Anda di halaman 1dari 23

Klebsiella pneumoniae bisa menimbulkan 

berbagai penyakit di manusia


maupun hewan. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri patogen, gram
negative yang berbentuk batang (basil), oportunistik, bakteri yang non motil
(tidak bergerak), Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen Klebsiella pneumonia
merupakan bakteri fakultatif anaerob. Klebsiella pneumonia dapat
memfermentasikan laktosa. Pada test dengan indol, Klebsiella pneumonia akan
menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat.
Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun
habitat alami dari Klebsiella pneumonia adalah di tanah, memiliki simpai
polisakarida yang besar, biasanya member hasil positif pada tes dekarboksilase
lisin dan sitrat dan termasuk dalam Entrobacteraceae. Penyakit yang ditimbulkan
oleh bakteri ini antara lain adalah penyakit infeksi seperti saluran kencing,
septicemias dan infeksi jaringan bronkopneumoniae dan pneumonia bakteri gram
negatif.

Klebsiella pneumonia terdapat dalam saluran nafas dan feses sekitar 5 %


orang normal dan dapat menyebabkan pneumonia bacteria.  Klebsiella
pneumoniae dapat menyebabkan konsolidasi luas disertai nekrosis hemoragik
pada paru-paru. Klebsiella kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih
dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Klebsiella Pneumonia
juga merupakan suatu opportunistic pathogen untuk pasien dengan penyakit
paru-paru kronis dan rhinoscleroma. Penyakit utama yang ditimbulkan oleh
bakteri ini adalah pneumonia.

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua


tipe antigen pada permukaan selnya: Antigen O. Antigen O adalah lipopolisakarida
yang terdapat dalam sembilan varietas. Antigen K. Antigen K adalah polisakarida
yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas. Kedua antigen ini
meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia. Selain itu, Klebsiella pneumonia
mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang
dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan
bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan. Perlawanan terhadap antibiotik
tersebut dengan cara : (1) Obat inaktivasi oleh enzim degradasi atau modifikasi
seperti lactamaces beta danvaminoglikosida transferases, (2) Perubahan obat
target (3) Munculnya suatu jalur bypass yang tidak dihambat oleh obat (4)
Mengurangi permeabilitas membran untuk obat (5) Obat penghabisan dari sel-sel.

Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap
dapat melalui 3 cara, yaitu : Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang
mengandung koloni kuman patogen, Penyebaran kuman secara hematogen ke
paru, Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung
mikroba. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik,
khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam. Contoh antibiotik
tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 %
terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella
pneumonia kebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih
dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat untuk menghambat
aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
Klebsiella Pneumonia adalah jenis bakteri patogen nosokomial yang
penting, yang memperlihatkan terutama resistensinya terhadap antibiotika.Infeksi
bakteri ini bukan satu satunya penyebab kematian akan tetapi mempunyai
kontribusi yang besar. Bakteri tersebu juga patogen yang utama pada neonatal,
dengan menyebabkan beberapa infeksi antara lain sepsis, meningitis, dan
necrosis enterocolitis dan infeksi respiratori terutama pada pasien yang
sebelumnya sakir respiratori. Telah dilaporkan bahwa dijumpai Klebsiella
Pneumonia yang membawa plasmid dengan aktifitas β-laktamase tinggi sehingga
resisten terhadap cefoksitin dan 7-α-metoksi-β laktam serta oksimono β-laktam
antibiotika. Bakteri jenis ini telah dijumpai di dalam isolat diberbagai negara.
Penemuan “ESBL” (Extended Spektrum Beta Lactamase) dalam bakteri basil gram
negatif terutama Klebsiella Pneumonia dan E.coli telah mendapatkan perhatian
yang begitu besar, karena bakteri tersebut telah resisten terhadap sefalosforin
terbaru dan monobaktam sehingga menyebabkan banyak problem. Kemudian
dibuat sefalosforin yang membawa substitusi pada 7 α dengan hasil stabilitas
yang lebih besar terhadap β-laktamase bakteri daripada sefalosporin yang tidak di
substitusi. Aktifitas terbesar dari derivat tersebut adalah pada substitusi dengan
7α-formamido sfoperazon atau analognya, yakni sekitar 2-4 kali akan lebih aktif
daripada ureido lain atau derifat asil amino.

Isolat dari rumah sakit menampilkan fenotipe resistensi antibiotik,


sedangkan resistensi isolat dan unsur-unsur genetik juga bisa menyebar ke
komunitas. Infeksi nosokomial disebabkan oleh Klebsiella Pneumonia beragam
jenis yang dapat dianggap sebagai oportunis, bukan patogen sebenarnya, karena
mereka kebanyakan menyerang pasien lemah. Sebaliknya, infeksi yans serius 
karena Klebsiella Pneumonia dapat mempengaruhi orang-orang yang sebelumnya
sehat. Klebsiella Pneumonia digambarkan sebagai agen Friedla ¨ nder’s
pneumonia, suatu bentuk pneumonia yang parah parah dengan angka kematian
yang tinggi.

Klebsiella Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama pneumoniae


di beberapa negara. Baru-baru ini, K. Pneumoniae menimbulkan  abses hati
pyogenic (PLA), endophthalmitis atau meningitis, muncul di Taiwan dan negara-
negara Asia lainnya, dan juga di benua lain. Antibiotik beta laktam bekerja dengan
cara merusak sintesis lapisan peptidoglikan pada  dinding sel bakteri dengan cara
kerja enzim transpeptidase. Kemudian menggunakan sefalosporin untuk
perlawanan. Mekanisme yang paling umum dari resistensi terhadap antibiotik
beta laktam adalah produksi kromosom atau plasmid encoded beta-laktamase
enzim yang mengkatalisis hidrolisis beta-laktam CN ikatan antibiotik untuk
memberikan sesuai dengan betaamino asam tanpa aktivitas antibakteri. Luas
Spektrum Beta laktamase (ESBLs) adalah kelompok enzim yang dapat
menghidrolisis  oxyiminocephalosporins seperti cefotaxime, seftazidim, sefepim.
Ada lebih dari 200 subtipe ESBL yang diyakini telah berevolusi ke jenis yang lebih
baru. Yang paling umum Enzim ESBL milik TEM, SHV, kotri-M dan Oxa jenis. Asam
amino substitusi telah menyebabkan spektrum tinggi ESBL subtipe dengan
perubahan pH isoelektrik dan substrat spesifisitas. Gen-gen ESBL terjadi pada
plasmid dalam integrons yang membantu dalam gen menangkap conferring
ketahanan terhadap antibioitcs lain.

Faktor-faktor yang terlibat dalam virulensi Klebsiella Pneumonia yaitu,


serotipe lipopolisakarida, kapsul, ironscavenging sistem, dan adhesins fimbrial dan
non-fimbrial. Kapsul polysaccharidic biasanya mengelilingi Klebsiella Pneumonia
dan melindungi dari bakterisidal serum dan fagositosis, dan dianggap sebagai
virulensi penting. Di antara 77 capsular dijelaskan (K) jenis skema serotyping, jenis
K1, K2, K4 dan K5 sangat kuat pada infeksi eksperimental di tikus dan sering
dikaitkan dengan infeksi berat pada manusia dan hewan. Isolat K1 sering ada di
antara Friedla ¨ nder’s kasus peumonia dan yang menonjol antara kasus PLA,
terutama yang komplikasi. Serotipe K2, K4 dan K5 sebagai penyebab metritis di
kuda. Isolat  K3 menyebabkan rhinoscleroma.

http://ariputuamijaya.wordpress.com/2011/12/10/klebsiella-pneumoniae/

Klebsiella adalah sebuah genus no yang dapat mengubah tempat, gram


negative  bentuk batang, bakteri dengan terkemuka polis akan berbaris kapsul.
Frequent manusia pathogen organisme yang menyebabkan berbagai penyakit
terutama pneumonia, ISK, keracunan darah, spondilihs dan jaringan lunak infeksi.

Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl


Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu
penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander
adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia
dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander.

Klasifikasi Klebsiella

Kingdom        :    Bacteria
Phylum           :    Proteobacteria
Class               :    Gamma Proteobacteria

Orde               :    Enterobacteriales
Family             :    Enterobacteriaceae
Genus              :    Klebsiella
Species            :    Klebsiella pneumonia

                                         Klebsiella ozaenae

Morfologi

1.      Bentuk batang, Gram negatif

2.      Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ

3.      Mempunyai selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman

4.      Tidak berspora, tidak berflagela


5.      Menguraikan laktosa

6.      Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)

7.      Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O,


berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe .
Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella

Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di


kulit, kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa
ada pada luka steril dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini
mungkin saja ada sebagai flora alami ‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun
pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan lemahnya daya tahan
penderita.

Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang


banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada
lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat,
terutama diantara orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini.
Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini
juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.

Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri


Klebsiella penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit
peradangan serius yang terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah
sejenis penyakit rhinitis atrofi.

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua


tipe antigen pada permukaan selnya:

1.      Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.
2.      Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80
varietas.

Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.


Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended
Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis
antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit
dilumpuhkan.

Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora


normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru
yang kronis).

1.      Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis
progresif dan berlendir serta berbau amis
2.      Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit
menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan
dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3.      Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah
dan lain sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
E. coli : ++--
Klebsiella aerogenes : --++
Patogenesitas

1.      Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap


fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.

2.      Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada
hewan coba)

3.      Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik

4.      Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah


diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas)
dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini
diperantarai oleh plasmid

Daerah penyebaran dan Penyebaran penyakit

Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta


penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella
rhinoscleromatis. Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di
Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan
Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella
oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang mempunyai lingkungan
jelek.
Klebsiella termasuk pneumonia non pneumococcus sekitar 20% dari
pneumonia bacterial bukan disebabkan pneumococcus, yaitu staphy, strepto,
klebsiella dan patogenesisnya sama dengan yang disebabkan salmonella
pneimoniae biasa timbul pada orang yang resistensinya telah menurun oleh salah
satu sebab. Hal yang perlu diperhatikan dalam penularan infeksi pneumonia
pneumococcus meliputi penularan infeksi termasuk di dalamnya adalah
reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular.

a.       Reservoar sumber dan rute penularan

Manusia adalah reservornya organisme itu terdapat di dalam secret


“carrier” asimtomatik dan pasien dengan infeksi aktif transmisi terjadi melalui
kontak langsung dengan secret terinfeksi pada permukaan terinfeksi.

b.      Masa inkubasi

Tidak diketahui untuk infeksi endogen sangat singkat (1-2 hari) untuk
infeksi ditularkan.

c.       Masa dapat menular

Agaknya selama pneumococus terdapat dalam jumlah besar dalam secret


hidung dan mulut. Pengobatan cepat dengan kemoterapi sangat mengurangi
jumlah dan memendekkan masa penularan (2-3 hari).

d.      Imunitas

Ketahanan non-spesifik jaringan sehat normal adalah mekanisme


pertahanan utama bagi kebanyakan infeksi. Imunitas sesudah serangan bersifat
spesifik jenis lamanya tergantung kadar antibodi yang dibentuk sebelum terapi
antibiotik menghilangkan rangsangan antigen.
Penyakit dan gejala klinis

      Ozaena yaitu radang selaput lendir hidung yang berbau. Pada penyakit ini orang
banyak mengeluarkan lendir hijau bercampur darah yang berbau.

      Rhinoscleroma yaitu berupa bisul-bisul (benjolan) dalam hidung


yang makin lama makin banyak sehingga hidung kelihatan membengkak dan
menjadi besar kemudian menjadi luka yang sukar sembuh.

      Granuloma veneris yaitu suatu penyakit kelamin. Granuloma


adalah tumor pada jaringan granulasi, terdapat berbagai bintik di daerah kelamin
perempuan dan laki-laki yang makin lama makin banyak dan besar kemudian
menjadi sukar sembuhnya, sehingga alat kelamin luar menjadi habis, penularan
secara persetubuhan. Banyak terdapat di Irian, penyakit ini bukan radang saluran
kemih tetapi suatu penyakit kulit, saluran kemih tidak terserang.

      Klebsiella pneumonia, bakteri ini sering menimbulkan infeksi pada


traktus urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada
penderita diabetes mellitus dan pecandu alkohol. Gejala yang ditimbulkan bakteri
ini berupa gejala demam akut, malaise, dan batuk kering kemudian batuknya
menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent. Bila
penyakitnya berlanjut, akan terjadi abses nekrosis jaringan paruh broncjiectasidan
vibrosis paru-paru.

      Penyakit paru-paru mirip dengan pneumoni disebabkan oleh B.


Fredlender (nama basil dengan memakai nama penemunya).
      Menyebabkan pneumonia dan infeksi saluran kemih.

      Vimlensi disebabkan oleh adanya sampai yang sangat besar.

      Resisten terhadap penisilin Hp peka terhadap sefalosporin.

Klebsiella menduduki ranking kedua setelah E.coli untuk infeksi saluran


kemih di orang-orang yang sudah berumur. Klebsiella juga merupakan suatu
opportunistic pathogen untuk pasien dengan penyakit paru-paru kronis dan
rhinoscleroma.Feses adalah salah satu sumber yang paling signifikan dalam hal
infeksi kepada pasien, yang selanjutnya diikuti oleh berhubungan dengan alat-alat
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri. Penyakit utama yang ditimbulkan oleh
bakteri ini adalah pneumonia.

Pneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan


pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi
agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran..
Dengan demikian flora endogen menjadi pathogen ketika memasuki saluran
pernafasan. Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana
pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan
oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau
parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-
paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
terlalu banyak minum alkohol. Pasien yang rentan mengalami pneumonia antara
lain peminum alcohol, perokok, penderita diabetes, penderita gagal jantung, dan
penderita AIDS.

Pada penderita pneuminiae, kantong udara paru-paru penuh dengan


nanah dan cairan yang lainnya. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu
menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi
terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super
infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka
macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella

Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri


golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis
spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.

Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan


penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan
paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella
rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan
ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung,
benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta
ingus hijau dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas
cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas
cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih
pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai
dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala
sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan,
pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit
atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah
ke dalam, batuk-batuk, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º
C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas
bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala
pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing,
perburukan dari penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya
frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam. Beberapa jenis
Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang
mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas
98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap
kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain
baru dari Klebsiella pneumoniakebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan
sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat
untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.

Diagnosa

Metode isolasi dan identifikasi organisme ini dari makanan, air dan sampel
diare, didasarkan pada ketepatan media selektif yang digunakan dan hasil analisa
mikrobiologi dan biokimia. Kemampuan untuk menghasilkan enterotoxin dapat
ditentukan oleh analisa biakan sel dan analisa pasa hewan, metode serologis, atau
analisa genetika. Sampel dapat berupa sputum, liquar cerebrospinalis atau urin.
Diperiksa di bawah mikroskop setelah pewarnaan atau ditanam pada
pembenihan.

1.      Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia, binatang dan
perbenihan.

2.      Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni – koloni terlihat basah dan
berlendir.

3.      Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul.

Kerangka Operasional

Sampel Pewarnaan Gram


BHIB

Mac Conkey BAP

Inkubasi selama 24 jam suhu 37o C

BAP Pewarnaan Gram dan kapsul

TSIA inkubasi 24 jam 37o C

Biokimia IMViC

Gula-gula Urea SIM MR VP SCA

Glu Man Suk Mal Lak

Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37OC

Proses Identifikasi
2.11.1 Kultur media pemupuk

Specimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), replikasi
bakteri saluran dari usus normal dan meningkatkan bakteri Klebsiella . Sesudah
inkubasi 18-24 jam, ditanam pada media differensial dan selektif.

2.11.2    Kultur media umum dan differensial


Media umum adalah media BAP (Blood Agar Plate) yang dipakai untuk
mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam melisiskan sel-sel darah yang
terdapat dalam media ini dapat berupa zona lisis α(alfa), β(betha), dan γ(gamma).
Bakteri Klebsiella, tumbuh sebagai koloni yang berwarna abu-abu, smooth,
cembung, mucoid atau tidak dan tidak melisiskan darah pada media BAP.

Media differensial adalah media yang dipakai untuk identifikasi bakteri


berdasarkan dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan sifat-sifat biokimia
khusus dari bakteri yang bersangkutan. Media yang dipakai untuk perbenihan
bakteri adalah Mac Conkey, media ini mengandung laktosa dan merah netral
sebagai indikator, sehingga bakteri yang meragikan laktosa akan tubuh sebagai
koloni berwarna merah yang dapat membedakan dari bakteri yang tidak
meragikan laktosa yang tumbuh sebagai bakteri yang tidak berwarna. Klebsiella
tumbuh sebagai koloni yang berwarna merah muda namun tidak dapat meragikan
laktosa secara sempurna.
Ciri-ciri koloni pada media Mac Conkey besar-besar, smooth, mucoid,
cembung, berwarna merah muda-merah bata. Jika diambil dengan ose, maka
akan tertarik karena pada koloni memiliki kapsul
2.11.3    Identifikasi akhir
Koloni dari media padat diidentifikasi oleh bentuk reaksi biokimia dan tes
aglutinasi mikroskop dengans serum spesifik. (jawetz, et al, 2001). Media yang
digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani A, 2003) :
1.  Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk
pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat
alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein
membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk
warna merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga
terbentuk warna kuning (Jawtz, et al, 2001).
2.      Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk
mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua
bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility
negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan
pembentukan H2S juga tak terlihat pada semua jenis Klebsiella
3.  Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan
natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue
menyebabkan terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos
yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya
negative. Sedangkan spesies Klebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan
ozaenae menunjukkan hasil positif pada media ini.
4.  Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan
terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada
media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada
pneumonia, oxytoca atau bisa juga ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa
yang mampu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia.
5.  Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang
memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini,
yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua
Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan
methyl red terbentuk warna merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang
juga dapat memberikan hasil negatif
6.  Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi
glukosa yang dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer,
Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga
penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis
pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
7.  Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan
jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning
karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella sp memfermentasi glukosa,
maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga
ozaenae.
Patologi rhinoskleroma

Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada
stadium I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa.
Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung
yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen
berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.

Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi
pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang
tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung
menjadi satu massa bintil yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan,
tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan. Kemudian
membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan (anterior). Sedangkan
pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk struktur jaringan
lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di
hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.

Pencegahan

Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh merupakan upaya


pencegahan paling penting, karena bakteri ini sebenernya sudah ada sebagai flora
normal pada orang sehat. Pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan
cara kerja yang aseptic pada perawatan pasien di rumah sakit. Enterobacteria
peka terhadap panas dan dapat dibunuh dengan pemanasan yang merata (di atas
700C). Sumber utama infeksi bakter ini adalah makanan mentah, makanan yang
kurang matang dan kontaminasi silang, yaitu apabila makanan sudah dimasak
bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi misalnya
alas pemotong. Karena itu, pemanasan dengan benar dan penanganan makanan
secara higienis dapat mencegah enterobacteria.

Pengobatan

Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik,


khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.

Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll.


Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas
98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap
kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain
baru dan Klebsiella pneumonia kebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan
sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat
untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.

Anda mungkin juga menyukai