Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ KARAKTERISTIK SISWA SD/MI “

Disusun oleh :

OKTARI PARTIWI (19591161)

PGMI 5F

Dosen Pengampuh :

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

FAKULTAS TARBIYAHp

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis hanturkan karena dengan limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik Siswa SD/MI
Kelas Tinggi”. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
sebagai uswatul hasanah bagi seluruh manusia dan mengemban pencerahan kehidupan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini. Kepada teman-teman yang membantu memberikan masukan dan sumbangan
pemikiran kepada penulis atas terselesainya tugas ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan penulis sadar
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, apabila ada kritik dan saran dari pembaca, penulis
mengucapkan terima kasih karena kritik dan saran dari pembaca dapat menyempurnakan
makalah ini.

CURUP, 16 NOVEMBER 2021

Penulis
DATAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
DATAR ISI....................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
C. Tujuan Makalah................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Pengertian Karakteristik...................................................................................................................5
B. Karakteristik Siswa SD/MI Kelas Tinggi.............................................................................................5
C. Tahap Perkembangan Anak pada Usia 10-12 Tahun.........................................................................6
1. Strategi dan Pembelajaran Individual................................................................................................8
a. Pengertian Strategi Pembelajaran..................................................................................................8
b. Pengertian Pembelajaran Individual..............................................................................................8
c. Model Pembelanjaran Individual....................................................................................................9
e. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan pembelajaran individual............................................11
f. Apek – Aspek Pendorong Pembelajaran Individual......................................................................11
g. Penerapan Pembelajaran Individual.............................................................................................12
h. Evaluasi Pembelajaran Individual.............................................................................................13
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
harus diketahui oleh para guru, agar lebih mengetahui bagaimana keadaan peserta didik terutama
pada siswa Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Seorang guru harus dapat menerapkan metode,
strategi, pendekatan, dll dalam pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, oleh karena
itu sangat penting bagi seorang pendidik untuk dapat mengetahui karakteristik siswanya. Selain
karakteristik yang harus diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik.
Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan perkembangan anak SD/MI juga dapat
dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pembelajaran di SD/MI, dan untuk menentukan
waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak tersebut. Secara ideal, dalam pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru juga
harus dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa seperti pemenuhan kebutuhan fisik, pemenuhan kebutuhan rasa aman,
pemenuhan kebutuhan rasa kasih sayang atau penerimaan, dan sebagainya. Dengan memahami
karakteristik anak usia SD/MI kelas tinggi tentunya juga dapat di implikasikan terhadap
pembelajara. Di dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang Karakteristik Siswa
SD/MI di Kelas Tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang Dimaksud dengan Karakteristik?
2. Bagaimanakah karakteristik siswa SD/MI Kelas Tinggi?
3. Apa saja Tahap Perkembangan Pada Anak Usia 10-12 Tahun?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Karakteristik.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Siswa SD/MI Kelas Tinggi.
3. Untuk Mengetahui Tahap Perkembangan Pada Anak Usia 10-12 Tahun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik
Karakter menurut pusat bahasa Depdiknas merupakan “ bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budipekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, dan watak”. Adapun berkarakter merupakan
kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh
karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skill). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku, sehinggaorang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dapat
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan karakteristik yang berasal
dari bahasa inggris yaitu “characteristic’ yang artinya mengandung siat khas dari sesuatu.[1]
Jadi, diantara pengertian-pengertian diatas yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada diri seseorang atau suatu objek,
dan pada setiap individu memiliki karkteristik yang berbeda-beda.
B. Karakteristik Siswa SD/MI Kelas Tinggi
Tingkatan kelas di Sekolah Dasar dapat dibagi menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi.
Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua dan tiga. Sedangkan kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar
yang terdiri dari kelas empat, lima dan enam. Di Indonesia, kisaran usia Sekolah Dasar berada
diantara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Menurut Witherington yang dikemukakan oleh makmun
bahwa usia 9 sampai 12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap
lanjut dari usia 6 sampai 9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat.
Pada tahapan ini anak/peserta didik berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan
teman sebayanya. Jika proses ini tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi
dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk
menanggulanginya.[2]
Karakteristik umum anak pada fase kelas tinggi, yaitu dari kelas empat sampai kelas enam di
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yaitu:
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
2. Sangat realistic, ingin tahu dan ingin belajar.
3. Ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-
bakat khusus..
4. Anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas
dan memenuhi keinginannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai, terutama angka rapor sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi belajarnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka
tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), tetapi mereka
akan membuat peraturan sendir
C. Tahap Perkembangan Anak pada Usia 10-12 Tahun
Pada usia praremaja (10 sampai 12 tahun), anak mengalami transisi menuju kedewasaan
selanjutnya yang mempengaruhi kemampuan sosial, fisik, juga kognitifnya. Dampaknya, anak
akan terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah. Anak pada usia 10 sampai 12 tahun
yaitu anak yang berada pada kelas tinggi Sekolah Dasar. Pada usia ini anak menjadi lebih kritis
terhadap hal-hal disekitarnya, menunjukkan budaya, bahasa, atau adat istiadat lainnya.[4]
Adapun beberapa perkembangan pada anak usia 10 sampai 12 tahun diantaranya yaitu:
1. Perkembangan Kognitif
Menurut piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir
(usia 7 sampai 12 tahun), dimana konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas sekarang
lebih konkret, mampu memecahkan masalah-masalah yang actual, mampu berpikir logis,
berkurang rasa egonya, menerima pandangan orang lain, mulai berpikir dari hal-hal yang khusus
kemudian ditarik kesimpulan ke yang umum. Mereka memiliki pengertian yang lebih baik
tentang sebab akibat, dan kemampuan mengelompokkan benda berdasar kriteria tertentu.
2. Perkembangan Bahasa
Pada masa ini perkembangan bahasa terlihat pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Bersamaan dengan masa sekolah, anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja.
Mulai merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana. Membaca
memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa.
3. Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berhubungan dengan orang lain.
Bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak
perbendaharaan kata yang dimilikinya.
4. Minat Membaca
Pada usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang cerita-cerita khayal. Pada
usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Sifat ingin tahu pada anak laki-laki
lebih menonjol dari pada anak perempuan. Itulah sebabnya anak laki-laki cenderung menyukai
hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius dan kisah-kisah petualangan, hobi dan sport.
Sebaliknya anak perempuan lebih menyukai cerita kehidupan seputar rumah tangga, puisi, cerita
kisah-kisah dan sebagainya.
Pada usia 11-12 seorang anak sudah dapat dikatakan memasuki usia remaja akhir. Pertumbuhan
secara fisik dapat jelas terlihat, pada remaja wanita sudah memasuki masa pubertasyang ditandai
dengan adanya menstruasi. Sedangkan pada remaja pria ditandai dengan tumbuhnya jakun,
membesarnya suara. Pada masa anak-anak akhir ini pun mereka sudah memahami tentang moral,
sudah mulai paham tentang yang harus dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan dan mana yang
harus ditinggalkan.[5]
B. Strategi dan Pembelajaran pembelajaran dan macamnya
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran individual dan pembelajaran kelompok merupakan
suatu strategi pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran menurut Sanjaya (2006:126)
dalam dunia pendidikan strategi dapat didefinisikan sebagai “a plan method, or series of
activities designed to achieves a particular aducational goal.”. Strategi dapat didefinisikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya (2008 : 3) dari pengertian diatas terdapat dua
hal yang harus kita cermati, pertama strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran. Kedua strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengertian Pembelajaran Individual
Istilah “Pembelajaran Individual” merupakan suatu strategi untuk mengatur kegiatan
belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari
pada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok
siswa yang besar. Menrut duane (2007) pengajaran individual merupakan suatu cara pengaturan
program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan
bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawa bimbingan guru.
Pengajaran individual yaitu suatu pengajaran dimana memberikan kesempatan kepada
siswa kapan, mengenai apa ia belajar,ia mengatur waktu,tempat,dan materi yang akan
dipelajarinya.Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing; yang pandai belajar
lebih cepat dan sebaliknya yang lambat belajar tenang sesuai dengan kecepatannya tanpa
terseret-seret oleh siswa yang lebih pandai.Mereka yang belajarnya lebih cepat dapat
menyelesaikan program SD dan SL-nya lebih cepat dari biasanya misalnya 8 tahun.Sedangkan
yang belajarnya lebih lambat biarlah menyelesaikan program yang sama itu lebih lambat dari
biasanyamisalnya 15 tahun. Siswa dapat memilih sendiri urutan unit-unit topiktopik pokok yang
dipelajari dan tidak usah mengikuti jalur kesenangan guru.
Siswa belajar secara tuntas, maksudnya siswa menempuh ulangan bilamana ia sudah
merasa siap untuk itu dan memperbaikinya sampai penguasaanya memenuhi syarat minimum .
Setiap unit yang dipelajarinya memuat tujuan instruksional khusus yang jelas dan kemampuan
siswa pada akhir kegiatan itu diukur berdasarkan kepada tujuan instruksional khusus itu.
Keberhasilan siswa diukur berdasarkan system nilai mutlak (criterion-referenced)bukan system
nilai nilai relative(norm-referenced). Guru bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator belajar
siswa bukan sebagai penilai. Guru membantu bila siswa memerlukannya.
Lebih banyak media pendidikan (multi media ) dipergunakan, seperti : film, slaids,
piringan hitam , model, pita suara, pita pandang dengar (video tape), dan sebagainya. Hasil test
tidak pakai sebagai penentu apakah ia lulus atau tidak, tetapi lebih bersifat sebagai pengecek
kemampuan siswa. Setiap tujuan instruksionalnya khusus yang belum dicapai siswa didiskusikan
dengan gurunya.
Adanya perbedaan individual menunjukkan adanya perbedaan kondisi belajar setiap
orang, agar individual dapat berkembang secara optimal dalam proses belajar diperlukan
orientasi yang paralel dengan kondisi yang dimilinya dituntut penghargaan akan individualitas.
Dalam pengajaran beberapa perbedaan yang harus diperhatikan, yakni:
a. Perbedaan umur
b. Perbedaan intelegensi
c. Perbedaan kesanggupan dan kecepatan
d. Perbbedaan jenis kelamin
Perbedaan individual tersebut harus mendapat perhatian guru agar berhasil dalam pemberian
pembelajaran kepada siswa. Untuk mengetahui itu guru harus mengenal perbedaan yang ada
pada siswa, antara lain dengan cara:
a. Tes
b. Mengunjungi rumah prang tua siswa
c. Sosiogram
d. Case study
c. Model Pembelanjaran Individual
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk
pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran
tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness
training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (clasroom
meeting).
Pada dasarnya merupakan bentuk pembelanjaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau binhkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran 4 kelompok
model pembelajaran yaitu :
a. Model interaksi sosial Pembelajaran yang berinteraksi langsung antara guru dan siswanya.
b. Model pengolahan informasi Mengolah informasi yang akan di sampaikan siswanya dan
mengolah pelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya, mana yang baik ataupun yang
kurang baik bagi siswa.
c. Model Personal Pembelajaran yang langsung kepada siswanya secara perorangan.
d. Model modifikasi tingkah laku Setiap melakukan pembelajaran sebaiknya selalu mengganti
suasa
agar siswa tidak cepat bosan terhadap pelajaran yang akan diajarkan.
Metode yang digunakan dalam pengajaran Individual :
1) Metode Tanya Jawab
Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru menimbulkan
metode Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi motivasi pada
siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar pelajaran . Metode
Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang
perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangakan
keterampilaan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan dan
menerapkan. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk
bertanya selama proses belajar mengajar. Metode Tanya jawab mempunyai tujuan agar
siswa dapat mengerti atau mengingat ingat tentang apa yang dipelajari.

2) Metode Tugas
Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa
dapat dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun dirumah
asalkan tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran
yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa dilaksanakan dirumah,
disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak untuk aktif belajar, baik
secara individuala ataupun kelompok.

3) Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan kebiasaan–kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai suatu metode yang diakui banyak
mempunyai kelebihan, juga tidak disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa
kelemahan. Maka dari itu guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya
tidak salah bila memahami metode ini.

4) Metode Pembiasaan
Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia kata “biasa” adalah, lazim dan umum, dalam kaitannya dengan metode
pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah
cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak
sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia anak-anak kecil dari usia 3 –
11 tahun, karena anak seusianya memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi
kepribadiannay yang belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-
kebiasaan yang mereka lakukan sehari – hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode
pemhajaran pembiasaan ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja
5). Metode Keteladanan Keteladanan dalam bahasa arab di sebut uswah, iswah, atau
qudwah, qidwah yang berarti perilaku baik yang dapar ditiru oleh orang lain (anak didik).
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya pencapaian
keberhasilan pendidikan. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual adalah teknik
bertanya dan memberi motivasi, menimbulkan rasa keinginan tahuan seorang siswa.Sedangkan
pendekatan yang tepat dalam pembelajaran individual adalah pendekatan konstruksivisme,
pendekatan masalah, dan realistik.

e. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan pembelajaran individual

a. Pembelajaran tidak dibatasi waktu


b. Siswa dapat belajar secara tuntas
c. Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
d. Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat
mereka sesuaikan
e. Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
f. Hemat untuk peserta dalam jumlah besar
g. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari
h. Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif

Beberapa kelemahan:
a. Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
b. Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan
c. Peran instruktur perlu berubah
d. Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa
bertanya

f. Apek – Aspek Pendorong Pembelajaran Individual


Selama ini guru mengalami banyak kendala dalam pelajaran IPS Terpadu salah satu
faktornya adalah pembelajaran yang digunakan oleh guru masih dominan menggunakan
pembelajaran klasikal. Padahal hakikatnya dalam setiap siswa berbeda secara individu baik
dalam prestasi belajarnya maupun kemampuan potensialnya. Menurut Djamarah, (2010:1),
bahwa paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya
yaitu aspek intelektual, psikologis dan biologis. Perbedaan tersebut berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa, karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Perbedaan anak didik secara individu tersebut memberikan wawasan kepada guru
bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individu.
Salah satu
bentuk pemikiran untuk menangani persoalan tersebut adalah prinsip pendekatan
individualisasi. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode
tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam
melaksanakan tugasnya selalu melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas.
(Djamarah, 2010:55).

Berikut ini merupakan hal yang menjadi dasar dari kegiatan pembelajaran individual baik
untuk dilaksanakan. Di antaranya hal-hal yang saya maksud tersebut adalah sebagai berikut:

a. Setiap individu memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang pengalaman yang berbeda.
Hal ini menjadi hal pertama yang diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran individual ini,
ya tingkat kemampuan yang berbeda yang dimiliki oleh setiap individu terkadang
membuatnya sulit untuk bekerjasama dengan orang yang lainnya di dalam kelompok.
Karena hal tersebutlah maka kegiatan pembelajaran individu dirasa efektif . Di sini seorang
tenaga pendidik dapat memantau secara intens setiap orang individu yang menjadi peserta
didiknya. Sehingga dengannya akan lebih mudah untuk berkembang.
b. Pembelajaran didasarkan pada bakat dan minat yang dimiliki peserta didik. Setiap individu
pada dasarnya dianugerahi oleh Tuhan bakat dan minat yang berbeda-beda. Karena hal
tersebutlah maka pembelajaran individu ini penting adanya. Artinya kegiatan pembelajaran
yang diarahkan sesuai dengan bakat dan minat ini diharapkan akan membuat peserta didik
menjadi nyaman terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani hingga akhirnya dapat
berkembang sesuai bakat dan minat masing-masing.
c. Gaya belajar yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki tipe dalam belajar yang berbeda.
setidaknya hal ini dapat kita kelompokkan secara umum menjadi tiga tipe utama, yakni tipe
audio atau seorang individu yang dapat belajar dengan baik dengan cara mendengar, kedua
tipe visual yakni seorang individu yang akan dapat memahami sebuah pembelajaran jika
menggunakan penglihatannya atau yang ketiga tipe kinestetik, yakni seorang individu yang
memiliki kemampuan tertinggi dalam memahami pembelajaran jika dialami secara langsung
atau berdasarkan gerakan nyata. Dengan hal tersebut maka pada kegiatan pembelajaran
individual dapat diintensifkan sesuai dengan gaya belajar masing-masing individu
g. Penerapan Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual dapat mencakup tata cara pengaturan, antara lain sebagai berikut :
a. Rencana studi mandiri ( independent study plans ) : tenga pengajar dan siswa membuat
perjanjian mengenai apa yang akan dipelajari dengan tujuan apa. Seluruh siswa mengatur
belajarnya sendiri dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.
b. Program studi yang di kelola sendiri ( self derected study ) siswa diberi suatu daftar semua
tujuan yang harus dicapai termasuk materi yang harus dikuasai. dan mempersiapkan diri
untuk menghadapi ujian.
c. Belajar menurut kecepatan sendiri ( self pacing ) siswa mempelajari materi pelajaran
tertentu, untuk mencapai tujuan intruksional tertentu pula, sebagaimana ditetapkan oleh
tenaga pengajar. semua siswa harus mencapai tujuan- tujuan intruksional yang sama, tetapi
mereka mengatur sendiri laju kemajuannya dalam mempelajari bahan.
d. pengaturan intruksi oleh siswa sendiri (student-determined inturction) yang menyangkut
tentang penentuan semua tujuan instruksional, pihan media pengajaran dan nara sumber,
penentuan laju kemajuannya sendiri, evaluasi sendiri terhadap pencapaian tujuan
instruksional dan kebebasan untuk memprioritaskan materi pelajaran tertentu.
e. kombinasi dan pengajaran kepada kelompok besar dengan pengajaran kepada kelompok
kecil. selain itu ada pula keharusan untuk belajar mandiri terutama dalam bidang studi yang
paling membutuhkan usaha tambahan.
h. Evaluasi Pembelajaran Individual
Sama dengan konsep evaluasi paga umumnya, evaluasi untuk Penerapan Pembelajaran
Individual dituntut untuk memenuhi kriteria
a. Validitas : Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang
digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua
kompetensi yang terwakili secara proporsional

b. Reliabilitas : Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.


Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin
konsistensi. Misal, guru menilai dengan projek, penilaian akan reliabel jika hasil yang
diperoleh itu cenderung sama bila projek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif
sama

c. Terfokus pada kompetensi : Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,


penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Keseluruhan/ Komprehensif : Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan


beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi siswa, sehingga tergambar
profil kemampuan peserta didik.

e. Objektif :Penilaian harus dilaksanakan secara objektivitas. Untuk itu, penilaian harus
adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta
didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian
angka (skor).
DISCOVERY-EXPOSISI
Strategi pembelajaran merupakan gabungan dari beberapa rangkaian kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran siswa, bahan, peralatan dan waktu yang digunakan untuk
proses pembelajaran dalam mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pembelajaran individual atau pengajaran perseorangan merupakan suatu strategi untuk mengatur
kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih
banyak daripada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar
dalam kelompok siswa yang besar.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam
pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Dalam standar isi disebutkan bahwa bahasa
Indonesia meliputi empat standar kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. \ Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai
oleh peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari keempat kompetensi itu saling
berkesinambungan satu dengan yang lain dalam proses pembelajarannya. Implementasi
Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
menggunakan tiga model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku seintifik,
sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah model
pembelajaran penyingkapan/penemuan (discovery learning/inqury learning), model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan model pembelajaran berbasis
proyek (project based learning).
Menurut Al Wasilah (2005:111) pengertian eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya
mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Dalam
pembelajaran teks eksposisi ini diperlukan sebuah model yang tepat agar peserta didik menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Model discovery learning salah satu model yang tepat
untuk pembelajaran teks eksposisi. Teks eksposisi memuat penilaian, dorongan atau ajakan
tertentu kepada khalayak. Bentuk teks eksposisi terutama dalam media masa dapat berupa esai,
artikel, tajuk rencana, atau tanggapan kritis.

Model pembelajaran discovery learning tepat diterapkan dalam pembelajaran teks eksposisi
karena peserta didik dapat memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif yang
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Peserta didik menjadi lebih aktif merespon
pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Penerapan
pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran teks eksposisi mampu memotivasi dan
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis. Hal ini dapat kita lihat dari tingkat
pertisipasi peserta didik dalam bertanya dan menanggapi topik yang dibahas. Selain itu juga
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah discovey learning yang
diterapkan dalam teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong
peserta didik merumuskan pemecahan masalah. Peserta didik mampu melakukan transfer
knowledge dalam pembelajaran teks eksposisi dan dapat mengungkapkan sejumlah informasi,
pendapat yang disertai fakta dan juga penilaian, dorongan atau ajakan, yang dapat meyakinkan
khalayak. Teks eksposisi yang disampaikan secara lugas dan menggunakan bahasa baku, bersifat
okjektif, dan netral disertai data-data akurat sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan secara
rinci dari suatu kejadian atau hal yang penting. Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning
merupakan suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui
belajar penemuan, siswa juga bisa berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah
yang dihadapi. Dengan demikian, penerapan metode pembelajaran discovey learning dalam
pembelajaran teks eksposisi ini mampu memotivasi peserta didik untuk meningkatkan
pemahaman, mengembangkan, dan menyajikan hasil karyanya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada diri seseorang atau suatu objek,
dan pada setiap individu memiliki karkteristik yang berbeda-beda. Pada tahapan ini anak/peserta
didik berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses ini
tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah
sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya.
Adapun beberapa perkembangan pada anak usia 9 sampai 12 tahun diantaranya yaitu:
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan Bahasa
3. Perkembangan Bicara
4. Minat Membaca
B. Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan makalah
ini dapat lebih baik untuk ke depannya. Khusus untuk para pendidik dan pembaca dalam dunia
pendidikan, karena makalah ini sangat bermanfaat untuk dibaca sehingga efeknya nanti kita
dapat memiliki kemauan dalam memajukan Indonesia serta menciptakan generasi yang cerdas
dan berwawasan luas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/5-tahap-perkembangan-anak-usia-praremaja. diakses pada


Jum’at 14 April 2019, jam 17.56 WIB.

Septiani, Selvira. 2017. Perkembangan Anak Usia 11-12 Tahun. Tersedia online
http://selviraseptiani29.blogspot.com/2017/12/perkembangan-anak-usia-11-12-tahun.html?m=1.
Diakses pada Jum’at 12 April 2019, jam 18.17 WIB.

Solaangsa. 2015. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar. Tersedia online


http://solaangsa.wordpress.com/2012/01/28/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/amp/. Diakses pada
Kamis 11 April 2019, Jam 16.28 WIB.

Sophiasola. 2015. Makalah SKI - Karakteristik Anak Usia SD/MI. tersedia online
http://khalidasophia.blogspot.com/2015/05/makalah-ski-karakteristik-anak-usia-sd.html?m=1.Diak ses
pada Kamis, 11 April 2019, Jam 16.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai