jenis-jenis wawancara
1. Wawancara Terstruktur
Bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
Peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis dan alternatif jawaban.
2. Wawancara Semi Terstruktur
Dilaksanakan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
3. Wawancara tak berstruktur
Dilakukan secara bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara
sistematis.
4. Pedoman yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan.
Peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti
lebih banyak mendengarkan
Dilihat dari sisi pelaksanaannya, wawancara dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Berikut
ini adalah jenis-jenis wawancara:
1. Wawancara Terpimpin
Ini adalah jenis wawancara dimana pewawancara sudah memiliki daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci untuk diajukan kepada narasumber.
Ini adalah jenis wawancara dimana pewawancara melakukan kombinasi antara wawancara
terpimpin dengan wawancara bebas, dimana pelaksanaannya sesuai dengan pedoman
mengenai topik yang dibahas.
3. Wawancara Bebas
Yang paling krusial, beberapa pertanyaan dibuat dalam upaya untuk menangkap
pertukaran yang sedang dilakukan selama pelaksanaan strategi. Hasil kuesioner
menunjukkan beberapa orang mengambil pendekatan yang tidak fleksibel sementara
yang lain mengharapkan bawahannya kehilangan target awal karena alasan yang terkait
dengan acara yang sedang berlangsung dan peluang inovatif. Intinya, kombinasi
wawancara dan kuesioner sangat membantu untuk mendapatkan wawasan baru.
Namun, itu gagasan menggunakan intuisi seseorang (sampai tingkat tertentu) sebagai
dasar untuk desain kuesioner tidak bertentangan dengan prinsip bahwa pertanyaan
diajukan, apakah melalui wawancara atau melalui survei kuesioner, harus berasal dari
'sesuatu yang nyata' (baik masih ada literatur dan / atau dari bukti sebelumnya). Apalagi
baik pendekatan ini maupun aksinya menggabungkan bukti kualitatif dan kuantitatif
dalam studi yang sama menghasilkan efek gugup tidak sepele.
Daftar pustaka
Cristopher H. (2004). THE REAL LIFE GUIDE TO ACCOUNTING RESEARCH A BEHIND-THE-SCENES VIEW
OF USING QUALITATIVE RESEARCH METHODS. Elsivier Ltd. The boulevard langford
lane oxford. UK. Bisa diunduh : https://b-ok.cc/book/543981/c7b04e
Manzoni, J-F. (1994). Use of quantitative feedback by superiors of manufacturing cost center
managers: a field study. Unpublished Working Paper. Boulevard de Constance,
Fontainebleau Cedex, France.
Marginson, D. E. W. (1999). Beyond the budgetary control system: towards a two-tiered process
of management control. Management Accounting Research, 10(3), 203–230. Bisa
diunduh: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1044500598901044
Marginson, D. E. W. (2002). Management control systems and their effects on strategy formation
at middle-management levels: evidence from a U.K. organization. Strategic
Management Journal, 23(11), 1019–1031. Bisa diunduh:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/smj.271
Marginson, D. E. W. (2003). Coping with role ambiguity through the budget. Departmental
working paper. Manchester School of Management, UMIST, Manchester,
England. Bisa diunduh: https://econpapers.repec.org/scripts/redir.pf?u=http%3A
%2F%2Fwww.sciencedirect.com%2Fscience%2Farticle%2Fpii%2FS0361-
3682%2804%2900040-6;h=repec:eee:aosoci:v:30:y:2005:i:5:p:435-456
Yin, R. (1993). A review of case study research: Design and methods. London: Sage. Bisa diunduh:
https://journals.nipissingu.ca/index.php/cjar/article/view/73