Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH GIZI IBU HAMIL

TERHADAP BAHAYA PRE-EKLAMPSIA

Di susun oleh:

WANDA DESAWA ANUGRAH ILLAHI


NPM.D201901412

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP


Jl. Dr. Soetomo No. 4 B Cilacap, sidakaya dua Cilacap, Jawa Tengah, Kode pos 52530

2021
PENGARUH GIZI IBU HAMIL
TERHADAP BAHAYA PRE-EKLAMPSIA

Sebagai salah satu syarat sebelum UTS dan Praktik Klinik Kebidanan

Oleh:
WANDA DESAWA ANUGRAH ILLAHI
NPM.D201901412

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP


Jl. Dr. Soetomo No.4B Cilacap, sidakaya dua Cilacap, Jawa Tengah, Kode pos 52530
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

1. Judul Makalah: Pengaruh Gizi Ibu Hamil terhadap Bahaya Pre-eklampsia


2. Nama : Wanda Desawa Anugrah Illahi
3. NPM : D201901412

Cilacap, April 2021

Menyetujui,

Dosen Penguji, Direktur Akbid


Graha mandiri Cilacap,

(Wiwit Desi Intarti, M.Keb) (Uti Lestari, S.Si.T., MH.kes)


NPP:19821208 2010 005 02 NPP:19631025 2010 002 02

I
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Makalah: Pengaruh Gizi Ibu Hamil terhadap Bahaya Pre-eklampsia


2. Nama : Wanda Desawa Anugrah Illahi
3. NPM : D201901412

Cilacap. April 2021

Menyetujui,

Dosen Penguji, Direktur Akbid


Graha Mandiri Cilacap

(Wiwit Desi Intarti, M.Keb) (Uti Lestari, S.Si.T., MH.Kes)


NPP:19821208 2010 005 02 NPP:19631025 2010 002 02

II
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah hirabbil’alamin, atas segala nikmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
dengan judul “PENGARUH GIZI IBU HAMIL TERHADAP BAHAYA
PRE-EKLAMPSIA” disusun sebagai salah satu syarat sebelum UTS dan Praktik
Klinik Kebidanan.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan


dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Uti Lestari, S.Si.T.,MH.Kes. selaku Direktur Akademi Kebidanan


Graha Mandiri Cilacap yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun makalah ini.
2. Ibu Misrina, S.Si.T.,M.Kes. selaku ketua PMII.
3. Ibu Wiwit Desi Intarti, M.Keb. selaku pembimbing dalam pembuatan
Makalah studi kasus komprehensif ini, yang penuh perhatian dan selalu
memberi masukan-masukan yang membangun bagi penulis. Semoga Allah
Swt. Senantiasa membalas amal baiknya dengan balasan yang berlipat
ganda yang telah mencurahkan pemikirannya demi kelancaran penyusunan
laporan ini.

4. Kedua orang tuaku, Bapak Juli Budianto dan Ibu Elis Nurhayati yang
selalu memberi do’a dan dukungan kasih sayang serta motivasi.
Terimakasih atas do’a dan dukungan kalian yang tak pernah putus.
5. Teman-temanku yang mau mengshare ilmunya serta do’a dan dukungan
demi kelancaran makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi penulis sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna
serta memiliki banyak kekurangan. Karenanya penulis sangat mengharapkan
kritikkan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Agar kedepannya
penulis mampu menyusun laporan dengan prosedur yang baik dan benar.

III
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat diambil manfaat
dan pelajaran dari makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Cilacap, 26 April 2021


Penulis,

Wanda Desawa Anugrah Illahi


NPM.D201901412

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................I

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................II

KATA PENGANTAR.........................................................................................III

DAFTAR ISI..........................................................................................................V

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah......................................................................................3

1.3 Tujuan Umum dan Khusus........................................................................3

1.4 Manfaat......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Pre-eklampsia............................................................................................4

2.2 Faktor Resiko Pre-eklampsia.....................................................................5

2.3 Penyebab Pre-eklampsia............................................................................5

2.4 Pathofisiologi Preeklamsia........................................................................7

2.5 Klasifikasi Preeklampsia.........................................................................11

2.6 Deteksi Dini Preeklamsia........................................................................11

2.7 Diagnosis preeklamsia.............................................................................12

2.8 Jurnal Ilmiah............................................................................................13

2.9 Upaya pencegahan Pre-eklampsia...........................................................14

2.10 Gizi pada Ibu hamil Pre-eklampsia.........................................................15

BAB III METODOLOGI....................................................................................17

3.1 Subjek......................................................................................................17

3.2 Permasalahan...........................................................................................17

3.3 Alat dan Bahan........................................................................................17

V
3.4 Prosedur...................................................................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................20

4.1 Hasil studi literatur..................................................................................20

4.2 Pembahasan.............................................................................................20

BAB V PENUTUP................................................................................................21

5.1 Kesimpulan..............................................................................................21

5.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Pre-eklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian
maternal. Preeklampsia dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
terjadi pada trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema,
hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di
atas 20 minggu. Pre-eklampsia dalam kehamilan menimbulkan dampak
bervariasi. Mulai dari yang ringan hingga berat, misalnya mengganggu
organ ginjal ibu hamil, menyebabkan hipoksia janin intrauteri, rendahnya
berat badan bayi ketika lahir, dan melahirkan sebelum waktunya. Kondisi
yang terjadi pada kasus pre-eklampsia perlu ditangani dengan tepat karena
pre-eklampsia mampu menimbulkan komplikasi yang serius pada ibu dan
janin yang berdampak pada kematian ibu dan janinnya.
Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK)
berupa pre-eklampsia dan eklampsia, dan penyakit infeksi. Lebih dari 25%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK.
Proporsi kejadian HDK tahun 2010 sebesar 21,5%, 2011 sebesar 24,7%,
2012 sebesar 26,9% dan kembali meningkat pada tahun 2013 sebesar
27,1% (Yudika, gito, dan Feranita, 2016).
Pre-eklamsia mempengaruhi 2-8% kehamilan di seluruh
dunia. Gangguan hipertensi pada kehamilan (termasuk pre-eklamsia)
adalah salah satu penyebab kematian paling umum akibat
kehamilan. Mereka mengakibatkan 46.900 kematian pada tahun 2015. Pre-
eklamsia biasanya terjadi setelah 32 minggu. Namun, jika terjadi lebih
awal, hal itu dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk. Wanita yang pernah
mengalami pre-eklampsia berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung
dan stroke di kemudian hari (Yudika, gito, dan Feranita, 2016).  
Sementara itu, hingga saat ini penyebab preeklampsia belum
diketahui secara pasti. Preeklampsia juga merupakan faktor penting
morbiditas dan mortalitas perinatal, karena berhubungan dengan kelahiran

1
prematur dan pembatasan pertumbuhan dalam rahim. Ada banyak faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia, seperti umur, paritas,
preeklampsia sebelumnya, riwayat keluarga preeklampsia, kehamilan
kembar, kondisi kesehatan sebelumnya seperti diabetes, hipertensi kronis,
penyakit autoimun, jarak kehamilan serta faktor lainnya. Beberapa ahli
menyampaikan obesitas juga dapat mempengaruhi pre-eklampsia.
Menurut Chapman (2006) Ibu Hamil dengan BB berlebih (obesitas) yaitu
yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) > 29 memiliki resiko terjadi
preeklampsia sebesar empat kali lipat dibandingkan dengan ibu hamil
dengan IMT normal. Obesitas merupakan status gizi lebih yang ditandai
dengan kenaikan berat badan yang melebihi berat badan normal. Obesitas
selain dapat menyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah juga
mempengaruhi kerja jantung, karena semakin gemuk seseorang maka
semakin banyak pula jumlah darah Akan tetapi yang terjadi di masyarakat
bukan hanya perempuan obesitas saja yang mengalami pre-eklampsia,
tetapi perempuan dengan indeks masa tubuh normal dalam kata lain
perempuan yang tidak mengalami obesitas juga banyak yang mengalami
preeklampsia (The Indonesian Journal of Health Science, 2018).
Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah dalam
pelayanan obstetri di Indonesia. penanganan preeklampsia di Indonesia
lebih banyak bersifat kuratif dibandingkan preventif. Upaya pencegahan
memelihara kesehatan ibu hamil agar tidak mengalami preeklampsi masih
minim, sehingga angka kejadiannya masih cukup tinggi yaitu 30%-40%
pada semua kehamilan di dunia. Beberapa hasil penelitian menyebutkan
bahwasalah satu penyebab potensial terjadinya pre-eklampsia adalah
asupan zat gizi yang tidak adekuat selama kehamilan, diantaranya protein,
dan zat antioksidan seperti vitamin C, dan vitamin E. Salah satu
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi
antioksidan. Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi
melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan melakukan
semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses
oksidasi radikal bebas.Vitamin C dan E merupakan antioksidan. Makanan
yang mengandung vitamin C dan E dapat menjaga keseimbangan radikal

2
bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Asupan vitamin C dan E
yang cukup pada ibu hamil diharapkan mampu mencegah terjadinya
defisiensi vitamin pada ibu hamil yang kemungkinan dapat menimbulkan
resiko terjadinya preeklampsia.
Berdasarkan latar belakang terebut, peneliti tertarik untuk
menganalisa pengaruh status gizi dengan kejadian pre-eklampsia pada ibu
hamil.
1.2 Rumusan masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang dapat
ditarik adalah “adakah hubungan status gizi ibu hamil terhadap pre-
eklampsia?”
1.3 Tujuan Umum dan Khusus.
1.1.1. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui tentang pengaruh gizi ibu hamil terhadap pre-
eklampsia pada ibu hamil.
1.1.2. Tujuan Khusus.
Untuk menganalisa dan mengetahui lebih dalam mengenai
preeklamsia pada ibu hamil, baik secara definisi, pathofisiologis,
penyebab, gejala, diagnosa dan penganganannya serta
penatalaksanaanya. Serta keterkaitannya dengan status gizi
perempuankonsumsi atau dihindari guna menurunkan resiko
terjadinya pre-eklampsia.
1.4 Manfaat.
Hasil pembahasan dimakalah ini diharapkan mampu memberikan
informasi kepada para pembaca terkhusus ibu hamil, terkait preeklamsia.
Sehubung dengan hal ini saya pun berharap dengan adanya makalah ini
mampu memberikan informasi pada ibu hamil untuk lebih memperhatikan
asupan gizinya serta segera konsultasikan pada bidan atau dokter yang ahli
dan berwenang, ketika mengalami tanda dan gejala dari pre-eklampsia.
Sehingga, dapat meminimalisir terjadinya hal yang lebih parah dan tidak
diinginkan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pre-eklampsia.
2.2.1 Definisi Preeklamsia.
Pre-eklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi di mana tekanan
darah ≥140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan jeda
waktu 4 jam, atau tekanan darah ≥160/100 mmHg pada pre-
eklampsia berat, yang disertai dengan proteinuria dengan atau
tanpa edema patologis. Jika tidak terdapat proteinuria, pre-
eklampsia tetap dapat didiagnosis apabila hipertensi disertai
kondisi patologis lain. Biasanya terjadi pada usia kehamilan 20
minggu ke atas dan biasanya sering terjadi pada kehamilan 37
minggu ataupun dapat terjadi segera sesudah persalinan. Pre-
eklampsia merupkan sindrom spesifik kehamilan yang terutama
berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme
dan aktivitas endotel, yang bermanifestasi dengan adanya
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Endah & Ety, 2016).
Pada kasus pre-eklampsia yang parah, dapat menimbulkan
komplikasi yang lain yaitu terdapat kerusakan sel darah
merah, jumlah trombosit darah yang rendah, gangguan fungsi hati,
disfungsi ginjal, pembengkakan, sesak napas karena cairan di paru-
paru  atau gangguan penglihatan. Pre-eklampsia meningkatkan
risiko hasil yang tidak diinginkan baik untuk ibu maupun
bayinya. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan kejang yang
disebut eklampsia (Bis, 2021).

4
2.2 Faktor Resiko Pre-eklampsia.
Ibu yang beresiko dapat mengalami pre-eklampsia, antara lain:
a. Ibu dengan riwayat pre-eklampsia.
b. Kehamilan pertama.
c. Memiliki riwayat penyakit lain, seperti DM, hipertensi, dan
lupus.
d. Usia ibu hamil > 40 tahun.
e. Jarak kehamilan > 10 tahun dari kehamilan sebelumnya.
f. Obesitas pada awal kehamilan.
g. Hamil kembar atau lebih.

2.3 Penyebab Pre-eklampsia.


Penyebab dari pre-eklamsia belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa pendapat dari hasil penelitian, terkait dengan
sejumlah faktor. Beberapa faktor ini meliputi, yaitu:
a. Adanya gangguan perkembangan pada plasenta (plasentasi
abnormal) yang disebabkan oleh masalah pada pembuluh
darah pemasok plasenta. Pada keadaan normal, plasenta
mendapatkan suplai darah yang banyak dan konstan untuk
mendukung perkembangan bayi dan memberikan oksigen yang
cukup melalui darah. Namun, pada kondisi pre-eklampsia,
plasenta didiagnosis tidak mendapatkan cukup darah. Hal ini
mengakibatkan suplai darah kepada bayi terganggu. Dari
berbagai sinyal dan substansi dari plasenta yang mengalami
gangguan ini lah menyebabkan tekanan darah pada ibu naik
(Jeffry Kristiawan, 2019).
b. Maladaptasi Imunologis.
Dimanan terdapat kegagalan respon imun maternal yang
secara langsung menyebabkan invansi tromboplastik dan
gangguan fungsi plasenta. Kegagalan respon imun ini menjadi
postulat yang menyebabkan berkurangnya Human leukocyte
antigent (HLA) G protein yang normalnya diproduksi untuk
membantu ibu mengenal komponen imunologi asing plasenta

5
atau berkurangnya formasi dari bloking antibody untuk
menekan atau imunoprotec dari imun asing plasenta (Bis,
2021).
c. Faktor makanan.
Ibu dengan gaya pola makanan yang tidak sehat seperti
sering konsumsi makanan kaleng, berdampak besar
kemungkinan mengalami pre-eklampsia, hal ini karena
makanan kaleng dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena mengandung natrium yang tinggi. Asupan
natrium yang meningkat menyebabkan jantung harus
memompa keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya
adalah hipertensi (Nunik, Dewi, & Sumarni, 2015).
Selain itu, ibu dengan kelebihan gizi/lemak obesitas juga
berdampak pada pre-eklampsia, ibu dengan kelebihan garam
(konsumsi garam berlebih), dan serta ibu yang malnutrisi.
d. Faktor lingkungan (seperti pekerjaan, pendidikan, dll).
e. Faktor genetik predisposisi.
f. Faktor media-vaskuler.
Adanya defek vaskuler menyebabkan penyakit seperti
diabetes mellitus, hipertensi kronik, penyakit gangguan
vaskuler, resistensi insulin dan obesitas menyebabkan perfusi
plasenta yang berkurang sehingga meningkatkan resiko
preeklamsia. Hal ini menjadi postulat berkembangnya
preeklamsia menjadi tiga cara yaitu: defective plasentation,
plasental ischemia, endothelial cell dysfunction. Teori yang
sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori
“iskemia plasenta”. Teori ini belum dapat menerangkan semua
hal yang bertalian dengan penyakit ini.
g. Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
h. Kerusakan pada sel-sel darah.

6
2.4 Pathofisiologi Preeklamsia.
Meskipun penyebab preeklampsia masih belum diketahui, bukti
manifestasi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa
perubahan patofisiologi tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan
dan akhirnya menjadi nyata secara klinis. Preeklampsia adalah gangguan
multisistem dengan etiologi komplek yang khusus terjadi selama
kehamilan.
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta.
Pada kehamilan normal, rahim, dan plasenta mendapatkan aliran
darah dari cabang-cabang arteri urterina dan arteri varika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus myometrium berupa arteri arkuata
dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis
memberi cabang arteri spinalis pada hamil normal, dengan sebab yang
belum jelas, terjadi invasi tropoblas ke dalam lapisan otot arteri spinalis,
yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spinalis. Invasi tropoblas juga memasuki jaringan sekitar
arteri spinalis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spinalis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spinalis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resisten vaskuler, dan peningkatan
aliran darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin
cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan
“remodeling arteri spinalis”.
Pada hipertensi kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel tropoblas pada
lapisan otot arteri spinalis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spinalis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spinalis tidak memungkingkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spinalis relatif mengalami vasokontriksi dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spinalis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan perubahan-perubahan yang dapat
menjelaskan pathogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya

7
Diameter rata-rata arteri spinalis pada kehamilan normal adalah 500
mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil
normal vasodilatasi lumen arteri spinalis dapat meningkatkan 10 kali
aliran darah ke uteroplasenta.
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, Dan Disfungsi Endotel
1) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi tropoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spinalis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia menghasilkan oksidan atau radikal
bebas. Radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau
atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran
sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada
manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil
dalam darah mungkin dahulu mungkin dianggap sebagai bahan
toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam
kehamilan disebut ”toksemia”. Radikal hidroksil merusak membran
sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak selain merusak dan protein sel
endotel. Produksi oksidan atau radikal bebas dalam tubuh yang
bersifat toksis, selalu diimbangi produksi antioksidan.
2) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan (HDK).
Pada HDK telah terbukti bahwa kadar oksigen, khusus nya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal Vitamin E
pada HDK menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksigen
peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan
yang sangat toksis ini beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah
dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih
mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak yang relatif

8
lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran
darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang
berubah menjadi peroksida lemak.
3) Disfungsi sel endotel.
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut “disfungsi endotel”
c. Teori Intoleransi Imunologik Antara Ibu dan Janin.
Konsep dari maternal fetal (paternal) maladaptasi imunologik
menjadi implikasi umum sebagai penyebab preeklampsia. Implantasi
fetoplasenta ke permukaan miometrium membutuhkan beberapa elemen
yaitu toleransi immunologik antara fetoplasenta dan maternal,
pertumbuhan trofoblas yang melakukan invasi kedalam lumen arteri
spiralis dan pembentukan sistem pertahanan imun. Komponen
fetoplasenta yang melakukan invasi ke miometrium melalui arteri
spiralis secara imunologik menimbulkan dampak adaptasi dan mal
adaptasi yang sangat penting dalam proses kehamilan.
Dampak adaptasi menyebabkan tidak terjadi penolakan hasil
konsepsi yang bersifat asing, hal ini disebabkan karena adanya Human
Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G) berperan penting dalam
modulasi sistem imun. HLA-G pada plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu dan
mempermudah invasi sel trofoblas ke jaringan desidua ibu. Sebaliknya
pada plasenta hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan HLA-G
yang kemungkinan menyebabkan terjadinya mal-adaptasi. Mal-adaptasi
diikuti dengan peningkatan rasio sel T yaitu Thelper 1 / Thelper 2
menyebabkan peningkatan produksi sitokin proinflamasi. Pada sel
Thelper1 menyebabkan peningkatan TNFα dan peningkatan INFy
sedangkan pada Thelper 2 menyebabkan peningkatan IL-6 dan
penurunan TGFB1. Peningkatan inflamasi sitokin menyebabkan

9
hipoksia plasenta sehingga hal ini membebaskan zat-zat toksis beredar
dalam sirkulasi darah ibu yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif.
Stress oksidatif bersamaan dengan zat toksis yang beredar dapat
merangsang terjadinya kerusakan pada sel pembuluh darah yang disebut
disfungsi endotel.
d. Teori Adaptasi Kardiovaskuler.
Pada kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-
bahan vasopressor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka
terhadap rangsangan bahan vasopressor atau dibutuhkan kadar
vasopressor lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokontriksi.
Pada kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopressor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan
bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopressor hilang bila diberi
prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang menghambat produksi
prostaglandin). Prostaglandin ini dikemudian hari ternyata adalah
prostasiklin. Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokontriksi dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopressor. Artinya, daya refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopressor hilang sehingga pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor
e. Teori Stimulus Inflamasi.
Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris tropoblas,
sebagai sisa-sisa proses apotosis dan nekrotik tropoblas, akibat reaksi
stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian
merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan normal,
jumlah debris tropoblas juga meningkat. Makin banyak sel tropoblas
plasenta, misalnya pada plasenta besar pada hamil ganda, maka stress
oksidatif sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris tropoblas juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi
dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi
pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel
endotel dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga

10
terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
preeklampsia pada ibu.
2.5 Klasifikasi Preeklampsia.
1. Preeklampsia Ringan.
 Tekanan sistolik 140-149 mmHg.
 Tekanan diastolik 90-99 mmHg.
 BB naik.
 Oedema di kaki dan muka.
 proteinuria lebih atau sama dengan 300 mg per liter dan 1+ atau 2+
pada dipstick, dan belum ditemukan gejala-gejala subyektif.
2. Preeklampsia Sedang.
 Tekana sistolik 150-159 mmHg.
 Tekanan diastolik 100-109 mmHg.
3. Preeklampsia Berat.
 Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg.
 Tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
 proteinuria 2 gram per liter atau≥ 2+ pada dipstick,
 oliguria < 400 ml/24 jam,
 kreatinin serum > 1,2 mg/dl,
 nyeri epigastrium,
 edema pulmonum,
 sakit kepala di daerah frontal,
 diplopia dan pandangan kabur, serta perdarahan retina.

2.6 Deteksi Dini Preeklamsia.


Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala.
Tekanan darah tinggi biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu
hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia
memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke bidan
maupun ke dokter. Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu
hamil dengan preeklamsia, antara lain:
a. Nyeri kepala.

11
b. Gangguan penglihatan (menjadi buram).
c. Nyeri perut kanan atas.
d. Mual dan muntah.
e. Produksi urin menurun.
f. Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
g. Gangguan fungsi hepar.
h. Sesak napas.
i. Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.

2.7 Diagnosis preeklamsia.


Diagnosis dari preeklamsia ditegakkan saat:
 Tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg atau bahkan lebih.
 Protein (+) pada urine.
Kriteria proteinuria pada preeklampsia yakni proteinuria ≥300 mg pada spesimen
urin 24 jam atau rasio protein/kreatin ≥0.3 atau nilai ≥1+ pada dipstick
protein urin. Sementara kondisi patologis lain yang juga dapat menjadi
kriteria diagnostik preeklampsia jika terdapat hipertensi tanpa proteinuria
adalah:
 Trombositopenia (<100.000/μL).
 Gangguan fungsi ginjal (level serum kreatinin >1.1 mg/dL atau
kenaikan level serum kreatinin dua kali lipat tanpa penyakit ginjal
lainnya).
 Gangguan fungsi hati (kenaikan level transaminase sekurang-kurangnya
dua kali nilai normal).
 Edema pulmoner.
 Gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, gangguan penglihatan,
kejang)
Kondisi patologis di atas juga merupakan tanda-tanda severitas pada suatu pre-
eklampsia atau dengan kata lain merupakan kriteria diagnostik pada pre-
eklampsia berat. Khusus untuk kasus kejang, pada ibu hamil dengan
preeklampsia, kejang yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain
disebut eklampsia. Eklampsia dianggap sebagai komplikasi preeklampsia

12
berat. Kejang pada eklampsia biasanya merupakan kejang grand-mal (kejang
tonik-klonik) yang ditandai dengan penurunan kesadaran dan kontraksi
otot yang hebat. Selanjutnya, USG dan kardiotokografi pada bayi juga
mungkin akan disarankan dokter untuk dilakukan guna mengetahui kondisi
janin.
2.8 Jurnal Ilmiah.
2.2.1 PENGARUH STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI
PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN.
Berdasarakan penelitian dari jurnal ini, didapatkan bahwa pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya:
1. Sebagian besar memiliki status gizi lebih.
2. Sebagian besar tidak mengalami preeklampsia.
3. Tidak ada pengaruh status gizi dengan kejadian preeklampsia.
2.2.2 DETERMINAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU
HAMIL DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang adalah umur ibu >35 tahun,
obesitas dan riwayat hipertensi. Variabel yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian preeklampsia adalah riwayat
hipertensi ibu. Adapun saran yang dapat diberikan sebagai upaya
dalam menurunkan angka kejadian preeklampsia yaitu:
1. Diharapkan kepada instansi terkait untuk meningkatkan
keterampilan tenaga kesehatan melalui upaya pelatihan di
tingkat dasar serta pelayanan antenatal yang optimal terhadap
ibu hamil yang berisiko preeklampsia. Pelayanan antenatal
dinilai berkualitas apabila pelayanan tersebut telah memenuhi
standar yang telah ditetapkan yaitu 14 T.
2. Diharapkan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan (ANC) secara rutin agar dapat mendeteksi secara dini
faktor risiko preeklampsia dan menjaga berat badan dengan cara

13
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung serat,
istirahat yang cukup serta olah raga bagi ibu hamil.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan
penelitian lanjutan terkait dengan faktor risiko preeklampsia
pada ibu hamil dengan menggunakan faktor-faktor lain yang
belum diteliti dalam penelitian ini dan diharapkan juga untuk
menggunakan data primer serta
2.2.1 HUBUNGAN ANTARA JARAK KEHAMILAN DAN
STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI PADA
IBU HAMIL DI RS AURA SYIFA KABUPATEN KEDIRI
TAHUN 2015.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari jurnal tersebut adalah :
1. Jarak kehamilan pada ibu hamil di RS Aura Syifa Kabupaten
Kediri Tahun 2015 sebagian besar mengalami jarak kehamilan
ideal.
2. Status gizi pada ibu hamil di RS Aura Syifa Kabupaten Kediri
Tahun 2015 hampir seluruhnyamengalami status gizi normal
3. Kejadian preeklamsi pada ibu hamil di RS Aura Syifa
Kabupaten Kediri Tahun 2015 sebagian besar tidak
preeklamsi.
4. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian
preeklamsi di RS Aura Syifa Kabupaten Kediri Tahun 2015
dengan kekuatan hubungan kategori cukup dan arah hubungan
positif .
5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian preeklamsi di
RS Aura Syifa Kabupaten Kediri Tahun 2015 dengan kekuatan
hubungan kategori sangat lemah dan arah hubungan positif.

2.9 Upaya pencegahan Pre-eklampsia.


Pre-eklampsia terkadang tidak disertai dengan gejala tertentu, Pre-
eklampsia sulit untuk dicegah karena sampai saat ini belum diketahui
secara jelas penyebab pastinya, maka ibu hamil perlu rutin mengecek
tekanan darahnya dan melakukan pemeriksaan secara teratur. Sebagai

14
salah satu cara efektif yang bisa dilakukan ibu untuk mencegah
terjadinya preeklampsia. Tes yang dilakukan untuk memastikan adanya
tanda preeklampsia adalah :
 Cek tensi.
 Tes darah.
 Pemeriksaan urine.
 USG janin dalam kandungan.
Adapun beberapa asupan yang perlu ibu konsumsi dan diperhatikan, untuk
mencegah terjadinya preeklampsia, yaitu :
1. Mengurangi garam tambahan dalam makanan.
2. Menghindari konsumsi makanan yang digoreng.
3. Memperbanyak konsumsi air putih, dengan minum 8-10 gelas air/hari.
4. Istirahat yang cukup.
5. Berolahraga secara teratur
6. Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan kafein.
7. Manipulasi diet.
Selain itu, minimal ibu mengkonsumsi 2-3 porsi sayuran dalam sehari, minimal 2
porsi buah-buahan, dan minimal 2-3 porsi sumber protein seperti daging
tanpa lemak, ikan, telur dan unggas. Dan juga protein nabati yaitu tahu,
tempe, dan kacang-kacangan.
2.10 Gizi pada Ibu hamil Pre-eklampsia
1. Suplementasi kalsium.
WHO merekomendasikan pemberian kalsium rutin sebanyak
1500-2000 mg elemen kalsium perhari, terbagi menjadi 3 dosis
(dianjurkan dikonsumsi mengikuti waktu makan). Lama konsumsi
adalah semenjak kehamilan 20 minggu hingga akhir kehamilan.
Pemberian kalsium dianjurkan untuk ibu hamil terutama dengan
risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi pada kehamilan dan daerah
dengan asupan kalsium yang rendah. Studi dari Khaing juga
menyatakan bahwa suplemen kalsium dapat digunakan untuk
pencegahan preeklampsia.

15
2. Sumplementasi vitamin D.
Institute of Medicine (IOM) dan ACOG merekomendasikan
suplemen vitamin D 600 IU perhari untuk ibu hamil guna
mendukung metabolisme tulang ibu dan janin. Dan dosis 1000-2000
IU per hari untuk kasus defisiensi vitamin D. Namun paparan sinar
matahari mungkin lebih terkait kuat dengan tingkat vitamin D
dibandingkan dengan asupan vitamin D oral. Pemberian vitamin D
sejak awal kehamilan bisa mengurangi risiko preeklampsia dan
defisiensi vitamin D meningkatkan risiko preeklampsia (Bodnar &
achkar).
3. Antioksidan.
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi antioksidan. Antioksidan merupakan sebutan untuk
zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan
sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas.Vitamin C dan E
merupakan antioksidan. Makanan yang mengandung vitamin C dan
E dapat menjaga keseimbangan radikal bebas dan antioksidan di
dalam tubuh. Asupan vitamin C dan E yang cukup pada ibu hamil
diharapkan mampu mencegah terjadinya defisiensi vitamin pada ibu
hamil yang kemungkinan dapat menimbulkan resiko terjadinya
preeklampsia.
4. Agen Antitrombotik (aspirin dosis rendah).
Dengan aspirin dosis rendah yaitu dalam dosis oral 50 hingga 150
mg/hari, aspirin secara efektif menghambat biosintesan A2 dalam
trombosit dengan efek minimal pada produksi prostlasiklin vaskuler.
Berdasarkan penelitian Paris Collaborative Group untuk perempuan
yang mendapatkan aspirin, risiko relatif preeklampsia menurun
secara bermakna sebesar 10% untuk terjadinya preeklampsia. Karena
manfaat marginal ini, menggunakan aspirin dosis rendah yang
disesuaikan bagi tiap individu untuk mencegah berulangnya
preeklampsia.

16
BAB III
METODOLOGI

3.1 Subjek.
Berdasarkan studi literatur yang saya lakukan, penulisan pada
makalah ini bersifat deskriptif analisis yang di tujukan kepada ibu hamil,
terhadap resiko pre-eklampsia kehamilan. Studi literatur ini di dasari
karena, kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK)
berupa pre-eklampsia dan eklampsia, dan penyakit infeksi. Lebih dari 25%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK.
Proporsi kejadian HDK tahun 2010 sebesar 21,5%, 2011 sebesar 24,7%,
2012 sebesar 26,9% dan kembali meningkat pada tahun 2013 sebesar
27,1% (Yudika, gito, dan Feranita, 2016).
Pre-eklamsia mempengaruhi 2-8% kehamilan di seluruh
dunia. Gangguan hipertensi pada kehamilan (termasuk pre-eklamsia)
adalah salah satu penyebab kematian paling umum akibat
kehamilan. Mereka mengakibatkan 46.900 kematian pada tahun 2015. 
Pre-eklamsia biasanya terjadi setelah 32 minggu. Namun, jika terjadi lebih
awal, hal itu dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk. Wanita yang pernah
mengalami pre-eklampsia berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung
dan stroke di kemudian hari.
Penulisan metode deskriptif analisis adalah metode atau cara dalam
suatu pemecahan Permasalahan Gizi dalam Siklus Perempuan (Bahaya
Preeklampsia pada Ibu Hamil) dengan cara mendeskripsikan, menjelaskan,
dan menganalisis situasi dan kondisi dari sudut pandang penulis,
berdasarkan hasil pustaka yang menunjang (studi literatur).
3.2 Permasalahan.
Topik permasalah yang dibahas adalah pengaruh gizi ibu hamil
terhadap bahaya pre-eklampsia.

17
3.3 Alat dan Bahan.
Soup Ikan salmon.
Ikan salmon adalah ikan kaya antioksidan yang mampu membantu
menurunkan resiko preeklampsia, dikreasikan dengan wortel yang juga
memiliki kandungan antioksidan dan olahan daging sebagai sumber
protein hewani yaitu bakso. Soup ikan salmon baik untuk menunjang
perkembangan janin dalam kandungan. Manfaat dari soup ikan salmon,
Yaitu :
1. Ikan salmon mengandung asam lemak omega 3 yang sangat
diperlukan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh kita
sendiri. Oleh karena itulah kandungan ini dapat mencukupi kebutuhan
asam lemak dalam tubuh untuk menunjang perkembangan otak janin.
2. Terdapat DHA berfungsi untuk mengantarkan rangsangan dari saraf
menuju ke otak, hal ini mencegah terjadinya kebutaan pada janin dan
juga berperan mencegah keguguran.
3. EPA berperan untuk pembentukan sel darah dan organ jantung, selain
itu, EPA juga berfungsi melancarkan sirkulasi darah tubuh, hal ini
mampu mencegah hipertensi.
4. Protein dan vitamin yang ada dalam ikan salmon berperan dalam
pertumbuhan otot janin dan meningkatkan sistem imun, sebagai
sumber energi, mengatur pertumbuhan hormon, serta membantu
pembentukan sel.
5. Antioksidan pada ikan salmon bermanfaat untuk menjaga kehamilan
tetap sehat sampai proses melahirkan, serta membantu tubuh
mengeluarkan racun.
6. Asam amino dalam ikan salmon membantu pembentukan sel darah
merah dan putih, hal ini membantu ibu terhindar dari anemia.
Cara memilih ikan salmon yang baik adalah pilih ikan salmon yang segar
dengan daging yang berwarna cerah dan tidak pucat. Garis-garis pada
daging terlihat jelas, tidak berbau menyengat, teksturnya segar dan tidak
mudah hancur. Pastikan kita tahu habitat ikan salmon yang akan
dikonsumsi, habitat salmon akan menentukan kandungan dalam
dagingnya.

18
Berikut adalah alat dan bahan yang diburuhkan untuk memasak olahan
ikan salmon menjadi soup :
a. Alat.
 Pisau.
 Wajan.
 Kompor.
 Panci.
 Cobek.
 Spatula.
 Penyaring
 Sendok.
 Mangkuk.
 Gas.
 Papan iris.
b. Bahan.
 500 gr ikan salmon.
 2 buah wortel iris dadu.
 2 helai daun bawang iris.
 2 helai seledri.

19
 2 buah tomat iris dadu.
 ½ buah bawang bombas iris
 Garam (secukupnya).
 Kaldu jamur totole (secukupnya)
 ½ buah jeruk nipis (untuk marinasi).
 1 sdm olive oil
 5 siung bawang putih.
 3 siung bawang merah
 ½ sdt merica.
 1 cm jahe
 pala
3.4 Prosedur.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memasak soup salmon, yaitu :
1. Cuci bersih salmon marinasi dengan sedikit garam dan jeruk.
2. Diamkan ± 24 jam atau minimal 1 jam (agar tidak amis).
3. Nyalakan api sedang, tumis bumbu halus dengan olive oil hingga
matang.
4. Masukkan air, lalu tunggu sebentar hingga air agak mendidih.
5. Masukkan wortel dan bakso, tunggu hingga wortel empuk.
6. Lalu masukkan bawang bombay dan ikan salmon.
7. Lalu masukkan daun bawang, garam, gula, tomat, dan seledri.
8. Soup diap dihidangkan.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil studi literatur.


Preeklamsia dapat dicegah dengan mengkonsumsi antioksidan
yang mampu mencegah terjadinya radikal bebas didalam tubuh, dengan
soup ikan salmon yang kaya akan antioksidan ini diharapkan mampu
membantu menurunkan resiko pre-eklampsia.
4.2 Pembahasan.
Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau
mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang
dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang
dapat merusak sel. Antioksidan seperti tiol atau asam askorbat (vitamin C)
mengakhiri reaksi berantai ini. Untuk menjaga keseimbangan tingkat
oksidasi, tumbuhan dan hewan memiliki suatu sistem yang kompleks dari
tumpangsuh antioksidan, seperti glutation dan enzim (misalnya: katalase
dan superoksida dismutase) yang diproduksi secara internal atau dapat
diperoleh dari asupan vitamin C, vitamin A dan vitamin E. Antioksidan
juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang
melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika
berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal
dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Radikal
bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak
berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul
biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan
sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan
kerusakan protein dan DNA, kanker, pre-eklamsia pada ibu hamil,
penuaan, dan komplikasi lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-
senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada
tumbuh -tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal

21
bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara
lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari pertayaan rumusan masalah
“Adakah pengaruh status gizi ibu hamil terhadap bahaya pre-elampsia?”
jawabannya ada, karena berdasarkan dari beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa salah satu penyebab potensial terjadinya pre-
eklampsia adalah asupan zat gizi yang tidak adekuat selama kehamilan,
diantaranya protein, dan zat antioksidan seperti vitamin C, dan vitamin E.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi
antioksidan. Dengan kecukupan gizi antioksidan pada ibu hamil, menjadi
upaya preventiv ibu hamil terserang pre-eklampsia.
5.2 Saran.
Pre-eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang harus diwaspadai
oleh ibu hamil, karna memiliki dampak kematian pada ibu dan janin, hal
ini akan mempengaruhi AKI dan AKB di Indonesia. Maka oleh karena itu,
ibu hamil perlu rutin ANC, mengatur asupan yang perlu dikonsumsi
jangan lupa untuk memperhatikan kandungan yang terdapat dalam
makanan yang hendak dimakan karena hal ini akan mempengaru
perkembangan kehamilan ibu dan juga kesehatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Indah, N., & Ety, A. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Penelitian Ilmu
Kebidanan, 5(5), 55.

Setyawati, A., Restuning, W., & Ermiati. (2018). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Preeklamsia di Indonesia. Jurnal Perawat Indonesia,
2(1), 32 – 40.

Gustri, Y., Rico, J., & Feranita, U. (2016). Determinan Kejadian Preeklamsia pada
Ibu Hamil di RSUD Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, , 7(3):209-217.

Bis, N.2021. Pre-eklampsia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Pre-eclampsia


(diakses tanggal 25 April 2021)

Redaksi, Halodoc. 2019. Preeklamsia.


https://www.halodoc.com/kesehatan/preeklamsia (diakses tanggal 22
November 2019)

Khairani, Y. 2017. Preeklampsia. https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-


dan-ginekologi/preeklampsia (diakses tahun 2017)

Ainun, N., dkk. 2020. Hubungan Riwayat Preeklampsia dengan kejadian


Preeklampsia pada Ibu Hamil. Jurnal Mutu Pelayanan Kebidanan, 1-2.
https://osf.io/dv4k3/download/?format=pdf#:~:text=Tabel%201.%20klasifikasi
%20Preeklampsia%20Ringan,berat%20dapat%20memicu%20terjadinya
%20eklampsia.

Benedicto, A. 2018. Sayangi Janin dengan Mencegah Preeklamsia Menjadi


Eklamsia. https://www.alodokter.com/sayangi-janin-dengan-mencegah-
preeklamsia-menjadi-eklamsia (diakses tanggal 13 September 2018).

Handayani, E. 2019. Definisi Pre-eklampsia. Jogja:poltekes jogjakarta.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2187/3/BAB%20II.pdf (diakses tahun 2019)

24
Anggraini, D,F., & Anggasari, Y. (2018). Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian
Pre-eklampsia Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Sidotopo Wetan. The
Indonesian Journal Of sains, 10(2), 94.
http://repository.unusa.ac.id/5610/4/Pengaruh%20Status%20Gizi%20Dengan
%20Kejadian%20Preeklampsia%20Ibu%20Hamil%20Trimester%20III%20Di
%20Puskesmas%20Sidotopo%20Wetan.pdf

Elim, C. 2019. 5 Daftar Makanan yang Disarankan dan Dihindari Bagi Ibu Hamil
Pre-eklampsia. https://womantalk-com.cdn.amproject.org (diakses tanggal 26
Juli 2019).

Wikipedia, 2020. Antioksidan. https://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan (diakses


tanggal 12 maret 2020)

25

Anda mungkin juga menyukai