Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PSIKOLOGI BELAJAR

TENTANG

HAKIKAT BELAJAR MENURUT PARA AHLI

Dosen Pembina Mata Kuliah:

Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd, Kons


Prof. Dr. Neviyarni S., MS,

OLEH

INDRA GENI

NIM : 21151015

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
HAKIKAT BELAJAR MENURUT PARA AHLI

A. Hakekat Psikologi
Psikologi berasal dar perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar
belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tetang arti psikologi itu sendiri.
Ada yang berpenapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa, tetapi ada juga yang
berpendapat bahwa psikologi adalahilmu tentang tingkah laku atau perilaku manusia
Mahfud (dalam syarifan Nurjan,2016:3)
Ada sebagaian ahli psikologi yang mendefenisikan psikologi bertitik tolak dar
anggapan bahwa psikologi harsulah mempelajari sesuatu yang nyata (konkrit), maka ada
sebagaian serjana yang mengartikan psikologi sama dengan karaktetologi atau tipologi.
Karaktetologi adalah ilmu tetantang karakter atau sifata kepribadian dan tipologi adalah
ilmu tentang berbagai tipe atau jenis manusia berdasarkan karakternya.
Singgih Dirgagunasa dala (Halim pornomo, 2019:12) berpendapat bahwa psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Plato dan Aristoteles
lebih mengedepankan hahikat jiwaserta prosesnya mencapai akhir dalam kajian
psikologi. Jhon Broadus Watson, berpandangan bahwa panekanan kajian psikologis pada
atampak lahiriah tingkah laku berdasarkan hail observasi yang objektif dari rangsangan
dan respon. Sedangakan Woodworth dan Marquis beranggapan bahwa penekanan
psikologi lebih intens pada interaksi indivisu terhadapa alam sekitar dimna mereka
tinggal.
Berdasarkan uraian diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa psikologi ada bidang
ilmu pengetahuan yang mengkaji dan membahas yang berkaitan dengan sisi tingkah laku
individu.

B. Hakikat Belajar
Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam
memenuh kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkugannya
Slameto (dalam syarifan Nurjan,2016:14)
Beberapa pengertian belajar menurut para Ahli (dalam syarifan Nurjan,2016:15)
1. Hamalik, (1992) belajar mengandung penertian terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan
masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
2. Hilgard dan Brower dalam Hamalik (1992:45) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman.
3. Sardimana (2990:22) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah
laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca,
mengamatii, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
4. Barlow (1996:16-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive
behavior adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif). Di dalam Dictionary of Psycology disebutkan bahwa belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman.
5. Hintzman (1978) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. Dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme.
6. Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam defenisi. Yaitu
a. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan (the process orf acquiring
knowlagde). Pengertian ini biasanya lebih seing dipakai dalam pembahasan
psikologi kognitif yang sebagain ahli dipandang kurang represntatif Karena tidak
mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Belajar sebagai proses
perubahan perlu diperhatikan pula upaya untuk mengubah mainset siswa-siswi
yang bias gender menjadi inklusif gender.
b. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan beraksi yang relative langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat (A relatively permanent change in respons
potentially wich accurs as a result of reinforced practice). Dalam defenisi ini
terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami
proses belajar. Istilah-istilh tersebut meliputi (1) secara umum menetap
(relatively permanent) (2) kemampuan beraksi (response potentiality) (3) yang
diperkuat (reinforced) (4) praktik lain (practice).
Istilah relatively permanent konotasinya ialah bahwa perubahan yang bersifat
sementara seperti b[perubahan Karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena
kematangan fisik tidak termasuk belajar.
Respons potentiality berarti menujukkan pengakuan terhadap adanya perbedaan
antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar. Hal ini
merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesisi yang
hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur.
Istilah reinforced, konotasinya ialah bahwa kemajuan yang didapat dari proses
belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan.
Sementara itu, istilah practice menunjukkan bahwa proses belajar itu
membutuhkan latihan yang berulang bahwa proses belajar itu membutuhkan
latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang
telah dicapai siswa-siswi.
7. Biggs (1991) mendefenisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu
a. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berati kegiatan pengisisna
atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi,
belajar dalam hal ini dipandang dari sudut beruapa banyak materi yang dikuasai
siswa/siswi.
b. Secara institusional (tinjau kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses
validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa/siswi ata materi-materi yang
telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa/siswi telah belajar
dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses belajar dapat diketahui dalam
hubungannya dengan proses mengajar.
c. Secara kualitatif (tinjau mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-
pemahaman serta cara-cara menafsikan dunia di sekeliling siswa-siswi. Belajar
dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya piker dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang belum dan akan dihadapu
siswa-siswi.
8. Makmun (2003:159) menyimpulkan bahwa perubahan dalam konteks belajar itu dapat
bersifat finhsional atau structural, material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hilgard dan Bower (1981) yang mengemukakan
bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relative permanen
dan yang merupakan hasil proses pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses
kedewasaan.
C. Hakekat Psikologi Belajar
Dari uraian dari psikologi dan belajar, maka dapat di simpulkan bahwa psikologi
belajar adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari, menganalisisi prinsip-
prinsip perilaku manusia dalam proses belajar dan pembelajari.
Komentar
Melalui uraian di atas, kita tau bahwa belajar merupakan sesuatu yang penting di
peroleh oleh individu untuk tercapainya kebutuhan diri individu itu sendiri, dengan belajar
individu mampu menjalankan hidup sesuai dengan aturan, norma yang berlaku dan
mampu menjalankan kehidupan sebagai makhluk social di lingkuangan sekitarnya.
Belajar sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sajak zaman nabi adam, nabi
Muhammad, bahkan Allah SWT memerintahkan untuk Iqro’ (bacalah) dalam Al Quran.
Begitu pentingnya belajar dalam hidup. Manusia satu-satunya makhluk yang diberi
keistimewaan dan kesempurnaan dari makhluk Tuhan lainnya, yaitu memiliki akal dan
fikiran sehingga mampu memanfaatkan segala fasilitas yang Allah ciptakan di muka bumi
ini, dengan mengunakan akal dan berfikir manusia belajar sehingga mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk kemudahan manusia dalam
berkehidupan. Seperti dengan belajar manusia menciptakan alat komunikasi seperti telfon
gengam, laptop, proyektor, mobil dll. Itu semua dapat di ciptakan manusia karena belajar,
bukan hanya dari segi fisik, sesuai dengan pendapat para ahli yang mengatakan bahwa
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu. Nah
perubahan tingkahlaku ini tentunya bukan tingkah laku yang mengarah kepada hal –hal
menyimpang dan melanggar aturan norma social di lingkungannya. Perubahan tingkah
laku disini maksdunya tentu perubahan tingkah laku yang mengubah individu menjadi
pribadi yang lebih baik, bisa menjalankan hidup dan berinteraksi dengan lingkungan yang
baik dengan lingkungannya.
Dalam hal ini sesuai dengan pengertian belajar menurut para ahli diatas, bahwa
belajar merupakan sebuah proses dan progres sehingga membentuk sebuah perubahan baik
fisik, penampilan, dan pengetahuan. Contohnya seseorng yang mencipatkan sebuah alat,
atau mampu menulis sebuah buku tentunya orang tersebut belajar terlebih dahulu, dalam
belajar itulah adanya proses tahap demi tahap yang harus di lalui individu dan dengan
proses yang telah di lalui itulah adanya progres atau kemajuan dan kemajuan itulah
membentuk perubahan dari segi kognitifnya, prilakunya, maupun penampilaknnya
sehingga dia memiliki pengetahuan, pemahaman baru.
Objek utama dalam proses belajar adalah peserta didik siswa-siswi di sekolah.
Sebernya anak tidak hanya bisa belajar di sekolah, karena anak dapat belajar dari
lingkungan sekitar, orang tua dan teman bermain, belajar sudah di dapatkan anak sebelum
menempuh jenjang pendidikan. Sejak anak lahir kedunia, orang tua memberikan didikan
dan pelajaran tentang bagaimna hakekatnya hidup yang dasar, bagaimna cara bicara,
berjalan, menjaga kebersihan, makan dan minum dll. Bukan hanya itu anak juga belajar
dari lingkungan sekitar bagaimna cara bergaul, bagaimana cara berinteraksi dengan teman-
teman dan menjaga sopan dan santun dimanapun berada. Jadi proses belajar itu tidak
hanya terfokus kepada perubahan yang didapat anak di sekolah, melainkan juga di rumah,
dan juga lingkungan sekitarnya.

Daftar Rujukan
Purnomo Halim. 2019. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: LP3M UMY

Nurjan Syarifan. 2016. Psikologi Belajar. Ponorogo: WADE GROUP.

Thahir Andi. 2014. Psikologi Belajar. Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai