diterapkan, bahkan hal-hal kecilpun
harus dipikirkan.

 Persiapan Mendaki gunung


Persiapan umum yang perlu diperhatikan sebelum mulai naik gunung adalah:

1. Kesiapan Mental
Mental sangat berpengaruh, karena jika mental sedang fit maka fisik pun akan fit, tetapi
bisa saja terjadi sebaliknya. Untuk mengetahui keadaan mental seseorang dalam kondisi fit
atau tidak memang tidak mudah. Tentunya yang lebih memahami keadaan mentalini adalah
diri kita sendiri. Kesiapan mental secara pribadi akan sangat berpengaruh pada kondisi tim.
Jika kesiapan mental tidak dalam kondisi fit, alangkah baiknya kita tidak memaksakan diri.

2. Kesiapan Fisik
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya stretching/ peregangan sebelum
dan sesudah melakukan aktifitas olahraga. Lakukan peregangan agar tubuh kita dapat terlatih
kelenturannya. Jogging (lari pelan-pelan) lama waktu dan jarak disesuaikan dengan
kemampuan kita, tetapi waktu, jarak, dan kecepatan selalu kita tambah secara bertahap.
Latihan lainnya bisa juga Sit-up, push-up, dan pull-up, lakukan sesuai kemampuan kita dan
tambahlah porsinya secara bertahap.
3. Kesiapan Administrasi
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk mamasuki kaawasan yang akan
dituju.

4. Kesiapan Ketrampilan dan Pengetahuan


Kemampuan untuk hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki
adalah pengetahuan tentang Navigasi Darat, Survival, serta EMC (Emergency Medical Care)
praktis

 Bahaya di Pegunungan
Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi :

1. Bahaya Subyektif
Bahaya subyektif adalah potensi bahaya yang berada di bawah kendali manusia yang
melakukan kegiatan. Contohnya pemilihan alat yang salah, cara penggunaan perlengkapan
yang tidak dikuasai dengan baik, pemilihan jenis perjalanan yang tidak tepat untuk para
pesertanya, dan lain-lain. Kasus-kasus yang terjadi misalnya perhitungan logistik (perbekalan)
yang salah sehingga kelaparan, lupa membawa baterai cadangan, sarung tangan rusak
sehingga terkena frost bite, mengajak teman yang belum siap menghadapi kondisi medan
yang akan didatangi, tidak membawa peta topografi, tidak tahu cara menggunakan kompas
orienteering, dan masih banyak lagi.

2. Bahaya Obyektif
Bahaya objektif adalah potensi bahaya yang berada di luar kendali manusia, misalnya hawa dingin,
hujan badai, petir, longsor dan lain-lain.

 PERENCANAAN PERJALANAN

Perencanaan Perjalanan adalah syarat penting ketika Anda atau Kelompok yang ingin
melakukan perjalanan. tanpa itu, maka bisa kita bilang perjalanan tidak akan berjalan baik. kuncinya
ada di Persiapan Sebelum memulai kegiatan/perjalanan biasakanlah untuk mempersiapkan
diri/kelompok anda secara seksama. Artinya melihat kebutuhan kegiatan/perjalanan dengan lengkap,
tuntas dan teliti. Sebisa mungkin tidak ada yang tercecer. Karena ini adalah wujud tanggung jawab
awal kita atas diri kita sendiri maupun kelompok yang kita pimpin. Oleh karena itu, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan secara konsep yaitu 5W + 1H :

What = Apa?
Apa tujuan kegiatannya (Sport, Hoby,Education,research,ekspedisi dll).
Where = Dimana?
Bagian ini adalah sebuah tujuan dari perjalanan yang harus ditentukan. agar perjalanan menjadi
fokus.
Who = Siapa?
Siapa yang akan melakukan perjalanan, dengan siapa, bagaimana sikap mental dan kondisi fisiknya.
Why = Mengapa?
ini adalah pertanyaan yang cukup panjang dan bisa bermacam-macam jawaban.
When = Kapan?
Ini mencakup perencanaan mengenai kapan memulai kegiatan perjalanan, kapan berakhirnya, dan
berapa lama kegiatan ini berlangsung.
How = Bagaimana?
Bagaimana kita dapat melakukan perjalanan dengan melaksanakan 5W. selain itu, bagaimana kita
menentukan bentuk perjalanan misalnya mendaki gunung (hiking), Panjat tebing (rock climbing),
penelusuran gua (caving) arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surving). bentuk kegiatan
ini akan terkait dengan tujuan dan persiapan kebutuhan yang harus dipersiapkan.

Pelaksanaan
Setelah perencanaan dan persiapan tersusun, dengan merencanakan lintasan perjalanan baik
perkiraan jarak maupun estimasi waktu, anggaran biaya,dan kebutuhan logistik yang mencakup
(konsumsi, perlengkapan), maka dengan demikian perjalanan siap dilakukan.

Evaluasi
Menjadi hal penting untuk proses pembelajaran. di mana kita bisa melihat kekurangan dan kelebihan
dari proses perjalanan yang sudah berlangsung. dengan demikian kita mampu memperbaiki
kekurangan dan mengembangan kelebihan untuk proses perjalanan yang akan kita lakukan
kemudian hari.

 Faktor-faktor Perencanaan Perjalanan

1. Faktor Alam

Mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan ditempuh, iklim di daerah yang
akan dituju, dan hal lain yang berkaitan dengan lingkungan. Pengantisipasian hal ini adalah dengan
melakukan studi literatur yang baik, analisis peta, pengumpulan informasi dari pemerintah setempat.

2. Faktor Peserta

Merupakan hal yang berhubungan dengan personil peserta perjalanan, mencakup pemilihan personil,
leader, hierarki, diskripsi kerja dan tanggung jawab masing-masing, serta kemampuan setiap peserta
perjalanan.

3. Faktor Penyelenggaraan

Mencakup faktor teknis, non teknis, serta semi teknis.

• Faktor teknis

Berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Beberapa hal yang termasuk didalamnya
yaitu penyiapan kemampuan personil, skenario dan sistem operasi, sistem pendokumentasian, serta
hal yang berkaitan dengan masalah safety.
• Faktor non teknis

Daya dukung operasi yang tidak berhubungan dengan tingkat kesulitan medan. Mencakup masalah
administrasi organisasi dan pendukung operasi global.

• Faktor semi teknis

Faktor ini hanya terdapat dalam ekspedisi-ekspedisi besar dan kompleks. Berhubungan langsung
dengan tingkat kesulitan medan tapi bersifat non teknis. Misalnya masalah komunikasi, base camp
team, advance-team, take in & out team, rescue team, dsb.

 Peralatan dan Perlengkapan


Secara umum peralatan dapat kita bagi menjadi :
1. Peralatan dasar, yaitu peralatan yang selalu kita perlukan setiap saat seperti pakaian, peralatan
memasak dan makan/minum peralatan MCK dan perlengkapan pribadi.
2. Peralatan khusus, yaitu peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan medan perjalanan atau
tujuan perjalanan apakah untuk penelitian, dokumentasi, pemanjatan tebing dan sebagainya.
3. Peralatan tambahan, yang bisa dibawa atau tidak dan lebih kepada hal-hal kenyamanan

Perlengkapan Dasar o Sleeping bag


 Perlengkapan jalan : o Sarung tangan
o Sepatu o Kupluk/balaklava
o Kaos kaki o Ponco
o Celana lapangan o Dll
o Ikat pinggang
o Baju lapangan
o Jaket
o Topi • Perlengkapan masak dan makan:

o Jas hujan o Kompor lapangan

o Dll o Bahan bakar


o Tempat memasak

• Perlengkapan tidur : o Wadah air

o Sepasang pakaian tidur o Pematik/pembuat api

o Kaus kaki tebal o Alat makan/minum.

o Matras

Peralatan Khusus
Peralatan kusus berkaitan dengan medan dan tujuan perjalanan. Bila akan mengadakan kegiatan
pendakian tebing harus membawa tali static dan dinamic, harnes, dsb.
Bila akan mengadakan arung sungai kita harus membawa peralatan pengarungan. Untuk kegiatan
dokumentasi kita harus menyiapkan peralatan dokumentasi.

Peralatan Tambahan
Peralatan ini tiadak harus dibawa namun untuk kenyamanan ada baiknya disertakan :
• Putis, Pembalut betis agar otot-ototnya tetap fit
• Gaiter, Melindungi kaki dari pacet, duri, dan mencegah sepatu kemasukan pasir
• Kelambu, Melindungi dari nyamuk dan lebah
• Semir sepatu
 Menyusun Perlengkapan kedalam Ransel (PACKING)
Kenyamanan, efisiensi, dan pasnya ransel menempel pada tubuh, selain secara langsung
ditentukan oleh desain ransel, juga banyak dipengaruhi oleh cara penyusunan barang (packing)
ke dalam ransel. Yang menjadi dasar adalah keseimbangan beban. Ini bergantung kepada cara
kita menumpukkan berat beban pada tubuh sedemikian rupa, sehingga kaki dapat bekerja
secara efisien.

Dalam batas-batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan
kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih nyaman saat menggendong beban.
Namun bagaimanapun canggihnya desain ransel yang anda miliki, akan sedikit artinya apabila
anda tidak mampu menyusun barang-barang anda dengan baik.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :

1. Tempatkanlah barang-barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin ke badan.
Barang-barang yang relatif lebih ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan di bagian
bawah.
2. Letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu diperlukan pada bagian atas atau pada
kantung-kantung luar ransel (ponco, alat P3K, kamera, dan lain-lain).
3. Kelompokkan barang-barang dan masukkan ke dalam kantung-kantung plastik yang
tidak tembus air, terutama pakaian tidur/cadangan, pakaian dalam, kertas-kertas, buku, dan
lain-lain.
4. Matras tidur yang dimasukkan ke dalam ransel dapat membantu mempertahankan
bentuk ransel dan mempermudah penyusunan barang ke dalam ransel, sehingga menjadi
padat, rapi dan efisien.
SURVIVAL

Pengertian Survival

Secara bahasa Survival berasal dari bahasa inggris yaitu Survive yang berarti bertahan hidup, Di kalang
penggiatan alam, Survival merupakan suatu ilmu untuk mempertahankan diri dari berbagai ancaman
di alam bebas menggunakan perlengkapan seadanya dengan tujuan untuk menjaga kelangungan
hidup. orang yang melakukan kegiatan survival disebut Survivor. Survival dapat dilakukan sendirian
atau survival tunggal ataupun berkelompok yang dilakukan secara tim.

 Penjabaran huruf SURVIVAL


Dari kata SURVIVAL, masing-masing huruf menggambarkan prinsip-prinsip yang harus
dipegang oleh seorang survivor

SIZE UP THE SITUATION

Sadarilah kondisi survival ini. Bagaimana kesehatan teman-teman


maupun diri sendiri. Apakah ada yang cedera? Berapa banyak
p e r s e d i a a n b a h a n m a k a n a n y a n g t e r s i s a ? Dalam situasi seperti apakah kita
berada ?

UNDUE HASTE MAKES WASTE

Tindakan yang terburu-buru cenderung menghasilkan kesia-siaan. Berpikir dan


bertindaklah dengan bijaksana. Setiap langkah harus dipikirkan dengan
mendalam

REMEMBER WHERE YOU ARE

Pengenalan akan lingkungan/daerah sekitar memberikan rasa kenal yang


berpengaruh terhadap rasa aman. Apapun yang kita putuskan untuk diam
ataupun mencari bantuan. Pengenalanmedan merupakan hal yang esensial.

VANQUISH FEAR AND PANIC

Kuasailah rasa takut dan panik. Merasa takut adalah normal dan perlu. Takut merupakan
reaksi tubuh yang normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam menghadapi kondisi.
Namun rasa takut harus dikuasai dan dikontrol. Bila tidak terkuasai maka rasa takut akan
meningkat menjadi rasa panik. Panik akan mengakibatkan orang bertindak terburu-buru dan
membuang energi. Panik juga dapat diakibatkan oleh rasa sepi, yang selanjutnya
mengakibatkan putus asa.

IMPROVISE

Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah dengan mengisi waktu yang ada dengan kegiatan-
kegiatan yang ditujukan pada usaha mengatasi kondisi survival. Menerima kondisi yang ada dan
berdasarkan hal itu, merencanakan, mengusahakan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan
berimprovisasi. Ubahlah cara pandang terhadap apa yang ada. Inilah hal yang terpenting dalam
berimprovisasi. Sebuah balok tidaklah sekedar sebuah balok, tetapi dapat menjadi bahan dasar bivak,
api, pakaian, dan sebagainya.
VALUE LIVING (HARGAILAH HIDUP!)

Merupakan hal yang terpenting dalam kondisi survival. Bagaimana sikap kits terhadap hidup
akan mempengaruhi kemampuan untuk dapat bertahan. Orang dapat bertahan/berimprovisasi,
dan dengan itu keluar dari kondisi survival karena mereka menghargai hidup atau tidak berputus ass.

ACT LIKE THE NATIVES

Belajarlah dari penduduk setempat. Mereka lebih mengetahui dan


menguasai medan. Jika bertemu dengan penduduk asli, bersikaplah ramah

LEARN BASIC SKILLS

Belajar dan latihlah teknik-teknik dasar. Jam inan yang terbaik adalah
menguasai dan memahami teknik-teknik dan prosedur survival, sehingga
merasuk dan dapat dikerjakan secara otomatis. Berlatih dan
tambah/tingkatkan pengetahuan tentang survival.

 Masalah yang sering dihadapi SURVIVOR


 Masalah ALAM
Kondisi medan yang extrim, cuaca yang buruk, suhu udara yang Dingin / Panas.
 Masalah Diri sendiri
kondisi Fisik, Mental, pengetahuan dan keterampilan
 Masalah Makhluk Hidup Lain
Binatang, tumbuhan, serta penduduk sekitar

 Tindakan dalam SURVIVAL


 Survival AKTIF
S = Stop and seating (berhenti duduklan dan jangan panik)
T = Thingking (gunakan akal sehat dan selalu sabar akan apapun yang dihadapi)
O = Observe (amati keadaan sekitar / orientasi medan)
P = Planning and Preparing (buat rencana dan persiapan mengenai tindakan / usha yang
akan dilakukan)

 Survival PASIF
B = BIVAK
A = AIR
J = JERAT
A = API
K = KOMUNIKASI
BIVAK

Bivak adalah tempat perlindungan dalam keadaan darurat untuk melindunggi diri dari
factor-faktor alam dan lingkungan.
Bahan untuk membuat Bivak dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
o Bahan ALAMI
- Goa
- Lubang tanah
- Daun
- Ranting
- Pohon
- dll
o Bahan Buatan
- Ponco / mantel
- Terpal
- Flysheet
- Dll

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat BIVAK :


o Pilih lokasi yang baik (usahakan ditempat yang datar)
o Jangan terlalu merusak alam sekitar
o Cukup dekat dengan sumber air
o Hindari daerah aliran air
o Bukan jalur binatang buas atau sarang nyamuk/serangga
o Tidak berada dibawah pohon, tebing, atau benda yang berkemungkinan roboh
o Memiliki rangka dan konstruksi (bahan) yang kuat
o Bivak jangan sampai bocor
o Tidak tergenang air ketika hujan
o Terlindung langsung dari angin

AIR
Sangat diperlukan untuk setiap aspek kehidupan dan merupakan prioritas dalam survival. Jika
kita kekurangan air dapat mengakibatkan dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Dehidrasi ini
terjadi karena adanya proses penguapan dari tubuh. Keadaan dehidrasi yang berlebihan dapat
juga menimbulkan kematian. Dari data statistik diperoleh ; bila seseorang tidak mendapatkan
air sama sekali dalam waktu 3 hari maka dia akan terancam kematian. Cara mengatasinya ialah
kita harus minum cukup (sekitar 2 liter/hari). Bila kemudian persediaan air habis, maka kita
harus mampu mencarinya.

 Air yang dapat diminum langsung :


o Sumber mata air / sungai
o Air hujan
o Air tidak berbau
o Air tidak berwarna
o Air dari tumbuhan beruas-ruas
o Air dari tumbuhan merambat
 Air yang tidak dapat diminum langsung :
o Air yang tergenang
o Air di daerah berbatu/berkapur
o Air dari batang pohon pisang
o Air yang berbau tidak sedap
o Air laut

JERAT

Jerat/Trap (Jebakan) akan sangat berguna untuk mendapatkan binatang yang akan dijadikan
sebagai bahan makanan dalam kondisi Survival.

Prosedur pembuatan trap :

o Buatlah trap jauh dari jalur manusia atau berilah tanda yang dapat terbaca/terlihat oleh manusia
o Pembuatan trap lebih efektif bila peralatan yang dipakai alami(tali bisa menggunakan akar
gantung, dsb)
o Pemilihan model trap dipilih dari apa yang ingin dimangsa agar lebih efektif
o Tutup pemicu trap dengan ranting dan daun

API

Api sangat berguna dalam kegiatan Survival. Selain untuk penerangan ketika malam, manfaat dari
perapian adalah :

o Menjauhkan binatang buas


o Munghangatkan suhu tubuh
o Memasak
o Dll

KOMUNIKASI

Komunikasi yang dilakukan disini bertujuan untuk member tahukan posisi kita dengan cara member
tanda / isyarat. Dalam Usaha mempertahankan hidup, suvivor harus berusaha membuat tanda dan
isyarat agar mudah ditemukan regu pencari.

1. Tanda dan isyarat berupa api, asap, kaca, atau alat lain yang menarik perhatian.
2. Rencanakan isyarat yang digunakan sesuai sarana. Bertindaklah sesuai dengan kemampuan bila
terdengar denggung pesawat atau helikopter. Usahakan menggirim isyarat walaupun
pesawatnya sudah berlalu. Sebab memungkinkan isyarat tersebut tidak terlihat pada sapuan pertama
atau kedua, biasanya penyapuan dilakukan berulang-ulang (3 Kali)
3. Tanda isyarat yang paling menguntungkan adalah api, karena bisa menghangatkan badan dan
memasak, asapnya bisa dipakai sebagai tanda SAR darat dan udara. Untuk mendapatkan asap yang
putih dipakai waktu mendung, bakarlah daun-daun muda, bila cuaca cerah pakailah asap hitam
bahan sintetis.
4. Tanda selain asap adalah bunyi-bunyian.
5. Isyarat-isyarat yang penting (terbuat dari batu-batuan dan
ditempat yang lapang)
 BOTANI dan ZOOLOGI Prektis
Mempelajari botani dan zoologi praktis dianggap penting untuk lebih mengenal jenis tumbuhan dan
hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan darurat (survival food) atau obat-obatan. Selain itu
kita dapat mengenal jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan yang harus dijauhi karena beracun, berbisa,
atau dapat mengancam keselamatan jiwa. Materi ini menjadi penting, karena alam tropis memiliki
karakteristik yang berbeda dengan alam subtropis. Tentunya alam yang berbeda akan menyebabkan
pula cara mengatasinya. Lingkup pembahasan materi ini dibatasi untuk pengenalan tumbuhan dan
hewan di gunung, hutan, sungai serta disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia.

 BOTANI
Tumbuhan yang berguna (dapat dimakan, mengandung air, dapat dipakai sebagai obat, dan lain-lain).
Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi yang cukup adalah umbi, baik umbi
batang maupun umbi bakar. Setelah itu baru buah, biji, dan daun. Ciri umum tumbuhan yang dapat
dimakan :

- Tumbuhan yang sudah dikenal


- Bagian tumbuhan yang masih muda (pucuk/tunas)
- Tumbuhan yang tidak mengandung getah
- Tumbuhan yang tidak berbulu
- Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap
- Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia
 ZOOLOGI
Sebagian hewan pada dasarnya dapat dimakan tetapi kesulitannya adalah keputusan untuk
mendapatkan hewan tersebut. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang habitat dan tingkah laku
hewan tersebut. Seperi hewan selalu mencari air untuk kebutuhan hidupnya maka dalam hal ini kita
dihadapkan pada permasalahan, bila di dekat sumber air banyak hewan maka banyak pula hewan
berbahaya bagi kita disekitar tempat tersebut.

Binatang Yang Berguna :

- Hampir semua mamalia dan burung dapat dimakan dagingnya


- Ular, kadal, kura-kura dapat dimakan
- Lebah bisa diambil madu dan larvanya
- Cacing dan siput hutan dapat dimakan

 SURVIVAL KIT
SURVIVAL kit adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :

 Pisau  Korek api yang disimpan dalam tempat


 Kompas kedap air

 Tali kecil  Tablet garam, norit

 Senter  Obat-obatan pribadi

 Cermin  Jarum + benang + peniti

 Peluit  Perlengkapan memancing


 dll (alat yang penting saja)
NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah tekhnik menentukan kedudukan/posisi subyek dan arah lintasan di darat
secara tepat. Subyek disini adalah pengguna (navigator). Navigasi darat adalah ilmu Praktis,
kemampuan berNavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah
factor yang membantu, dan tidak menjamin kemampuan seseorang dalam bernavigasi. Pada
prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi
keberadaan navigator di medan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Untuk dapat melakukan perjalanan di alam bebas kita hanya dibantu oleh peta, kompas dan
kemampuan berorientasi yaitu usaha memperkirakan / menentukan tempat kedudukan setepat
mungkin dengan cara mengamati, mempelajari, mengenali keadaan sekitar selama perjalanan
dilakukan. Menyadari betapa pentingnya ketiga hal diatas, maka timbul pepatah : “peta dan kompas
serta kemampuan untuk menggunakannya merupakan tiket ke tempat manapun di alam bebas”.

 PETA
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan
tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :

 Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta


 Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya
sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
 Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
 Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian
sama diatas permukaan laut.
 Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua
macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta
sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis
(biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
 Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk
memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta
dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh
Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan
interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
 KOORDINAT
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam
hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat
merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat
yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur
(bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang
(lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis
dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya
menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau
sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama
dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada
disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara,
sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6
angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak
sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat
langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi
sepuluh bagian (per 1 mm).
3. Koordinat lokal (koordinat papan catur) ; dalam koordinat local sumbu yang digunakan adalah
Huruf (sebagai absis) & Angka (sebagai ordinat). Koordinat local digunakan dalam ruang
lingkup yang lebih kecil, biasa digunakan pada peta-peta tematik.

 KONTUR
Kontur; yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan
laut atau garis bayangan/imajinasi dari rangkaian titik-titik di lapangan yang mempunyai nilai
ketinggian/elevasi yang sama.

Karakteristik Garis Kontur Ketinggian :


1. Garis kontur ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
2. Garis kontur ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak bercabang.
3. Garis kontur ketinggian merupakan kurva tertutup sehingga tidak akan ada yang terputus.
4. Garis kontur ketinggian pada daerah landai/datar akan tergambar renggang/berjauhan sebaliknya
garis kontur di daerah curam/terjal akan tergambar rapat.
5. Garis kontur ketinggian yang ujungnya melengkung keluar menjauhi puncak berbentuk “U”
menggambarkan punggungan.
6. Garis kontur ketinggian yang berbentuk “V” ujungnya melengkung kedalam mendekati puncak
menggambarkan lembah.
7. Garis kontur ketinggian untuk daerah yang cekung digambarkan garis berbulu.
8. Garis kontur ketinggian antara (setengah interval) digambarkan dengan garis terputus-putus.
9. Perbedaan ketinggian antara dua garis kontur yang berurutan (interval kontur) merupakan
bilangan tetap.
10. Interval kontur sama dengan skala peta dibagi 2000. Rumus ini tidak berlaku apabila peta tersebut
telah di fotocopy perbesar atau perkecil. Jadi cara yang paling mudah mencari interval kontur
adalah selisih antara dua indeks kontur yang berdekatan dibagi spasinya adalah harga interval
kontur

 KOMPAS
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarum kompas akan selalu menunjuk
arah utara dan selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara sebenarnya, tapi Utara
magnetis).

Secara fisik, kompas terdiri dari :

- Badan, tempat komponen lainnya berada


- Jarum, selalu menunjuk arah utara dan selatan.
- Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat system mata angin
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal
kompas prisma, lensa) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik
suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas orientering. Namun
untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien. Dalam
memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik
adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-
goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang
kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat

 AZIMUTH – BACK AZIMUTH


Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut
juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut
itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back
azimuth diperoleh dengan cara:

 Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi
180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah
200º- 180º = 20º
 Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah
azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back
azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting
peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back
azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas .
 ORIENTASI PETA
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata
lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta,
usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal
ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda
tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda
bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar.

Langkah-langkah orientasi peta:

1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-
tanda medan yang menyolok.
2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah
medan sebenarnya
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda
medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas
dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana
posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

RESECTION

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam
peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan
terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak
setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.

Langkah-langkah melakukan resection:

1. Lakukan orientasi peta


2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat
tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik.
Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya.
Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
 INTERSECTION
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk

mengetahui atau memastikan posisi suatu


benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar
untuk

dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin
terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection
terlebih dahulu.

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:

1. Lakukan orientasi peta


2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1 s/d 4
Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
SAR (SEARCH AND RESCUE)

SAR adalah pekerjaan personal ataupun kelompok di mana mempunyai tujuan untuk pencarian dan
pertolongan secara efektif, efisien, dan terorganisir.

ORGANISASI SAR DI INDONESIA

 BASARI (Badan SAR Indonesia)


Terdiri dari beberapa menteri, yaitu : Keuangan, Hankam, Dagri, Menlu, dan Menhub.
 BASARNAS (Badan SAR Nasional)
Wakil dari BASARI dalam koordinasi lapangan yabg bertugas sebagai koordinator semua usaha
SAR sesuai peraturan Nasional dab Internasional.
 KKR ( Kantor koordinasi Rescue)
Bertugas menyelenggarakan koordinasi potensi SAR yang ada diwilayahnya. Ada 4 region SAR
yaitu : Jakarta, Surabaya, Biak, Makassar.
 SKR (Sub Koordinasi Rescue)
Perangkat pelaksana SAR yaitu koordinator pengguna fasilitas, sarana dan personil dari
wilayah.

KOMPONEN SAR

1. Organisasi Operasi
Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur koordinasi, komando
dan pengendalian, lingkup penegasan dan tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah.
a. SC (SAR Cooordinator)
Pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang dalam penyediaan fasilitas.
b. SMC (SAR Mission Coordinator)
Seseorang yang mempunyai pengetahuan dann kemampuan tinggi dalam menentukan
MPP (Most Probable Position), menentukan area pencarian, strategi
pencarian(beberapa unit, teknik, dan fasilitasnya)
c. OSC (On Scene Commander)
Seseorang yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengandalikan SRU
dilapangan. OSC ini tidak mutlak ada, tapi juga bisa lebih dari satu, tergantung wilayah
komunikasi dan kesulitan jangkauannya.
d. SRU (SAR Unit)
Unsur SAR yang digerakkan pada operasi SAR dan mengikuti pentahapan operasi, SRU
ini dapat dari instansi, potensi SAR, masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi
SAR.

SC

SMC

OSC

SRU SRU SRU


2. FASILITAS
Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta fasilitas pendukung lainya
yang dapat digunakan dalam operasi SAR.
3. KOMUNIKASI
Komponen penyelenggara komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi untuk
melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi,
membina kerjasama/koordinasi selama operasi SAR berlangsung.
4. EMERGENCY CARE (Perawatan Gawat Darurat)
Komponen penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara, termasuk
memberi dukungan terhadap korban ditempat musibah sampai ketempat yang lebih
memadai.
5. DOKUMENTASI
Komponen pendataan laporan dari kegiatan, analisa serta data-data kemampuan yang
menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan atau pengembangan
kegiatan-kegiatan operasi SAR yang akan dating.

KOMUNIKASI SAR

1. Dalam kegiatan SAR, komunikasi mempunyai peranan penting dan mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut :
 Sarana pengindera dini (early detecting)
 Sarana koordinasi (early warning)
 Sarana komando dan pengendali (command and control)
2. Sebagai saran penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah terdeteksi sedini mungkin,
sumber informasi adanya musibah didapat dari :
 Obyeknya sendiri
 LUT (Local User Terminal)
 ATC, SROP
 Instansi TNI/TNI dan Polri/Polri
 Pesawat terbang/ kapal/ siapapun yang melihat/ mendengarb adanya musibah
 Organisasi swasta dan masyarakat :
 Perusahaan penerbangan/ pelayaran
 ORARI, RAPI, dan PRSSNI
 Suber lain
Pelaporana dan penyampaian terjadinya musibah dilakukan secepatnyapada kesempatan
pertama.
3. Sebagai sarana koordinasi dimaksudkan agar terlaksananya koordinasi yang baik ddengan
potensi SAR, Bakornas PB, Kakanwil Dephub,dan RCC Negara tetangga dalam menangani suatu
musibah/ bencana.
4. Sebagai sarana komando dan pengendalian dimaksudkan agar pengendalian SRU dapat
berjalan dengan lancer dan efektif.
TAHAPAN SAR

1. Kekuatiran (Awareness Stage)/ menyadari


Kuatir akan keadaan darurat, termasuk informasi dari organisasi atau seseorang.
2. Kesiagaan (Innitial Action Stage)
Penyiagaan potensi SAR
3. Perencanaan (Planing Stage)
Pengembangan efektif termasuk penunjukan SMC, titik awal pencarian, penentuan teknik
pencarian dan jalur pertolongan.
4. Tahap Operasi (Operation Stage)
Meliputi potensi dan fasilitas bergerak kelokasi, action pencarian, menolong dan
menelamatkan korban, briefing pada unsur SAR, jadwal pergantian SRU dilokasi.
5. Tahap Konklusi (Mission Confussion Stage)
Merupakan tahapan terakhir antara mengembalikan SRU ke base camp,menyiagakan potensi
SAR guna musibah yang lain, pendokumentasian misi SAR, mengembalikan SRU ketempat asal.

TEKNIK PENCARIAN

a. Tekonik Pasif
I. Menunggu, tim menunggu ditempat terbuka yang memungkinkan muncul survivor
II. Pembatasan, membatasi dengan cara menutup jalan keluar survivor
III. Menarik perhatian, memberikan signa, (suara, tanda-tanda yang dipasang ditempat
strategis dan mudah dilihat)
b. Teknik Aktif
I. Mencari tanda, sesuatu yang mungkin ditinggal oleh survivor
II. Prncarian cepat, dengan mengikuti route yang mudah dan memeriksa tempat yang
dicurigai
III. Pencarian cara grid, dirancang untuk beberapa orang untuk bergerak secara teratur
IV. Parameter cut, usaha menemukan jejak yang dilakukan dengan cara tegak lurus pada
route perjalanan dan melakukan penerobosan
c. Kombinasi
Penggabungan dari teknik pasif dan aktif

PENCARIAN SECARA GRIDE

Banyaknya potensi SAR yang terlibat utamanya SRU, kemungkinan menemukan korban
semakin besar (POD), asal diorganisir, koordinasi dan pengendailan secara baik.

Sebagai acuan dicantumkan data pencarian pada daerah satu mil persegi.

Tabel Pencarian Daerah Per 1 Mil

POD Interval Jumlah Waktu Jumlah


Jarak Pencarian Waktu
50% 10 ft/30 53 3,5 jam 185,5 jam
m
70% 60 ft/9 m 88 3,5 jam 308 jam
90% 20 ft/6 m 264 3,5 jam 924 jam
Catatan : untuk mencari POD = 100 x (0,5 interval)

Interval dalam ft, (1 mil = 5280 ft)

Macam-macam pencarian Gride antara lain :

1. Gride tunggal
Pergerakan pencarian secara garis lurus dimana masing-masing anggota diatur sesuai
keadaan medan.

  

2. Garis dengan poros putar (Pivoting Line)


Bila tim pencari jumlahnya sedikit sedangkan arealnya luas. Penandaan masing-masing sisi
luar sangat penting untuk langkah berikutnya.



3. Garis tunggal tertutup (Staggared Simple Line)


Pola ini dibutuhkkan dalam pemberangkatan SRU secara bertahap dalam interval setengah
sampai satu jam, dan masing-masing tim menandai batas pencarian.





4. Penyapuan Saling Melewati (Cver Laping Sweep)


Cara efektif karena jarak spasi pencarian semakin dekat. Cara ini efektif jika arealnya kecil.

   

   
5. Berkelompok
Pola ini menggunakan 3 orang secara bersamaan, jarak masing-masing anggota 7-10 m. Garis
lurus pencarian sangat penting.

 

6. Peersilangan Ganda
Pencarian dijelajahi melalui 2 arah saling bersilangan.





      

7. Metode Melebar
Diawali dengan titik dimana survivor terrakhir dilihat (dotum), pelebaarannyapun harus
direncanakan. Ada beberapa cara yaitu :

a. Empat kwadrant, berawal dari dotum dimana tiap daerah berapapun luasnya didalam
dilakukan secara bersama-sama.

(datum)
b. Quaertering, pusatnya datum dengan luas 1 mil. Pada tiap-tiap segi empat dilakukan
pencarian secara beruntutan atau bersama-sama.

Datum

8. Pola pencarian system binary


Pencarian ini dibagi dalam kotak bernomor urut, dimana masing-masing kotak bernomor
mewakili daerah pencarian, pembagian pencarian dimulai dari datum.

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18

19 20 21 22 23 24

25 26 27 28 29 30
SRT (SINGLE ROPE TECHNIQUE)

Teknik yang dipergunakan untuk melintasi medan vertikal menggunakan satu tali sebagai lintasannya

 Perbandingan Sistem Pemanjatan

1 = Terbaik Classic Texas Mitchel Inch Frog Single Double


3-Knot Prusik System Worm System Bungee Bungee
7 = Terjelek

Efesien pemanjatan 6 7 3 4 5 2 1

Kemudahan 5 2 6 1 7 4 3
mendapatkan
peralatan

Kemudahan 5 1 2 4 3 7 6
mengerjakan

Kemudahan 7 2 4 3 1 6 5
memasang &
melepas Tali

Menyesuaikan 5 6 1 7 2 4 3
tempat

Kemampuan 7 5 6 4 3 2 1
melewati tepi

Kemampuan 7 1 4 5 2 6 5
melewati Simpul

Kemampuan turun 4 3 1 5 2 7 6

Ringan dan lengkap 1 3 6 4 2 7 5

Kemudahan & 7 2 3 4 1 6 5
Untuk berhenti

Kemudahan 6 4 5 7 3 1 2
melewati lintasan
melintang

Nilai 1 2 7 4 3 5 6

Nilai terendah lebih 61 38 48 52 34 57 48


baik
 Prusiking / Texas Prusik
Sebuah aktifitas menaiki atau memanjat sebuah tali (kernmantel) dengan bantuan dua buah tali
kecil (prusik) beserta peralatan pendukungnya.

 Alat alat yang digunakan


o Tali Kernmantel = sebagai media lintasan
o Seat Harnes = sebagai penghubung utama badan / Tali tubuh
o Chest Harnes = sebagai penghubung antara chest ascender dengan badan
o Mailon Rapide = sebagai penghubung (terminal) antara harnes dengan alat lainnya
o Chest Ascender = sebagai alat naik yang ditempatkan pada dada
o Hand Ascender = sebagai alat naik yang ditempatkan pada tangan
o Descender = sebagai alat turun
o Cowstail = sebagai pengaman dan penghubung hand ascender
o Foot Loop = sebagai pijakan kaki
o Carabiner = sebagai pengait (penghubung)
o Weebing = tali pipih (pita) yang multi fungsi

 Persiapan
o Buka penutup chest ascender dengan gerakan memutar pada handlenya, masukkan tali di
dalamnya.
o Gunakan gerakan yang sama pada ascender atas, letakkan sejajar dengan mukaPilih sebuah
single footloop , taruh satu kaki pada footloop untuk membantu mendorong tubuh ke atas.
Untuk mengatur panjang footloop, berdiri tegak sambil memegang footloop yang dibuat tegang
dengan kaki menginjak tanah dan didalam footloop. Harness dada (chest harness) harus
dikenvangkan dan Croll diposisikan di tali. Pada posisi ini, bagian bawah dari upper ascender
harus 2 – 3 cm di atas chest ascender.

 Teknik Memanjat Terdiri Dalam 2 Fase


1. Dorong upper ascender setinggi mungkin. Bersamaan, ngkat kaki, tekuk lutut hingga tumit
berada di bawah selangkangan. Taruh satu kaki pada footloop diatas yang satunya akan
membantu mendorong kaki bawah ke belakang, menambah gerakan pada tali.
2. Jaga tubuh dan kepala tetap lurus saat mendorong kaki ke bawah dan belakang, dengan kaki
yang bebas diletakkan di atas yang lain untuk membagi kerja diantara keduanya. Pada saat
bersamaan gunakan lengan untuk membantu menjaga tubuh bagian atas untuk dekat dan
sejajar dengan tali. Hindari menarik tubuhmu sendiri dengan lengan; biarkan kaki untuk
melakukannya. Lengan memiliki jumlah otot yang lebih sedikit daripada kaki, menggunakan
lengan akan dengan cepat melelahkan. Ketika kaki telah sepenuhnya berdiri, taruh beban
tubuh dengan cara duduk pada chest ascender. Ini akan melengkapi satu siklusnya. Dorong
lagi upper ascender, melangkah pada footloop, dan seterusnya

 Melewati Simpul
1. Bawa upper ascender sekitar 2 – 3 cm di bawah simpul, naikkan croll setinggi mungkin.Pasang
cowstail pendek pada simpul.
2. Pindahkan upper ascender dari tali dan tempatkan di atas simpul, cukup tinggi untuk
memberikan tempat pada Croll
3. Dengan berpijak pada footloop dan pindahkan croll ke tali di atas simpul
4. Lepas cowstail pendek
5. Lanjutkan naik.
 Melewati Intermediate / Rebelay
1. Hentikan upper ascender sekitae2-3 cm di bawah simpul
2. Pasang cowstail pendek pada anchor
3. Berdiri pada footloop, lepas croll dan transfer beban pada cowstail pendek
4. Pasang croll pada tali atas, tarik tali di bawah croll hingga croll tegang
5. Pindahkan upper ascender dari tali bawah dan letakkan pada tali atas, di atas croll sejajar
dengan wajah
6. Mulai memanjat dengan berdiri pada footloop dan tarik tali di bawah croll
7. Setelah 1 – 2 langkah naik, cowstail pendek akan mengendur, dan lepas cowstail pendek
8. Periksa anchor rebelay apakah benar posisinya, lanjutkan memanjat

 Melewat Lintasan Polos


1. Pada posisi free drop seperti di sebelah kiri , tubuh menggantung pada anchor menggunakan
cowstail pendek dan gunakan lutut untuk keseimbangan. Jika terdapat pijakan yang bagus,
coestail pendek tidak terbebani sebelum turun. Kemudian buka sisi penutup descender dalam
posisi menyilang.
2. Pasang tali dalam posisi ‘S’ di descender, lalu tegangkan tali pada descender. Dengan cara
menariknya untuk menghindari kendornya tali yang tidak perlu.
3. Ketika tali telah dilewatkan pada karabiner friksi, mulai untuk turun.

 Berhenti Pada Saat Menuruni Tali


Kuncian full lock adalah cara teraman untuk berhenti secara penuh dan mengunci descender
selama turun. Ini hanya boleh dilakukan jika descender dalam posisi terbebani. Jika tidak
terbebani, meskipun dalam hentakan yang pendek akan merusak descender japabila tidak
ditempatkan secara benar pada karabiner yang dihubungkn pada Maillon Rapide.
1. Pegang perlahan descender dengan tangan kiri
2. Buat kuncian half – lock menggunakan tangan kanan
3. Lengkapi kuncian half lock, dengan full lock

 Melewati Simpul (prosedur 1)


1. Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas karabiner friksi dari tali), pasang
cowstail pendek pada simpul sambungan tali.
2. Pasang upper ascender (yang terkait pada cowstail panjang) sejajar dengan wajah
3. Berdiri pada footloop, pasang croll diantara upper ascender dan descender, beban tubuh
menggantung pada croll
4. Pindahkan descender ke bawah sambungan tali, kunci
5. Turun kan croll dengan berdiri pada footloop kemudian upper ascender sedekat mungkin
dengan simpul
6. Lepas croll dan turun perlahan ini akan memindahkan beban dari croll ke descender; pastikan
descender terpasang dengan benar pada karabinernya sebelum membebaninya.
7. Lepas upper ascender dari tali, lanjutkan turun
 Melewati Simpul (prosedur 2)
1. Turun sampai descender berhenti pada sambungan tali (lepas karabiner friksi dari tali),
2. Pasang upper ascender diatas descender sekitar 10 cm. lepas cowstail panjang kemudian
pasang pada simpul sambungan tali.
3. Berdiri pada footloop, letakkan cowstail pendek pada tali di atas ascender
4. Duduk, beban berada pada cowstail pendek
5. Descender menjadi kendor; lepas dari tali dan pasang kembali

 Melewati Intermediate / Rebelay


1. Turun perlahan dan hentikan rappel ketika berada di posisi sejajar dengan rebelay, sedikit sisa
tali harus tersedia di bawah descender.
2. Kaitkan cowstail pendek pada karabiner dengan pintu menghadap ke kamu, dengan
menggunakan simple descender, satu tangan masih memegang tali selama operasi ini.
3. Teruskan turun hingga beban berpindah ke short cowstail, setelah itu pindahkan descender
lalu pasang pada tali selanjutnya yang berada di bawah rebelay, usahakan sedekat mungkin
dengan rebelays
4. Melepas cowstail, Lepas cowstail dengan berdiri di atas. dinding atau di loop yang dibuat oleh
tali atas. Jangan lupa untuk melepas tali dari karabiner friksi
5. Teriakkan sinyal “Rope Free” sehingga orang di atas bisa melanjutkan turun. Jangan pernah
melepaskan pandangan dari descender, ini akan membantu memposisikan dan membebani
dengan benar sebelum mulai turun

 Melewati Deviasi
1. Berhenti rappel ketika sejajar deviasi, kunci descender jika perlu.
2. Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk membuat deviasi
menjadi sedikit kendor.
3. Saat melakukan ini, lepas karabiner deviasi dengan tangan yang bebas dan taruh di atas
descender.
4. Buka kunci descender dan mulai turun.

SIMPUL
Lilitan / ikatan pada tali

Kriteria Simpul Yang Baik.


Simpul yang baik harus memenuhi 4 ( empat ) kriteria, antara lain sebagai berikut :
1. Mudah dibuat dan Mudah dilepas / diurai setelah dibebani.
2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
3. Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun tertumpuk pada saat
dibebani.
4. Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin.
Macam-macam Simpul

Figure eight loop Figure nine loop


bowline

False Alpine
butterfly butterfly

Double fisherman
Rabbit

Italian / Munter hitch

Triple figure eight

Anda mungkin juga menyukai