38-Article Text-100-1-10-20180516
38-Article Text-100-1-10-20180516
1, Maret 2017
ABSTRAK
Anomali ionosfer sebagai akibat dari aktivitas gempabumi merupakan suatu fenomena yang kini banyak diteliti
dalam penelitian seismo-ionospheric coupling. Umumnya,variasi ionosfer akibat gempabumi lebih lemah
daripada gangguan yang dihasilkan oleh sumber yang berbeda, misalnya badai geomagnetik. Namun, gangguan
badai geomagnetik menunjukkan perilaku yang lebih global, sedangkan anomali seismo-ionosfer hanya terjadi
secara lokal. Ini menunjukkan bahwa aktivitas gempabumi merupakan suatu hal yang unik sehingga banyak
penelitian yang dilakukan agar bisa memberikan peringatan dini sebelum terjadi gempabumi. Salah satu
penelitian yang banyak dikembangkan saat ini adalah pendekatan seismo-ionospheric-copuling. Penelitian ini
menghubungkan antara keadaan di lithosfer-atmosfer dan ionosfer sebelum dan saat gempabumi terjadi. Tulisan
ini memilih total electron content dalam arah vertikal (VTEC) di ionosfer sebagai parameternya. Total Electron
Content (TEC) adalah kandungan elektron total dalam kolom vertikal (silinder) berpenampang seluas 1 m 2
sepanjang lintasan sinyal perangkat GPS yang dilalui di lapisan ionosfer pada ketinggian sekitar 350 km.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari LAPAN dengan mengidentifikasi sinyal abnormal melalui metode
statistika, diperoleh adanya anomali di ionosfer yang ditandai dengan penurunan kandungan elektron sebesar 1
TECU di ionosfer sebelum gempabumi terjadi. Penurunan nilai VTEC ini tidak berasosiasi dengan badai
magnetik sehingga diindikasikan sebagai prekursor gempabumi. Hal ini diperkuat dengan Dst Index yang tidak
menunjukkan adanya gangguan magnetik.
ABSTRACT
Ionosphere’s anomalies as an effect of earthquake activity is a phenomenon that is now being studied in seismo-
ionospheric coupling. Generally, variation in the ionosphere caused by earthquake activity is weaker than the
interference generated by different source, such as geomagnetic storms. However, disturbances of geomagnetic
storms show a more global behavior, while the seismo-ionospheric anomalies occur only locally in the area which
is largely determined by magnitude of the earthquake. It show that the earthquake activity is unique and because
of its uniqueness it has been much research done thus expected to give clues as early warning before earthquake.
One of the research that has been developed at this time is the approach of seismo-ionospheric-coupling. This
study related the state in the lithosphere-atmosphere and ionosphere before and when earthquake occur. This
paper choose the total electron content in a vertical (VTEC) in the ionosphere as a parameter. Total Electron
Content (TEC) is defined as the amount of electron in vertical column (cylinder) with cross-section of 1m2 along
GPS signal trajectory in ionosphere at around 350 km of height. Based on the analysis of data obtained from the
LAPAN agency to identify abnormal signals by statistical methods, obtained that there are an anomaly in the
ionosphere is characterized by decreasing of electron content of the ionosphere at 1 TECU before the earthquake
occurred. Decreasing of VTEC is not associated with magnetic storm that is indicated as an earthquake
precursor. This is supported by the Dst index showed no magnetic interference.
35
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017
Apabila terdapat dua buah gaya yang bekerja 2.2.1 Positive Hole Diffusion
berlawanan arah pada batuan kulit bumi maka
batuan tersebut akan terdeformasi karena Sebelum gempabumi terjadi, ionosfer
batuan mempunyai sifat elastis. Apabila gaya menunjukkan anomali yang signifikan
yang bekerja dengan arah yang berlawanan (Molchanov et al.1993).Gangguan ini meluas di
pada batuan tersebut berlangsung terus menerus sepanjang area, dari 500 hingga 1000 km, dan
maka perlahan daya dukung pada batuan akan membutuhkan perubahan medan listrik di dekat
mencapai maksimum dan akan terjadi permukaan tanah, dimana cukup kuat untuk
pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami menimbulkan reaksi di ionosfer.
patahan secara tiba-tiba sepanjang bidang sesar.
Setelah itu batuan akan kembali stabil. Namun Permukaan bumi dan ionosfer bisa dianggap
setelah mengalami perubahan bentuk atau sebagai dua lempeng kapasitor. Lempeng di
posisi, saat batuan mengalami gerakan yang permukaan bumi tetap, sementara di ionosfer
tiba–tiba akibat pergeseran batuan, energi stress bergerak dan bisa mengakibatkan perubahan
yang tersimpan akan dilepas dalam bentuk medan listrik pada permukaan tanah. Data
getaran yang kita kenal sebagai gempabumi. ditunjukkan oleh Liu et al.(2000,2001)
menyatakan bahwa potensial bumi sering
2.2 Seismo Ionospheric Coupling menjadi positif sebelum terjadi gempabumi
Seismo-Ionospheric Coupling adalah ide atau utama. Akibatnya didominasi elektron, plasma
pemikiran yang dibangun untuk menjelaskan negatif dari atas ionosfer tertarik ke bawah,
fenomena-fenomena anomali di Ionosfer akibat sementara lapisan ionosfer yang lebih rendah
terjadinya gempabumi. didominasi ion positif.yang terdorong ke
samping. Sorokin et al.2001; Pullinets and
Boyarchuk 2004) mengusulkan bahwa medan
listrik dihasilkan di permukaan tanah karena
emisi radon sebelum gempabumi.
“h”) juga diaktiifkan di zona sesar yang Tabel 1. Data Gempabumi M 6 SR di Pulau
tertekan dan menyebar ke tanah di sekitarnya. Jawa.
Beberapa dari P-hole tersebut mencapai
permukaan tanah dan membentuk potensial
permukaan positif di daerah yang luas di sekitar
pusat gempabumi. Potensial ini menyebabkan
medan listrik vertikal ke atas yang menembus
ionosfer melalui atmosfer. Elektron "e" di
ionosfer tertarik ke bawah dan bergabung
kembali dengan partikel netral "n" atau positif
ion "e" di atmosfer sehingga mempengaruhi
kepadatan elektron (plasma) di ionosfer. 3.1.2 Data Total Electron Content (TEC).
Karena muatan listrik tersebut mengalir, maka Penelitian ini menggunakan data sekunder
disebut positive hole diffusion. Keduanya Total electron Content yang didapatkan dari
berperan penting dalam semikonduktor.
Pusat Sains Antariksa (Pusatsainsa) LAPAN
Bandung pada koordinat 6.894 LS dan 107.586
2.2 TEC BT.
Menurut Abidin (2000), TEC adalah
kandungan elektron total dalam kolom vertikal 3.2 Metodologi Penelitian
(silinder) berpenampang seluas 1 m2 sepanjang 3.2.1 Prinsip Perhitungan Data TEC
lintasan sinyal perangkat GPS yang dilalui di
lapisan ionosfer pada ketinggian sekitar 350
km. Propagasi gelombang radio melalui
ionosfer akan mengalami delay time sebagai
akibat dari keterkaitannya dengan elektron
bebas di ionosfer. Delay time ini
dikarakteristikan oleh total electron content
(TEC) ionosfer yang merupakan fungsi dari
variabel-variabel seperti lokasi geografis,
waktu lokal, musim, radiasi eksrim UV (Ultra
Gambar 5.Geometri Total Electron Content
Violet) dan aktivitas medan magnet. Jumlah ini
merepresentasikan kerapatan atau densitas dari
Prinsip perhitungan TEC adalah sebagai
elektron di Ionosfer (electron density). Nilai
berikut:
TEC dinyatakan dalam TEC Unit (TECU)
dimana 1 TEC Unit sama dengan 1016 STEC = .( ) Tion …. (1)
elektron/m2. Dimana
fL1 = 1575.42 MHz
fL2 = 1227.6 MHz
Tion = Selisih waktu perlambatan untuk
frekuensi L1 dan L2.
Setelah didapatkan nilai STEC, VTEC
dihitung dengan rumus :
Gambar 4. Definisi Total Electron Content √ ...(2)
Elevation, elevasi dari receiver di ratanya. (Bround, 1861; Adam 1892 ; Moos
bumi, ,1910).
Azimuth, azimuth dari receiver di Dst Index yang bernilai negatif
bumi, mengindikasikan sebuah proses badai
TEC30, Nilai TEC setiap 30 detik.(Sri magnetik, semakin negatif nilai Dst index
Ekawati,2008) tersebut menunjukkan intensitas sebuah badai
Selanjutnya dipilih parameter Elevasi diatas 45 magnetik yang semakin kuat.
karena penulis menggunakan asumsi single Dst Index digunakan untuk melihat
layer model. apakah anomali dari VTEC tersebut disebabkan
Disini dilakukan analisa data TEC selama enam oleh badai magnetic atau disebabkan oleh
belas hari dari hari kejadian gempa bumi aktivitas gempabumi.
hingga 15 hari sebelum gempa bumi terjadi.
3.2.5 Flowchart Pengolahan dan Analisa
3.2.3 Deteksi Sinyal Abnormal
Untuk mengidentifikasi sinyal abnormal,
digunakan perhitungan Running median X pada
setiap epoch data yang dihubungkan dengan
Interquartile Range IQR (jangkauan
interkuartil).
Median (Me) = Q2 = Jika n ganjil
40
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017
Gambar 13. Dst Index Bulan Oktober 2009 4.6 Korelasi Magnitudo Dengan Periode
Prekursor Gempabumi
Pada tanggal 09 Desember 2009 terjadi Dari grafik di atas, terlihat bahwa semakin
gempabumi dengan kekuatan 6.1 SR, besar magnitudo gempabumi yang terjadi di
41
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017
suatu tempat, maka dibutuhkan waktu yang igneous rocks. Special Issue “Recent
relatif lama untuk melepaskan energi. Hal ini Progress in Seismo electromagnetics”
dikarenakan semakin besar energi yang in Physics and Chemistry of the
dikeluarkan maka daerah yang tertekan pun Earth.
semakin luas, mengingat bumi ini tidaklah
Abidin, H.Z., 2000. Penentuan Posisi dengan
homogen maka daerah yang terkena stress pun
GPS dan Aplikasinya: Pradnya
akan memberikan respon yang berbeda. Ada
Paramita.
batuan/daerah yang ketika dikenai stress ia
akan langsung patah dan ada pula yang Justicea. A. A., 2014. Mendeteksi Tsunami
memerlukan waktu relatif lama untuk batuan menggunakan GPS-TEC (Total
tersebut patah. Electron Content). Skripsi Sekolah
Tinggi Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika
5. KESIMPULAN
Chapman, S., The Electric current System of
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa, magnetic storm, Terr.Mag.Atomos.
dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain : Phys.,40,349,1935
1. Ditemukan adanya anomali di ionosfer Chapman,S.,The morphology of magnetic
dengan ditandai penurunan kandungan storms : an extension of the analysis
elektron di ionosfer beberapa hari sebelum of Ds, the disturbance local-time
gempabumi 28 Agustus 2009 dan inequality, Annali in Geofisica,
gempabumi 02 September 2009. 5,481,1952
2. Terjadi penurunan jumlah kandungan Davies, K.,1990. Ionospheric Radio,Peter
elektron arah vertikal (VTEC) di ionosfer Peregrinus Ltd.,580 pp.
pada tanggal 27 Agustus 2009 yakni 1 hari
Freund,F. Stress-activated positive hole change
sebelum gempabumi 28 Agustus 2009 dan 6
carriers in rocks and the generator of
hari sebelum gempabumi 02 September
pre-earthquake signals. 2009. In
2009 sebesar 1 TECU.
Electromagnetic Phenomena
3. Adanya anomali di ionosfer dengan ditandai Associated with Earthquakes;
penurunan kandungan elektron di ionosfer Hayakawa, M., Ed.; Transworld
beberapa hari menjelang terjadinya Research Netwirk : Trivandrum,
gempabumi tersebut tidak berasosiasi India, pp.41-96
dengan gangguan badai magnetik.
Hayakawa, M dan Molchanov, O.A (Eds),
Penurunan ini bisa diindikasikan sebagai
2002. Seismo Electromagnetics:
akibat dari proses fisis Seismo-Ionospheric
Lithosphere-Atmosphere-Ionosphere
Coupling sebelum gempabumi terjadi.
Coupling, Terra Scientific Publishing
4. Anomali nilai VTEC sebelum gempabumi Company, Tokyo, Terrapub.
28 Agustus 2009 dan 02 September 2009 ini
Hayakawa,M. dan Fujinawa,Y.(Eds), 1994.
bisa digunakan sebagai prediksi sebelum
Electromagnetics Phenomena Related
terjadinya gempabumi.
to Earthquake Prediction, Terra
5. Gempabumi besar umumnya dihubungkan Scientific Publishing Company,
dengan daerah yang lebih luas dan Tokyo,Terrapub..
didahului dengan waktu yang lebih lama
Subakti, H. 2008: Analisis Variasi GPS – TEC
selama periode persiapan gempabumi
Yang Berhubungan Dengan
(memiliki waktu pendahulu yang lebih
Gempabumi Besar Di Sumatera.
cepat).
Bidang Sistem Jaringan Observasi
Geofisika. Pusat Sistem Jaringan.
Badan Meteorologi & Geofisika,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
A Takeuchi,B.W.S Lau F.T Freund., 2005. Made I, K.A. S., 2009. Analisa Vertical Total
Current and Surface induced by Electron Content Di Ionosfer Daerah
stress-activated positive holes in Jawa Dan Sekitarnya Yang
Berasosiasi Dengan Gempabumi
42
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 4 No.1, Maret 2017
44