Bab I Pendahuluan: Universitas Binawan
Bab I Pendahuluan: Universitas Binawan
BAB I
PENDAHULUAN
bayi (0-1 tahun), usia bermain/toodler (1-3 tahun), pra sekolah (3-6 tahun),
usia sekolah (6-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini
berbeda antara anak satu dengan anak yang lain mengingat latar belakang
kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak
14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar
Universitas Binawan
bawaan (PJB) sebagai abnormalitas struktur makroskopis jantung atau
potensial yang berarti (Mitchell et al., 1971) dalam Jannah, 2015). Insidens
PJB di dunia memiliki angka yang konstan, sekitar 8-10 dari 1000
dalam waktu 28 hari setelah lahir setiap tahun, di seluruh dunia, karena
0,8% sampai 1% dari jumlah kelahiran per tahun (WHO, 2020 ). Data dari
WHO juga menyebutkan dua ratus enam puluh studi memenuhi kriteria
maupun non bedah (Utomo, 2020). Data dari Pelayanan Jantung Terpadu
dilaporkan sebanyak 504 anak yang dirawat dan menjalani bedah jantung
dengan Penyakit jantung bawaan (PJB). Dengan PJB terbanyak pada kasus
(27,78%).
dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan adanya kecemasan saat
traumatik dan penuh dengan stress. Selain itu pada saat dilakukan
peran yang sangat penting salah satunya pelayanan kesehatan baik berupa
membina hubungan baik dengan pasien yaitu dapat melalui teknik dan
filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
sakit ditemukan masih ada pasien yang tidak puas terhadap pelayanan
separuh perawat yang bertugas dinilai tidak caring (48,5%). Penelitain lain
yang di berikan oleh perawat (Sukesi, 2013). Penelitian yag dilakukan oleh
sakit ditemukan masih ada pasien yang tidak puas terhadap pelayanan
separuh perawat yang bertugas dinilai tidak caring (48,5%). Bertitik tolak
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan sikap
Mangunkusumo.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
mempunyai kata hati, dan mengerti apa yang terjadi terhadap masalah
Sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor caratif yang berasal
mengembangkan filosofi humanistik dan nilai serta seni yang kuat, faktor
kepentingan orang lain diatas kepentingan sendiri (alturistik). Hal ini dapat
orang lain.
diri sendiri, maka perawat menjadi lebih tulus dalam memberikan bantuan
kepada orang lain. Perawat juga perlu memahami bahwa pikiran dan
berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh klien dan sikap hangat
menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka dan juga
pengambilan keputusan.
pengobatan lain, dalam hal ini, perawat harus mampu memahami persepsi
caratif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam
caratif ini diharapkan perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami
jujur dan tulus dalam melakukan caring about. Kegiatan perawat harus
saling percaya.
caring yaitu :
perawat untuk melakukan caring. Juliani (2009) dan Sobirin (2016), dalam
2. Lingkungan kerja
keperluan analisis kuantitaf, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya
mengukur caring perawat digunakan empat kriteria yaitu nilai 1 jika tidak
2012). Pada pengkatagorian caring dan tidak caring, dihitung nilai rata-
rata dari jumlah responden. Pada katagori caring baik jika nilai ≥ mean
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan
tahun 2014 pasal 11 ayat (4), jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam
kelompok keperawatan terdiri atas berbagai jenis yang terdiri dari perawat
bahwa jenis perawat terdiri dari perawat vokasi yang merupakan perawat
keperawatan, dan perawat profesi yang terdiri dari ners dan ners spesialis.
asuhan keperawatan.
peran yang dimiliki oleh seorang antara lain peran sebagai pelaksana,
(Sulistiyowati, 2016).
kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
menolong pasien atau klien dalam kondisi sakit ataupun sehat dalam
cedera.
safena mayor, oksipital, temporal superficial, dan frontal. Pada anak usia
dilakukan jika pemasangan pada area lain tidak berhasil (Kyle & Carman,
(Asmuji, 2012).
Kyle & Carman (2014) mengatakan prinsip pemasangan infus pada
infeksi pada area pemasangan infus. Gunakan cahaya yang terang untuk
agar mengurangi iritasi pada tangan anak. Area pemasangan infus harus
Infus
perifer.
Rujukan Nasional.
Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo
No.17054/TU.K/34/XI/2012 dan No
1134a/H2.F1.D/HKP.02.04/2012 tentang
2. Tali Torniket
3. IV kateter
4. Infus Set
Prosedur :
Mencuci tangan
Ikat dengan tali torniket bagian proksimal dari pmbuluh darah yang
dipilih
antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak senang berimajinasi dan
berpakaian, dan makan sendiri (Potts & Mandeleco, 2012). Anak usia
a. Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik yaitu
disekitarnya. Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua
oleh anak pada usia tersebut, dan iri hati sering terjadi.
d. Ciri kognitif anak prasekolah ialah terampil dalam bahasa. Sebagian
manusia miliki guna menyiapkan diri akan adanya bahaya dan ancaman
yang datang (respon akan ancaman tersebut bisa berupa lawan (fight), lari
nafsu makan, suhu tubuh dan rasa sakit. Norepinefrin terlibat dalam respon
pengaturan tidur, suasana hati dan tekanan darah. Stres akut meningkatkan
mencegah rasa gembira yang berlebihan (Arya & Soodan, 2015). GABA
Gejala ini timbul pada dewasa dan juga anak anak seperti yang
kondisi lain mereka dapat juga tenang dan patuh ketika diminta
pada anak yang baru pertama kali masuk rumah sakit adalah sebagai
berikut:
2.1.4.4.1 Kecemasan Karena Perpisahan Pada Anak Usia Prasekolah
dan harga diri. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris, perpisahan
sebab pada masa ini anak mempunyai sifat ketergantungan yang besar
1. Fase protes
c. Menilak dan menghindari orang tua yang tak dikenal dengan cara
Pada fase ini pendekatan yang dilakukan oleh perawat atau tim kesehatan
lain, lebih baik diminimalkan untuk menghindari reaksi protes yang lebih
Setelah fase perotes anak akan mengalami fase putus asa dengan
b. Tidak aktif;
d. Sedih;
Tingkah laku pada fase ini akan berakhir dalam jangka waktu yang
berfariasi.
Pada fase ini anak mulai menerima rasa perpisahan dengan orang tuanya
atau keluarganya.
Pada anak usia prasekolah respon karena perpisahan berupa anak lebih
tuanya, sering bertanya saat orang tuanya berkunjung atau menarik diri
tindakan keperawatan.
bentuk :
dipeluk.
yang dimana responden memilih salah satu dari dua pernyataan. Lembar
observasi ini terdiri dari 16 pernyataan terkait respon kecemasan anak saat
Utara yaitu Ibu Dina Rasmita, S.Kep, Ns, M.Kep (2020). Pakar ini sudah
menelaah apakah komponen penilaian pada lembar observasi dapat
mencakup isi dari konsep yang diteliti. Nilai CVI pada lembar kuisioner
yang telah di validasi oleh pakar diperoleh nilai sebesar 0, 96. Kuisioner
ini sudah valid sesuai dengan pernyataan yang telah disebutkan oleh Polit
& Beck (2013) yang menyatakan bahwa nilai CVI minimum yaitu 0, 9.
fungsi dari sirkulasi jantung yang tampak saat lahir atau saat kehidupan
darah besar jantung yang dapat sederhana atau kompleks (Madiyono et al,
2008).
cat.
bawaan dan risiko untuk mendapat kelainan sekitar 35% dengan jenis
echocardiography.
45 ml per hari dan dikatakan tidak ada kadar yang aman untuk ibu
atau bukan pada jantung menjadi suatu faktor utama (mayor). Tetapi
Gejala dan tanda yang mungkin terlihat pada bayi atau anak-anak antara lain :
1. Bernafas cepat.
2. Sianosis (warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari tangan).
3. Cepat Lelah
Perawat Caring
Pengertian
Anak Preschool
Pengertian perawat Aspek Perilaku Caring Pengertian
Peran perawat -Pembentukan factor Ciri-ciri anak preschool
nilai humanistik dan aspek fisik, emosi, sosial,
- independen alturistik
- dependen -Menanamkan dan kognitif anak.
-interdependen keyakinan dan harapan
Respon Perilaku
-Menanamkan
Fungsi perawat senditifitas terhadap diri
- Care giver sendiri dan oranglain
-Membina hubungan
- Advokasi saling percaya dan
- Conselor saling membantu
- Coordinator -Meningkatkan dan
menerima eskpresi
- Educator perasaan positif dan
- Kolaborasi negative
Faktor-faktor yang
mempengaruhi caring
perawat:
-Beban kerja
-Lingkungan kerja
-Pengetahuan dan
pelatihan
Alat ukur Caring
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka acuan bagi peneliti untuk hubungan antar
variable dalam suatu penelitian (Agus Riyanto, 2019). Menurut (Sugiyono, 2018)
menyatakan bahwa “Desain penelitian harus spesifik, jelas dan rinci, ditentukan
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lintang) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap caring perawat dalam
teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu,
kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang
satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita
atau apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Agar variable dapat diukur
dengan menggunakan instrument atau alat ukur, maka variabel harus diberi
batasan atau definisi yang operasional. Definisi operasional ini penting dan
konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain
berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Caring Kemampuan Kuesioner terdiri dari 1.Caring Baik Ordinal
Perawat dalam perawat dalam 20 item pertanyaan > 40
Tindakan memberikan dengan skala likert, 2. Caring
Pemasangan pelayanan dengan nilai jika : Kurang < 40
Infus keperawatan 1= tidak ada atau tidak
dalam tindakan pernah
pemasangan 2= kadang-kadang
infus kepada 3= sering
pasien rawat 4= sering sekali.
inap di Rumah
Sakit RSCM
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Respon Kecemasan Lembar Observasi terkait 0 = Jika anak Nominal
kecemasan merupakan respon kecemasan anak sama sekali
anak ketakutan yang usia pra sekolah saat tidak
preschool dialami anak usia dilakukan pemasangan menunjukkan
respon
preschool saat infus yang terdiri dari 16
kecemasan
pemasangan infus pernyataan. Pernyataan pada anak.
di PJT RSCM lembar observasi ini 1 = Jika anak
menggunakan menunjukkan
pendekatan skala respon
Gauttmann dimana kecemasan
responden memilih salah pada anak
satu dari dua pernyataan.
Mangunkusumo
3.5.1 Populasi
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak dengan penyakit jantung
bawaan yang terdaftar sebagai pasien di ruang PJT RSCM ada 75 pasien dalam 3
3.5.2 Sample
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh atau sensus, yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Jumlah sample dari
Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dimiliki oleh individu dalam
populasi untuk dapat dijadikan sampel penelitian (Dharna, 2011). Kriteria inklusi
1. Pasien Anak yang yang terdiagnosa Penyakit Jantung Bawaan diruang PJT
RSCM.
3. Pasien anak yang dirawat inap diruang PJT RSCM dampingi orangtua atau
keluarga.
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak boleh dimiliki sampel yang
akan digunakan untuk penelitian. Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini
1. Pasien anak dengan Penyakit Jantung Bawaan usia 3-6 tahun, dirawat
2016). Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari:
(2015) dan SOP RSCM dalam pemasangan infus yang terdiri dari 20
kurang). Dikatakan tingkat caring baik jika skor akhir sama dengan atau
responden memilih salah satu dari dua pernyataan. 0 = Jika anak sama
Instrumen ini akan dilakuan uji validitas dan reabilitas kepada pasien anak
dilakukan uji validitas dan reabilitas yang bertujuan agar hasil penelitian
menjadi valid dan reliabel sehingga hasil penelitian akan memiliki makna
a. Uji Validitas
benar- benar mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2017). Uji validitas
alat ukur. Validasi dapat dilakukan dengan cara mengecek alat ukur oleh
orang yang ahli pada bidangnya. Alat ukur valid jika nilai Content Validity
dari uji validitas dilihat signifikan α. Jika nilai signifikan α < 0,05 maka
dikatakan valid, sebaliknya jika nilai signifikan α > 0,05 dikatakan tidak
valid.
b. Uji Reliabilitas
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Sugiyono, 2017).
butir pernyataan jika nilai α > 0,60 maka reliable (Sugiyono, 2017).
M., 2020).
(2018):
1. Self determination
Setelah diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan,
pasien diberi kebebasan untuk menentukan turut serta atau tidak dalam
penelitian tanpa diberi sanksi apapun. Selain itu, peneliti menjamin bahwa
nama lengkap responden namun hanya nama inisial dalam kuesioner yang
terjaga kerahasiaannya.
3. Privacy
4. Informed Consent
infus terhadap SOP pemasangan infus RSCM. Data lama rawat pasien
didapat dari rekam medis pasien dengan penyakit jantung bawaan yang
1 Tahap Persiapan
Jakarta.
e. Mengurus surat ijin penelitian kepada Kepala Unit PJT yang akan
diambil sampelnya.
2.Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Terminasi
a. Setelah semua lembar observasi dan kuesioner terkumpul, peneliti
memberikan reward kepada orang tua pasien yang telah ikut serta dalam
penelitian.
dianalisa
1. Proses Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari hasil lembar kuesioner dan observasi.
2. Proses Checking
agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil
3. Proses Coding
4. Proses Entering
responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan
ke dalam program komputer yang digunakan untuk “entry data” peneliti yaitu
5. Proses Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
Analisa data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dari
x
f = x 100 %
n
Keterangan :
f = frekuensi
Analisa data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dari
analisa univariat dan analisa bivariat . Analisa ini menghubungkan setiap variabel
dependen yang ada dalam konsep penelitian dengan variabel independen, dengan
tujuan untuk melihat apakah hubungan yang terjadi memang bermakna secara
statistic atau terjadi secara kebetulan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
dependen serta jenis data yang diteliti adalah kategorik maka teknik analisa data
X 2 =¿
X² = Nilai Chi-kuadrat
a. Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka hipotesis Ha diterima atau gagal ditolak
independen.
b. Jika nilai probabilitas >0,05 maka hipotesis Ha ditolak yang artinya tidak ada
Afitasari, Sofyani, S., & Erna Mutiara. (2016). Perbandingan Gangguan Perilaku
Anak Penderita Penyakit Jantung Bawaan Dan Saudaranya Yang Sehat. Sari
Pediatri, 16(4).
Afriyani, R. (2020). Studi Deskriptif Peran Perawat Edukator Pada Pasien Pre
Operasi di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 2017(1), 1–9
Agustin, W. R. (2016). Pengetahuan Perawat Terhadap Respon Hospitalisasi
Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Kesmadask, 3(2), 1.
Apriany, D. (2013). Hubungan Antara Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat
Kecemasan Orang Tua. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal Of Nursing), 8(2).
Ariani, Novira, R. Y., & Yosoprawoto, M. (2014). Kualitas Hidup Anak Dengan
Penyakit Jantung. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 7(1).
Arya, A., & Soodan S. (2015). Understanding the Pathophysiology and
Management of the Anxiety Disorders. International Journal of Pharmacy &
Pharmaceutical Research, 4(3), 251 – 278
Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan Konsep Dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media.
Boyarchuk, O., Hariyan, T., & Kovalchuk, T. (2018). Clinical Features Of
Rheumatic Heart Disease In Children And Adults In Western Ukraine.
Bangladesh Journal Of Medical Science, 18(1), 87–93.
Https://Doi.Org/10.3329/Bjms.V18i1.39556
Canadian Mental Helath Association. (2015). What’s the difference between
anxiety and an anxiety disorder? [Halaman web]. Diakses pada tanggal 17
Maret 2020 dari https://www.heretohelp.bc.ca/q-and-a/whats-the-difference-
between-anxiety-and-an-anxiety-disorder
Castle, D. J., Bassett, D., King, J., & Gleason, A. (2013). A Primer of Clinical
Psychiatry 2nd Edition. Australia: Elsevie
Chodidjah, S., & Syahreni, E. (2015). Pengalaman Hospitalisasi Anak Usia
Sekolah. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(1), 45–50.
Https://Doi.Org/10.7454/Jki.V18i1.397
Crump, C., Rivera, D., London, R., Landau, M., Erlendson, B., & Rodriguez, E.
44 Universitas Binawan
(2013). Chronic Health Conditions And School Performance Among
Children And Youth. Annals Of Epidemiology, 23(4), 179–184.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Annepidem.2013.01.001
Darmawan, & Ngurah, K. (2018). Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rsud Klungkung. Jurnal Dunia
Kesehatan, 5(1).
Dharna. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan
Dan Menerapkan Penelitian. Cv Trans Info Media.
Doupnik, S. K., Hill, D., Palakshappa, D., Worsley, D., Bae, H., Shaik, A., Qiu,
M. (Kefeng), Marsac, M., & Feudtner, C. (2017). Parent Coping Support
Interventions During Acute Pediatric Hospitalizations: A Meta-Analysis.
Pediatrics, 140(3), E20164171. Https://Doi.Org/10.1542/Peds.2016-4171
Gass, C. S., & Curiel, R. E. (2011). Test Anxiety In Relation To Measures Of
Cognitive And Intellectual Functioning. Archives Of Clinical
Neuropsychology, 26(5), 396–404. Https://Doi.Org/10.1093/Arclin/Acr034
Haijah. (2019). Hubungan Antara Perilaku Caring Perawat Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Yang Dilakukan Pemasangan Infus. Jurnal Menara
Medika, 1(2).
Hariyanto, D. (2016). Profil Penyakit Jantung Bawaan Di Instalasi Rawat Inap
Anak Rsup Dr.M.Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011. Sari
Pediatri, 14(3), 22.
Hasnul, M., Najirman, N., & Yanwirasti, Y. (2015). Karakteristik Pasien Penyakit
Jantung Rematik Yang Dirawat Inap Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(3). Https://Doi.Org/10.25077/Jka.V4i3.383
Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Pt Remaja Rosdakarya.
Hoffman, J. I. ., & Kaplan, S. (2002). The Incidence Of Congenital Heart Disease.
Journal Of The American College Of Cardiology, 39(12), 1890–1900.
Https://Doi.Org/10.1016/S0735-1097(02)01886-7
Hulinggi, I., Masi, G., & Ismanto, A. Y. (2018). Hubungan Sikap Perawat Dengan
Stres Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rsu Pancaran
Kasih Gmim Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kp), 6(1).
Irwandi. (2015). Korelasi Peran Perawat Dan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
Ruang Kenari Rs. Dr. Bratanata Jambi. Jurnal Akper Garuda Putih, 1(2).
Jannah, M. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Kanak-Kanak. Gender
Equality: Internasional Journal Of Child And Gender Studies, 1(2).
Karsdorp, P. A., Everaerd, W., Kindt, M., & Mulder, B. J. M. (2013).
Psychological And Cognitive Functioning In Children And Adolescents With
Congenital Heart Disease: A Meta-Analysis. Journal Of Pediatric
Psychology, 32(5), 527–541. Https://Doi.Org/10.1093/Jpepsy/Jsl047
Kasron. (2016). Buku Ajaran Keperawatan Kardiovaskuler. Cv. Trans Info
Media.
Kyle, & Carman. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Egc.
Liu, Y., & Sen, C. (2019). Global Birth Prevalence Of Congenital Heart Defects
1970-2017. Updated Systematic Review And Meta-Analysis Of 260 Studies -
Pubmed (Nih.Gov).
Melani. (2013). Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Reumatik (Pjr) Yang
Dirawat Inap Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008. In
Universitas Sumatera Utara.
Mitchell, S. C., Korones, S. B., & Berendes, H. W. (1971). Congenital Heart
Disease In 56,109 Births Incidence And Natural History. Circulation, 43(3),
323–332. Https://Doi.Org/10.1161/01.Cir.43.3.323
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ketiga). Rineka Cipta.
Nur, R. Y., Suhartono, & Warsito Bambang Edy. (2020). Pengaruh
Kepemimpinan Efektif Terhadap Kepuasan Perawat Diruang Rawat Inap
Rsud Karanganyar. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan ’Aisyiyah, 16(1),
55–66.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional (Edisi 5).
Pohan, V. Y., & Faozah Herda Syahvira. (2019). Gambaran Penerapan Model
Delegasi Keperawatan Relactor (Mdk’r’) Pada Perawat Kepala Ruang. The
10th University Research Colloqium 2.
Potter, & Griffin, P. A. (2012). Fundamental Of Nursing. Egc.
Priyoto. (2015). Komunikasi & Sikap Empati Dalam Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Rahmah, S., & Fitriani Agustina. (2016). Hubungan Penerapan Atraumatic Care
Dengan Stres Hospitalisasi Pada Anak Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Almuslim,
1(2).
Sitompul, J. A. (2019). Pentingnya Hubungan Interpersonal Dengan Perawat
Demi Keselamatan Pasien. Osf.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.31227/Osf.Io/2xvjq
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
Tempo.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Sulistiyowati, M. A. E. T. (2016). Pelaksanaan Advokasi Perawat dalam Informed
consent Di Rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 2(4), 188–194.
Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Egc.
Tehrani, H., Haghighi, & Bazmamoun. (2015). Effects Of Stress On Mothers Of
Hospitalized Children In A Hospital In Iran. Iranian Journal Of Child
Neurology., 6(4), 39–45.
Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Trans
Info Media.
Utomo. (2020). Berbahayakah Operasi Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak?
National Cardiovascular Center Harapan Kita. Jurnal Rumah Sakit Harapan
Kita.
Wong, D.L., Hockenberry, M., Eaton, Wilson, D., Winkelstein., & Schwartz, P.
(2013). Buku Ajar : Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih Bahasa: Hartono.
A., Kurnianingsih, S., & Setiawan).
Wulandari, & Setiyorini. (2015). The Effect Of Swaddling, Side-Stomach,
Shushing, Swinging, Sucking (5s’s) Toward Pain And Duration Of Crying
Neonates Post Blood Sampling Procedures. Jurnal Ners Dan Kebidanan,
1(3), 171–176.
Yuniarti, S. (2014). Peran perawat sebagai care giver nurse role as a care giver.
VII(1), 13–17
KUISIONER PENELITIAN
IDENTITAS RESPONDEN
PETUNJUK PENGISIAN I
Identitas
1. Nama ( inisial ) :
2. Usia :
Ibu Nenek
Kakak Lain-lain
Belum Pernah
>1 kali
PETUNJUK PENGISIAN II
Menjawab pernyataan dengan memberi tanda checklist (√) pada tempat
yang tersedia.
Keterangan :
1 = tidak ada atau tidak pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sering sekali
Pilihan Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4
Perawat meminta pasien menyebutkan nama dan
1 tanggal lahir pasien sebelum tindakan pemasangan
infus
Perawat mempersiapkan alat sebelum tindakan
2 pemasangan infus
Perawat menjelaskan ke pasien prosedur tindakan
3 pemasangan infus yang dilakukan.
Perawat tidak memberikan dukungan kepada pasien
4
dalam hal pelayanan keperawatan ( cuek / acuh )
Perawat tidak menunjukkan sikap ramah kepada
5
pasien
Perawat tidak memiliki sikap empati saat pasien
6 mengeluh sakit saat tindakan pemasangan infus
Perawat membantu pasien untuk proses kesembuhan
7 pasien
Perawat memberi pasien posisi nyaman saat
8 tindakan pemasangan infus
Perawat bersikap sigap terhadap keluhan – keluhan
9 pasien saat pemasangan infus
Perawat mengetahui cara memberikan obat IV,
10 memasang alat – alat seperti infus
Perawat mendemonstrasikan pengetahuan dan
11 ketrampilannya dalam tindakan pemasangan infus
Perawat memberikan dukungan kepada pasien agar
12 lekas sembuh
Perawat mampu menggunakan alat kesehatan secara
13 kompeten ( misalnya mampu melakukan pemberian
obat suntik melalui injeksi )
Perawat tidak memberitahukan pasien dalam
14 perencanaan pemasangan infus
Perawat menjaga informasi tentang kesehatan pasien
15 kepada oranglain ( privasi )
Perawat bersikap peduli melayani pasien secara
16 sukarela dan profesional
Perawat membantu pasien dalam mengurangi rasa
17 sakit pasien saat pemasangan infus
Perawat memenuhi kebutuhan pasien dalam
18 perawatan