Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan sepeda motor di Indonesia

Sepeda motor adalah salah satu kendaraan yang paling banyak di gunakan oleh pengendara khususnya
di Indonesia. Daya beli masyarakat yang tinggi terhadap kendaraan ini membuat jalanan makin padat
dengan kendaraan roda dua ini.

Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh sebuah mesin. Sepeda motor
merupakan pengembangan dari sepeda konvensional yang lebih dahulu ditemukan. Pada tahun 1868,
Michaux ex Cie, suatu perusahaan pertama di dunia yang memproduksi sepeda dalam skala besar, mulai
mengembangkan mesin uap sebagai tenaga penggerak sepeda. Namun usaha tersebut masih belum
berhasil dan kemudian dilanjutkan oleh Edward Butler, seorang penemu asal Inggris. Butler membuat
kendaraan roda tiga dengan suatu motor melalui pembakaran dalam. Sejak penemuan tersebut,
semakin banyak dilakukan percobaan untuk membuat motor dan mobil. Salah satunya dilakukan oleh
Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach dari Jerman.

Kedua penemu tersebut bertemu ketika bekerja bersama di Deutz-AG-Gasmotorenfabrik, produsen


mesin stasioner terbesar pada tahun 1872. Pemilik Deutz-AG-Gasmotorenfabrik yang bernama Nikolaus
Otto berhasil membuat mesin empat langkah atau yang disebut juga mesin empat tak dan penemuan
tersebut dipatenkan pada tahun 1877. Walaupun mesin empat tak tersebut masih terlalu sederhana dan
kurang efisien, tetapi mesin tersebut diharapkan dapat menggantikan mesin uap. Pada tahun 1880,
Daimler dan Maybach dipecat dari perusahaan tersebut dan keduanya mendirikan sebuah bengkel di
Stuttgart. Pada tahun 1885, keduanya menciptakan karburator untuk mencampur bensin dan udara
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin empat tak ciptaan Otto. Mereka mengembangkan
mesin empat tak tersebut menjadi silinder 100 cc dan meletakkan mesin tersebut pada sebuah sepeda
kayu. Sepeda kayu bermesin tersebut disebut sebagai Reitwagen ("riding car") dan menjadi sepeda
motor pertama di dunia.

Sepeda Motor di Indonesia pertama kali masuk pada Tahun 1893 dimiliki oleh seorang berkebangsaan
Belanda (J.C Potter). Saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Motor pertama yang tiba di
Indonesia bermerek Hildebrand und Wolfmüller dan berasal dari Jerman. Dalam buku Kreta Setan (de
duivelswagen), Autopioniers van Insulinde, F.F. Habnit, moesson reeks, 1977, disebutkan Potter
memesan langsung motor tersebut dari Jerman.

Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, roda belakang
digerakkan secara langsung oleh kruk as (crankshaft). Sepeda motor itu belum dilengkapi persnelingnya,
belum memakai magnet, aki (accu), koil, dan kabel-kabel listrik. Sepeda motor itu menyandang mesin
dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20
menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.

Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter.
Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan
berkarat. Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu
direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian
sepeda motor antik itu diboyong ke museum lalu lintas di Surabaya, yang kini tidak diketahui lagi di
mana lokasinya.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah sepeda motor pun terus bertambah dan beragam. Berbagai
merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian,
King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di
Indonesia ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu
dari tahun 1916 sampai 1926.

Pada masa itu, di negeri ini juga hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga
baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik itu juga digunakan
untuk menarik wagon penumpang. Sepeda motor lain yang juga digunakan untuk menarik wagon adalah
sepeda motor Minerva buatan Belgia.

Kemudian pada awal tahun 1960-an, mulai masuk pula skuter Vespa, yang disusul dengan skuter
Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Honda,
Suzuki, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki.

Semakin berkembangnya sepeda motor yang masuk ke Indonesia , hobi dan minat masyarakat untuk
memiliki sepeda motor pun beragam. Ada yang menggunakan sepeda motor untuk bekerja atau pergi ke
sekolah, namun ada juga yang memiliki sepeda motor untuk mencari teman dengan menjadi anggota
klub motor.

Setiap tahun pembelian dan permintaan sepeda motor selalu mengalami peningkatan. Jika di tinjau dari
segi ekonomi, daya beli masyarakat yang tinggi terhadap suatu barang seperti halnya terhadap sepeda
motor akan mempengaruhi faktor sosial. Sepeda motor khususnya di perkotaan menjadi kendaraan
yang sangat praktis dan efisien jika di lihat dari biaya transportasi lebih murah dan waktu tempuh yang
bisa lebih cepat sampai ke tujuan.

Dampak sosial dari banyaknya kepemilikan sepeda motor akan berpengaruh kepada sistem transportasi.
Berbagai macam aturan berkendara di buat agar menjadi tertib di jalan raya. Karena saat ini kesadaran
masyarakat akan berlalu lintas masih kurang yang akhirnya menimbulkan situasi yang tidak kondusif dan
menjadi masalah baru. Maka dari itu jika ingin memiliki kendaraan khususnya sepeda motor, kita harus
siap mentaati peraturan yang telah ditetapkan, demi kenyamanan, keselamatan dan keamanan diri
sendiri dan pengguna jalan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai