Anda di halaman 1dari 12

RESUME

STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA


“BLENDED LEARNING”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SYIFA CHAERUNISA PUTRI ANELFIA

NIM : 19033185

DOSEN : SILVI YULIA SARI, S.Pd.,M.Pd.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BLENDED LEARNING

A. Konsep Blended Learning


Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan
learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar
bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau
perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006 (dalam buku
pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi). Sedangkan learning
memiliki makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau
penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. Elenena Mosa (2006)
menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di
kelas (classroom lesson) dengan online learning.
Kenney & Newcombe (2011:49), menyatakan bahwa dalam pembelajaran
blended learning memiliki komposisi 30% untuk tatap muka dan 70 % dari penayangan
materi secara online. Blended learning meningkatkan minat belajar, dengan komposisi
59% peserta didik mengalami peningkatan minat belajar dan 75 % dari peserta didik
merasa pendekatan ini membantu mereka memahami materi lebih dalam.
Pembelajaran terpadu (Blended Learning) merupakan salah satu solusi dalam
proses pembelajaran agar relevan dengan perkembangan zaman serta kedepannya
dapat diterapkan pembelaran secara full online. Blended Learning merupakan metode
pembelajaran yang mewakili era digital karena terintegrasi dengan internet.(Maskar
dkk, 2019). Pada dasarnya, metode pembelajaran blended learning merupakan
pengembangan dari model elearning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan
antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tata muka (face-toface)
(Ekayati, 2018)
Garrison dan Vaughan (2008) mendefinisikan yang dikutip oleh Francine
S.Glazer, “Blended learning adalah proses pembelajaran campuran tatap muka dengan
online, sehingga menjadi pengalaman belajar yang unik. Menurut Josh Bersin, “Blended
learning merupakan pembelajaran secara tradisional yang dilengkapi media
elektronik/media teknologi”.
Sedangkan menurut Catlin R.Tucker, “Blended learning merupakan satu
kesatuan yang kohesif (berpadu/melekat), maksudnya adalah memadukan atau
menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka dengan komponen online”.
Selanjutnya menurut Kaye Thorne dan David Mackey, blended learning
merupakan pembelajaran campuran yang memanfaatkan teknologi multimedia, CD-rom,
voice-mail, e-mail, video streaming, dan lain sebagainya. Dari definisi tersebut maka
blended learning dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang menggabungkan atau
mengombinasikan pembelajaran tatap muka (face to face) dengan media TIK, seperti
komputer (online maupun offline), multimedia, kelas virtual, internet dan sebagainya.
Thorne (2013) menjabarkan blended learning yaitu sebagai campuran dari
teknologi elearning dan multimedia, diantaranya seperti streaming video, kelas virtual, teks
animasi online yang dikombinasikan dengan bentuk-bentuk pembelajaran tradisional di
kelas. Menurut Garner &Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah
lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap muka
(face to face/F2F) dengan pembelajaran online yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Metode blended learning memberikan pengaruh dalam meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dengan
menggunakan teknologi informasi adalah model blended learning. Blended learning
merupakan salah satu metode belajar dengan menggabungkan keunggulan pembelajaran
yang dilakukan secara tatap muka dengan virtual/maya atau online (Husamah, Adapun
tujuan dikembangkannya blended learning adalah menggabungkan ciri-ciri terbaik dari
pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk
meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik. (Fitri dkk, 2016).
Melihat pentingnya strategi belajar blended learning pada era digital saat ini,
beberapa ahlipun berpendapat kenapa blended learning menjadi pilihan strategi pembelajar
saat ini. Graham (dalam Annisa : 2013) menjelaskan tiga alasan penting kenapa seorang
pengajar lebih memilih mengimplementasikan blended learning dibandingkan
pembelajaran online maupun klasikal, yaitu: pedagogy yang lebih baik, meningkatnya
akses dan fleksibilitas, serta meningkatnya biaya manfaat.
B. Karakteristik Blended Learning

Adapun karakteristik dari blended learning yaitu:


a) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pembelajaran,
gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.
b) Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan
belajar mandiri via online.
c) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara
mengajar dan gaya pembelajaran.
d) Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai
fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,


walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya
pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan
pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat
ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengombinasi antara
pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended learning muncul setelah
berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajaran
secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan
dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio,
teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning).
Dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) Tatap Muka, (2)
Belajar Mandiri, (3) Aplikasi, (4) Tutorial, (5) Kerjasama, Dan (6) Evaluasi.
1. Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak,
audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama.
2. Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang
harus diakses oleh peserta didik, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas
pada sumber belajar yang dimiliki pengajar atau perpustakaan lembaga pendidikannya
saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.
3. Aplikasi
Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan melalui
pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah,
pelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif
pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
4. Tutorial
Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi,
seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing. Meskipun aplikasi
teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pelajar dalam belajar, peran pengajar
masih diperlukan sebagai tutor.
5. Kerjasama
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis
blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka
konvensional yang semua peserta didik belajar di dalam kelas yang sama di bawah
pengawasan pengajar. Sedangkan dalam pembelajaran berbasis blended, maka peserta
didik bekerja secara mandiri dan berkolaborasi
6. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda
dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada
proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar
pelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan
hanya otoritas pengajar, namun perlu ada penilaian diri oleh pelajar.

C. Model Blended Learning


Dalam Blended Learning secara umum terdapat 6 model, yaitu:
1. Face-to-Face Driver
Melibatkan siswa tidak hanya sekedar tatap muka di ruang kelas atau laboratorium,
melainkan melibatkan siswa dalam kegiatan di luar kelas dengan mengintegrasikan
teknologi web secara online.
2. Rotation
Mengintegrasikan pembelajaran online sambil bertatap muka di dalam kelas dengan
pengawasan guru atau pendidik.
3. Flex
Memanfaatkan media internet dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.
Dalam hal ini siswa dapat membentuk kelompok diskusi.
4. Online Lab
Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboratorium komputer dengan semua
materi pembelajaran di sediakan secara softcopy, dimana para peserta berinteraksi
dengan guru secara online. Dalam hal ini guru dibantu oleh pengawas agar disiplin
dalam belajar tetap terjaga.
5. Self Blend
Dalam hal ini siswa mengikuti kursus online, hal ini sebagai pelengkap kelas
tradisional yang dilakukan tidak harus di dalam ruang kelas akan tetapi bisa di luar
kelas.
6. Online Driver
Merupakan pembelajaran secara online, dimana dalam hal ini seorang guru bisa
mengupload materi pembelajaran di internet, sehingga dapat mendownload/
mengunduhnya dari jarak jauh agar siswa bisa belajar mandiri di luar kelas dan
dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan waktu yang telah disepakati.

D. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

Adapun kelebihan blended learning adalah:


a) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
b) Pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c) Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka peserta didik
semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran
d) Hemat waktu
e) Hemat biaya,
f) Pembelajaran lebih efektif dan efisien,
g) Peserta mudah dalam mengakses materi pembelajaran,
h) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri,
i) Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online,
j) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di luar jam
tatap muka,
k) Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar, Menambahkan
materi pengayaan melalui fasilitas internet,
l) Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan,
m) Hasil yang optimal serta meningkatkan daya tarik pembelajaran, dan lain sebaginya.
Adapun kekurangan dari blended Learning:
a) Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung,
b) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta, seperti komputer dan akses internet.
Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila
jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran
mandiri via online.
c) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
d) Akses internet yang tidak merata di setiap tempat, dan lain sebagainya.

Berbagai penelitian (dalam Widiara : 2018) juga menunjukkan bahwa blended


learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dengan sistem tatap
muka maupun dengan sistem e-learning atau pembelajaran online. Tingkat efektifitas
tersebut ditunjang dengan kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran dengan sistem
pembauran (blended learning), sebagai berikut:
1. Penyampaian pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja dengan
memanfaatkan sistem jaringan internet.
2. Peserta didik memiliki keleluasan untuk mempelajari materi atau bahan ajar secara
mandiri dengan memanfaatkan bahan ajar yang tersimpan secara online.
3. Kegiatan diskusi berlangsung secara online/offline dan berlangsung diluar jam pelajaran,
kegiatan diskusi berlangsung baik antara peserta didik dengan guru maupun antara antar
peserta didik itu sendiri.
4. Pengajar dapat mengelola dan mengontrol pembelajaran yang dilakukan siswa diluar jam
pelajaran peserta didik.
5. Pengajar dapat meminta kepada peserta didik untuk mengkaji materi pelajaran sebelum
pembelajaran tatap muka berlangsung dengan menyiapkan tugastugas pendukung.
6. Target pencapaian materi-materi ajar dapat dicapai sesaui dengan target yang ditetapkan
7. Pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku

E. Penerapan Blended Learning


Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidika
terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan
menyelengarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional NO.107/U/2001 (2 juli 2001 ) tentang‘penyelenggaraan
program pendidikan tingi jarak jauh’, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai
kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh mengunakan blended e-
learning, juga telah diizinkan penyelenggaraanya.
Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini
mempunyai teks, grafik, animasi, simulai, audio, dan video. Perbedaan pembelajaran
tradisional dengan blended e-learning yaitu „tradisional‟, guru dianggap sebagai orang
yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.
Sedangkan di dalam pembelajaran ‘blended e-learning’ fokus utamanya adalah pelajar.
Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya.
Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah tidak begitu
dibutuhkan jika penerapannya disamakan dengan penerapan Blended Learning di
Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendekatanan dan metode
pendidikan terutama di perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan jarak jauh. Pada
pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah, harus menerapkan tatap muka dalam
pembelajarannya, akan tetapi bukan berarti dalam pendidikan dasar dan menengah tidak
dapat menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan dasar dan menengah juga dapat
menerapkan Blended Learning, hanya saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran tidak
dapat disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang
melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Proses pembelajaran Blended Learning ini dibutuhkan pada saat penyampaian
atau pemberian materi pelajaran, pemberian tugas hingga penugasan-penugasan kepada
peserta didik yang dilaksanakan di luar jam sekolah.

Blended Learning dibutuhkan pada saat :

 Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet.
 Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pendidik dan
siswa.
 Siswa dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.
 Membantu proses percepatan pendidikan yang salah satunya dengan menerapkan flip
classroom yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Carman, (2005) mengungkapkan bahwa terdapat lima kunci untuk melaksanakan


pembelajaran dengan menggunakan blended learning:

1. Live Event. Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara
sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat
berbeda (virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung
seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun
perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga bisa
saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitivism dan konstructivism sehingga terjadi
pembelajaran yang bermakna.
2. Self-Paced Learning. Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced
learning) yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan
berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang
bersifat text-based maupun multimediabased (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau
kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat
disampaikan secara online (melalui web maupun melalui mobile device dalam bentuk:
streaming audio, streaming video, dan e-book) maupun offline (dalam bentuk CD, dan
cetak).
3. Collaboration. Mengkombinasikan baik pendidik maupun peserta didik yang keduaduanya
bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu
bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta
didik dan pendidik melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom,
forum diskusi, email, website/webblog, dan mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau
interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving dan
project-based learning.
4. Assessment. Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis
penilaian baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik
(authentic assessment/portfolio). Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan
antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan
kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Carman, J. M. (2005). Blended learning design: Five key ingredients. Agilant


Learning, 1-11
Catlin R.Tucker, 2012. Blended Learning in Grades 4–12. London: Corwin Press
Ekayati, R. (2018). Implementasi metode blended learning berbasis aplikasi edmodo.
EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial, 4(2).
Fathurrahman & Nuthpaturrahman. 2015. Blended Learning.
Fitri, E., Ifdil, I., & Neviyarni, S. (2016). Efektivitas layanan informasi dengan
menggunakan metode blended learning untuk meningkatkan motivasi belajar. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling, 2(2), 84-92.
Francine S.Glazer. 2012. Blended Learning. Virginia: Stylus Publishing
Garner, B., & Oke, L. (2015). “Blended Learning: Theoretical Foundations”. Marion,
IN: Indiana Wesleyan University
Gilang, Novia. 2014. Blended Learning.
Kenney, J., & Newcombe, E. 2011. “Adopting a Blanded Learning Approach:
Challenges, encountered and lessons learned inan action research study”. Journal of
Asynchronous Learning Networks, 15(1), 45-57.
Maskar, S., & Wulantina, E. (2019). Persepsi Peserta Didik terhadap Metode Blended
Learning dengan Google Classroom. INOMATIKA, 1(2), 110-121.
Prayitno, Wendhie. 2015. Implementasi Blended Learning dalam Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ratna Sari, Annisa. (2013). Strategi Blended Learning Untuk Peningkatan
Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa Di Era
Digital. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 2, Tahun 2013.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.


Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Thorne, Kaye.(2013). Blended Learning: How to Integrate Online and Traditional
Learning. USA: Kogan Page Limited
Widiara, I. K. (2018). Blended learning sebagai alternatif pembelajaran di era
digital. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya, 2(2), 50-56.

Anda mungkin juga menyukai