Anda di halaman 1dari 8

B.

Konsep Asuhan Keperawatan

Terdapat 5 langkah kerangka kerja proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi dan
evaluasi. Setiap langkah proses keperawatan penting untuk pemecahan masalah yang akurat
dan erat saling berhubungan satu sama lain (Potter dan Perry, 2011).

1. Data Fokus Pengkajian


Pengkajian sebagai langkah pertama proses keperawatan diawali dengan perawat
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang klien.
Diterapkannya pengetahuan ilmiah dan disiplin ilmu keperawatan bertujuan untuk
menggali dan menemukan keunikan klien dan masalah perawatan kesehatan personal
klien (Potter dan perry, 2011)
Menurut (Mutaqqin, 2013), pengkajian sirosis hepatis terdiri atas anamnesa,
pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostik, pengkajian difokuskan pada respons
penurunan fungsi hati dan portal.
a) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan mencakup data tentang identitas klien serta identitas
penanggung jawab. Data identitas klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,
suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor rekam medis,
diagnosa medis dan alamat.
b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu :
 Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan dengan jelas dan
padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang
mendasari klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau alasan
klien masuk rumah sakit.
 Keluhan saat dikaji
Berbeda dengan keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan
saat dikaji didapat dari hasil pengkajian pada saat itu juga,
penjelasan meliputi PQRST :
P : Provokatif/paliatif adalah merupakan penjelasan apa yang
menyebabkan gejala, memperberat gejala dan yang bisa
mengurangi.
Q : Qualitas/quantitas adalah bagaimana gejala yang dirasakan,
sejauh mana gejala dirasakan.
R : Region/radiasi ialah penjelasan mengenai di mana gejala
dirasakan, apakah secara menyebar atau pun tidak
S : Skala/severity adalah tingkat keparahan, seberapa tingkat
keparahan yang dirasakan, pada skala berapa, dalam rentang skala
(0-10).
T : Time, menjelaskan kapan gejala mulai timbul, seberapa sering
gejala muncul, tiba-tiba atau bertahap, dan berapa lama gejala
tersebut dirasakan.
Menurut (Mutaqqin, 2013), klien dengan sirosis hepatis didapatkan
keluhan utama ialah adanya nyeri pada abdomen, nyeri otot dan ikterus,
anoreksia, mual, muntah, kulit gatal dan gangguan pola tidur, pada
beberapa klien kasus klien mengeluh demam ringan, keluhan nyeri kepala,
keluhan riwayat mudah mengalami perdarahan, serta bisa didapatkan
adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respon dari hepatik
enselofati, seperti agitasi (gelisah), tremor, disorientasi, confusion,
kesadaran delirium sampai koma. Keluhan asites dan edema perifer
dihubungkan dengan hipoalbuminemia
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular dan menyebabkan
perpindahan cairan ke ruang ketiga atau ekstraseluler. Adanya asites perut
pada kondisi hipertensi portal, tidak hanya itu adanya edema ekstremitas
dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis dan melena). Mual dan
muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Keluhan
mudah mengalami pendarahan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan sirosis hepais memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol
dalam jangka waktu yang lama, sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis,
riwayat gagal jantung, riwayat pemakaian obat-obatan maupun merokok.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adapun riwayat kesehatan keluarga yang dikaji adalah apakah adanya
keluarga yang menderita penyakit hepatitis atau sirosis hepatis.
c) Pemeriksaan Fisik Per-sistem
Secara umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah. Tanda-tanda
vital bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi atau
peningkatan pernafasan.
a. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi terlihat sesak dan menggunakan otot bantu nafas sekunder
dari penurunan ekspansi rongga dada dari asites, pada palpasi bila tidak
ada komplikasi, taktil fermitus seimbang, saat perkusi bila tidak ada
komplikasi lapang paru resonan, bila terdapat efusi akan didapatkan bunyi
redup, saat auskultasi secara umum normal tetapi bisa didapatkan adanya
bunyi nafas tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret.
b. Sistem Kardiovaskular
Anemia, peningkatan denyut nadi, pada saat auskultasi biasanya normal,
namun tidak semua penderita sirosis hepatis memiliki asalah pada sistem
kardiovaskularnya.
c. Sistem Pencernaan
Pada saat diinfeksi biasanya terdapat pembesaran pada hati, pada hati saat
dipalpasi adanya nyeri tekan peningkatan lingkar abdomen, pada saat
diinpeksi biasanya perut tampak cembung/buncit (asites), pada saat di
palpasi biasanya adanya nyeri tekan, pada saat di perkusi biasanya
terdengar pekak, pada saat diauskultasi biasanya bising usus lebih cepat
dan juga bisa terjadi penurunan bising usus, tegang pada perut kanan atas.
d. Sistem Genitourinaria
Bisa ditemukan atropi testis, urin berwarna seperti kecoklatan seperti teh
kental. Pada saat palpasi normal terdapat tendensi.
e. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran limfa dan tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid.
f. Sistem Per-syarafan
Sistem saraf agitasi disorientasi, penurunan GCS (Ensefalopati
Hepatikum).
g. Sistem Integumen
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya terdapat ikterus, Palmer eritma,
spider nevi, alopesia dan ekimosis.
h. Sistem Muskuloskeletal
Dapat ditemukan adanya edema, penurunan kekuatan otot.
i. Sistem Penglihatan
Sklera biasanya ikterik, konjingtiva anemis
j. Wicara dan THT
Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan
baik dan jelas, bahasa mudah dimengerti, berbicara jelas. Bentuk bibir
simetris, tidak ada lesi, daun telinga tidak keras (tulang rawan), tidak
terdapat nyeri pada daun telinga, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, pendengaran klien baik, dibuktikan dengan klien menyimak,
mendengarkan dan merespon pembicaraan dengan baik.
d) Pengkajian psikososial dan Spiritual
Pengkajian psikososial didapati peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada klien dalam
kondisi terminal, klien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli
spiritual sesuai dengan keyakinan klien
e) Pengkajian pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah biasanya dijumpai anemia, leukopenia,
trombositopenia dan waktu protombin memanjang
 Tes faal hati
Tes faal hati bertujuan untuk mengetahui fungsi hati normal atau tidak.
Temuan laboratorium bisa normal dalam sirosis
a. Uji faal Hepar
 Biliribbin meningkat ( > 1.3 mg/dL)
 SGOT meningkat ( > 3-45 u/L)
 SPGT meningkat ( > 0-35 u/L)
 Protein total menurun ( > 6.1-8.2 gr %)
 Albumin menurun ( > 3.5-5.2 mg/L)
 USG
Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan ireguler tepi hati
tumpul, pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak
penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar
dan sebagian lagi dalam batas normal. Pemeriksaan USG berguna untuk
mencari tanda-tanda sirosis pada permukaan atau di dalam hati.
 Parasentis
 Parasentis asites adalah mencari tahu penyebab asites apakah
berasal dari hipertensi portal atau proses lain.
 Studi ini digunakan untuk menyingkirkan infeksi keganasan
 Biopsi Hati
Untuk mengidentifikasi fibrosis dan jaringan parut. Biopsi merupakan tes
diagnostik yang paling dipercaya dalam menegakkan diagnosis sirosis
hepatis.
 CT (chomputed tomography) dan MRI
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah Hepatic
serta obstruksi aliran tersebut.
 Analisa Gas Darah
Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan
ventilasi perfusi dan Hipoksia.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Menurut (Doenges, 2014) masalah yang akan muncul pada sirosis hepatis
diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dengan diet tidak adekuat,
3. ketidakmampuan untuk memproses/ mencerna makanan, anoreksia,
mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asites)
4. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (SIADH),
penurunan protein plasma, malnutrisi), kelebihan natrium/ masukan cairan.
5. Risiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d pengumpulan cairan
intraabdomen (asites) penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret,
penurunan energi, kelemahan.
6. Gangguan pola tidur b.d interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik,
prognosis, perubahan peran fungsi. Pribadi rentan, perilaku merusak diri
(penyakit yang dicetuskan oleh alkohol)
3. Perencanaan
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
1. Tujuan:
 Mengontrol level nyeri
 Dapat mengontrol nyeri
 Mengontrol kenyamanan pasien
Kriteria Hasil:
 Mampu mengontrol nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2. Tujuan:
 Status nutrisi kembali normal
 Berat badan terkontrol dengan baik
Kriteria Hasil:
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
 Menghabiskan 1 porsi makan
3. Tujuan
 Cairan elektrolit terkontrol
Kriteria Hasil
 Terbebas dari edema, efusi dan anaskara.
 Lingkar abdomen dalam rentang normal.
 Terbebas dari kelelahan.
b. Intervensi dan Rasional
 Diagnosa 1
- Intervensi: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitas.
Rasional: Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, faktor prespitasi nyeri, guna untuk mempermudah
intervensi yang akan dilakukan.
- Intervensi: Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien.
Rasional: Menyakinkan klien untuk mendapatkan perawatan
yang intensif
- Intervensi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
- Rasional: Analgetik dapat membantu mengurangi rasa nyeri
dengan penghambat proses transduksi yaitu mengurangi sensasi
nyeri.
 Diagnosa 2
- Intervensi: Kaji adanya alergi makan.
Rasional: Alergi makanan merupakan reaksi berlebihan dari
sistem kekebalan tubuh terhadap senyawa dalam makanan
tertentu.
- Intervensi: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien.
Rasional: Metode pemberian makan dan kebutuhan kalori
ditentukan berdasarkan situasi individual dan kebutuhan
spesifik.
- Intervensi: Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional: Untuk buruknya toleransi terhadap makan banyak
mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen/asites.
 Diagnosa 3
- Intervensi: Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Rasional: Agar tidak terjadinya kelebihan/kekurangan cairan.
- Intervensi: Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (CVP,
edema, distensi vena leher, asites).
Rasional: Mengetahui seberapa banyak pemasukan dan
banyaknya cairan yang masuk.
- Intervensi: Catat secara akurat intake dan output.
Rasional: Menentukkan jumlah cairan yang masuk dan keluar
4. Daftar Pustaka
Santika, Astuti. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Sirosis Hepatis. Stikes Bhakti
Kencana Bandung. Melalui link http://repository.bku.ac.id diakses pada
tanggal 26 September 2021.
Kostodia, Veronika. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. L.K Dengan “sirosis
Hepatis”. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang. Melalui link
http://repository.poltekeskupang.ac.id diakses pada tanggal 26 September
2021.

Anda mungkin juga menyukai