Anda di halaman 1dari 10

MODUL 1

PEMANFAATAN LIMBAH KALENG MINUMAN DALAM PEMBUATAN PADATAN


TAWAS (ALUM), KAl(SO4)2.12H2O

Hari / Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021

Waktu : 08.00 – 11.00 WIB

I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mensintesis Padatan Tawas (Alum) pada Limbah Kaleng Minuman.
- Menghitung Persen yield Padatan Alum Hasil Sintesis.

II. TEORI DASAR

Persoalan yang terjadi pada lingkungan, seperti pencemaran hampir selalu disebabkan oleh
ulah manusia dan kegiatan produksi yang dilakukan secara tidak bertanggung jawab. Kedua
aktivitas tersebut merupakan sumber pencemaran lingkungan karena menggunakan dan
menghasilkan zat atau bahan yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang (Nurhasmawaty,
2004). Selain menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi, kegiatan produksi juga
akan menghasilkan limbah sebagai hasil sampingannya, baik dalam bentuk limbah padat, cair
maupun gas (Manurung dan Ayuningtyas, 2010). Meningkatnya jumlah dan aktivitas
penduduk di wilayah perkotaan menyebabkan semakin meningkatnya volume sampah
(Busyairi., et al, 2018). Limbah yang dihasilkan menyebabkan pencemaran lingkungan
meliputi pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara.

Saat ini, banyak ditemukan berbagai jenis limbah. Salah satu limbah yang sering dijumpai
yang limbah tidak dapat diuraikan, walaupun bisa pasti membutuhkan waktu hingga ratusan
tahun. Limbah yang tidak dapat diuraikan tersebut disebut dengan limbah anorganik. Limbah
anorganik merupakan limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati, baik berupa
produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang atau sumber daya
alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam (Marliani, 2014). Contoh limbah anorganik yaitu
plastik, kaleng, botol, dan karet.

Limbah-limbah tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja karena lama kelamaan pasti akan
mencemari lingkungan. Untuk itu, diperlukan upaya penanganan yang tepat untuk mengolah
limbah-limbah anorganik tersebut agar dapat dimanfaatkan kembali. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengurangi jumlah limbah anorganik yaitu dengan proses daur ulang,
contohnya pada limbah kaleng minuman. Sebagian besar kaleng minuman mengandung unsur
aluminium. Hal ini dapat dilihat dari sifat tahan korosi, ringan, dan mudah di dapat yang
merupakan ciri-ciri dari aluminium, sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku
kaleng. Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah
menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant (Manurung dan
Ayuningtyas, 2010). Secara kasar, 60% kaleng minuman soda terbuat dari aluminium yang
baru (bijih besi bauksit yang baru ditambang), sedangkan 40% sisanya terbuat dari daur ulang
(Purnawan., et al, 2014). Terdapat korelasi antara jumlah kandung aluminium dengan jumlah
tawas yang dihasilkan. Makin besar kandungan aluminiumnya makin banyak tawas yang
dihasilkan (Manurung dan Ayuningtyas, 2010). Akan tetapi, proses pembuatan tawas dari
limbah kaleng bekas ini membutuhkan bahan tambahan yaitu KOH dan aluminium sulfat.
(Syaiful., et al, 2014).

Aluminium (Al) sendiri merupakan logam golongan IIIA, di alam ditemukan sebagai
aluminosilikat di kerak bumi, dan jumlahnya lebih melimpah daripada besi (Hasmawati, 2017).
Aluminium merupakan logam berwarna putih, dalam bentuk serbuk berwarna abu-abu, liat,
dan dapat ditempa. Melebur pada suhu 659 °C. Teroksidasi pada permukaan bila terkena udara,
tetapi kemudian lapisan oksida ini melindungi objek bagian dalam dari oksidasi lebih lanjut.
Mudah larut dalam asam klorida encer namun pelarutan lebih lambat dalam asam (Fitri, 2017).
Logam aluminium memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut yaitu memiliki bobot
yang lebih ringan dari pada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak beracun, dapat menahan
masuknya gas, mempunyai konduktivitas yang baik dan dapat di daur ulang (Fitri, 2017).

Kandungan aluminium dapat pula diperoleh dari tutup limbah kaleng minuman ringan.
Tutup limbah kaleng minuman ringan mengandung maksimum 90% aluminium, yang dapat
digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan koagulan (Fitri, 2017). Koagulan yang dapat
digunakan salah satunya adalah tawas. Tawas sebagai garam logam, akan bereaksi dengan
alkalinitas di dalam air untuk menghasilkan flok hidroksida logam yang tidak larut yang akan
menggabungkan partikel koloid. Selain itu, 15 tawas sering digunakan karena murah, mudah
diperoleh, dan mudah pula dalam penyimpanan ataupun pengangkutan (Putra., et al, 2009).

Tawas merupakan senyawa aluminium sulfat yang berfase padat dengan nama lain alum,
alum padat, dan aluminium alum. Senyawa tawas umumnya terdiri dari garam rangkap sulfat
(SO42-). Dalam kehidupan sehari-hari, tawas digunakan sebagai agen penjernih air dengan
mengendapkan kontaminan. Dalam air, senyawa tawas akan larut sempurna melepaskan kation
aluminium, Al3+ dan anion SO42- . Kation dan anion tersebutlah yang berperan menetralkan
muatan pada permukaan partikel tersuspensi sehingga pengendapan bisa segera terjadi. Tawas
dalam kehidupan sehari-hari biasa dikenal dengan nama KAl(SO4)2.12H2O, biasa digunakan
sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan, alum sulfat
sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun
suspensi. Kalium aluminium sulfat dodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus
(KAl(SO4)2.12H2O) digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah dan bahan
pemadam api (Fitri, 2017).

Reaksi pembentukan tawas dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu pembentukan ion
aluminat.

2Al(s) + 2KOH(aq) + 6H2O(l) → 2KAl(OH)4(aq) + 3H2(g) (2.1)

Reaksi pembentukan senyawa alum melalui penambahan asam sulfat pada filtrat produk reaksi
tahap 1 dimulai dengan reaksi pembentukan aluminium hidroksida.

2KAl(OH)4(aq) + H2SO2(aq) → 2Al(OH)3(s) + 2H2O(l) + K2SO4(aq) (2.2)

Al(OH)3 merupakan padatan tebal yang berwarna putih seperti agar-agar. Namun ketika
penambahan larutan asam sulfat berlebih akan melarutkan Al(OH) 3 menjadi ion Al3+. Reaksi
sempurnanya adalah sebagai berikut.

2 Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l) (2.3)

Didalam larutan pada reaksi 2.3, mengandung ion Al3+, ion K+ dan ion SO42- yang nantinya
akan membentuk hidrat alum: KAl(SO4)2 .12H2O. Untuk mendapatkan padatan alum, larutan
pada reaksi-3 didinginkan didalam air es dan guna mempercepat proses pembentukan kristal
dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit ‘seed crystal’

K2SO4 + Al2SO3 + 24H2O → KAl(SO4)2 .12H2O (2.4)

III. ALAT DAN BAHAN


Bahan kimia yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu kaleng aluminium bekas
minuman, larutan KOH 1.4M, larutan H2SO4 9M, alkohol 50%, serta kertas saring.
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu gelas kimia 250 mL, hot plate, gelas
erlenmeyer 125 mL, corong kaca dan corong bucher, batang pengaduk, dan pompa vakum.

IV. SKEMA KERJA

Kaleng bekas minuman

• Dipotong dan dibuang bagian atas dan


bawahnya
• Kaleng dipotong secara vertikal sehingga
diperoleh lembar persegipanjang alumunium

Lembar aluminium ukuran


6x6

• Al dibersihkan kedua sisinya dengan kertas


amplas
• Al ditimbang menggunakan analytical balance
hingga menapai ± 1 gram.
• Al dipotong kecil-kecil dan ditempatkan di
gelas kimia 250 mL

Gelas kimia berisi potongan


sampel Al

• Ditambahkan 50 Ml KOH 1,4 M.


• Proses pencampuran dilakukan di dalam
lemari asam.
Campuran dipanaskan di
atas hotplate

• Campuran diaduk perlahan-lahan hingga


sampel padatan larut.
• Proses pemanasan dilakukan selama ± 20
menit hingga Al larut dalam KOH

Cincin panahan corong


yang telah terpasang pada
statif disiapkan

• Kertas saring ditempatkan pada corong.


• Larutan disaring pada (f) dan tamping
filtratnya pada Erlenmeyer 125 mL.
• Larutan didalam Erlenmeyer harus jernih dan
tak berwarna.

Filtrat didinginkan

• Sambil menunggu dingin, corong kaca dan


gelas kimia dibersihkan dengan air agar tidak
ada KOH yang menempel pada dinding kaca
bagian dalam.
• Air cucian juga ikut disaring.

Ditambahkan 20 mL H2SO4
9M

• Larutan diaduk perlahan-lahan.


• Ketika terbentuk padatan putih berbentuk
pasta, Erlenmeyer dipanaskan di atas hotplate
sambil diaduk hingga padatan larut kembali.

Batu es disiapkan dan


diletakkan di gelas kimia
1000 mL

• Ditambahkan air secukupnya.


• Erlenmeyer yang berisi larutan Al3+ yang
sudah dingin dimasukkan kedalam air es.
• Ditunggu hingga ± 5 menit.
Jika kristal alum belum
terbentuk, dinding sebelah
dalam Erlenmeyer digoreskan
dengan batang pengaduk

Langkah ini dilakukan untuk memberi tempat


mulainya proses kristalisasi.

Pada tabung reaksi


ditambahkan 50 mL campuran
alkohol 50%

• Tabung reaksi ditempatkan di dalam air dingin.


• Pembekuan kristal ditunggu hingga ± 10 menit.

Padatan alum disaring


menggunakan corong
Buchner

Pastikan didalam corong Buchner telah ditempatkan


kertas saring dan corong Buchner telah tersambung
dengan pompa vakum.

Kristal yang terbentuk dan


larutan yang ada di
Erlenmeyer dituangkan ke
corong Buchner

• Pastikan didalam corong Buchner telah


ditempatkan kertas saring dan corong Buchner
telah tersambung dengan pompa vakum.
• Erlenmeyer dicuci dengan campuran alcohol
50%.
• Dituangkan 10 mL ke dalam Erlenmeyer dan
tuangkan larutan cucian kecorong bucher
Padatan alum disimpan di
dalam desikator

Sampel dibiarkan selama satu minggu hingga benar-


benar kering

Padatan alum yang


dihasilkan ditimbang dan
dihitung persen yieldnya

V. DAFTAR PUSTAKA
Busyairi, Muhammad., Edhi Sarwono., dan Arum Priharyati. (2018). Pemanfaatan Aluminium
dari Limbah Kaleng Bekas sebagai Bahan Baku Koagulan untuk Pengolahan Air Asam
Tambang, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 10(1), 16-17.
Fitri, Nurul. (2017). Sintesis Kristal Tawas [KAl(SO4)2 .12H2O] dari Limbah Kaleng Bekas
Minuman, Skripsi. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.
Hasmawati. (2017). Pemanfaatan Tawas Sintetik dari Kaleng Bekas sebagai Koagulan Pada
Air, Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Manurung, Manuntun., dan Irma Fitria Ayuningtyas. (2010). Kandungan Aluminium dalam
Kaleng Bekas dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Tawas, Jurnal Kimia, 4(2), 180-
181.
Marliani, N. (2014). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) sebagai
Bentuk Implementasi dari Pendidikan Lingkungan Hidup, Jurnal Formatif, 4(2), 124-132.
Muttaqin. (2021). Panduan Praktikum Anorganik 1: Kimia Unsur Golongan Utama. Jakarta
Selatan: Universitas Pertamina.
Nurhasmawaty, P. (2004). Pengaruh Bahan-bahan Kimia Buangan Industri Terhadap
Lingkungan, Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Purnawan, Irfan., dan Riski Budi Ramadhani. (2014). Pengaruh Konsentrasi KOH pada
Pembuatan Tawas dari Kaleng Aluminium Bekas, Jurnal Teknologi, 6(2).
Putra, Sugili., et al. (2009). Optimasi Tawas Dan Kapur Untuk Koagulasi Air Keruh Dengan
Penanda I-131, STTN-Batan, 699-705.
Syaiful, M., Anugrah Intan Jn., dan Danny Andriawan. (2014). Efektivitas Alum dari Kaleng
Minuman Bekas Sebagai Koagulan Untuk Penjernihan Air, Jurnal Teknik Kimia, 20(40),
39-45.

VI. INDEX
A. Aluminium
Nama : Aluminium
Rumus molekul : Al
Berat molekul : 26.98 g/mol
No-CAS : 7429-90-5
Bentuk : Padatan atau bubuk kristal
Warna : Perak - abu-abu
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
Titik lebur : 660 °C
Titik didih : 2467 °C pada 760 mmHg
Densitas : 2,7020 g/cm3
B. Larutan Kalium Hidroksida
Nama : Kalium Hidroksida
Rumus molekul : KOH
Berat molekul : 56.1 g/mol
No-CAS Air : 7732-18-5
No-CAS KOH : 1310-58-3
Kadar air : 63,1%
Kadar KOH : 36,9%
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
Bau : Tidak berbau
pH : 14 (dalam H₂O pada 20 °C)
Titik nyala : 7 °C
Densitas : 0.93 g/cm3 pada 20 °C
C. Asam Sulfat 9 M
Nama : Asam Sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,08 g/mol
No-CAS : 7664-93-9
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna pada keadaan murni; kuning-coklat pada keadaan
tidak murni
Bau : Tidak berbau
pH :<1
Titik lebur : 10 °C
Titik didih : 288 °C
Tekanan uap : < 1 hPa pada 20 °C
Densitas : 1840 kg/m³
Densitas relatif : 1,8
D. Alkohol 50%
Nama : Alkohol 50%
Rumus molekul :-
Berat molekul : 46.07 g/mol
No-CAS air : 7732-18-5
No-CAS Ethanol : 64-17-5
No-CAS 2-Propanol : 67-63-0
No-CAS Methanol : 67-56-1
Kadar air : 66,39%
kadar etanol : 30.25 %
Kadar 2-propanol : 1.68 %
Kadar metanol : 1.68 %
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Bau alkohol
Titik nyala : 24 °C
Tekanan uap : 59 hPa
Densitas : 0.95 g/cm3
Viskositas kinematik : 2.9 cSt

Anda mungkin juga menyukai