Anda di halaman 1dari 7

89 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 2, Desember 2017, hlm.

89-95

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA


(WEBBED) DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN
SEDERHANA BAHASA JERMAN
St. Jubaidah, Mantasiah R., Jufri dan Yusri
Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman
Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
Email: chia_unm@yahoo.co.id

Abstract. The purpose of this study is to understand the effectiveness of the spider web learning model (Webbed) in
the simple writing skill of the German language. The research design used was experimental quasi experimental (quasi-
experimental-design) design of nonequivalent control group. Population in this research is student of class XI IPA
SMA Negeri 2 Makassar consisting of 8 class with student number 316 student. The sample used in this study is a
random sampling of 2 classes of class XI IPA 1 as many as 37 students as experimental class and XI IPA 4 as many
as 40 students as a control class. The results showed that the model of spider web learning (Webbed) is effective in the
skill writing simple essay German language SMA Negeri 2 Makassar students. This is evidenced from the analysis of
Post-test data in the experimental class so that the results obtained th = 3.91> ttabel = 1.995 at a significant level of
0.05.

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini iala untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran jaring laba-laba (Webbed)
dalam keterampilan menulis karangan sederhana bahasa Jerman. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi
experimental design (eksperimental-semu) nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Makassar yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 316 siswa. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak (Random sampling) yaitu 2 kelas yakni kelas XI IPA 1 sebanyak
37 siswa sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 4 sebanyak 40 siswa sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran jaring laba-laba (Webbed) efektif dalam keterampilan menulis karangan
sederhana bahasa Jerman siswa SMA Negeri 2 Makassar. Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis data Post-test pada
kelas Eksperimen sehingga diperoleh hasil yaitu th= 3,91 > ttabel = 1,995 pada taraf signifikan 0,05.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Model Jaring Laba-Laba, Keterampilan Menulis, Karangan Sederhana

Pembelajaran bahasa Jerman meliputi mampu menulis kata, frasa, dan kalimat dengan
empat kompetensi berbahasa, yaitu kemampuan huruf, ejaan dan tanda baca yang tepat serta mampu
menyimak (Hӧrverstehen), keterampilan berbicara untuk mengungkapkan ide, pikiran dan gagasan
(Sprechfertigkeit), kemampuan membaca dalam tema yang sedang dipelajari.
(Leseverstehen) dan keterampilan menulis Pada kenyataannya, siswa masih belum
(Schreibfertigkeit). Untuk menunjang empat mampu menguasai keterampilan menulis dalam
kompetensi itu maka guru hendaknya menerapkan pembelajaran di sekolah. Standar kompetensi
model pembelajaran yang baik pada saat proses tersebut belum dapat mencapai hasil yang
pembelajaran. maksimal. Beberapa penelitian sebelumnya yang
Keterampilan menulis merupakan relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang
keterampilan yang kurang dikuasai oleh siswa dilakukan oleh Irma Yani (2014:2) mengatakan
dalam pembelajaran bahasa Jerman di sekolah. bahwa keterampilan menulis di SMAN Kabupaten
Siswa harus dapat mengutarakan pendapat secara Pinrang pada umumnya masih belum efektif karena
tertulis namun juga benar dalam penulisan bahasa kurangnya kebiasaan menulis oleh siswa sehingga
Jerman. KTSP tahun 2006 siswa dituntut untuk mereka sulit menuangkan ide-idenya dalam bentuk
St. Jubaidah, Mantasiah R., Jufri & Yusri - Keefektifan Model Pembelajaran 90

tulisan. Hal senada juga dikemukakan oleh Amarta kebermaknaan pembelajaran pada anak. Model ini
( 2014: 3) mengatakan bahwa keterampilan menulis dapat melatih siswa memiliki daya imajinasi,
di SMAN 6 Takalar masih belum efektif karena emosional, sosial dan juga memudahkan anak untuk
sebagian besar siswa menganggap menulis melihat berbagai gagasan yang berbeda, namun
karangan merupakan hal yang masih sulit saling terkait dalam satu tema.
dilakukan. Hal ini karena siswa kesulitan dalam Keefektifan model jaring laba-laba sudah
memberikan informasi yang akan dituangkan secara dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
tepat. Wahyuningsih (2013:ii), yang berjudul Learning To
Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang Write Poetry With Improved Webbing Model High
dilakukan pada tanggal 02 November 2016 dan School Class Of Pinrang disimpulkan bahwa
wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa penggunaan model Webbing dapat meningkatkan
Jerman di sekolah SMA Negeri 2 Makassar . Dari pembelajaran menulis siswa dari pencapaian 49%
hasil observasi wawancara diketahui bahwa masih dengan mengunakan model konvensional menjadi
banyak siswa yang kurang lancar dalam 78% dengan menggunakan model webbing.
menuangkan ide dan kehilangan kreativitasnya pada
MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-
saat menulis. Hal ini disebabkan berbagai
LABA (WEBBED)
permasalahan yang dialami oleh siswa dalam
menulis contohnya penguasaan kosa-kata dalam Model jaring laba-laba (webbed) adalah
bahasa Jerman siswa masih kurang. Ketidaktahuan pembelajaran terpadu yang menggunakan
siswa mengenai apa yang akan ditulis, minat dan pendekatan tematik. Pendekatan ini
motivasi siswa untuk belajar bahasa Jerman yang pengembangannya dimulai dengan menentukan
masih rendah karena peserta didik beranggapan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan
bahwa bahasa Jerman lebih sulit untuk dipelajari negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan
dibandingkan bahasa Inggris yang sudah dipelajari cara diskusi bersama guru. Setelah tema tersebut
sejak di Taman Kanak-Kanak. disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
Proses pembelajaran yang menyenangkan memerhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari
memiliki dampak yang baik untuk menunjang sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar
keberhasilan suatu pembelajaran terutama yang harus dilakukan siswa.
pembelajaran bahasa. Untuk menciptakan
Sebagaimana dikemukakan oleh Aisyah
kreativitas dan daya imajinasi dari siswa,
(2007:3-4) bahwa “istilah jaring laba-laba
hendaknya guru membuat proses pembelajaran
digunakan untuk model ini karena bentuk
yang menarik yang tidak membuat cepat bosan,
rancangannya memang seperti jala atau jaring yang
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang
dalam proses pembelajaran bahasa asing. Dengan
dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
penggunaan model pembelajaran yang tepat akan
Berdasarkan tema tersebut, kemudian ditentukan
mempermudah guru dalam penyampaian materi.
sub-sub tema sehingga akan memperjelas tema
Selain itu, penggunaan model pembelajaran yang
utama dengan menggunakan aspek kemampuan
inovatif akan menarik minat peserta didik untuk
dasar yang ingin dikembangkan”.
lebih giat dan aktif dalam belajar bahasa Jerman.
Salah satunya adalah dengan menggunakan model Pengertian model jaring laba-laba juga
pembelajaran jaring laba-laba (webbed) yang dikemukakan oleh Sujiono (2010:67) bahwa “
diharapkan dapat memberikan solusi yang baik bagi Model pembelajaran jaring laba-laba (webbed)
91 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 89-95

merupakan model yang menggunakan pendekatan a.) penyelesaian tema sesuai dengan minat
tematik yang kemudian dapat dikembangkan” lebih akan memotivasi anak untuk belajar;
lanjut pada masing-masing bidang pengembangan. b.) lebih mudah dilakukan oleh guru yang
Sedangkan menurut Fogarty (Kurniawan, 2014:70) belum berpengalaman;
menyatakan bahwa “karakteristik model model c.) memudahkan perencanaan kerja tim untuk
jaring laba-laba (webbed) adalah adanya pandangan mengembangkan tema kesemua bidang isi
luas secara keseluruhan dalam suatu tema yang pelajaran;
dapat membentuk jaringan dari berbagai bidang d.) pendekatan tematik dapat memotivasi
pengembangan”. Dari pendapat para ahli diatas siswa;
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jaring laba- e.) memberikan kemudahan bagi anak didik
laba (webbed) merupakan pembelajaran yang secara dalam kegiatan-kegiatan dan ide-ide
keseluruhan dalam suatu tema dapat membentuk berbeda yang terkait.
jaringan dari berbagai bidang pengembangan. 2) Kekurangan
a.) suasana kelas akan lebih riuh dan guru akan
Dari beberapa pendapat di atas dapat
mengalami kesulitan untuk mengatasi
disimpulkan bahwa model pembalajaran jaring
siswa dalam kelas;
laba-laba merupakan model pembelajaran terpadu
b.) dalam pembelajaran, guru lebih
yang menggunakan pendekatan tematik sebagai
memusatkan perhatian pada kegiatan
pusat pembelajaran. Webbed merupakan sebuah
daripada pengembangan konsep;
model pembelajaran yang dalam penerapannya
c.) memerlukan keseimbangan antara kegiatan
memerlukan langkah-langkah agar penyajiannya
dan pengembangan materi pelajaran;
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran Jaring laba- METODE PENELITIAN
laba menurut Aisyah (2007:4) yaitu
Penelitian ini menggunakan dua variabel
1.) mempelajari kompetensi dasar; yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
2.) menentukan tema; Variabel bebas yang dimaksud adalah model
3.) mengidentifikasi tema dan sub tema dan pembelajaran jaring laba-laba (webbed) dan
memetakkannya dalam jaringan tema; variabel terikat adalah keterampilan menulis
4.) mengidentifikasi indikator pada setiap karangan sederhana bahasa Jerman siswa Kelas XI
kompetensi bidang pengembangan melalui IPA SMA Negeri 2 Makassar. Desain penelitian
tema dan subtema; yang digunakan adalah quasi experimental design
5.) dari tema yang telah ditentukan siswa akan (eksperimental-semu) nonequivalent control group
mendapatkan beberapa kosa-kata yang design.
berkaitan dengan tema; Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
6.) siswa diminta agar mengembangkan kosa-kata kelas XI IPA SMA Negeri 2 Makassar yang terdiri
tersebut sehingga menjadi karangan sederhana; dari 8 kelas dengan jumlah siswa 316 siswa.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kelebihan dan Kekurangan Jaring Laba-Laba
sampel acak (Random sampling) yaitu 2 kelas yakni
(Webbed)
kelas XI IPA 1 sebanyak 37 siswa sebagai kelas
Adapun kelebihan dan kekurangan menurut
eksperimen dan XI IPA 4 sebanyak 40 siswa
Fogarty (Kurniawan, 2013:17) yaitu:
sebagai kelas kontrol.
1) Kelebihan
St. Jubaidah, Mantasiah R., Jufri & Yusri - Keefektifan Model Pembelajaran 92

Pengumpulan data yang diperoleh akan menunjukkan bahwa 3 adalah skor tertinggi yang
dianalisis menggunakan analisis statistik diperoleh sebanyak 1 (2,70%) siswa, hal tersebut
interferensial untuk menguji hipotesis penelitian karena kalimat-kalimat yang ditulis mengandung
dengan menggunakan uji-t. Namun sebelumnya, sedikit kesalahan leksik, morfologi, sintaksis, dan
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan ortografis tetapi tidak mengganggu urutan
menggunakan table-Z score dan chi kuadrat dan uji sistematika penulisan dalam karangan bahasa
homogenitas dengan menggunakan uji F (Fisher), Jerman tersebut dan 1 adalah skor terendah yang
tetapi sebelum menentukan uji normalitas data, diperoleh oleh siswa yaitu sebanyak 22 (59,46%),
homogenitas maupun uji hipotesis terlebih dahulu hal tersebut karena kalimat yang ditulis terdapat
tentukan nilai rata-rata (mean), simpangan baku, banyak kesalahan baik secara leksik, morfologi,
dan varian. sintaksis dan ortografis sehingga dapat dimengerti.
Hasil pre-test rata-rata (mean) kelas XI IPA
HASIL DAN PEMBAHASAN
4 sebagai kelas kontrol sebesar 39,58, dengan hasil
Penerapan jaring laba-laba dalam penelitian analisis menunjukkan bahwa 1 siswa memeroleh
ini dilakukan dilakukan selama empat kali nilai tertinggi, yakni 63 sementara itu terdapat 9
pertemuan setelah pemberian pre-test di masing- siswa yang memeroleh nilai terendah, yakni 27.
masing kelas. Pada kelas Eksperimen siswa diajar Selain itu, tingkat keterampilan menulis karangan
dengan menggunakan pembelajaran jaring laba- bahasa Jerman juga dapat dilihat dari perolehan skor
laba sementara pada kelas kontrol diajar dengan yang diperoleh oleh siswa berdasarkan kriteria
menggunakan pembelajaran konvensional. penilaian pada dua aspek keterampilan menulis
Hasil pre-test menunjukkan bahwa nilai yang dikemukakan oleh Bolton (hal.26-28) yakni
rata-rata (mean) keterampilan menulis siswa kelas aspek komunikatif menunjukkan bahwa skor 3
XI IPA 1 sebagai kelas Eksperimen adalah 45,58, adalah skor tertinggi yang diperoleh oleh siswa
dengan hasil analisis menunjukkan bahwa 2 siswa yaitu sebanyak 1 (2,5%) siswa, hal tersebut karena
memeroleh nilai tertinggi, yakni 69 sementara itu informasi yang disampaikan dalam tulisan sangat
terdapat 7 siswa yang memeroleh nilai terendah, komunikatif sesuai dengan tema dan skor 1 adalah
yakni 32. Selain itu, tingkat keterampilan menulis skor terendah yang diperoleh oleh siswa yaitu
karangan bahasa Jerman juga dapat dilihat dari sebanyak 25 (62,5%) siswa. Rendahnya perolehan
perolehan skor yang diperoleh oleh siswa skor siswa tersebut karena informasi yang
berdasarkan kriteria penilaian pada dua aspek disampaikan dalam tulisan tidak terlalu komunikatif
keterampilan menulis yang dikemukakan oleh dan dibeberapa bagian penulisan terdapat
Bolton (hal.26-28) yakni aspek komunikatif kesalahan, sementara untuk aspek ketepatan bahasa
menunjukkan bahwa skor 2 adalah skor tertinggi menunjukkan bahwa 3 adalah skor tertinggi yang
yang diperoleh oleh siswa yaitu sebanyak 20 diperoleh sebanyak 1 (2,5%) siswa, hal tersebut
(54,05%) siswa, hal tersebut karena informasi yang karena kalimat-kalimat yang ditulis mengandung
disampaikan dalam tulisan tidak sepenuhnya dapat sedikit kesalahan leksik, morfologi, sintaksis, dan
disampaikan dengan baik dan skor 1 adalah skor ortografis tetapi tidak mengganggu urutan
terendah yang diperoleh oleh siswa yaitu sebanyak sistemtika penulisan dalam karangan bahasa Jerman
17 (45,95%) siswa. Rendahnya perolehan skor tersebut dan 1 adalah skor terendah yang diperoleh
siswa tersebut karena informasi yang disampaikan oleh siswa yaitu sebanyak 26 (65%), hal tersebut
dalam tulisan tidak terlalu komunikatif dan karena kalimat yang ditulis terdapat banyak
dibeberapa bagian penulisan terdapat kesalahan,
sementara untuk aspek ketepatan bahasa
93 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 89-95

kesalahan baik secara leksik, morfologi, sintaksis diperoleh oleh siswa berdasarkan kriteria penilaian
dan ortografis sehingga dapat dimengerti. pada dua aspek keterampilan menulis yang
Nilai pre-test pada kedua kelas tersebut dikemukakan oleh Bolton (hal.26-28) yakni aspek
kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas dan uji komunikatif menunjukkana bahwa skor 3 adalah
homogenitas data. Pada uji normalitas data pre-test skor tertinggi yang diperoleh oleh siswa sebanyak
menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kontrol 15 (40,54%) siswa yang sebelumnya tak
memiliki chi-kuadrat hitung lebih kecil dari chi- seorangpun yang memeroleh skor tersebut, hal itu
kuadrat tabel, pada kelas eksperimen diperoleh karena informasi yang disampaikan dalam tulisan
𝑋 2 hitung (-151,92) < 𝑋 2 tabel(11,070) begitupun pada sangat komunikatif sesuai dengan tema dan skor 1
kelas kontrol, chi-kuadrat hitung lebih kecil dari adalah skor terendah yang diperoleh siswa yaitu
chi-kuadrat tabel, yaitu (-171,58) < 𝑋 2 tabel(11,070). sebanyak 5 (13,51%) siswa. Rendahnya perolehan
Jadi distribusi data pre-test pada kelas eksperimen skor siswa tersebut karena informasi yang
dan kelas kontrol dinyatakan normal, artinya tes disampaikan dalam tulisan tidak terlalu komunikatif
yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa. dan dibeberapa bagian penulisan terdapat
Adapun hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kesalahan, selebihnya skor 2 adalah skor yang
F hitung lebih kecil daripada F tabel (1,10 < 5,050). Hal diperoleh siswa yaitu sebanyak 17 (45,95%) dan tak
ini berarti bahwa kelompok data pada kelas seorangpun (0%) siswa yang memeroleh skor 0,
eksperimen dan kontrol dinyatakan homogen. sementara untuk aspek ketepatan tata bahasa
Pemberian pre-test kemudian dilanjutkan menunjukkan bahwa 3 adalah skor tertinggi yang
dengan pembelajaran yaitu pemberian perlakuan diperoleh siswa yaitu sebanyak 15 (40,54%) siswa
(treatment) pada kelas eksperimen, yakni yang sebelumnya hanya 1 (2,70%) siswa saja yang
penggunaan model jaring laba-laba selama tiga kali memeroleh skor tersebut, hal tersebut karena
pertemuan untuk melihat perubahan yang terjadi kalimat-kalimat yang ditulis mengandung sedikit
setelah adanya perlakuan (treatment) tersebut kesalahan leksik, morfologi,sintaksis, dan ortografis
sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran tetapi tidak mengganggu urutan sistematika
berlangsung seperti biasa, yaitu secara penulisan dalam karangan bahasa Jerman tersebut
konvensional berupa ceramah dan diskusi. Setelah dan 1 adalah skor terendah yang diperoleh oleh
pembelajaran yang berlangsung selama tiga kali siswa yaitu sebanyak 7 (18,92%) yang sebelumnya
pertemuan kedua kelas kemudian diberikan tes sebanyak 22 (59.46%) siswa. Hal tersebut karena
akhir (post-test). kalimat yang ditulis terdapat banyak kesalahan baik
Hasil post-test pada kelas eksperimen, secara leksik, morfologi, sintaksis dan ortografis
yakni pembelajaran dengan menggunakan model sehingga tidak dapat dimengerti.
pembelajaran jaring laba-laba mengalami Hasil Post-test pada kelas XI IPA 4 sebagai
peningkatan nilai yang cukup signifikan. Hal ini kelas kontrol tidak mengalami peningkatan yang
dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata cukup signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
(mean) pada kelas eksperimen sebesar 59,69 yang perolehan nilai rata-rata (mean) pada kelas kontrol
sebelumnya hanya sebesar 45,58 dengan analisis sebesar 49,75 yang sebelumnya sebesar 45,58
menunjukkan bahwa 9 siswa memeroleh nilai dengan hasil analisis menunjukkan bahwa hanya
tertinggi, yakni 89 dan hanya 2 siswa yang ada 3 siswa yang memeroleh nilai tertinggi, yakni
memeroleh nilai terendah, yakni 39. Selain itu, 72 dan 9 siswa yang memeroleh nilai terendah,
tingkat keterampilan menulis karangan bahasa yakni 39. Selain itu, tingkat keterampilan menulils
Jerman juga dapat dilihat dari perolehan skor yang karangan bahasa Jerman juga dapat dilihat dari
St. Jubaidah, Mantasiah R., Jufri & Yusri - Keefektifan Model Pembelajaran 94

perolehan skor yang diperoleh oleh siswa keterampilan menulis karangan sederhana bahasa
berdasarkan kriteria penilaian pada dua aspek Jerman didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
keterampilan menulis yang dikemukakan oleh Aisyah (2007:3-4) dan Sujiono (2010:67) manfaat
Bolton (hal.26-28) yakni aspek komunikatif dari penggunaan model pembelajaran jaring laba-
menunjukkan bahwa skor 3 adalah skor tertinggi laba dapat meningkatkan semangat menulis siswa.
yang diperoleh oleh siswa yaitu hanya sebanyak 2 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
(5%) siswa. Hal tersebut karena informasi yang penggunaan model pembelajaran jaring laba-laba
disampaikan dalam tulisan sangat komunikatif lebih baik dari pada metode caramah atau metode
sesuai dengan tema dan skor 1 adalah skor terendah konvensional dalam melatih menulis karangan
yang diperoleh oleh siswa yaitu sebanyak 21 siswa.
(52,5%) siswa. Rendahnya perolehan skor siswa
KESIMPULAN
tersebut disebabkan karena informasi yang
disampaikan dalam tulisan tidak dimengerti dan Berdasarkan hasil analisis data yang telah
tidak sesuai dengan tema, sementara untuk aspek dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
ketepatan tata bahasa menunjukkan bahwa 3 adalah model pembelajaran jaring laba-laba (Webbed)
skor tertinggi yang diperoleh oleh siswa yaitu hanya efektif dalam keterampilan menulis karangan
2 (5%) yang memeroleh skor tersebut, hal tersebut sederhana bahasa Jerman siswa SMA Negeri 2
karena kalimat-kalimat yang ditulis mengandung Makassar. Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis
sedikit kesalahan leksik, morfologis, sintaksis dan data Post-test pada kelas Eksperimen sehingga
ortografis tetapi tidak mengganggu urutan diperoleh hasil yaitu th= 3,91 > ttabel = 1,995 pada
sistematika penulisan dalam karangan bahasa taraf signifikan 0,05.
Jerman tersebut dan 1 adalah skor terendah yang Keterampilan menulis karangan bahasa
diperoleh oleh siswa yaitu sebanyak 22 (55%) Jerman siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Makassar
siswa. Hal tersebut karena kalimat yang ditulis mengalami peningkatan nilai yang cukup signifikan
terdapat banyak kesalahan baik secara setelah menerapkan model pembelajaran jaring
leksik,morfologi,sintaksis dan ortografis sehingga laba-laba, siswa telah mampu untuk menulis sebuah
tidak dapat dimengerti. karangan bahasa Jerman. Hal ini dibuktikan dengan
Uraian di atas jelas menggambarkan bahwa perolehan nilai rata-rata yakni sebesar 59,69 yang
pembelajaran dengan menggunakan model jaring sebelumnya hanya sebesar 45,58 dengan analisis
laba-laba lebih efektif dalam keterampilan menulis bahwa terdapat 9 siswa memeroleh nilai tertinggi,
karangan bahasa Jerman. Hal ini dibuktikan yakni 89 yang sebelumnya tak seorangpun siswa
berdasarkan hasil analisis uji hipotesis yang memeroleh nilai tersebut dan hanya 2 siswa
menggunakan rumus uji-t yang diperoleh yakni memeroleh nilai terendah, yakni 39. Dengan
thitung = 3,91 sementara ttabel= 1,995, jadi thitung > ttabel demikian dapat disimpulkan bahwa setelah
(3,91 > 1,995). Dengan demikian, hipotesis yang diberlakukannya model Jaring Laba-Laba
menyatakan bahwa penggunaaan model (Webbed), siswa XI IPA 1 SMA 2 Makassar telah
pembelajaran jaring laba-laba efektif dalam mampu menulis karangan sederhana bahasa Jerman
keterampilan menulis karangan bahasa Jerman dengan baik.
kelas XI IPA SMA Negerei 2 Makassar dinyatakan DAFTAR PUSTAKA
diterima.
Teori penelitian ini yang menyatakan Aisyah, Siti.2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
model pembelajaran jaring laba-laba efektif dalam Universitas Terpadu
95 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 89-95

Aziz, Abdul. 2009. Menulis Lanjut. Garut: Yayasan Yogyakarta: Universitas Negeri
Al Fata. Yogyakarta.
Bolton, Sylbylle. 1995. Problem der Rosdiani, Dini. 2012. Model Pembelajaran
Leistungmessung. München: Goethe Langsung Dalam Pendidikan Jasmani
Institute Langenscheid. Dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Dalman, 2015. Penulisan Populer. Jakarta: PT Raja
Rusman. 2015. Model-Model Pengembangan
Grafindo Persada.
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
Gie, T.L. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta:
RajaGrafindo Persada.
Andi.
Hadi, Sutrisno. 1994. Bimbingan Menulis Skripsi, Semi, Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan
Tesis. Yogyakarta: Psikologi, GAMA. Menulis. Bandung: Penerbit Angkasa.

Hanafiah, Nanang. Dan Cucu, Suhana. 2009. Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi
Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: danKorelasi. Bandung: Tarsito.
PT. Refika Aditama. Suhadi. 2007.Petunjuk Perangkat Pembelajaran.
Heuken, Adolf. 2008. Teknik Mengarang. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Yogyakarta. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, an
Kontekstual Konsep dan Aplikasi. R&D. Bandung: Alfabeta.
Bandung: PT Refika Aditama. Sujiono. 2010. Metode Pengembangan Kognitif.
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Jakarta: Universitas Terbuka
Tematik (Teori, Praktik dan Penilaian). Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian
Bandung: Alfabeta. Konsep Statistika yang Lebih
Nining. 2009. Keterampilan Menulis Karangan Komprehensif. Jakarta Change
Sederhana Bahasa Jerman Dengan Publication.
Menggunakan Buku Vater Und Sohn Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Seagai Suatu
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Bahasa Jerman FBS UNM.skripsi. Angkasa Bandung.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Trianto. 2013. Desain Pengembangan
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian Pengajaran Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana
Bahasa Dan Satra(edisi 3). Yogyakarta: Prenada Media Group.
BPFE.
Zain, Aswan dan Djamarah Syaiful. 2013. Strategi
Nuruddin. 2007. Dasar-Dasar Penullisan. Malang: belajar Mengajar. Jakarta: PT Rinela
UMM Press. Cipta.
Rahmawati, Evi. 2012. Hubungan kebiasaan Zainurrahman. 2014. Menulis Dari Teori Hingga
Membaca Tajuk Rencana dengan Praktik. Bandung: Alfabeta.
Kemampuan Menulis Argumentasi Siswa
Kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta
Yang Berkategori Sedang. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai