Anda di halaman 1dari 220

Laporan Kinerja

Tahun 2019

Memperkuat Kompetensi Pengawasan Intern


Yang Berkelanjutan Demi Bakti Untuk Negeri
I
T

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


www.bpkp.go.id
GIACorpu Government Internal Audit
Corporate University

Laporan Kinerja
Tahun 2019

Nomor : LKIN-9/K/SU/2020
Tanggal : 27 Februari 2020

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


www.bpkp.go.id
Kata Pengantar

Muhammad Yusuf Ateh


Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan

Tahun 2019 merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) dan juga Rencana Strategis (Renstra) Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2015-2019. Oleh karena itu, laporan
kinerja tahun 2019 merupakan laporan kinerja tahun terakhir dalam periode Renstra
tersebut. Sebagai laporan penutup implementasi Renstra, laporan kinerja tahun 2019
ini menyajikan pencapaian kinerja tahun 2019 dan juga pencapaian tujuan BPKP
sebagaimana direncanakan dalam Renstra periode 2015-2019.

Berakhirnya RPJMN dan Renstra BPKP tahun 2015-2019, membuka babak baru bagi
BPKP untuk merencanakan arah pengawasan yang akan dilakukan BPKP dalam
periode lima tahun ke depan, maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada
tahun 2019 BPKP telah menyusun Rancangan Renstra tahun 2020-2024 dengan
berpedoman pada Rancangan RPJMN tahun 2020- 2024.

Dalam rancangan RPJMN tahun 2020-2024, Pemerintah telah menetapkan arah


pembangunan pada akhir periode Rencana Pemerintah Jangka Panjang Tahun 2005 -
2025 dengan menitik beratkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berujung pada optimalisasi penerimaan negara, peningkatan serta pemerataan
pembangunan infrastruktur pendukung dan kapasitas sumber daya manusia.
Pengawasan atas akuntabilitas dan kinerja tidak dapat dilepaskan dari fokus-fokus
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, BPKP hadir menjalankan peran yang lebih

Laporan Kinerja 2019 - BPKP


strategis untuk tercapainya target pemerintah dan pelaksanaan pembangunan yang
akuntabel.

Sebagai auditor internal pemerintah, BPKP telah menjadi mitra kerja Presiden dan
Pemangku Kepentingan Utama Lainnya melalui kegiatan assurance dan consulting.
Pada tahapan selanjutnya, BPKP bertekad untuk menjadi elemen yang berkontribusi
aktif terhadap pelaksanaan pencapaian tujuan pemerintah yaitu menjadi trusted
advisor. Sebagai trusted advisor, BPKP berkomitmen untuk terlibat aktif sebagai
pemberi saran yang terpercaya melalui komunikasi yang efektif, hubungan yang kuat,
dan kemauan untuk berkembang bersama organisasi, sehingga dapat mendorong
perubahan yang positif dalam organisasi.

Hal tersebut sejalan dengan budaya organisasi unggul di BPKP yang dibentuk oleh
nilai positif (value) yang diyakini dan dipraktekkan oleh setiap individu di lingkungan
BPKP, yaitu profesional, integritas, orientasi pada pengguna, nurani dan akal sehat,
independen dan responsibel, disingkat dengan PIONIR yang dekat dengan kata
pioneer atau perintis. Value tersebut diwujudkan dengan menjadi perintis dalam
mempraktikkan pengetahuan baru di bidang akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara/ daerah dan pembangunan nasional.

Berkenaan dengan hal tersebut, setiap insan BPKP memiliki posisi yang signifikan dan
strategis sebagai agent o f trusted advisor. Untuk itu, pengembangan SDM fokus untuk
mendorong terpenuhinya sembilan atribut internal auditor, yaitu komitmen yang tinggi
terhadap etika, fokus pada hasil, keingintahuan intelektual, berpandangan terbuka,
komunikator yang dinamis, hubungan yang berwawasan, pemimpin yang
menginspirasi, pemikir yang kritis, dan ahli secara teknis.

Dalam rangka pengembangan SDM BPKP dan juga aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) ke depan, pada tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal
Auditor Corporate University (GIA Corpu). Dengan membentuk corporate university,
diharapkan dapat mengubah strategi pembelajaran terhadap SDM, dari yang selama
ini bersifat pembelajaran taktis dan fokus pada mengatasi kesenjangan peran
pekerjaan spesifik pegawai, menjadi pembelajaran terintegrasi bahkan strategis yang
mampu mengembangkan kapabilitas pegawai dan mengintegrasikan seluruh
komponen yang memengaruhi kinerja pegawai dan organisasi.

Akhirnya saya berharap, semoga laporan kinerja ini dapat memberikan umpan balik
yang bermanfaat bagi penyempurnaan dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas
BPKP yang terus semakin baik ke depannya.

Kepala BPKP,

ttd

Muhammad Yusuf Ateh

BPKP - Laporan Kinerja 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
RINGKASAN EKSEKUTIF x
PERNYATAAN TELAH DIREVIU xiii

PENDAHULUAN 02
Tugas dan Fungsi BPKP 04
Struktur Organisasi 05
Aspek Strategis Organisasi 09
Kegiatan dan Layanan Produk BPKP 10
Sistematika Laporan 11

PERENCANAAN KINERJA 12
Rencana Strategis 2015-2019 14
Perjanjian Kinerja 2018 31

AKUNTABILITAS KINERJA 32
Kerangka Pengukuran Kinerja 34
Pencapaian T ujuan BPKP 2015-2019 35
Capaian Kinerja Tahun 2019 38
Sasaran Strategis 1 - Indeks AP3N 39
Sasaran Strategis 2 - SPIP 67
Sasaran Strategis 3 - APIP 94
Dukungan Pengawasan 121
Kinerja Lainnya Tahun 2019 131
Akuntabilitas Keuangan 150

PENUTUP 152

KILAS PERISTIWA 2019 162

LAMPIRAN 166

iv Laporan Kinerja 2019 - BPKP


DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Kinerja Utama 27 3.20 Kinerja Sasaran Strategis 2 65


BPKP Tahun 2015-2019 3.21 Perkembangan Jumlah K/L 67
2.2 Target Kinerja BPKP tahun 30 yang Mencapai Maturitas
2015-2019 SPIP Level 3 menurut
2.3 Perjanjian Kinerja BPKP 31 Kedeputian Pembina
Tahun 2019 3.22 Kondisi Maturitas SPIP K/L 68
3.1 Ringkasan Kinerja BPKP 38 2019
Tahun 2019 3.23 Peningkatan Maturitas SPIP 68
3.2 Kinerja Sasaran Strategis 1. 39 K/L 2019
3.3 Prioritas Pembangunan 41 3.24 Lima AOI Tertinggi 69
Nasional Tahun 2019 Penyelenggaraan SPIP
3.4 Hasil Pengukuran Indeks 43 Kementerian/ lembaga
AP3N Tahun 2019 Tahun 2019
3.5 Area of Improvement (AOI) 44 3.25 Perkembangan Jumlah 72
Indeks AP3N Tahun 2019 Pemerintah Provinsi yang
3.6 Reviu Tata Kelola PSN 45 Mencapai Maturitas SPIP
Tahun 2019 Level 3
3.7 Peningkatan ruang fiskal 52 3.26 Peningkatan Maturitas SPIP 73
hasil OPN 2015-2019 Pemprov 2019
3.8 Penghematan pengeluaran 52 3.27 Perkembangan Jumlah 78
negara pembangunan LRT Pemerintah Kab/Kota yang
3.9 Penghematan pengeluaran 52 Mencapai Maturitas SPIP
negara dari hasil verifikasi Minimal Level 3 menurut
tagihan tunggakan pihak Wilayah/ Provinsi
ketiga 2015-2019 3.28 Kondisi Maturitas SPIP 84
3.10 Penghematan pengeluaran 53 Pemerintah Kab/Kota
negara dari hasil Tahun 2019 menurut
pengawasan ganti rugi Provinsi
pengadaan tanah PSN 3.29 Peningkatan Maturitas SPIP 85
3.11 Cost Saving 2015-2019 53 Pemkab/ Kota 2019
3.12 Perkembangan Capaian 61 3.30 Lima AOI Penyelenggaraan 88
Opini WTP Pemda TA. 2016 SPIP Pemda Tahun 2019
- 2018 3.31 Skema Penilaian Efektivitas 90
3.13 Perkembangan korporasi 61 SPI Korporasi
GCG "baik" 2015-2019 3.32 Efektivitas SPI Korporasi 90
3.14 Perkembangan BUMN 61 (Level 3) s.d. Tahun 2019
kinerja "baik" 2015-2019 3.33 Komposisi level efektivitas 91
3.15 Perkembangan PDAM 62 SPI menurut jenis Badan
kinerja "sehat" 2015-2019 Usaha (BU)
3.16 Perkembangan BLUD 62 3.34 Ringkasan Kinerja Sasaran 94
kinerja "Baik" 2015-2019 Strategis 3
3.17 Target dan Realisasi Output 62 3.35 Perkembangan Jumlah 96
Kegiatan Keinvestigasian APIP K/L yang Mencapai
3.18 penghematan keuangan 64 Kapabilitas Level 3
negara dari hasil audit 3.36 Kondisi Kapabilitas APIP 97
penyesuaian harga dan audit K/L Tahun 2019
klaim 2015-2019 3.37 Peningkatan Kapabilitas 97
3.19 FCP, M PAK, dan HKP 2015­ 64 APIP K/L 2019
2019 3.38 Lima AOI Tertinggi 98
kapabilitas APIP
Kementerian/ lembaga
Tahun 2019

BPKP - Laporan Kinerja 2019 v


3.39 Perkembangan Jumlah APIP 100
Pemerintah Provinsi
Kapabilitas Level 3
3.40 Kondisi Kapabilitas APIP 100
Pemerintah Provinsi Tahun
2019
3.41 Peningkatan Kapabilitas 100
APIP Pemprov 2019
3.42 Perkembangan Jumlah APIP 106
Pemerintah Kab/Kota yang
Mencapai Kapabilitas
minimal Level 3
3.43 Kondisi Kapabilitas APIP 115
Pemerintah Kab/Kota Tahun
2019
3.44 Peningkatan Kapabilitas 115
APIP Pemkab/ Kota 2019
3.45 AOI kapabilitas APIP Pemda 119
Tahun 2019
3.46 Hasil seleksi dan penetapan 123
diklat JFA tahun 2019
3.47 Jumlah K/L/Pemda yang 123
mengimplementasikan JFA
beserta auditor tahun 2019
3.48 Capaian Kegiatan Fasilitasi 124
Penilaian Angka Kredit 2019
3.49 Jumlah lulusan program 124
degree tahun 2015-2019
3.50 Jumlah peserta non degree 125
tahun 2015-2019
3.51 Jumlah Peserta Diklat Teknis 127
Substantif Tahun 2019
3.52 Jumlah Peserta Diklat 127
Fungsional Auditor Tahun
2019
3.53 Perkembangan Jumlah 128
Peserta diklat Tahun 2015­
2019
3.54 Roadmap pembentukan GIA 135
Corpu
3.55 Anggaran dan Realisasi 150
Keuangan BPKP Tahun 2019
3.56 Anggaran dan Realisasi 150
Keuangan menurut Jenis
Belanja
3.57 Anggaran dan Realisasi 150
Keuangan menurut Program
4.1 Kesimpulan Pencapaian 155
Tujuan BPKP 2015-2019
4.2 Kesimpulan Pencapaian 155
Kinerja BPKP Tahun 2019

vi Laporan Kinerja 2019 - BPKP


DAFTAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi BPKP 06 3.8 Inspeksi lapangan tim dipimpin 47
1.2 Muhammad Yusuf Ateh, Ak., 07 Kepala Perwakilan BPKP Provinsi
MBA, didampingi istri berfoto Nusa Tenggara Timur memantau
progress PSN pembangunan Jalan
bersama dengan Presiden dan
Lintas Utara Flores dari Labuan
Wakil Presiden seusai dilantik ______ Bajo - Kedindi________________________
sebagai Kepala BPKP di 3.9 Tim BPKP melakukan 48
Istana Negara, 5 peninjauan dalam rangka reviu
Februari 2020 progres pembangunan LRT
1.3 Posisi pegawai per 31 08 ______Cawang - Cibubur_________________
Desember 2019 3.10 Inspeksi lapangan tim 48
1.4 Peta SDM BPKP per 31 09 Perwakilan BPKP Provinsi Jawa
Desember 2019 menurut Tengah memantau PSN
lokasi unit kerja Bendungan Logung di
1.5 Sistematika laporan 11 ______Kabupaten Kudus, Jawa Tengah_____
2.1 Rencana Strategis BPKP 16 3.11 Tim BPKP melakukan inspeksi 49
periode 2015-2019 lapangan dalam rangka
2.2 Empat Fokus Pengawasan 28 pemantauan akuntabilitas
3.1 Konsep Pengukuran Indeks 40 penggunaan Dana Siap Pakai
AP3N Penanggulangan Bencana
3.2 Skala Skor Indeks AP3N 42 Gempa Bumi, Tsunami, dan
3.3 Perbandingan Kinerja Indeks 43 ______Likuifaksi di Sulawesi Tengah_______
AP3N 3.12 Rapat Koordinasi dan 50
3.4 Kepala Perwakilan BPKP 45 Pembahasan Hasil Reviu BPKP
provinsi NTB melakukan pada KPU dan Bawaslu Provinsi
pemantauan proyek PSN dan Kabupaten/ Kota tahun
pembangunan Bendungan 2019____________________________
Bintang Bano di Sumbawa, 3.13 Penyampaian hasil reviu LKJPP 51
NTB Tahun 2018 oleh Kepala BPKP
3.5 Pelaksana Tugas Kepala 46 kepada Menteri Pendayagunaan
BPKP dan Deputi Bidang Aparatur Negara dan Reformasi
Perekonomian dan ______Birokrasi_________________________
Kemaritiman melakukan rapat 3.14 Evaluasi atas pelaksanaan 53
pembahasan mengenai LRT pemeriksaan bersama bidang
dengan Menteri Koordinator migas antara Kementerian
Bidang Kemaritiman dan Keuangan, BPKP dan SKK
Investasi Migas
3.6 Inspeksi lapangan tim, 46
dipimpin Kepala Perwakilan 3.15 Kepala Perwakilan BPKP 55
BPKP Provinsi Kalimantan Provinsi Sumatera Utara
Timur memantau PSN melakukan penandatanganan
Pembangunan Jembatan perjanjian kerjasama SP2D
Pulau Balang II di Kabupaten online antara Pemerintah
Penajam Paser Utara Kabupaten Simalungun dengan
3.7 Inspeksi lapangan tim, 47 Bank BNI dan BPKP guna
dipimpin Kepala Perwakilan mendukung optimalisasi
BPKP Provinsi Daerah pengelolaan keuangan
Istimewa Yogyakarta Pemerintah Kabupaten
memantau progress PSN ______Simalungun.______________________
pembangunan Bandara New 3.16 Perkembangan Implementasi 56
Yogyakarta International ______Siskeudes 2015-2019 (Desa)________
Airport (NYIA)

BPKP - Laporan Kinerja 2019 vii


3.17 Kunjungan Deputi PKD ke desa- 57 3.32 Perbandingan Kinerja Maturitas 87
desa di Kabupaten Kampar, SPIP Kab/Kota (Level 3)
Riau untuk mengetahui tingkat 3.33 Deputi Akuntan Negara menjadi 91
tata kelola keuangan desa, narasumber dalam kegiatan
keberhasilan pemanfaatan dana Workshop self assessment dan
desa, dan inovasi desa peningkatan kapabilitas SPI
3.18 Peta Pemkab/ Kota yang 58 PTPN III
menerapkan Siskeudes Online 3.34 Kepala Perwakilan BPKP Sulsel 92
s.d. Tahun 2019 melakukan Sosialisasi
3.19 Kepala Perwakilan BPKP 60 Peningkatan Kapabilitas Satuan
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Pengawas Intern (SPI) pada
tim, memberikan pembinaan Perumda Air Minum Kota
sistem informasi akuntansi dan Makassar
aplikasi BUMDesa dalam rangka 3.35 Sharing Session dengan BUMN, 92
meningkatkan akuntabilitas dan BUMD dan BLUD se-Jawa
kinerja BUMDesa di Kabupaten Tengah mengenai Governance,
Kolaka Timur Risk, and Control (GRC)
3.20 Kepala Perwakilan BPKP 63 bersama Deputi Kepala BPKP
Provinsi Sulawesi Selatan Bidang Akuntan Negara______
memaparkan hasil diagnostic 3.36 Perbandingan Kinerja Efektivitas 93
assessment pada Pemerintah SPI Korporasi (Level 3)
Kabupaten Bulukumba 3.37 Tingkat Kapabilitas dan 96
3.21 Karakteristik Tingkat Maturitas 66 Karakteristik APIP
Penyelenggaraan SPIP 3.38 Asistensi Pengumpulan 97
3.22 Perkembangan SPIP Level 3 K/L 69 Dokumen Penilaian Mandiri
Tahun 2015-2019 Kapabilitas APIP (IACM) di
3.23 Pelaksana Tugas Kepala BPKP 70 Lingkungan Kementerian Sosial
menyerahkan Penghargaan 3.39 Perkembangan Kapabilitas level 98
Capaian SPIP Level 3 dan 3 APIP K/L tahun 2015-2018
Kapabilitas APIP Level 3 pada 3.40 Perbandingan Kinerja 99
Menteri Luar Negeri Kapabilitas APIP K/L (Level 3)
3.24 Rapat Penilaian Mandiri 71 3.41 Workshop Peningkatan 101
Maturitas SPIP di Lingkungan Kapabilitas APIP di Wilayah
Badan Nasional Provinsi Jawa Barat yang
Penanggulangan Bencana diselenggarakan oleh Komisi
3.25 Perbandingan Kinerja Maturitas 72 Pemberatasan Korupsi (KPK)
SPIP K/L (Level 3) bekerjasama dengan Perwakilan
3.26 Workshop Peran Pimpinan 73 BPKP Provinsi Jawa Barat
Daerah Dalam Rangka dan Inspektorat Provinsi Jawa
Akselerasi Implementasi SPIP di Barat
Provinsi Aceh 3.42 Workshop peningkatan 101
3.27 Peta Maturitas SPIP Pemprov 74 kapabilitas APIP Pemda di
per 31 Desember 2019 Provinsi Kepulauan Riau
3.28 Komposisi Pemprov SPIP Level 76 3.43 Peta APIP Pemprov per 31 102
3 Th 2019 menurut Wilayah Desember 2019
(7 wilayah) dan perkembangan 3.44 Komposisi APIP Pemprov 104
maturitas SPIP Pemprov 2015­ dengan Kapabilitas Level 3 Th
2019 2019 menurut Wilayah (7
3.29 Perbandingan Kinerja Maturitas 77 wilayah) dan Perkembangan
SPIP Pemerintah Provinsi (Level Kapabilitas level 3 APIP
3) Pemprov
3.30 Peta Maturitas SPIP Level 3 82 tahun 2015-2019
Pemkab/Kota per 31 Desember 3.45 Perbandingan Kinerja 105
2019 Kapabilitas APIP Pemerintah
3.31 Komposisi Pemkab/Kota Level 3 86 Provinsi (Level 3)
menurut wilayah dan 3.46 Peta Kapabilitas APIP Level 3 108
perkembangan maturitas SPIP Pemkab/ Kota per 31 Desember
Pemkab/Kota 2015-2019 2019

Viii Laporan Kinerja 2019 - BPKP


3.47 Workshop peningkatan 114 3.63 Pembukaan Rapat Koordinasi 142
kapabilitas APIP se Provinsi Nasional Pengawasan
Aceh atas kerjasama Perwakilan (Rakornaswas) Tahun 2019
BPKP Aceh dengan Komisi Tanggal 21 Maret 2019 di Hotel
Pemberantasan Korupsi (KPK) Bidakara, Jakarta
3.48 Diklat Audit Intern berbasis 116 3.64 BPKP menerima penghargaan 145
Risiko bagi Inspektorat Kab. untuk K/L yang meraih opini
Yalimo WTP untuk laporan Keuangan
3.49 Kepala Perwakilan BPKP 116 Tahun 2014-2018 dari Menteri
Provinsi Banten menyampaikan Keuangan
materi pada kegiatan Workshop 3.65 BPKP menerima penghargaan 146
peningkatan kapabilitas APIP untuk K/L dengan kualifikasi
Inspektorat di wilayah Provinsi "Menuju Informatif' dari Komisi
Banten Informasi Pusat (KIP)
3.50 Komposisi APIP Pemkab/ Kota 117 3.66 Piagam penghargaan Menteri 147
dengan kapabilitas level 3 tahun Keuangan RI sebagai Peringkat
2019 dan perkembangan I Kinerja Pengelolaan Anggaran
kapabilitas APIP Pemkab/Kota Terbaik Tahun 2018 kategori
level 3 tahun 2015-2019 Pagu Kecil
3.51 Workshop telaah sejawat antar 118 3.67 Piala Bronze Winner Public 147
APIP Kabupaten di Provinsi Relations Indonesia Awards
Papua merupakan salah satu 2019 kategori Media Sosial sub
upaya meningkatkan kapabilitas kategori Lembaga
APIP Kab/Kota di Papua 3.68 Piala Silver Winner Insan PR 148
3.52 Perbandingan Kapabilitas APIP 119 Indonesia 2019 kategori Kepala
Pemerintah Kab/Kota (Level 3) Subbagian Humas
3.53 Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis 127 3.69 BPKP menerima BKN Awards 148
Komputer untuk Diklat 2019 Kategori Penilaian
Penjenjangan Auditor BPKP Kompetensi Tingkat Lembaga
3.54 Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis 128 Pemerintah Non-Kementerian
Komputer untuk Diklat 3.70 BPKP menerima penghargaan 149
Penjenjangan Auditor dari TNI “The Most Innovative Institution"
AL dalam penilaian instansi pembina
3.55 Model GIA Corpu yang 133 jabatan fungsional terbaik tahun
dikembangkan BPKP 2019 yang diselenggarakan oleh
3.56 Struktur Organisasi GIA 134 Kementerian PAN dan RB
Corpu yang dikembangkan 3.71 Pohon Kinerja BPKP Tahun 149
BPKP 2020-2024
3.57 Grand Launching GIA Corpu 136
dalam rangka Memperkuat
Kompetensi Pengawasan
Internal yang Berkelanjutan,
tanggal 30 Mei 2019 di Aula
Gandhi, BPKP
3.58 Sosialisasi MOOC kepada 138
pejabat di lingkungan BPKP
3.59 Video Conferences BPKP dan 139
CCA Bhutan dalam rangka
knowledge sharing
3.60 MoU Kerjasama BPKP dan CCA 139
Bhutan
3.61 BPKP menerima Head of 140
Korean Development Institute
3.62 Kepala BPKP menerima 141
kunjungan studi Banding
delegasi AGIA Filipina

BPKP - Laporan Kinerja 2019 ix


RINGKASAN EKSEKUTIF

BPKP merupakan lembaga pengawasan internal pemerintah yang bertugas melakukan


pengawasan keuangan negara/ daerah dan pembangunan nasional. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, pada periode 2015-2019, BPKP memfokuskan
pengawasan pada pengawalan program pembangunan nasional dan perbaikan
akuntabilitas serta tata kelola pemerintahan melalui implementasi sistem pengendalian
intern pemerintah (SPIP) dan peningkatan kapabilitas aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP).

Tahun 2019 ini merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan juga Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tahun 2015-2019. Oleh karena itu, laporan kinerja tahun 2019
ini juga merupakan laporan kinerja tahun terakhir dalam periode Renstra tersebut.
Sebagai laporan penutup implementasi Renstra, laporan kinerja tahun 2019 ini
menyajikan pencapaian tujuan BPKP sebagaimana direncanakan dalam Renstra
periode 2015-2019.

Pencapaian Tujuan 2015-2019


Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang semula berada
pada skala 2 (skala 1-5) pada tahun 2017, menjadi skala 3 (skala 1-5) pada tahun
2019 sesuai dengan target renstra (tercapai 100%). Dengan pencapaian kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional skala 3 (skala 1-5),
secara umum pengelolaan program pembangunan nasional cukup baik.

Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah (SPIP)
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan SPIP pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,96% pada
tahun 2015, menjadi sebesar 60,16% pada tahun 2019, atau mencapai 81,86% dari
target sebesar 73,49%. Pencapaian tersebut bermakna bahwa 60,16% instansi
pemerintah telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi
dengan baik.

Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang


Profesional dan Kompeten
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kapabilitas aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) yang semula sebesar 0,96% pada tahun 2015,
menjadi sebesar 57,94% pada tahun 2019, atau mencapai 79,45% dari target sebesar
72,81%. Pencapaian tersebut bermakna bahwa 57,94% APIP telah mampu menilai
efisiensi, efektivitas dan keekonomisan suatu kegiatan dan mampu memberikan
konsultansi terkait dengan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.

x Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pencapaian Kinerja Tahun 2019
Kinerja Tahun 2019 secara umum mengalami peningkatan, walaupun belum
seluruhnya mencapai target tahun 2019. Dari delapan indikator kinerja, sebanyak satu
indikator kinerja mencapai target (100%), sebanyak 6 indikator kinerja kinerjanya
mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, dan sebanyak satu indikator kinerja
belum mencapai target.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan


dan Pembangunan Nasional
Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh satu indikator Kinerja yaitu "Indeks
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas dalam
Nawacita” . Dari hasil pengukuran kinerja, rata-rata skor indeks akuntabilitas pengelolaan
program pembangunan nasional (AP3N) sebesar 64,28, berada pada skala 3 sesuai
target, atau tercapai 100%.

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Maturitas SPIP dan Efektivitas SPI Korporasi


Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh empat indikator Kinerja. Dari hasil
pengukuran kinerja, tiga indikator mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
lalu, namun belum mencapai target, dan sebanyak satu indikator belum mencapai
target.

Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah


Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
Pencapaian sasaran strategis ini diukur oleh tiga indikator Kinerja. Dari hasil
pengukuran kinerja, seluruhnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
lalu, namun belum mencapai target.

Untuk meningkatkan capaian kinerja ke depan, maka perlu ditempuh strategi sebagai
berikut:
1. Pembinaan pengelolaan risiko pada K/L/Pemda.
2. Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum untuk
mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.
3. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement
maturitas SPIP dan kapabilitas APIP
4. Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit keinvestigasian)
yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara lain melalui GIA
Corporate University dan MOOC.
5. Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk implementasi peer review bagi APIP
yang sudah siap menuju level 3.

Dalam rangka memperkuat kompetensi pengawasan intern yang berkelanjutan, pada


tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal Auditor Corporate University (GIA
Corpu), dan mengembangkan Massive Open Online Courses (MOOC) yaitu metode
pembelajaran baru yang sepenuhnya berbasis elektronik (Full E-Learning).

Di samping kinerja sebagaimana tersebut di atas, beberapa peristiwa penting


mencerminkan pengakuan internasional atas kinerja BPKP, antara lain yaitu:

BPKP - Laporan Kinerja 2019 Xi


1. Video Conference dalam rangka Sharing Knowledge BPKP dan Central
Coordinating Agency (CCA) Bhutan.
2. Kerja sama BPKP dan Korean Development Institute (KDI) melalui knowledge
Sharing Program untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah melalui penguatan
fungsi audit internal.
3. Studi Banding Association o f Government Internal Auditors (AGIA) Filipina ke BPKP
mengenai internal audit best practices di Indonesia.

Pada tahun 2019, BPKP menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan


Intern dengan tema "Penguatan APIP dalam Mengawal Akuntabilitas Keuangan dan
Pembangunan yang Berkualitas” . Kegiatan tersebut secara langsung dibuka oleh Wakil
Presiden RI Jusuf Kalla sekaligus bertindak sebagai Keynote Speaker. Kegiatan
tersebut diselenggarakan dalam rangka terus memperkuat peran APIP.

Dalam tahun 2019, BPKP memperoleh sembilan penghargaan yang mencerminkan


pengakuan instansi lain atas kinerja BPKP yaitu: 1) Penghargaan untuk K/L yang
meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun 2014 - 2018 dari Menteri
Keuangan, 2) Anugerah Keterbukaan Informasi dengan kualifikasi "Menuju Informatif”
pada kategori Lembaga Negara dan Lembaga Negara Non Kementerian dari Komisi
Informasi Pusat (KIP), 3) Penghargaan dari Kementerian Keuangan berupa plakat
atas pencapaian Kinerja Terbaik Pengelolaan Anggaran Tahun 2018 dari Menteri
Keuangan, 4) Penghargaan sebagai K/L dengan pengelolaan anggaran terbaik
dengan kategori pagu anggaran kecil dari Menteri Keuangan, 5) Bronze Winner Public
Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial sub kategori Lembaga,
6) Silver W inner Insan PR Indonesia 2019, 7) Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi Tingkat Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian, dan 8) Penghargaan "The Most Innovative Institution” dalam penilaian
instansi pembina jabatan fungsional terbaik tahun 2019 dari Kementerian PAN dan RB,
dan 9) Penghargaan perolehan nilai pengawasan eksternal ANRI terhadap BPKP, di
mana BPKP mendapatkan nilai 91,97 dengan predikat "Sangat Memuaskan".

Perbaikan perencanaan kinerja yang telah dilakukan BPKP pada tahun 2019 yaitu:
1) menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024, sebagai tindak lanjut dari rekomendasi
evaluasi SAKIP oleh Kementerian PAN dan RB, dan 2) penyusunan profil indikator
kinerja, yang memuat rumus pengukuran, dan target kinerja tahun 2020-2024. Pohon
kinerja dan profil indikator kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra
BPKP Tahun 2020-2024.

Kinerja BPKP tahun 2015-2019 masih akan dilanjutkan pada Renstra tahun 2020­
2024. Dalam Renstra BPKP tahun 2020-2024, BPKP menetapkan enam indikator
kinerja, tiga indikator di antaranya merupakan indikator kinerja yang telah digunakan
dalam Renstra tahun 2015-2019, sedangkan tiga lainnya merupakan pengembangan
baru, yaitu: 1) Indeks Manajemen Risiko, 2) Indeks Akuntabilitas Tata Kelola
Pembangunan Nasional, 3) Tingkat Maturitas SPIP, 4) Tingkat Kapabilitas APIP, 5)
Indeks Komposit Akuntabilitas Kinerja Korporasi (KOMPAK), dan 6) Indeks Efektivitas
Pencegahan Korupsi (EPK).

Xii Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Inspektorat

PERNYATAAN TELAH DIREVIU

Kami telah mereviu Laporan Kinerja Badan Pengawasan Keuangan dan


Pem bangunan untuk tahun anggaran 2019 sesuai Pedom an Reviu atas Laporan
Kineija. Substansi informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung
ja w ab m anajem en Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,

Reviu bertujuan untuk m emberikan keyakinan terbatas Laporan K ineija telah disajikan
secara akurat, andal, dan valid

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang m enim bulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan
K ineija ini,

Jakarta, 11 Februari 2020


Inspektur.

Yus Muharam

BPKP - Laporan Kinerja 2019 X III


Pelantikan pejabat struktural di lingkungan BPKP berkenaan dengan penataan organisasi BPKP, 5 April 2019

xiv Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

BPKP - Laporan Kinerja 1


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

--»yv»v

IavwV k
if m 'J*,
" v * 118 • * *
W | \ \ (1 . l | \
' mBL i

// 'V f c
M •»Hvu'i

GIA Corpu m eru pakan w adah


____ __ i_______ i ______ j.___ : i____^
p e n gem bang an kom petensi bersam a
bagi seluruh kom unita s A P IP
dan stakeholders terkait. G IA C orpu
BAB had ir sebagai m itra strategis bagi
penggun a dan stakeholders untuk
m em b angu n tata kelola yang baik,

Pendahuluan dalam rangka m ew ujudka n


p e m ba nguna n nasional yang
akuntabel.

2 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BPKP - Laporan Kinerja 2019 3


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

PENDAHULUAN

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memiliki tugas utama


membantu Presiden mengawasi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara serta pembangunan agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, sekaligus memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan yang terkait.

A. TUGAS DAN FUNGSI BPKP --------------------------------------------------------------------


Sejak terbentuk pada tahun 1983, tugas dan fungsi BPKP mengalami beberapa kali
penyesuaian. Tugas dan fungsi BPKP terakhir diatur berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP menggantikan Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 beserta perubahannya. Berdasarkan Perpres tersebut, BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah
dan pembangunan nasional. BPKP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas


keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang
bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;
2) Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan
negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh
atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah;
3) Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset
negara/daerah;
4) Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan
tata kelola terhadap instansi/badan usaha/ badan lainnya dan program/ kebijakan
pemerintah yang strategis;
5) Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan
yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian
harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan
korupsi;

Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

6) Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap


akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama
dengan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) lainnya;
7) Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja Pemerintah Pusat;
8) Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem
pengendalian intern kepada instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan
lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
9) Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan;
10) Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi jabatan
fungsional auditor;
11) Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang
pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah;
12) Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil
pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah;
13) Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP;
14) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, kehumasan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

B. STRUKTUR ORGANISASI ---------------------------------------------------------------------


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, Kepala BPKP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Struktur organisasi BPKP
terdiri atas Kepala BPKP yang membawahkan satu Sekretariat Utama, lima
Kedeputian, empat Pusat, serta satu Inspektorat. BPKP juga memiliki 34 Perwakilan
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Struktur organisasi BPKP sebagaimana
disajikan dalam Gambar 1.1.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala BPKP dibantu oleh enam Pimpinan
Tinggi Madya, yaitu Sekretaris Utama, dan lima Deputi Kepala BPKP, yaitu:
1. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman;
2. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polhukam, Pembangunan
Manusia, dan Kebudayaan;
3. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah;
4. Deputi Bidang Akuntan Negara;
5. Deputi Bidang Investigasi.

Jajaran Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan BPKP terdiri atas:


1. Para Kepala Biro yang berada di bawah Sekretaris Utama;
2. Para Direktur yang berada di bawah Deputi Kepala BPKP;
3. Inspektur;
4. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;
5. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan;
6. Kepala Pusat Informasi Pengawasan;
7. Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor;
8. Kepala Perwakilan BPKP di 34 provinsi dalam wilayah Republik Indonesia.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 5


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 1.1.
Struktur Organisasi BPKP

Dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi yang diamanatkan melalui Perpres 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, pada tahun
2019, BPKP melaksanakan penataan organisasi dan tata kerja BPKP yang telah
disetujui oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Reorganisasi BPKP dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian sekaligus antisipasi
terhadap tugas-tugas saat ini dan tantangan ke depannya. Sebagai tindak lanjut
penataan organisasi dan tata kerja BPKP, telah terbit Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun
2019 dan telah diundangkan dalam Berita Negara Nomor 352 tanggal 29 Maret 2019.
Hal tersebut diikuti oleh terbitnya Keputusan Kepala BPKP tentang pembagian lingkup
tugas di kedeputian.

6 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 1.2.
Muhammad Yusuf
Ateh, Ak., MBA,
didampingi istri
berfoto bersama
dengan Presiden
dan Wakil
Presiden seusai
dilantik sebagai
Kepala BPKP di
Istana Negara,
5 Februari 2020

Beberapa penguatan pada struktur organisasi baru BPKP yaitu:

1. Penguatan Perencanaan dan Pengendalian

Dalam mengawal pencapaian Rencana Strategis BPKP, pada fungsi Sekretariat


Utama penguatan perencanaan dan pengendalian disiapkan dalam tugas dan
fungsi Biro Manajemen Kinerja, Organisasi dan Tata Kelola dimana Proses Bisnis
Manajemen/ Pengarah dimasukan dalam satu koordinasi struktur dengan
pengabungan fungsi organisasi, ketatalaksanaan serta koordinasi
penyelenggaraan SPIP dan RB BPKP. Sehingga kegiatan perencanaan dan
pengendalian dapat dilakukan secara efektif.

2. Penambahan Direktorat dan Penataan Ulang

Dalam Peraturan BPKP Nomor 5 ini dilakukan penambahan Direktorat pada tiga
Kedeputian meliputi Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat
Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan,
Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, dan Deputi Bidang
Investigasi untuk memperkuat tugas dan fungsi BPKP. Selain itu dilakukan
penataan ulang pada direktorat pengawasan bidang-bidang pada Kedeputian
sesuai fokus pelayanan pada stakeholder serta efektifiktas pelaksaan tugas dan
fungsi BPKP.

3. Pembentukan Sub Direktorat Perencanaan, Analisis, Evaluasi dan Pelaporan

Penguatan tata kelola pada Kedeputian dilakukan dengan hadirnya Sub Direktorat
Perencanaan, Analisis, Evaluasi dan Pelaporan sebagai pelaksana fungsi
koordinasi perencanaan, analisis, evaluasi, pelaporan hasil pengawasan dan
kinerja penyelenggaraan akuntabilitas keuangan Negara dan pembangunan
nasional serta koordinasi penyelenggaraan SPIP dan RB di masing-masing
Kedeputian.

4. Nomenklatur tidak sekedar nama tapi juga konten


Pada Sekretariat Utama perubahan organisasi juga dilakukan untuk meningkatkan
layanan dan fokus pencapaian tugas dan fungsi sebagai enabler BPKP. Hal

BPKP - Laporan Kinerja 2019


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

tersebut antara lain dengan adanya penguatan struktur organisasi, tugas dan
fungsi pada Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Hukum dan
Komunikasi, serta Biro Umum. Selain itu pada unit kerja Pusat-Pusat dilakukan
penataan organisasi sesuai dengan beban kerja dan efektifitas pencapaian kinerja
BPKP yang didelegasikan kepada mereka.

Pada akhir Juni 2019, Kepala BPKP, Dr. Ardan Adiperdana Ak., MBA., CA, CFrA
memasuki masa purnabakti, dan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 71/TPA Tahun 2019, terhitung tanggal 1 Juli 2019 menunjuk Deputi Bidang
Investigasi, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP.

Setelah mengemban tugas sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP selama tujuh
bulan, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc memasuki masa purnabakti pada 31 Januari 2020, dan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29/TPA Tahun 2020 tentang Pengangkatan
Pejabat Pimpinan Tinggi Tetap di Lingkungan BPKP, Presiden RI melantik Muhammad
Yusuf Ateh, Ak., MBA sebagai Kepala BPKP.

Pelaksanaan tugas BPKP didukung oleh SDM yang andal. Posisi pegawai per 31 Desember
2019 berjumlah 6.240 orang. dengan Komposisi pegawai menurut unit kerja, tingkat
pendidikan, usia, masa kerja, gender, dan jabatan dapat dilihat pada Gambar 1.3,
sedangkan peta SDM BPKP menurut lokasi unit kerja dapat dilihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.3.
Posisi Pegawai per 31 Desember 2019

8 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 1.4. Peta SDM BPKP per 31 Desember 2019


menurut lokasi unit kerja

SDM
J

Sebanyak 355 pegawai lainnya


dalam status tugas belajar (119
orang), dan dipekerjakan pada
instansi lain (236 orang)

C. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI


Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, dan mengawal pencapaian target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah, BPKP telah
menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015-2019.
Pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh
BPKP diarahkan untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Kebijakan pengawasan BPKP juga
diarahkan untuk mencapai terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan
intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional,
kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen, profesional, dan
sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional
yang efisien dan efektif. Arah kebijakan pengawasan BPKP secara rinci sebagai
berikut:

1) Peningkatan kapabilitas pengawasan intern melalui peningkatan IACM (Internal


Audit Capability Model) API P yang mampu mendorong pemantapan penerapan
sistem pengendalian intern Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi (KLPK) serta mampu bersinergi dengan API P lain dalam membangun
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) baik dalam melakukan
pengawasan keuangan negara/ daerah maupun pembangunan nasional;
2) Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan API P Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang
bersifat lintas bidang di RPJMN 2015-2019;

BPKP - Laporan Kinerja 2019 9


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

3) Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan


penerimaan negara/ daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran
negara/daerah; pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset negara/
daerah; pengawasan pembiayaan keuangan negara/ daerah; dan pengawasan
terhadap alokasi keuangan daerah (dana transfer);
4) Pengamanan keuangan negara/ daerah yang efektif melalui debottlenecking dan
clearing house; pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.

Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015-2019 adalah fokus pada
peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui penguatan
SPIP, penguatan kapasitas APIP, dan penguatan sumber daya manusia BPKP.

D. KEGIATAN DAN LAYANAN PRODUK BPKP --------------------------------------------


Sesuai dengan renstra 2015-2019, BPKP melaksanakan kegiatan pengawasan disesuaikan
dengan nomenklatur, yang mencerminkan tugas dan fungsi eselon Il/satker berisi komponen
kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja terukur. Kegiatan dari masing-
masing eselon II teknis akan menghasilkan rekomendasi pengawasan. Rekomendasi
dihasilkan melalui pelaksanaan komponen kegiatan, baik komponen teknis pengawasan,
maupun komponen yang mendukung langsung kegiatan. Komponen teknis pengawasan
menggunakan berbagai alat (tools) pengawasan seperti audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
sedangkan komponen yang mendukung langsung kegiatan seperti penyusunan dan
diseminasi pedoman, pemantauan pelaksanaan pengawasan, tabulasi, dan lain-lain.

Selain itu, terdapat pelaksanaan dukungan pengawasan meliputi penyiapan kultur


organisasi, penyiapan profesionalisme SDM, penyiapan SOP pelaksanaan kegiatan,
penyiapan sarana dan prasarana dan lain-lain yang mendukung kegiatan teknis
pengawasan secara tidak langsung.

BPKP telah menghasilkan beberapa produk dan layanan yang bermanfaat bagi
pembenahan manajemen pemerintahan, antara lain:
1. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA);
2. Sistem Keuangan Desa (Siskeudes);
3. Sistem Pengawasan Keuangan Desa (Siswaskeudes);
4. Sistem Informasi Akuntansi PDAM;
5. Program Pengembangan Manajemen Risiko Sektor Korporat dan Sektor Publik;
6. Program Pengembangan GCG BUMN/BUMD;
7. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO;
8. Program Anti Korupsi (PAK);
9. Fraud Control Plan (FCP);
10. Fraud Risk Assessment (FRA);
11. Management Assessment Center (MAC);
12. Pedoman Pengukuran Indeks AP3N;
13. Pedoman Penilaian Maturitas SPIP;
14. Pedoman Pengembangan Kapabilitas APIP;
15. Sistem Informasi Bina Jabatan Auditor Berkualitas (SIBIJAK).
16. Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR)
17. Pedoman Pengawasan Lintas Sektor

10 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

E. SISTEMATIKA LAPORAN ---------------------------------------------------------------------


Laporan Kinerja BPKP Tahun 2019 melaporkan capaian kinerja BPKP tahun 2019 yang
diukur dan dinilai berdasarkan Perjanjian Kinerja. Analisis atas capaian kinerja dapat
mengidentifikasi adanya kesenjangan kinerja (performance gap) beserta berbagai
penyebabnya, yang berguna sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.
Laporan kinerja BPKP tahun 2019 terdiri atas empat bab sebagaimana pada gambar 1.5.

Gambar 1.5.
Sistematika Laporan

01 Pendahuluan
Memuat uraian tugas, fungsi dan
wewenang organisasi
BPKP, struktur organisasi, dan
aspek-aspek strategis organisasi
terkait dengan Tugas dan Fungsi Perencanaan
02 Kinerja
S Memuat rencana dan target

aaa kinerja guna menyelesaikan


aspek-aspek strategis

Akuntabilitas
03 Kinerja_____
Memuat pencapaian target
kinerja dalam menyelesaikan
aspek-aspek strategis, beserta
analisis mengenai kendala dan
strategi peningkatan kinerja
04 Penutup
Memuat kesimpulan kinerja
BPKP dalam menyelesaikan
aspek-aspek strategis, dan
kelanjutan kinerja tahun 2020­
2024

BPKP - Laporan Kinerja 2019 11


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

I A P IP DAL A fc ^ lE N G A W A l A
)A N P E M B fW lJ N A N YANG
PAKORNAS

■» *

,L « •uH \BfLITAS
1 PEMBANGUNAN
1.7 1
* '%> . ZONA A

jH f* * J “ y
d j| r\ / T 1
* M
i ?t i

12 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BAB

Perencanaan
Kinerja

Rapat Koordinasi Nasional


(Rakornas) Pengawasan
Intern Pemerintah Dalam
rangka terus memperkuat
peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP)
dalam Mengawal
Akuntabilitas Keuangan
dan Pembangunan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 13


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

PERENCANAAN
KINERJA

Sebagai auditor intern pemerintah, BPKP melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang
pengawasan intern untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional
sebagaimana telah diamanatkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) 2015-2019. Oleh karena itu, arah kebijakan strategi, kerangka
regulasi serta kerangka kelembagaan BPKP difokuskan untuk memberikan kontribusi
kepada pemerintah dalam mencapai keberhasilan sasaran pembangunan nasional
yang dicita-citakan selama lima tahun ke depan.

A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019 --------------------------------------------------------

Sebagai alat untuk mengelola sumber daya yang terbatas dalam rangka
mengimplementasikan strategi pengawasan, BPKP menyusun rencana jangka
menengah berupa Rencana Strategis (Renstra) periode 2015-2019 dengan mengacu
kepada Peraturan Menteri PPN/ Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra K/L.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), BPKP wajib menyusun Renstra yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, arah kebijakan, program, dan kegiatan pengawasan
dengan berpedoman pada RPJMN dan bersifat indikatif.

1. Visi
Melalui proses dan tahapan yang melibatkan berbagai lapisan pegawai hingga
pimpinan tertingginya, BPKP menetapkan suatu komitmen untuk mewujudkan visi
BPKP, yaitu:

Visi: Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan


Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Pernyataan visi BPKP ini konsisten dengan visi Presiden yang telah berwujud menjadi
visi pembangunan nasional. Sebagai gambaran yang diimpikan tahun 2019 atau
setelahnya, visi BPKP diharapkan menjadi acuan bagi setiap pegawai BPKP di semua
tingkatan untuk melaksanakan tugasnya. Terdapat beberapa kata kunci yang perlu
diberi makna secara khusus agar dapat membangun persepsi yang sama di antara
insan pegawai di lingkungan BPKP.

1. 1. Auditor Internal Pemerintah RI ---------------------------------------------------------

Terdapat dua kata kunci dalam frasa auditor internal pemerintah RI yaitu audit intern
dan auditor pemerintah RI.

14 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

i) Audit Intern -----------------------------------------------------------------------------------------


Audit atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP mengacu pada definisi
Institute o f internal Auditor (IIA) tentang internal auditing yaitu “an independent,
objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing
a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes”.
Sesuai definisi tersebut, dua sifat aktivitas peran BPKP dalam melaksanakan
pengawasan intern yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa
consultancy. Melihat pendekatannya, pengawasan intern dimaksud menuntut jasa
assurance dan consultancy yang diperoleh dengan pendekatan yang sistematis dan
metodologis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko,
pengendalian dan proses governance.

ii) Auditor Pemerintah RI --------------------------------------------------------------------------

Auditor pemerintah RI mengacu kepada posisi BPKP sebagai aparat pengawasan


intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden sebagai
pemegang kekuasaan Pemerintah RI dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah RI, BPKP merupakan mata dan telinga
Presiden yang difungsikan untuk melihat dan mendengar secara langsung fakta
lapangan dan memberikan respon berupa informasi assurance melalui suatu sistem
pengawasan, dalam hal ini sistem informasi akuntabilitas. Menteri atau Kepala
Lembaga atau Kepala Daerah atau pada tataran tertentu, Direktur Utama BUMN,
adalah pembantu Presiden atau delegate kekuasaan Presiden. Demi kepentingan
Presiden, BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, dan korporasi (KLPK) dalam hal pemberian jasa consultancy. Jika
informasi assurance di atas menunjukkan adanya risiko terhadap pencapaian tujuan
program pemerintah, maka BPKP berfungsi memberikan rekomendasi perbaikan untuk
memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran
pembangunan nasional, dapat tercapai.

Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung
jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun
simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara. Dalam
konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan
keberadaannya terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap
asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan manajemen risiko, sistem
pengendalian dan proses governance.

Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis dalam
rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance
terhadap semua KLPK di bawah Presiden. Dengan demikian, informasi yang
dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh BPKP diharapkan bersifat objektif,
tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan
prinsip independensi.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 15


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 2.1.
Rencana Strategis BPKP Periode 2015 - 2019

A u d ito r In te rn a l P e m e rin ta h RI B e rk e la s D u nia u n tu k M e n in g k a tk a n


A k u n ta b ilita s P e n g e lo la a n K e u a n g a n d a n P e m b a n g u n a n N a sio n a l

Menyelenggarakan
pengawasan intern terhadap Membina Mengembangkan
akuntabilitas pengelolaan penyelenggaraan kapabilitas pengawasan
keuangan dan
pembangunan nasional guna
sistem pengendalian intern pemerintah yang
mendukung tata kelola intern pemerintah profesional dan
pemerintahan dan korporasi yang efektif kompeten
yang bersih dan efektif

TUJUAN

Peningkatan kualitas
Peningkatan kapabilitas
akuntabilitas Peningkatan efektivitas
pengawasan intern
pengelolaan keuangan penyelenggaraan sistem
pemerintah yang
dan pembangunan pengendalian intern
profesional dan
nasional yang bersih pemerintah
kompeten
dan efektif

SASARAN STRATEGIS

Meningkatnya kualitas Meningkatnya kapabilitas


akuntabilitas Meningkatnya maturitas pengawasan intern
pengelolaan keuangan SPIPdan Efektivitas SPI pemerintah Kementerian/
dan pembangunan Korporasi lembaga/ Pemerintah
nasional Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA


1. Persentase K/L dengan
1. Persentase APIP K/L
Maturitas SPIP Level 3
dengan Kapabilitas Level 3
Indeks akuntabilitas 2. Persentase Pemerintah
2. Persentase APIP
pengelolaan keuangan Provinsi dengan maturitas
Pemerintah Provinsi dengan
SPIP Level 3
dan pembangunan 3. Persentase Pemerintah
Kapabilitas Level 3
3. Persentase APIP
program prioritas dalam Kabupaten/Kota dengan
Pemerintah Kabupaten/
nawacita Maturitas SPIP Level 3
Kota dengan kapabilitas
4. Persentase Korporasi
Level 3
dengan efektivitas SPI Level 3

16 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

1. 2. Auditor Berkelas Dunia

Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal
berkelas dunia yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), aspek organisasi dan aspek
produk.

i) Profesionalisme Sumber Daya Manusia --------------------------------------------------

SDM BPKP wajib menerapkan due professional care dalam setiap pelaksanaan
penugasan pengawasan dan wajib memenuhi persyaratan minimal. Kedua persyaratan
tersebut ditetapkan dalam standar pengawasan yang berlaku bagi BPKP sebagai
organisasi profesi. SDM BPKP yang memiliki kompetensi minimal dalam bidang
pengawasan, diarahkan menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai
tujuan dan sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran
profesional dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan Standard Operating
Procedure (SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA,
dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas proses pelaksanaan
pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan dilakukan sejak perencanaan strategis
sampai dengan perencanaan tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based
planning ). Demikian juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko
pengawasan (risk based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.

ii) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi -----------------------------------------------

Kewenangan BPKP dalam pengawasan program lintas sektor di kementerian, lembaga


dan pemerintah daerah diwujudkan dalam pemberian kualitas yang independen dan
objektif atas pengendalian intern yang diterapkan dalam sertifikasi profesi
pengawasan. Setiap auditor BPKP memiliki keahlian dan kapasitas yang memadai
dalam melakukan koordinasi dan kerjasama tim, paham atas budaya organisasi serta
sistem dan proses yang berlaku di BPKP. Di samping itu, BPKP selalu mengusahakan
peningkatan kompetensi dalam berbagai bidang terkait sehingga meningkatkan
kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan solusinya serta memahami
perubahan peraturan terkait dan standar baru di bidang pengawasan.

Pengelolaan SDM BPKP telah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pengawasan


dalam mencapai pengelolaan risiko, proses governance yang efektif dan efisien serta
tercapainya tujuan dan sasaran. Laporan yang disampaikan kepada Menteri, Kepala
Lembaga atau Kepala Daerah yang bertanggung jawab langsung terhadap
keberhasilan program, diarahkan agar dapat memenuhi harapan Presiden sebagai
Kepala Pemerintahan RI terkait dengan kebijakan strategis yang perlu diperbaiki dari
pelaksanaan program pembangunan nasional. Pelaksanaan peran pengawasan intern
tersebut telah dinyatakan dalam audit charter yang telah mendefinisikan kewenangan,
ruang lingkup dan tanggung jawab BPKP. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui
Presiden sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan yang mendukung peran
BPKP serta menjadi landasan dan pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern.

Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu dilakukan reviu dan
melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang berlangsung di negara-negara

BPKP - Laporan Kinerja 2019 17


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

lain (best practices benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi
internal audit negara yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus
tersebut, diharapkan BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat
pengawasan pemerintah lainnya.

Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan BPKP diarahkan pada


kerangka penilaian Internal Audit Capability Model dengan target minimal kapabilitas
pada level 3 pada tahun 2019, dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Peran dan jasa pengawasan BPKP saat ini berupa jasa assurance & consulting
diarahkan menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan (Service and Role
of Internal Audit Element).
2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang profesional,
meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan kerjasama tim
(People Management Elemenf).
3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategis pengawasan berfokus pada
kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas
dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan proses
internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan (Professional Practices
Element).
4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi maupun
individu, melalui SIMA untuk kepentingan manajemen hasil pengawasan maupun
untuk manajemen sumber daya pengawasan (Performance Management and
Accountability Element).
5) Sinergitas dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya dalam
melakukan pengawasan lintas sektor dan menjadi mitra pemerintah dalam tindak
lanjut perbaikan manajemen hasil pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil
pengawasan BPKP berupa rekomendasi kepada Presiden dan pimpinan KLPK
dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra
kerja (Organizational Relationship and Culture Element).
6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP melakukan pengawasan
secara independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri walaupun
sebatas kegiatan lintas sektoral. BPKP aktif untuk melakukan pengawasan dalam
rangka meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan
kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure
Element).
Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP senantiasa
dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk memberi
keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian intern
diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan
implementasi SPIP. Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada pada level 3,
dengan karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur
pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media pengendalian
(control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan keuangan dan
atas beberapa kegiatan operasional telah mulai dilaksanakan dan didokumentasikan
secara konsisten.

18 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

iii) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan ------------------------------------------

Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa informasi
assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan kepada
Presiden dan Pemangku Kepentingan Utama lainnya bahwa tata kelola pemerintahan
atas seluruh program-program prioritas pembangunan telah dijalankan sesuai dengan
standar, aturan, kebijakan atau instrumen operasional manajemen risiko dan
governance lainnya.
Informasi consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko,
aktivitas pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan program pembangunan. Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis
tersebut harus sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang
cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan program
pembangunan.

1. 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan
dan pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen lingkup pengawasan
intern yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan intern akan
meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan kebijakan fiskal.
Pengawasan BPKP dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada
pembangunan nasional yang menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian
lebih rinci dapat dilihat di tujuan dan sasaran strategis. Dengan kualitas tersebut, BPKP
diharapkan dapat menjadi mitra srategis KLPK dalam mensukseskan pembangunan
nasional untuk kesejahteraan rakyat.

Visi BPKP sejalan dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015 - 2019. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari adanya persinggungan antara peran BPKP dengan
beberapa agenda prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita) antara lain agenda
kedua yang isinya adalah membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam lingkup
yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis serta tugas dan
fungsi yang dilaksanakannya, BPKP mengambil peran penting yang mengerucut
sebagai Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata
Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif dan Terpercaya. Peran penting BPKP
tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1.3.1. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir -----------------------------------

Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai pada
tataran sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat dibutuhkan
oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu hadir diartikan sebagai
keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah selalu ada atau hadir untuk
memberikan jawaban kepada masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 19


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Kehadiran fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut; baik


program lintas sektoral maupun program yang masuk dalam kategori current issue
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan akuntabilitasnya
diharapkan menghasilkan informasi hasil pengawasan yang sifatnya strategis sebagai
masukan penting bagi Presiden dan Wakil Presiden, beserta kabinetnya. Kehadiran
fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP pada akhirnya diharapkan
dapat memberikan nilai tambah atau added value yang mempunyai makna mendorong
pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan.

1.3.2. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih ---------------------------------

Membangun tata kelola pemerintah yang bersih didefinisikan sebagai membangun


suatu kondisi pemerintahan yang para penyelenggaranya menjaga diri dari perbuatan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan tools pengawasan berupa sosialiasi,
bimbingan teknis, diklat, audit, evaluasi, verifikasi dan pemantauan. Terkait dengan
Agenda Pembangunan Nasional, fungsi pengawasan internal BPKP dilakukan melalui
tindakan represif untuk preventif, membantu Aparat Penegak Hukum dalam
memberantas Tindak Pidana Korupsi (TPK).

Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP dapat
memfasilitasi dan mendorong KLPK dengan cara membangun SPIP serta mendorong
peningkatan level maturitas SPIP pada setiap KLPK. Hal penting lainnya yang harus
dilakukan adalah SPIP juga harus diterapkan pada program lintas sektor. Di samping
itu, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mendorong dan memfasilitasi API P
untuk meningkatkan kapabilitas pengawasan intern masing-masing API P. Jika
beberapa upaya penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola
pemerintahan di Indonesia akan semakin baik.

1.3.3. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif ------------------------------

Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan serta mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam
bentuk penyediaan barang/jasa dalam jumlah yang memadai dan berkualitas
merupakan salah satu indikator pemerintahan yang efektif. Kehadiran fungsi
pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP hendaknya dapat memastikan bahwa
program dan kegiatan pembangunan nasional dapat menghasilkan output yang tepat
secara jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian,
pengawasan internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting dilakukan oleh
BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link antara kebutuhan
masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di samping itu, pengawasan internal
oleh BPKP dilakukan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program tersebut.

1.3.4. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya -----------------------

Membangun tata kelola pemerintahan yang terpercaya didefinisikan sebagai upaya


yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan publik pada
instansi pemerintah. Praktek birokrasi selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat

20 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

sebagai profil yang lambat dalam memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya
koruptif. Pemerintah pun berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif
tersebut tidak terus-menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang
dilakukan oleh BPKP diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para
penyelenggara pemerintahan dan mendorong aparatur pemerintah untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.

2. Misi ------------------------------------------------------------------------------------------------

Misi 1: Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas


Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata
Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif -----------------------

Misi ini menggambarkan dua hal yaitu tugas dan manfaat BPKP. Tugas dimaksud adalah
“Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan”
dan manfaatnya yaitu “mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif'.

2.1. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan


Pembangunan

Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan dalam


misi ini akan bermuara pada pemberian informasi assurance dan rekomendasi atas
penyelenggaraan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. Prinsip dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah untuk
merespon pertanyaan (scrntiny) masyarakat dan stakeholder lainnya tentang
pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang diamanatkan kepada
penyelenggara pemerintahan.

Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,
serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, BPKP
menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala KLPK melalui jasa assurance, jasa
consultancy. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada Presiden tentang
capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja BPKP tersebut. Sedangkan jasa
consultancy berwujud rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan
kinerja KLPK sebagai mitra kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern
tersebut sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui
informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran
pembangunan nasional. BPKP harus berperan aktif dalam memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas
manajemen risiko, dan kurang memadainya kualitas proses tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan
Nasional dalam RPJMN 2015 - 2019.

Kegiatan assurance dan consultancy yang dilakukan BPKP mengacu kepada PP 60


Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi Presiden
Nomor 9 tahun 2014. PP 60/2008 memberi batasan pengawasan intern sebagai

BPKP - Laporan Kinerja 2019 21


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

2.1.1. Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan ---------------------------------------

Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden, BPKP


melaksanakan fungsi pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
dan pembangunan. Dalam periode sebelumnya fokus pengawasannya banyak
diarahkan pada aspek pengelolaan keuangan antara lain meliputi : pelaporan
keuangan, kebijakan fiskal, kebijakan alokasi atau transfer daerah, maka pada periode
2015 - 2019, sesuai misi ini, sasaran program pengawasan intern BPKP termasuk
mengawal dan mendorong bagaimana program pembangunan nasional dapat
mencapai tujuannya dengan efektif dan efisien.

2.1.2. Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti kerangka APBN.


Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan intern BPKP akan berupaya
meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan tertinggi di bidang keuangan dan atau Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara. Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan,
BPKP mendorong mitra kerjanya untuk memenuhi persyaratan minimal kualitas
laporan keuangan (LK) yang direpresentasikan oleh opini W TP dari audit BPK atas LK
KLPK. Kegiatan pengawasan intern ini akan diarahkan bagi KLPK yang LK-nya belum
mendapatkan opini WTP dari BPK.

Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada penerimaan
negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang diterapkan untuk mengalokasikan
belanja negara dan kebijakan pembiayaan. Dalam kaitan ini pengawasan intern
diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan
Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi kebijakan
pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan pengawasan
atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan mencakup antara lain kebijakan:
(a) Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah untuk
meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c)
Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d)
Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi.

2.1.3. Pengelolaan Pembangunan Nasional -------------------------------------------------

Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan secara


menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan negara, namun terfokus pada
implementasi strategi pembangunan nasional. Strategi pembangunan nasional
membedakan tiga dimensi pembangunan, yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia
yang sifatnya wajib, (2) dimensi pembangunan sektor unggulan yang sifatnya prioritas;

22 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk melaksanakan strategi ini perlu
menciptakan kondisi pendukung sebagai prasyarat minimal yang harus terpenuhi.
Indikator pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan dalam
Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015 - 2019.

Dalam RPJMN 2015-2019 terdapat beberapa program lintas sektor dimana sasaran
pokok program pembangunan tersebut dirancang dilaksanakan oleh satu atau lebih
KLPK. Dalam hal ini, BPKP harus dapat memastikan sejauh mana program lintas
sektor tersebut dijalankan secara terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan dari
program lintas sektor tersebut. Arah Pengawasan BPKP selanjutnya adalah
melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK
untuk mengawal pencapaian Sasaran Program yang bersifat program lintas sektor
dalam RPJMN.

Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk melakukan


pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional secara
komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama API P terkait mengawal
pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, API P mengawal
pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK masing-masing, sedangkan BPKP
meningkatkan kapabilitas pengawasan intern APIP.

Pengawasan intern terhadap tahapan penyelenggaraan kegiatan pembangunan juga


mengikuti fungsi manajerial, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
sampai dengan pertanggungjawaban. Pengawasan intern diarahkan untuk memastikan
bahwa pengendalian intern sebagai proses yang integral dengan kegiatan utama.
Tindakan manajemen dalam tahapan ini harus dirancang dan dilakukan secara
memadai yang melibatkan semua pihak untuk mencapai tujuan kegiatan, dalam
kerangka pengelolaan keuangan negara melalui pelaksanaan kegiatan secara efisien
dan efektif. BPKP berupaya memberi kepastian bahwa penyelenggaraan
pembangunan telah memenuhi aspek ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
dalam mencapai Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015 - 2019.

Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten dan sejalan
dengan amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP yaitu program atau
kegiatan yang bersifat lintas sektor. Dengan melakukan pengawasan intern terfokus
pada pembangunan nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah,
BPKP berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tiga Strategi Pembangunan Nasional,
Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan
merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini terdapat
dua atau lebih KLPK yang bertanggung jawab mengelola keuangan untuk
pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan tanggung jawab untuk
menyukseskan tujuan pembangunan nasional. Tanggung jawab ini mengikuti struktur
dan birokrasi KLPK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pelaksanaan
kewenangan ini sering menghambat sinergi yang pada akhirnya menghambat
pencapaian tujuan semula. Kehadiran peran pengawasan intern yang berkualitas dari
BPKP diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja
program pembangunan pusat, daerah dan korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan
untuk mengatasi hambatan kelancaran pembangunan.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 23


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

2.2. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif ------------

Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan


diselenggarakan untuk mendukung tata kelola pemerintah yang bersih dan efektif,
termasuk tata kelola korporasi. Pengawasan intern BPKP diarahkan untuk memastikan
bahwa governance process dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
telah berjalan secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu,
terdapat struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder kunci dalam
menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan pembangunan termasuk
korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang cukup terhadap informasi anggaran dan
target pemerintahan dan pembangunan serta laporan pertanggungjawaban yang
memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana tujuan pemerintahan dan
pembangunan tercapai. Dengan kerangka transparansi tersebut, para penyelenggara
menyiapkan diri untuk menjelaskan capaian targetnya dan menjelaskan jika terjadi
kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan pembangunan atau
menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas pencapaian tujuan dimaksud. Dengan
menjaga partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas tersebut diharapkan
tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif.

Misi 2: Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang


Efektif ----------------------------------------------------------------------------------------------------

Misi kedua BPKP yaitu "Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah yang Efektif” , terkait erat dengan Misi Satu. Untuk menjamin pelaksanaan
seluruh program dan kegiatan adalah dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi,
termasuk organisasi pemerintahan dan pembangunan, dibutuhkan suatu sistem
pengendalian intern yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa kegiatan berjalan
efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan keuangan yang handal, penanganan aset
yang aman dan taat terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PP 60
Tahun 2008, sistem yang dimaksud adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP
diberikan mandat untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP.

Pada periode 2015 - 2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk


meningkatkan maturitas SPIP di tingkat KLPK bahkan hingga tingkat program
(prioritas) pembangunan nasional. Penyelenggaraan SPIP KLPK memang bukan
tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung jawab masing-masing KLPK. BPKP sebagai
pembina penyelenggaraan SPIP maka seluruh insan pengawasan di BPKP diarahkan
untuk meningkatkan kualitas pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan
pedoman dan pelatihan SPIP, menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di
seluruh kegiatan utama dan tindakan manajemen KLPK. Hal tersebut dilakukan
dengan membudayakan pengenalan dan pengendalian risiko oleh semua personel dan
pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan utamanya yang dituangkan dalam kebijakan
dan prosedur pelaksanaan kegiatan (SOP). Pengkomunikasian dan evaluasi reguler
terhadap konsistensi kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai SOP diharapkan
menyadarkan personel dan pimpinan akan pencapaian tujuan pemerintahan dan
pembangunan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kematangan implementasi
SPIP secara keseluruhan di KLPK.

24 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung dengan
misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1
menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi
pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan
misi 2 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem
pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem
pengendalian intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan
melekat.

Misi 3: Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang


Profesional dan Kompeten ----------------------------------------------------------------------

Misi ini juga terkait dengan dua misi sebelumnya. Unsur pertama SPIP, yaitu Lingkungan
Pengendalian, mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif bagi
penerapan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan budaya
pengendalian ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat pengawasan
intern pemerintah (API P) yang efektif. Untuk mewujudkan peran API P sebagai aparat
pengawasan intern diperlukan kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya serta sesuai
dengan PP 60 Tahun 2008, tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan
intern tersebut difokuskan pada peningkatan kapabilitas API P dengan mengarah pada
peningkatan kapasitas organisasi API P maupun peningkatan kompetensi auditornya.
Peningkatan kapabilitas APIP melalui peningkatan enam elemen kapabilitas APIP yaitu
(a) peran APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor APIP; (c) praktik
profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja dan
akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan pimpinan
satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi
APIP.

3. Tujuan dan Sasaran Strategis


Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan
dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lebih dari satu sampai dengan lima tahun.
Dalam penetapan tujuan, BPKP mengadopsi konsep Balanced Score Card (BSC)
dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik BPKP sebagai
organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor private/ bisnis yang
berorientasi kepada profit, BPKP memodifikasi perspektif keuangan menjadi perspektif
manfaat bagi stakeholders dan perspektif pelanggan menjadi perspektif manfaat bagi
auditan/pengguna jasa. Dengan menggunakan pendekatan BSC tersebut maka tujuan
utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan auditan/pengguna
jasa diseimbangkan dengan tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses
internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam.
Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan


nasional yang bersih dan efektif;

BPKP - Laporan Kinerja 2019 25


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

b. Peningkatan efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;


c. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan
kompeten.

Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan
secara spesifik dan terukur, untuk dapat dilaporkan pencapaiannya dalam kurun waktu
satu tahun. Sasaran strategis merupakan indikator kinerja pencapaian tujuan strategis
sehingga merupakan dampak (impact) dari sasaran program. Dengan pengertian ini,
dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis BPKP yang diharapkan dicapai
setiap tahun adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan


nasional;
b. Meningkatnya maturitas SPIP dan Efektivitas SPI korporasi;
c. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemerintah Kementerian, Lembaga,
dan Pemda.

Memerhatikan peran BPKP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008


tentang SPIP, BPKP diberi amanat besar dalam melakukan pengawasan intern dan
pembinaan SPIP termasuk pembinaan APIP. Amanat ini dieksplisitkan dan
diperbaharui lagi dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2014. Peran BPKP yang mengemuka adalah kewajiban
melakukan sinergi dan koordinasi dengan APIP lain. Sinergi dan koordinasi ini menjadi
kaidah pelaksanaan tugas pengawasan BPKP dalam pelaksanaan tugas
pengawasannya. Sinergi dan koordinasi wajib diterapkan dalam meningkatkan
kapabilitas pengawasan intern, meningkatkan maturitas SPIP dan dalam
melaksanakan pengawasan terhadap keuangan negara/daerah dan pembangunan
nasional.

Rumusan arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP terkait antara satu dengan
lainnya. Kebijakan BPKP merupakan penjabaran dari urusan pengawasan intern
nasional sesuai dengan visi dan misi pembangunan nasional yang berisi satu atau
beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pengawasan dan
pembangunan pengawasan intern dengan indikator kinerja yang terukur. Untuk
mencapai sasaran strategis yang dirumuskan sebelumnya, dibuatlah strategi-strategi
BPKP sebagai langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi BPKP.

Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan
intern adalah hasil pengawasannya berperan penting dalam meningkatkan tata kelola,
memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem pengendalian intern. Dengan
demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat lepas dari
pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup nasional.

Arah Kebijakan Pengawasan BPKP -----------------------------------------------------------


Dengan mengacu pada kerangka kebijakan dan strategi di atas, pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP diarahkan
untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih,

26 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

efektif dan terpercaya. Kebijakan pengaw asan BPKP ju g a diarahkan untuk m encapai
terw ujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pem erintah, penguatan
pengaw asan terhadap kinerja pem bangunan nasional, kebijakan dalam penerapan
pengaw asan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan
penerapan sistem m anajem en kinerja pem bangunan nasional yang efisien dan efektif.
Arah kebijakan pengaw asan BPKP secara rinci sebagai berikut:

a. Penguatan pelaksanaan pem antauan, evaluasi dan pengaw asan sinergis


bersam a-sam a dengan API P kem enterian, lembaga, pem erintah daerah dan
korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pem bangunan yang
bersifat lintas bidang di RPJMN 2015-2019;
b. Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengaw asan untuk m eningkatkan
penerim aan negara/daerah; pengaw asan untuk efisiensi pengeluaran
negara/daerah; pengaw asan terhadap optim alisasi pem anfaatan aset
negara/daerah; pengawasan pem biayaan keuangan negara/daerah; dan
pengaw asan terhadap alokasi keuangan daerah (dana transfer);
c. Pengam anan keuangan negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan
clearing house ; pengaw asan represif untuk preventif, serta pencegahan dan
pem berantasan tindak pidana korupsi;
d. Peningkatan kapabilitas pengaw asan intern melalui peningkatan IA-CM A PIP yang
mam pu mendorong pem antapan penerapan sistem pengendalian intern
kem enterian, lembaga, pem erintah daerah dan korporasi (KLPK) dan mampu
bersinergi dengan A PIP lain dalam m em bangun tata kelola pem erintahan yang
baik (good governance) dan dalam m elakukan pengawasan keuangan
negara/daerah dan pem bangunan nasional.

E m pat arah kebijakan pengaw asan BPKP tersebut selanjutnya menjadi em pat fokus
pengaw asan BPKP sebagai respon terhadap kom pleksitas isu pem bangunan nasional,
yaitu pengawalan pem bangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengam anan aset
negara/daerah, dan peningkatan governance system, sebagaim ana pada gam bar 2.2.

4. Indikator Kinerja Utama


Indikator Kinerja Utama (IKU) BPKP m erupakan indikator kinerja yang berada pada
perspektif m anfaat bagi stakeholders yang m enunjukkan peran utam a BPKP dalam
pengaw asan akuntabilitas keuangan negara dan pem binaan penyelenggaraan SPIP.
IKU BPKP periode 2015-2019 ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPKP N om or 9
tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pem bangunan tahun 2015-2019, dengan jum lah Indikator kinerja utama
di tingkat K/L BPKP sebanyak 8 indikator kinerja, sebagaim ana pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Indikator Kinerja Utama BPKP tahun 2015-2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
1 M eningkatnya kualitas 1.1 Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
akuntabilitas pengelolaan pembangunan program prioritas dalam Nawacita
keuangan dan
pem bangunan nasional

BPKP - Laporan Kinerja 2019 27


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama


2 Meningkatnya maturitas 2.1 Persentase KL dengan Maturitas SPIP level 3
SPIP dan efektivitas SPI 2.2 Persentase pemerintah provinsi dengan Maturitas
korporasi SPIP level 3
2.3 Persentase pemerintah kabupaten/ kota dengan
Maturitas SPIP level 3
2.4 Persentase korporasi dengan efektivitas SPI level 3
3 Meningkatnya kapabilitas 3.1 Persentase APIP K/L dengan kapabilitas level 3
pengawasan intern 3.2 Persentase APIP pemerintah provinsi dengan
pemerintah kementerian, kapabilitas level 3
lembaga, dan pemda 3.3 Persentase APIP pemerintah kabupaten/ kota
dengan Kapabilitas level 3

Gambar 2.2.
Empat Fokus Pengawasan BPKP

Fokus Pengawasan
BPKP
Em p at F o k u s P e n g a w a s a n B P K P m e ru p a k a n in tis a ri d ari Tugas d a n Fungsi B P K P
se b a g a im a n a te rc a n tu m d a la m P e ra tu ra n P r e s id e n N o m o r 192 T a h u n 2 0 1 4

Pengawalan Pembangunan
Nasional

Diarahkan untuk Diarahkan untuk


it memastikan o p tim a lis a s i

7T dite ra p ka n ny a t a t a
k e l o l a yang ba ik
Rp penerimaan negara/
daerah, dan
dalam pencapaian penghematan
ta rg e t-ta rg e t pengeluaran negara/
pembangunan daerah, sehingga
n a sio n al d i p e r o l e h ruang
f i s k a l yang cukup
untuk membiayai
pembangunan
n a s io n a l

Diarahkan untuk Diarahkan untuk


Memastikan memastikan
e fe k tiv ita s e fe k tiv ita s SPIP
pengamanan terhadap dalam rangka
a s e t - a s e t negara/ mewujudkan
daerah a k u n ta b ilit a s
keuangan negara/
daerah m e l a l u i
peran APIP yang
e fe k tif

28 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program


Prioritas dalam Nawacita
Indikator "indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program
prioritas dalam Nawacita" merupakan indikator yang mencerminkan tingkat
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan program prioritas nawacita. Indikator ini
diharapkan dapat mengindikasikan kinerja BPKP dari hasil pengawalan pembangunan
nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Pengukuran Indikator ini dilakukan melalui suatu survei menggunakan variabel-variabel


dan indikator-indikator yang sudah ditentukan. Dari indikator ini diharapkan dapat
diketahui sejauh mana akuntabilitas pengelolaan keuangan dan program prioritas
nawacita, serta mengidentifikasi area-area akuntabilitas yang memerlukan perbaikan
sebagai dasar bagi BPKP untuk menyampaikan saran penyempurnaan.

Maturitas SPIP dan Efektivitas SPI Korporasi (level 3)


Indikator Maturitas SPIP (level 3) pada kementerian/ lembaga, dan pemerintah daerah
mencerminkan tingkat penyelenggaraan sistem pengendalian intern kementerian,
lembaga, dan pemerintah daerah sebagaimana diwajibkan dalam pasal 47 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, yaitu "Menteri/ pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/ walikota
bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di
lingkungan masing-masing". Indikator ini diharapkan dapat mengindikasikan kinerja
BPKP dari hasil pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Dari indikator ini diharapkan dapat
diketahui sejauh mana penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah, serta mengidentifikasi area-area
penyelenggaraan pengendalian intern yang memerlukan perbaikan sebagai dasar bagi
BPKP untuk menyampaikan saran peningkatan penyelenggaraan SPIP.

Sebagai pengembangan dari SPIP di sektor publik, BPKP juga melakukan pembinaan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern di sektor korporasi (BUMN/ BUMD/
BLU/BLUD). Kinerja dari pembinaan pengendalian intern yang dilakukan tersebut
selanjutnya diukur dengan indikator "Efektivitas SPI Korporasi (Level 3)".

Kapabilitas APIP (level 3) -------------------------------------------------------------------------


Indikator Kapabilitas APIP (level 3) pada kementerian/ lembaga, dan pemerintah
daerah mencerminkan tingkat kapabilitas aparat pengawasan intern kementerian,
lembaga, dan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan peran APIP yang efektif.
Indikator ini diharapkan dapat mengindikasikan kinerja BPKP dari hasil pembinaan
kapabilitas APIP kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Dari indikator ini
diharapkan dapat diketahui sejauh mana kapabilitas APIP kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah, serta mengidentifikasi area-area kapabilitas APIP yang
memerlukan perbaikan sebagai dasar bagi BPKP untuk menyampaikan saran
peningkatan kapabilitas APIP.

Target tiga kelompok indikator Kinerja yang diuraikan tersebut di atas untuk periode
2015-2019 disajikan pada tabel 2.2.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 29


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 2.2
Target Kinerja BPKP tahun 2015-2019
Sasaran
No Indikator Kinerja Utama 2015 2016 2017 2018 2019
Strategis
1 Meningkatnya 1.1 Indeks Skala Skala Skala Skala Skala
kualitas akuntabilitas 1 1 2 2 3
akuntabilitas pengelolaan
pengelolaan keuangan dan
keuangan dan pembangunan
pembangunan program prioritas
nasional dalam Nawacita
2 Meningkatnya 2.1 Persentase KL 4% 2% 32% 55% 85%
maturitas SPIP dengan Maturitas
dan efektivitas SPIP level 3
SPI korporasi 2.2 Persentase 5% 9% 30% 60% 85%
pemerintah
provinsi dengan
Maturitas SPIP
level 3
2.3 Persentase 5% 3% 20% 45% 70%
pemerintah
kabupaten/ kota
dengan Maturitas
SPIP level 3
2.4 Persentase 20% 45% 50% 85%
korporasi dengan
efektivitas SPI
level 3
3 Meningkatnya 3.1 Persentase APIP 5% 8% 21% 56% 85%
kapabilitas K/L dengan
pengawasan kapabilitas level 3
intern 3.2 Persentase APIP 5% 9% 30% 74% 85%
pemerintah pemerintah
kementerian, provinsi dengan
lembaga, dan kapabilitas level 3
pemda 3.3 Persentase APIP 5% 3% 20% 51% 70%
pemerintah
kabupaten/ kota
dengan
Kapabilitas level 3

5. Program ------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, BPKP
menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi BPKP
dengan program yang ditetapkan oleh Bappenas.

Sesuai dengan Pedoman Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang diterbitkan oleh
Bappenas dan Kementerian Keuangan, setiap Unit Eselon I pada kementerian atau
LPNK melaksanakan program teknis dan program generik. Program teknis merupakan
program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat
(pelayanan ekstern), sedangkan program generik merupakan program yang bersifat

30 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

pelayanan internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan/ atau administrasi


pemerintahan (pelayanan intern). Program BPKP sesuai dengan restrukturisasi
program yang dirancang oleh Bappenas terdiri dari dua program, yaitu:
1) Program Teknis
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
2) Program Generik
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya-BPKP.

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 ------------------------------------------------


Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan target kinerja yang
harus dicapai pada tahun bersangkutan dari pelaksanaan program/kegiatan sesuai
dengan sumber daya yang dimiliki instansi bersangkutan. Kinerja yang disepakati tidak
dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi
termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud sebagai hasil kegiatan tahun-
tahun sebelumnya. Perjanjian kinerja BPKP tahun 2019 sebagaimana pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja BPKP Tahun 2019

No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget


Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Skala Skala 3
Pembangunan Program Prioritas dalam Nawacita 1-5
Sasaran Strategis 2. Meningkatnya maturitas SPIP dan
efektivitas SPI korporasi
2 Persentase KL dengan Maturitas SPIP level 3 % 85%
3 Persentase pemerintah provinsi dengan Maturitas SPIP % 85%
level 3
4 Persentase pemerintah kabupaten/ kota dengan % 70%
Maturitas SPIP level 3
5 Persentase korporasi dengan efektivitas SPI level 3 % 85%
Sasaran Strategis 3. Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah kementerian, lembaga dan pemda
6 Persentase APIP K/L dengan kapabilitas level 3 % 85%
7 Persentase APIP pemerintah provinsi dengan % 85%
kapabilitas level 3
8 Persentase APIP pemerintah kabupaten/ kota dengan % 70%
Kapabilitas level 3

Dalam pencapaian sasaran strategis tersebut di atas, BPKP didukung oleh lima Deputi
Pengawasan yang membidangi Perekonomian dan Kemaritiman, Polhukam dan PMK,
Pemerintahan Daerah, Korporasi, dan Keinvestigasian, serta didukung oleh Sekretariat
Utama, Inspektorat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, Pusat Informasi
Pengawasan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan, Pusat Pembinaan
Jabatan Fungsional Auditor, dan 34 Perwakilan BPKP yang tersebar di seluruh wilayah
Republik Indonesia.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 31


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

32 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BAB

Akuntabilitas
Kinerja

Tim Perwakilan BPKP provinsi


NTB melakukan pemantauan
proyek PSN pembangunan
Bendungan Bintang Bano di
Sumbawa, NTB.
Proyek pemerintah tersebut
berpotensi memberikan manfaat
yang sangat besar bagi
masyarakat di Kabupaten
Sumbawa Barat, antara lain:
suplai air bersih sebesar 555
liter/detik, suplai air irigasi untuk
areal seluas 6.695 Ha,
pengendalian banjir Q25,
pembangkit minihydro 4,4 x 2
MW, dan pengembangan
perekonomian masyarakat
sekitar bendungan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 33


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

AKUNTABILITAS
KINERJA

A. KERANGKA PENGUKURAN KINERJA -------------------------------------------------

Dalam rangka penyusunan laporan kinerja BPKP tahun 2019 dilakukan pengumpulan
data kinerja yang melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan BPKP. Data kinerja yang
dikumpulkan berupa target dan realisasi kinerja BPKP beserta uraian rinci kinerja,
target dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia,
data-data penghargaan, serta informasi lain yang terkait dengan kinerja BPKP tahun
2019. Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk memperoleh data kinerja yang
akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten yang berguna bagi pengambilan
keputusan dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan prinsip manfaat dan
biaya, serta efisiensi dan efektivitas.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengidentifikasi realisasi kinerja dari


pelaksanaan tugas BPKP dalam tahun 2019, untuk selanjutnya dilakukan
pembandingan realisasi tersebut dengan target yang diperjanjikan dalam dokumen
perjanjian kinerja BPKP tahun 2019. Rumus yang digunakan untuk menghitung
persentase pencapaian target indikator kinerja adalah rumus maximize, sebagai
berikut:

Capaian Kinerja = ---------- x 100%


Target

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, dilakukan evaluasi capaian setiap indikator


kinerja untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung keberhasilan dan kendala
pencapaian kinerja. Faktor pendukung keberhasilan dan kendala yang menghambat
pencapaian target kinerja dicermati dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan
program/kegiatan di masa yang akan datang.

Dalam evaluasi kinerja juga dilakukan pembandingan kinerja yang meliputi


pembandingan antara realisasi kinerja dengan target tahun berjalan, realisasi kinerja
tahun berjalan dengan realisasi tahun lalu, dan pembandingan lain yang diperlukan.
Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara
membandingkan proporsi capaian kinerja dengan proporsi penggunaan sumber daya,
baik dana maupun sumber daya manusia, yang dalam hal ini direpresentasikan
dengan Orang/Hari (OH). Efisiensi sumber daya terjadi manakala capaian kinerja output
lebih tinggi dari pada capaian penggunaan sumber daya, baik dana maupun OH. Analisis
efisiensi dilakukan terpisah antara sumber daya keuangan dan sumber daya manusia.

34 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

B. PENCAPAIAN TUJUAN BPKP 2015-2019


Dalam rencana strategis tahun 2015-2019, BPKP menetapkan tiga tujuan, yaitu:
1) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Nasional yang Bersih dan Efektif;
2) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah; dan
3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan
Kompeten

Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan


1 Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang bersih
dan efektif yang ingin diwujudkan oleh BPKP adalah pengelolaan program
pembangunan nasional yang dilaksanakan secara transparan, liable, controllable,
responsible, dan responsive berada pada level 3. Akuntabilitas pengelolaan program
pada level 3 tersebut, dipandang cukup untuk mengawal pencapaian tujuan program
pembangunan nasional secara holistik, terintegrasi dan sinkron. Program prioritas
pembangunan nasional yang akan menjadi prioritas perhatian BPKP adalah program
pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kedaulatan pangan,
kemaritiman, kedaulatan energi, perhubungan, perlindungan sosial dan pariwisata.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan ini, BPKP menggunakan instrumen


indeks AP3N, yang diukur secara berjenjang pada level pelaksana dan level
koordinator yang menjabarkan karakteristik lintas sektoral dari program prioritas
pembangunan nasional. Nilai indeks diukur dalam skala 1-5. Semakin tinggi nilai
indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan program pembangunan
nasional yang semakin baik.

Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

BPKP - Laporan Kinerja 2019 35


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang semula berada
pada skala 1 (skala 1-5) pada tahun 2015, menjadi skala 3 (skala 1-5) pada tahun
2019 sesuai dengan target renstra (tercapai 100%). Dengan pencapaian kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional skala 3 (skala 1-5),
secara umum pengelolaan program pembangunan nasional cukup baik. Walaupun
pada beberapa area memerlukan perbaikan, namun pencapaian skala 3 dipandang
cukup untuk mengawal pencapaian tujuan program pembangunan nasional agar
efektif, efisien, dan juga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern


2 Pemerintah (SPIP)
Efektivitas penyelenggaraan SPIP yang ingin diwujudkan BPKP adalah
penyelenggaraan SPIP di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah yang
berada pada level 3. Efektivitas penyelenggaraan SPIP level 3 pada Kementerian,
Lembaga dan Pemerintah Daerah dipandang cukup untuk memberikan keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah secara efektif dan efisien, mampu meyakinkan keandalan pelaporan keuangan
dan mengamankan aset serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Target renstra yaitu 73,49% instansi pemerintah (Kementerian, Lembaga dan


Pemerintah Daerah) efektivitas penyelenggaraan SPIP-nya berada pada level 3,
dengan rincian :
No Instansi Pemerintah (IP) Populasi T arget Level 3 %
1 K/L 88 75 85,22
2 Pemprov 34 29 85,29
3 Pemkab/Kota 508 359 70,67
Jumlah 630 463 73,49

36 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan ini, BPKP menggunakan instrumen


tingkat maturitas SPIP, yang diukur berdasarkan 5 unsur dan 25 sub-unsur SPIP
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Tingkat maturitas diukur dalam enam
level. Semakin tinggi level menunjukkan efektivitas penyelenggaraan SPIP yang
semakin baik.

Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan SPIP pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,95% pada
tahun 2015, menjadi sebesar 60,16% pada tahun 2019, atau mencapai 81,86% dari
target sebesar 73,49%.

Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang


3 Profesional dan Kompeten
Kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang ingin diwujudkan BPKP adalah
kapabilitas APIP di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah yang berada pada
level 3. Kapabilitas APIP level 3 pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
adalah tingkat kemampuan yang harus dimiliki APIP yang dipandang cukup agar dapat
mewujudkan peran APIP secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan.

Target renstra yaitu 72,93% APIP (Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah)
kapabilitasnya berada pada level 3, dengan rincian :

BPKP - Laporan Kinerja 2019 37


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

No APIP Populasi T arget Level 3 %


1 K/L 86 73 85,00
2 Pemprov 34 29 85,29
3 Pemkab/Kota 508 356 70,08
Jumlah 628 458 72,93

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan ini, BPKP menggunakan instrumen


penilaian kapabilitas APIP berdasarkan model internal audit capability model (IACM),
yang diukur berdasarkan 6 elemen kapabilitas. Tingkat kapabilitas diukur dalam lima
level. Semakin tinggi level menunjukkan kapabilitas yang semakin baik.

Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kapabilitas APIP
pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,32% pada tahun 2015, menjadi
sebesar 58,03% pada tahun 2019 , atau mencapai 79,57% dari target sebesar 72,93%.

C. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019 ---------------------------------------------------------


Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP,
kebijakan yang diambil dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta penggunaan dana,
berikut disajikan akuntabilitas kinerja BPKP tahun 2019.

Ringkasan Kinerja
Laporan kinerja BPKP tahun 2019 ini merupakan akuntabilitas kinerja tahun kelima,
atau tahun terakhir dalam periode Renstra 2015-2019 BPKP. Dalam Renstra periode
2015-2019, BPKP menetapkan tiga tujuan, yang kemudian dijabarkan dalam tiga
sasaran strategis BPKP.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis tahun
2019, secara ringkas diikhtisarkan capaian kinerja BPKP tahun 2019 dalam Tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Ringkasan Kinerja BPKP Tahun 2019

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%)

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya


Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
Skala
Keuangan dan Pembangunan 3 3 100,00 ■
1-5
Program Prioritas dalam Nawacita
Sasaran Strategis 2. Meningkatnya
Maturitas SPIP dan Efektivitas SPI
Korporasi
2.1 Persentase K/L dengan Maturitas
% 85 79,55 93,59 ■
SPIP Level 3
2.2 Persentase Pemerintah Provinsi
% 85 79,41 93,42 ■
dengan Maturitas SPIP Level 3
2.3 Persentase Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan Maturitas
% 70 55,51 79,30 ■
SPIP Level 3

38 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi Capaian (%)

Persentase Korporasi dengan


2.4 % 85 46,00 54,12 ■
Efektivitas SPI Level 3
Sasaran Strategis 3. Meningkatnya
Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian, Lembaga dan
Pemda
3.1 Persentase APIP K/L dengan
% 85 68,97 81,14 ■
Kapabilitas Level 3
3.2 Persentase APIP Pemerintah
Provinsi dengan Kapabilitas % 85 70,59 83,05 ■
Level 3
3.3 Persentase APIP Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan % 70 55,31 79,01 ■
Kapabilitas Level 3
Keterangan:
■ = Mencapai/melampaui target
■ = Belum mencapai target, tetapi realisasi kinerja meningkat dari tahun lalu
■ = Belum mencapai target

Evaluasi Kinerja -----------------------------------------------------------------------------------


Realisasi dan capaian indikator kinerja sasaran strategis berdasarkan tujuan dan
sasaran strategis BPKP dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai auditor intern
pemerintah diuraikan di bawah ini.

Sasaran Strategis 1: M eningkatnya K ualitas A kuntabilitas Pengelolaan K euangan


dan P em bangunan N asional

Tabel 3.2.
Kinerja Sasaran Strategis 1
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
(%)
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
. Keuangan dan Pembangunan Skala 3 3 100,00
1-5 3 3
Program Prioritas dalam Nawacita

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan


keuangan dan pembangunan nasional” diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja
“Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan program prioritas
dalam Nawacita” . Indeks tersebut mencerminkan kualitas Akuntabilitas Pengelolaan
Program Pembangunan Nasional (AP3N), yaitu apakah pengelolaan program
pembangunan nasional tersebut telah dilaksanakan secara transparan, liable,
controllable, responsible, dan responsive. Akuntabilitas pengelolaan program tersebut
diharapkan mampu mengawal pencapaian tujuan program secara holistik, terintegrasi
dan sinkron. Instrumen indeks AP3N diukur secara berjenjang pada level pelaksana

BPKP - Laporan Kinerja 2019 39


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

dan level koordinator yang menjabarkan karakteristik lintas sektoral dari program. Nilai
indeks diukur dalam skala 1-5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan program pembangunan nasional yang semakin baik.

Indeks AP3N diukur menggunakan 5 variabel, 5 dimensi, dan 89 indikator, dengan


konsep pengukuran sebagaimana pada gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Konsep Pengukuran Indeks AP3N

Menggambarkan Menggambarkan
pengelolaan program p rin sip-p rin sip
pembangunan a k u n t a b ilit a s yang
nasional m ulai dari didasarkan d a r i
penyusunan p rin sip-p rin sip
kebijakan sampai aku n tabilitas
dengan pengawasan menurut Koppel

Indikator

Untuk m enunju kkan apakah pelaku atau pelaksana program


pembangunan t e l a h menetapkan mekanisme t e r t e n t u yang
memungkinkan t e r w u j u d n y a aku n tab ilitas (tran sp aren t,
lia b le, con tro llab le, resp on sible, dan renponsive

Variabel. Variabel menggambarkan pengelolaan program pembangunan nasional


mulai dari kebijakan sampai dengan pengawasan. Dengan demikian, pengelolaan
keuangan Negara/ Daerah dari sisi proses terdiri atas variabel kebijakan; perencanaan
dan penganggaran; pelaksanaan dan penatausahaan; pelaporan dan
pertanggungjawaban; dan pengawasan.
Dimensi. Dimensi menggambarkan prinsip-prinsip akuntabilitas yang didasarkan dari
prinsip-prinsip akuntabilitas menurut Koppel (2005), yaitu:
a. Transparency: Keterbukaan atas pengelolaan program.
b. Liability: Kesediaan untuk menanggung konsekuensi atas performa pengelolaan
program.
c. Controllability: Kendali atas pengelolaan program oleh prinsipal.
d. Responsibility: Regulasi, ketentuan, dan norma yang menjadi acuan
pertangungjawaban pengelolaan program.
e. Responsiveness: Adanya atensi atas “needs and desires” dari konstituen program.

40 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Indikator. Indikator secara umum merupakan sesuatu yang dapat memberikan


petunjuk atau keterangan mengenai pelaksanaan suatu proses. Dalam konteks
instrumen indeks AP3N, indikator ini menunjukkan bahwa pelaku atau pelaksana
program pembangunan telah menetapkan mekanisme tertentu yang memungkinkan
terwujudnya akuntabilitas (transparent, liable, controlable, responsible dan responsive)
Dari hasil pengukuran indeks AP3N dihasilkan skor, yang akan menunjukkan skala
indeks, sebagaimana pada gambar 3.2.
Gambar 3.2.
Skala Skor Indeks AP3N

AP3N
Skala skor indeks AP3IM dibagi dalam 5 tingkatan

SkorBB - IGD
Pengelolaan program
pembangunan sangat baik, perlu
Skor 71 - 85 dipertahankan atau ditingkatkan
Pengelolaan program
pembangunan baik, namun ada
area tertentu yang memerlukan
perbaikan Skor 5 G - 7 0
Pengelolaan program
pembangunan cukup
baik, namun pada beberapa area
memerlukan perbaikan

SkorO - 40
Pengelolaan program
pembangunanpada hampir
seluruh area memerlukan
erbaikan

Dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagaimana dituangkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang RKP Tahun 2019, pemerintah

BPKP - Laporan Kinerja 2019 41


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

menetapkan 5 prioritas pembangunan nasional yang dijabarkan dalam 24 program


prioritas dan 100 kegiatan prioritas sebagaimana dalam tabel 3.3, sebagai berikut:

Tabel 3.3. Prioritas pembangunan Nasional Tahun 2019

Prioritas Jumlah
No Pembangunan Program Prioritas Keg.
Nasional Prioritas
1 Pembangunan 1 Percepatan pengurangan kemiskinan 5
Manusia 2 Peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat 5
3 Pemerataan layanan pendidikan berkualitas 5
4 Peningkatan akses masyarakat terhadap perumahan dan 3
permukiman layak
5 Peningkatan tata kelola layanan dasar 3
2 Pengurangan 6 Peningkatan konektivitas dan TIK 5
kesenjangan 7 Percepatan pembangunan papua dan papua barat 5
antar wilayah 8 Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan desa 3
9 Penanggulangan bencana 4
10 Peningkatan sistem logistik 3
3 Peningkatan 11 Peningkatan ekspor dan nilai tambah produk pertanian 5
nilai tambah 12 Percepatan peningkatan ekspor dan nilai tambah industri 4
ekonomi dan pengolahan
penciptaan 13 Peningkatan nilai tambah pariwisata dan jasa produktif 4
lapangan kerja lainnya
14 Percepatan peningkatan keahlian tenaga kerja 4
15 Pengembangan Iptek dan inovasi untuk meningkatkan 4
produktivitas
4 Pemantapan 16 Peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan energi 5
ketahanan 17 Peningkatan produksi, akses dan kualitas konsumsi 5
energi, pangan pangan
dan sumber 18 Peningkatan kuantitas, kualitas dan aksesibilitas sumber 4
daya air daya air
19 Peningkatan daya dukung sumber daya alam dan daya 4
tampung lingkungan
5 Stabilitas 20 Kamtibmas dan keamanan siber 5
keamanan 21 Kesuksesan pemilu 4
nasional dan 22 Pertahanan wilayah nasional 3
kesuksesan 23 Kepastian hukum dan reformasi birokrasi 4
pemilu 24 Efektivitas Diplomasi 4
JUMLAH 100

Atas 24 program prioritas, yang dijabarkan dalam 100 kegiatan prioritas tersebut,
BPKP berperan mengawal akuntabilitas melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi
program prioritas, kegiatan prioritas, serta proyek prioritas yang berada di bawah
program prioritas tersebut. Untuk menilai hasil pengawalan, pembinaan, monitoring dan
evaluasi atas program prioritas tersebut, pada tahun 2019, BPKP melakukan
pengukuran indeks AP3N pada 8 program prioritas, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4. Hasil pengukuran Indeks AP3N Tahun 2019

Deputi
No Program Prioritas Skor
Koordinator
1 Program Prioritas Percepatan Pengurangan Kemiskinan D2 70,67
dengan fokus pada Kegiatan Prioritas Penguatan
Pelaksanaan Bantuan Sosial Tepat Sasaran
2 Program Prioritas Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan D2 60,92

42 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Deputi
No Program Prioritas Skor
Koordinator
Gizi Masyarakat dengan fokus pada Kegiatan Prioritas
Percepatan Penurunan Stunting
3 Program Prioritas Peningkatan Konektivitas dan D1 67,86
Teknologi Informasi dan Komunikasi
4 Program Prioritas Percepatan Pembangunan Daerah D3 59,82
Tertinggal dan Desa dengan fokus pada Kegiatan
Prioritas Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah
dan Desa dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset
Pemerintahan Desa
5 Program Prioritas Peningkatan Sistem Logistik D1 64,00
6 Program Prioritas Percepatan Peningkatan Ekspor dan D1 63,07
Nilai Tambah Industri Pengolahan
7 Program Prioritas Percepatan Peningkatan Keahlian D1 63,67
Tenaga Kerja
8 Program Peningkatan Produksi, Akses dan Kualitas D1 64,23
Konsumsi Pangan
Rata-rata 64,28
Skala 3
Ket:
D1= Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
D2= Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
D3= Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

Dari hasil pengukuran indeks AP3N, rata-rata skor indeks AP3N sebesar 64,28 atau
berada pada skala 3. Dengan demikian realisasi indeks AP3N pada tahun 2019 telah
mencapai target atau 100%. Rata-rata skor indeks AP3N tersebut mengalami kenaikan
sebanyak 7,49 poin dibandingkan dengan tahun 2018, yaitu dari 56,79 di tahun 2018
menjadi 64,28 di tahun 2019.

Dari hasil pengukuran indeks AP3N, enam indikator yang paling memerlukan
perbaikan (area of improvement) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Area o f Improvement (AOI) Indeks AP3N Tahun 2019

Jml Program
No Area o f Improvement (AOI)
Prioritas
1 Pelaporan-pertanggungjawaban program pembangunan nasional 7
belum mengungkapkan mengenai pengelolaan risiko dalam
pelaksanaan program
2 Perencanaan penganggaran jangka menengah (lima tahun) belum 6
sepenuhnya menggambarkan integrasi/ sinkronisasi/ sinergi
program pembangunan nasional
3 Pengelolaan risiko belum sepenuhnya ada dalam pelaksanaan 6
program pembangunan nasional
4 Koordinator di setiap layer PN/PP/KP belum ditetapkan secara 5
tertulis (formal)
5 Penanggungjawab Program Pembangunan Nasional belum 5
ditetapkan secara tertulis
6 Pengawasan atas pengelolaan risiko belum ada pada program 5
pembangunan nasional

BPKP - Laporan Kinerja 2019 43


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan mengalami


peningkatan dalam tahun 2015-2019 sebagaimana terlihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3.
Perbandingan Kinerja Indeks AP3N

Perbandingan Realisasi Kinerja Perbandingan Capaian Kinerja

2019 100
2018 100
Skala 2017 100
20IE 100
u n i l 2015 100
2015 2016 2017 2018 2019
■ Target 1 1 2 Z 3
20 40 GO 30 100 120

Realisasi l l 2 3 3 %

Realisasi Indeks AP3N tahun 2019 adalah skala 3. sesuai target. Capaian kinerja Indeks AP3N tahun 2019 sebesar 100%, sesuai
target.
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi Indeks AP3N tahun
2019 tidak mengalami pembahan (skala 3), namun skor nilai Dibandingkan dengan tahun 2018, Capaian kinerja Indeks AP3N
indeks AP3N mengalami kenaikan sebesar 7,49 poin, yaitu dari tahun 2019 tidak mengalami perubahan.
rata-rata sebesar 56,79 pada tahun 2018, menjadi rata-rata
sebesar 64,28 poin pada tahun 2019

Pencapaian target indeks AP3N tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya yang
telah dilakukan BPKP, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Pengawalan Pembangunan Nasional ------------------------------------------------------


Pada tahun 2019, BPKP telah melakukan monitoring dan reviu tata kelola proyek-
proyek strategis nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 56
Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan ringkasan
sebagai berikut:

Tabel 3.6. Reviu Tata Kelola PSN Tahun 2019

No Monev/ Reviu Infrastruktur PSN Jml PSN


1 Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol 64
2 Pembangunan Infrastruktur Jalan Nasional/Strategis Nasional Non Tol 5
3 Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api Antar Kota 9
4 Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api Dalam Kota 7
5 Revitalisasi Bandar Udara 3
6 Pembangunan Bandar Udara Baru 3
7 Pengembangan Bandar Udara Strategis Lainnya 1
8 Pembangunan Pelabuhan Baru dan Pengembangan Kapasitas 10
9 Pembangunan Satu Juta Rumah 3
10 Pembangunan Kilang Minyak 3
11 Pembangunan/ Pengembangan Pipa Gas/Terminal LPG 7
12 Pembangunan Infrastruktur Energi Asal Sampah 1
13 Pembangunan SPAM 7

44 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

No Monev/ Reviu Infrastruktur PSN Jml PSN


14 Pembangunan Infrastruktur Sistem Air Limbah Komunal 1
15 Pembangunan Tanggul Penahan Banjir 1
16 Pembangunan Bendungan dan Jaringan Irigasi 57
17 Peningkatan Jangkauan Broadband 2
18 Pembangunan Infrastruktur IPTEK Strategis Lainnya 2
19 Pembangunan Kawasan Industri Prioritas/Kawasan Ekonomi Khusus 28
20 Pembangunan KSPN 1
21 Pembangunan Smelter 6
22 Pembangunan Infrastruktur Perikanan dan Kelautan 1
23 Pembangunan Infrastruktur Pendidikan 1
JUMLAH 223
24 Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
25 Program Pengembangan Industri Pesawat
26 Program Pemerataan Ekonomi
27 Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2018
28 Pengadaan Tanah PSN sesuai Perpres Nomor 102 Tahun 2016

Gambar 3.4. Kepala Perwakilan BPKP provinsi NTB melakukan pemantauan proyek PSN
pembangunan Bendungan Bintang Bano di Sumbawa, NTB

BPKP - Laporan Kinerja 2019 45


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.6. Inspeksi lapangan tim, dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Timur memantau PSN Pembangunan Jembatan Pulau Balang II di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Bentang utama jembatan direncanakan sepanjang 804 meter, jembatan
pendekat sepanjang 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.807 meter

46 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.8. Inspeksi lapangan tim dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Nusa
Tenggara Timur memantau progress PSN pembangunan Jalan Lintas Utara Flores
dari Labuan Bajo - Kedindi sepanjang 141,29 Km

BPKP - Laporan Kinerja 2019 47


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.9. Tim BPKP melakukan peninjauan dalam rangka reviu progres pembangunan LRT Cawang - Cibubur

ig

48 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dengan terjadinya gempa bumi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2018, BPKP melakukan pengawasan yang bertujuan untuk
mengawal akuntabilitas distribusi bantuan sosial dalam bentuk Dana Siap Pakai, dan
Bantuan Sosial yang dikelola oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Gambar 3.11. Tim BPKP melakukan inspeksi lapangan dalam rangka pemantauan akuntabilitas penggunaan
Dana Siap Pakai Penanggulangan Bencana Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi di Sulawesi Tengah

Pemilihan umum serentak pada tahun 2019 yang digelar di seluruh Indonesia untuk
memilih presiden dan wakil presiden, serta anggota dewan perwakilan rakyat dan
dewan perwakilan rakyat daerah, perlu dikawal akuntabilitasnya. BPKP dengan
melibatkan perwakilan di seluruh provinsi bertugas mengawal dengan melakukan
kegiatan reviu akuntabilitas terkait keuangan dan kinerja penyelenggaraan pemilu pada
101 satker KPU dan Bawaslu se-Indonesia. Kegiatan ini bertujuan memberikan
keyakinan bahwa pertanggungjawaban keuangan Dana Pemilu Tahun 2019 dan
kinerja penyelenggaraan Pemilu 2019 telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
didukung bukti yang memadai.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 49


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.12. Rapat Koordinasi dan Pembahasan Hasil Reviu BPKP pada KPU dan Bawaslu
Provinsi dan Kabupaten/ Kota tahun 2019
50 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah, Pasal 31 ayat (3), menyebutkan bahwa BPKP melakukan reviu
atas Laporan Kinerja Pemerintah Pusat dalam rangka meyakinkan keandalan informasi
yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi kepada Menteri Keuangan. BPKP melakukan Reviu atas
Laporan Kinerja Pemerintah Pusat dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2015
tentang Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Tujuan reviu adalah
meyakinkan keandalan informasi yang disajikan dalam Laporan Kinerja Pemerintah
Pusat (LKjPP), sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan. Keandalan dimaksud
meliputi kesesuaian Laporan Kinerja Pemerintah Pusat dengan Laporan Kinerja
Kementerian/Lembaga (LKjKL) dan Pedoman Penyusunan LKjPP.

Gambar 3.13. Penyampaian hasil reviu LKJPP Tahun 2018 oleh Kepala BPKP kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Untuk memberikan keyakinan bahwa kemajuan program prioritas nasional dan


rencana aksi Inpres 1 Tahun 2016 yang dilaporkan oleh Kementerian/ Lembaga sesuai
dengan kondisi lapangan, mengidentifikasi permasalahan/ hambatannya, serta
memfasilitasi debottlenecking pelaksanaan kegiatan yang mengalami keterlambatan/
hambatan dan penyelesaian masalah, BPKP bersama dengan kantor staf presiden
(KSP) melakukan monitoring dan evaluasi Janji Presiden. Dalam hal ini, BPKP

BPKP - Laporan Kinerja 2019 51


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

membantu KSP terkait skill dan experience pada proyek detail dalam rangka
pemantauan rencana aksi. Lebih jauh lagi, BPKP memiliki instrumen pengawasan
hingga level daerah yang dapat melaksanakan pemantauan di lapangan yang dapat
membantu KSP dalam menemukan masalah serta memberikan rekomendasi.

Pada tahun 2019, BPKP melakukan audit BPJS Kesehatan, yang dilakukan
berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S-126/MK.02/2019 tanggal 11 Februari
2019 tentang Permohonan Audit dengan Tujuan Tertentu atas Aset Dana Jaminan
Sosial Kesehatan, yang meliputi Aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan (DJS)
Kesehatan) dan Aset Dana BPJS Kesehatan Tahun 2018. Audit dengan Tujuan
Tertentu (ATT) atas DJS Kesehatan mencakup 5 (lima) sistem utama yaitu sistem
kepesertaan; sistem manajemen iuran dan penagihan piutang; sistem biaya manfaat
jaminan kesehatan (termasuk strategic purchasing); Sistem Teknologi Informasi serta
Sistem Pengelolaan Biaya Operasional.

Peningkatan Ruang Fiskal ----------------------------------------------------------------------


Optimalisasi Penerimaan Negara -------------------------------------------------------------
Dari hasil OPN tahun 2019, dihasilkan peningkatan ruang fiskal dari pajak, bea cukai,
dan PNBP Pertambangan, serta Kominfo sebesar Rp274.030.000.000,00 dan
USD1.170.000,00. Perkembangan peningkatan ruang fiskal dari hasil OPN Pajak, Bea
Cukai dan PNBP sebagai berikut:
Tabel 3.7. Peningkatan Ruang Fiskal hasil OPN 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Pajak, bea cukai Rp5,6 Rp2,48 Rp0,26 Rp0,43 Rp0,27 triliun
dan PNBP triliun triliun triliun triliun
- USD110,7 USD36,21 USD14,52 USD 1,17 juta
juta juta juta

Penghematan Pengeluaran Negara ----------------------------------------------------------


1) Dari hasil audit tujuan tertentu atas pencapaian pekerjaan dan kewajaran biaya
pembangunan LRT Jabodetabek dan Palembang tahun 2017 sampai dengan
2019, dihasilkan penghematan pengeluaran negara sebesar 17,94% yaitu sebesar
Rp3.993.666.216.705,01 dari tagihan sebesar Rp22.265.410.760.351,50.
Tabel 3.8. Penghematan Pengeluaran Negara Pembangunan LRT
Uraian LRT Jabodetabek & Palembang
Tagihan Rp22.265.410.760.351,50
Nilai yang Dapat Dibayarkan Rp18.271.744.543.646,49
Koreksi Rp3.993.666.216.705,01

2) Dari hasil verifikasi tagihan tunggakan pihak ketiga tahun 2019, diperoleh
penghematan dari hasil koreksi sebesar Rp829.102.765.119,36 dari tagihan
sebesar Rp6.456.902.549.172,30 atau diperoleh penghematan sebesar 12,84%.
Tabel 3.9. Penghematan pengeluaran negara dari hasil verifikasi tagihan
tunggakan pihak ketiga 2015-2019
Uraian 2015 - 2017 2018 2019 Total
Nilai Tagihan Rp3,45 triliun Rp1,71 triliun Rp1,30 triliun Rp6,46 triliun
Koreksi dan Denda Rp0,58 triliun Rp0,04 triliun Rp0,21 triliun Rp0,83 triliun
Nilai Verifikasi Rp2,87 triliun Rp1,67 triliun Rp1,09 triliun Rp5,63 triliun

52 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

3) Pengawasan atas ganti kerugian pengadaan tanah PSN berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional, yang dilaksanakan tahun 2016-2019 (s.d. 28 Agustus 2019)
pada 39 ruas Jalan Tol, 18 Bendungan, 1 Pelabuhan, dan 5 Jalur Kereta Api,
sebagai berikut:

Tabel 3.10. Penghematan pengeluaran negara dari hasil pengawasan ganti rugi
pengadaan tanah PSN

Nilai uang ganti Nilai UGR yang sudah dibayar


Nilai Ganti
Uraian rugi (UGR) yang Lembaga Manajemen Aset
Kerugian
eligible Negara (LMAN)
Jalan Tol Rp45,70 triliun Rp43,53 triliun Rp34,34 triliun
Bendungan Rp3,33 triliun Rp3,04 triliun Rp2,64 triliun
Pelabuhan Rp0,58 triliun Rp0,53 triliun Rp0,38 triliun
Kereta Api Rp1,13 triliun Rp1,00 triliun Rp0,80 triliun
Total Rp50,74 triliun Rp48,10 triliun Rp38,16 triliun

C o st S aving -----------------------------------------------------------------------------------------
Realisasi cost saving dari hasil audit sektor migas dan perbankan tahun 2019 sebesar
9,92%, yaitu Rp10.336.553.059.997,00 dari cakupan audit Rp104.231.233.185.700,00.
Perkembangan cost saving 2015-2019 sebagai berikut:
Tabel 3.11. Cost Saving 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Cost saving Rp5,05 Rp7,39 Rp2,59 Rp3,3 Rp10,34
triliun triliun triliun triliun triliun
Cakupan audit Rp136,10 Rp64,54 Rp68,08 Rp30,81 Rp104,23
triliun triliun triliun triliun triliun
% 3,71% 11,45% 3,8% 10,71% 9,92%

BPKP - Laporan Kinerja 2019 53


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah -------------------------

Pengelolaan Keuangan Daerah


Implementasi SIMDA dilakukan dalam rangka pengawalan RPJMN tahun 2015 - 2019
terkait dengan implementasi kebijakan Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan
yang Baik melalui kebijakan Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara.
Salah satu bentuk pengawalan peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah adalah dengan mengembangkan aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai tools pengawasan.

Dari 542 pemerintah daerah sebanyak 445 pemerintah daerah atau 82,10% telah
mengimplementasikan SIMDA yang dikembangkan BPKP (rincian terlampir dalam
lampiran 10). Penjelasan masing-masing aplikasi sistem tata kelola (E-Gov)
terintegrasi, adalah sebagai berikut:

a. SIMDA Perencanaan adalah aplikasi yang mengelola seluruh proses perencanaan


lima tahunan (RPJMD/RENSTRA), proses perencanaan tahunan (RKPD/ RENJA),
e-Musrenbang, e-ASB, KUA/PPA, dan proses penganggaran. Per 31 Desember
2019 Aplikasi telah di-install/ digunakan oleh 261 pemda;
b. SIMDA Keuangan adalah aplikasi pengelolaan keuangan daerah mulai dari proses
penganggaran (e-budgeting), pelaksanaan/tata usaha (e-finance), sampai dengan
pelaporan keuangan (LKPD) dan pertanggungjawaban (e-reporting). Per 31
Desember 2019 Aplikasi telah digunakan oleh 395 pemda;
c. Pengembangan SIMDA SAKIP bekerjasama dengan Kementerian PAN dan RB
dengan BPKP. Aplikasi ini merupakan aplikasi monitoring dan evaluasi kinerja,
baik kinerja tahunan maupun kinerja 5 tahunan, dan akan lebih memperkuat
implementasi Performance Based Budgeting.

Selain tiga aplikasi besar sebagai backbone tata kelola pemerintahan daerah,
dibangun pula aplikasi sub sistem terkait, antara lain:

a. SIMDA BMD adalah aplikasi pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) mulai dari
Rencana Kebutuhan Pengadaan/Pemeliharaan Barang, penatausahaan, dan
mendukung sistem akuntansi berupa data rincian Aset Tetap, beban penyusutan
dan akumulasi penyusutan. Per 31 Desember 2019 Aplikasi telah digunakan oleh
396 pemda;
b. SIMDA Pendapatan adalah aplikasi pengelolaan pendapatan pajak dan retribusi
daerah (PAD), mulai dari pendaftaran Wajib Pajak/Retribusi (WP-R), penetapan,
sampai dengan penagihan, serta mendukung sistem akuntansi berupa data rincian
penetapan, penerimaan dan saldo piutang PAD. Per 31 Desember 2019 Aplikasi
telah di-install/ digunakan oleh 171 pemda;
c. SIMDA Gaji adalah aplikasi pengelolaan penggajian PNSD, menghasilkan
dokumen penggajian di pemda, mendukung sistem akuntansi berupa data
beban/belanja pegawai. Per 31 Desember 2019 Aplikasi telah di-install/ digunakan
oleh 61 pemda;
d. Aplikasi CMS/SP2D Online merupakan aplikasi layanan perbankan untuk
memperlancar pelaksanaan transaksi pencairan SP2D dari rekening kas umum
daerah ke rekening tujuan (SKPD/pihak ketiga) secara Online. Aplikasi CMS/SP2D
Online digunakan oleh 219 Pemda.

54 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Pengembangan dan implementasi aplikasi SIMDA telah memberikan kontribusi


terhadap peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah bagi
pemerintah daerah terlihat dari peningkatan opini W TP BPK RI terhadap laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai berikut:

Tabel 3.12. Perkembangan Capaian Opini WTP Pemda TA. 2016 - 2018
Target RPJMN Capaian WTP
Pemda 2019 Opini WTP TA. 2016 TA. 2017 TA. 2018
Pemda % Pemda % Pemda % Pemda %
Provinsi 34 29 85% 31 91% 33 97% 32 94%
Kabupaten 415 250 60% 275 66% 298 72% 327 79%
Kota 93 60 65% 72 77% 80 86% 84 90%
Jumlah 542 339 378 411 443

Dari 443 pemerintah daerah yang memperoleh opini W TP atas LKPD Tahun 2018,
sebanyak 360 (81%) menggunakan SIMDA.

wandatanganan perjanjian

• Gambar 3.15. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama
[a SP2D online antara Pemerintah Kabupaten STmatungunide-n ( i l ^ ln P i B I |BfenBPKP guna mendukung optimalisasi
_ pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Pengelolaan Keuangan Desa -----------------------------------------------------------------------


Aplikasi Siskeudes dikembangkan oleh BPKP bersama Kemendagri ditujukan untuk
meningkatkan akuntabilitas tatakelola keuangan desa di seluruh Indonesia. Dalam
Rakorwasnas APIP Tahun 2017 Aplikasi Siskeudes disambut positif oleh Presiden RI
dan menginstruksikan kepada pemerintah daerah agar diterapkan di seluruh desa.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 55


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Sampai dengan tahun 2019, implementasi Siskeudes telah mencapai 95,06% dari
seluruh desa di Indonesia. Aplikasi Siskeudes versi 2.0 telah diimplementasikan pada
71.249 desa di 417 Kabupaten/Kota dari 74.954 desa di 434 Kabupaten/Kota.
Sedangkan bimbingan teknis Aplikasi Siskeudes telah dilaksanakan pada 73.751 desa
di 430 Kabupaten/Kota atau 98,40% dari 74.954 desa di 434 Kabupaten/Kota.

^ —Implementasi Siskeudes ^ —Jumlah desa (74.954 desa)

2015 2016 2017 2018 2019

Kompilasi Data Keuangan Desa melalui Siskeudes v.2.0

Kompilasi data keuangan desa dilakukan di tingkat pemerintah kabupaten/ kota


sebagai bagian lampiran laporan keuangan pemerintah daerah. Kompilasi data
keuangan desa melalui aplikasi Siskeudes dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi
monitoring dan pengawasan pemerintah daerah kepada desa melalui pemanfaatan
data keuangan desa.

Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan kompilasi realisasi APBDesa


tahun 2019 sebanyak 336 Kabupaten/Kota atau 77,42% dari 434 Kabupaten, dengan
jumlah desa yang berhasil dikompilasi sebanyak 51.238 atau 68,36% dari 74.954 desa.

Interkoneksi Siskeudes dengan OM-SPAN

Upaya BPKP dalam mendukung peningkatan akuntabilitas keuangan desa, salah


satunya adalah melakukan koordinasi dengan beberapa stakeholder atau dalam hal ini
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan terkait interkoneksi
Aplikasi Siskeudes dengan OM-SPAN. Pada tanggal 19 Agustus 2019, secara resmi
telah di-launching Interkoneksi Aplikasi Siskeudes Versi 2.0 dengan Aplikasi OM SPAN
untuk mendukung pelaporan Dana Desa. Interkoneksi telah memfasilitasi fitur transfer
data dari Aplikasi Siskeudes ke Aplikasi OM-SPAN.

Tujuan interkoneksi Siskeudes Versi 2.0 dan OM-SPAN antara lain untuk memberikan
kemudahan kepada pemerintah daerah dalam menyampaikan dokumen penyaluran
Dana Desa, mempercepat pertukaran data dan informasi, dan mengefisienkan
penggunaan sumberdaya. Interkoneksi Aplikasi Siskeudes Versi 2.0 dengan OM-

56 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

SPAN pada tahun 2019 masih dalam tahap uji coba. Interkoneksi secara efektif akan
diterapkan pada tahun 2020. Sampai dengan bulan Desember interkoneksi Siskeudes
Versi 2.0 dengan OM-SPAN telah dilaksanakan pada 9.818 desa atau 13,78% dari
pengguna aplikasi Siskeudes.

i A i
W v
W ' M
M T
■ /
u
Ir * -A .

Siskeudes Online

Penerapan Siskeudes online ditujukan untuk mempercepat kompilasi data Siskeudes


pada tingkat Kabupaten/Kota. Penerapan Siskeudes online pada Tahun 2019
menunjukkan adanya peningkatan dari Tahun 2018. Sampai dengan tahun 2019,
sebanyak 53 Pemerintah Kabupaten/Kota telah menerapkan Siskeudes online,
meningkat dari tahun 2018 yaitu sebanyak 31 Pemerintah Kabupaten/Kota. Sebanyak
53 Pemerintah daerah yang telah menerapkan Siskeudes online sebagaimana pada
gambar 3.18.

Pengawasan atas Keuangan Desa - Aplikasi Sistem Pengawasan Keuangan Desa


(Siswaskeudes)

Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintah Desa diberi kewenangan


dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Desa secara mandiri. Sejak tahun 2015
Pemerintah Desa menerima alokasi Dana Desa dari APBN di samping Alokasi Dana
Desa (ADD) yang merupakan bagian transfer dana perimbangan ke Pemerintah
Daerah.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 57


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

58 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BPKP - Laporan Kinerja 2019 59


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dengan adanya sumber keuangan desa yang semakin besar, pemerintah desa
memiliki tanggung jawab yang besar. Potensi terjadinya penyimpangan juga semakin
besar.

Untuk menjamin akuntabilitas keuangan desa, APIP Kabupaten/Kota mempunyai


kewajiban melakukan pengawasan atas pengelolaan keuangan desa. Karena adanya
keterbatasan sumber daya yang dimiliki APIP Daerah, perlu difasilitasi dalam
melakukan pengawasan keuangan desa. Dengan memanfaatkan data Aplikasi
Siskeudes, maka dikembangkan Aplikasi Siswaskeudes.

Aplikasi Sistem Pengawasan Keuangan Desa (SISWASKEUDES) adalah suatu


aplikasi yang digunakan oleh API P sebagai tools pengawasan atas pengelolaan
keuangan desa dengan pendekatan berbasis risiko dan teknik audit berbantuan
komputer. Pada tahun 2019 aplikasi ini telah diuji coba di tiga Kabupaten yang telah
menerapkan Siskeudes secara online yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Boyolali,
dan Kabupaten Madiun. Saat ini aplikasi Siswaskeudes telah siap diluncurkan dan
akan segera diterapkan di seluruh Indonesia.

° ' | K T O H * ‘ Ifitu ftN S Y ft H


~ T . 1
______

PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)


DAN APLIKASI BADAN USAHA M ILIK DESA (BUMDesa)
TINGKAT KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN ANGGARAN 2 0 1 9
Lalingato. 28 Novemter 2019

lir r-*7>
Gambar 3.19. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara dan tim, memberikan
pembinaan sistem informasi akuntansi dan aplikasi BUMDesa dalam rangka meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja BUMDesa di Kabupaten Kolaka Timur

Di samping itu, dalam rangka menilai efektivitas dana transfer dari Pemerintah Pusat
berupa Dana Otonomi Khusus (Otsus), BPKP melakukan Evaluasi atas pemanfaatan
Dana Otsus yg disalurkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Aceh, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan evaluasi Dana Otsus oleh BPKP
berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Republik Indonesia.

60 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Korporasi ------------------------------------


G o o d C orporate G overnance (GCG) pada BUMN/ Anak Perusahaan -------------
Pada tahun 2019 BPKP telah melakukan asesmen penerapan GCG pada 55 BUMN/
anak perusahaan. Dari jumlah tersebut, 47 BUMN/ anak perusahaan (85,45%)
mendapat skor minimal "baik".

Tabel 3.13. Perkembangan Korporasi GCG "Baik" 2015-2019

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019


Target 65% 65% 70% 70% 75%
Realisasi 65,71% 74,29% 76,36% 80,00% 85,45%
Asesmen (BUMN) 35 35 55 40 55
GCG baik(BUMN) 23 26 42 32 47

Realisasi persentase BUMN/ anak perusahaan dengan skor GCG minimal "baik"
cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar 65,71% dan pada tahun 2019
sebesar 85,45%, atau meningkat 19,74% dalam periode 5 tahun. Hal ini memberikan
gambaran bahwa tatakelola pada BUMN semakin membaik.

Dari 17 sektor usaha BUMN yang dievaluasi GCG, Jumlah BUMN dengan GCG
minimal baik terbanyak adalah BUMN di sektor Kelistrikan yaitu sebanyak 8 BUMN
(14,54%) dari 55 BUMN.

Kinerja BUMN/ Anak Perusahaan ------------------------------------------------------------


Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan terhadap kinerja perusahaan yang
meliputi penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Dari 58
BUMN yang difasilitasi oleh BPKP melalui kegiatan reviu, evaluasi, bimbingan teknis,
dan kegiatan assurance serta jasa konsultansi lainnya, sebanyak 49 BUMN (84,48%)
kinerjanya berhasil meraih predikat minimal A (baik).

Tabel 3.14. Perkembangan BUMN kinerja A (Baik) 2015-2019

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019


Target 50% 52% 54% 58% 60%
Realisasi 59.55% 83,75% 74,55% 74,51% 84,48%
BUMN yang dibina 89 80 55 51 58
BUMN Kinerja Baik 53 67 41 38 49

Realisasi persentase BUMN/ Anak perusahaan minimal berpredikat A (baik) cenderung


meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar 59,55% dan pada tahun 2019 sebesar
84,48%, atau meningkat 24,92% dalam periode 5 tahun. Hal ini memberikan gambaran
bahwa kinerja BUMN semakin membaik.

Dari 23 sektor usaha BUMN yang difasilitasi, Jumlah BUMN dengan kinerja A (baik)
terbanyak adalah BUMN di sektor Transportasi dan Pergudangan yaitu sebanyak 6
BUMN (10,34%) dari 58 BUMN.

Kinerja BUMD/ PDAM ----------------------------------------------------------------------------


BUMD dibentuk dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
daerah dan bagi pemerintah daerah. Dalam rangka mencapai return yang tinggi, maka
BUMD harus memiliki tingkat kesehatan yang memadai. Untuk meningkatkan kinerja/

BPKP - Laporan Kinerja 2019 61


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

kesehatan BUMD (dalam hal ini PDAM), BPKP melakukan evaluasi kinerja PDAM.
Pada tahun 2019, BPKP telah melakukan evaluasi kinerja 374 PDAM, dengan hasil
224 PDAM (59,89%) termasuk kategori sehat.

Tabel 3.15. Perkembangan PDAM kinerja "Sehat" 2015-2019

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019


Target 52% 53% 54% 55% 56%
Realisasi 52,57% 53,13% 55,80% 59,63% 59,89%
PDAM yang dievaluasi 350 367 371 374 374
PDAM Kinerja sehat 184 195 164 223 224

Realisasi PDAM sehat cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar 52,57%,
dan pada tahun 2019 menjadi sebesar 59,89%, atau meningkat sebesar 7,32% dalam
5 tahun.

Tatakelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) -------------------------------------


Untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, Undang-undang Nomor 44 Tahun
2009 mewajibkan penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) oleh seluruh Rumah Sakit Daerah (RSD).
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja BLUD, pada tahun 2019,
BPKP telah melakukan evaluasi kinerja terhadap 103 RSD BLUD.
Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa 86,41%, yaitu 89 dari 103 RSD BLUD
yang dievaluasi, termasuk dalam kategori "baik", dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.16. Perkembangan BLUD kinerja "Baik" 2015-2019


Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Target 58% 59% 60% 61% 62%
Realisasi 69,56% 60,78% 33,30% 80,65% 86,41%
BLUD yang dievaluasi 92 102 75 93 103
BLUD Kinerja baik 64 62 25 75 89

Realisasi BLUD kinerja baik cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar
69,56%, dan pada tahun 2019 menjadi sebesar 86,41%, atau meningkat sebesar
16,85% dalam 5 tahun.

Keinvestigasian
Pada tahun 2019, BPKP telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pengamanan aset negara/ keinvestigasian, dengan ringkasan output kegiatan sebagai
berikut:

Tabel 3.17. Target dan Realisasi Output Kegiatan Keinvestigasian Tahun 2019

Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Rencana Realisasi
(%)

1 Laporan hasil pengawasan dalam Laporan 5 5 100,00


rangka pemberian rekomendasi
strategis
2 Fraud risk assessment (FRA) Laporan 290 290 100,00
3 Audit Investigatif Laporan 91 66 72,53

62 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Rencana Realisasi
(%)

4 Audit Penghitungan Kerugian Laporan 246 218 88,62


Keuangan Negara
5 Pemberian Keterangan Ahli Laporan 665 665 100,00
6 Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Laporan 3 5 166,67
Dokumen Elektronik (PEBDE)
7 Evaluasi Hambatan Kelancaran Laporan 30 26 86,67
Pembangunan
8 Audit Klaim Laporan 21 14 66,67
9 Audit Penyesuaian Harga Laporan 60 63 105,00
10 Fraud Control Plan (FCP) Laporan 60 50 83,33
11 Pengembangan Masyarakat Laporan 38 36 94,74
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
Jumlah 1.509 1.438 95,29

Pemberian keterangan ahli yang dilaksanakan oleh BPKP sebanyak 665 laporan terdiri
atas pemberian keterangan ahli di hadapan penyidik sebanyak 289 laporan, dan
pemberian keterangan ahli di pengadilan sebanyak 376 laporan. Laporan hasil
perhitungan kerugian keuangan negara sebanyak 218 laporan diserahkan kepada
Kejaksaan sebanyak 81 laporan, dan diserahkan kepada Kepolisian sebanyak 137
laporan. Pengumpulan dan evaluasi bukti dokumen elektronik sebanyak 5 laporan
dilakukan untuk mendukung keperluan penyidikan, audit investigatif, audit tujuan
tertentu yang dilakukan oleh BPKP.

Gambar 3.20. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memaparkan hasil diagnostic assessment
FCP pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba

Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) sebanyak 66 laporan yang dilaksanakan BPKP
diserahkan kepada aparat penegak hukum sebanyak 47 laporan dan sebanyak 19
laporan diserahkan kepada kementerian/ lembaga selaku pihak yang meminta
dilakukannya audit investigatif.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 63


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis sebanyak


lima laporan yang dilaksanakan tahun 2019 yaitu:
1) FRA atas program stunting
2) FRA atas program reforma agraria di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
3) Penilaian risiko fraud organisasi perangkat daerah yang meliputi Dinas pekerjaan
umum dan tata ruang, badan perencanaan pembangunan daerah, dinas
pemberdayaan masyarakat, dan dinas pendidikan.
4) Kajian rekomendasi strategis terhadap arah hambatan kelancaran pembangunan
kebijakan pembangunan ekonomi pangan dan pertanian pada tata kelola beras
tahun 2020-2024.
5) Kajian risiko fraud atas pengelolaan investasi pada BUMN-BUMN jasa asuransi
dan penjaminan periode tahun 2012-2018.

Pada tahun 2019, dari hasil audit penyesuaian harga dan audit klaim dihasilkan
penghematan keuangan negara sebesar Rp199.670.781.034,00, USD757,39, dan
¥37.962.814,00.

Tabel 3.18. Penghematan keuangan negara dari hasil audit penyesuaian harga dan
audit klaim 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Penghematan keuangan negara:
hasil audit klaim + Rp0,36 triliun Rp0,22 triliun Rp0,19 triliun Rp0,24 triliun Rp0,2 triliun
penyesuaian harga
hasil audit USD6,47 juta USD0,08 juta USD0,19 juta USD18,02 USD 757,39
penyesuaian harga juta
- ¥8,47 juta - - ¥ 37,96 juta

Di samping itu dalam rangka mengatasi risiko fraud di lingkungan Kementerian/


Lembaga/ Pemerintah Daerah dan korporasi (BUMN/BUMD), dari hasil pembinaan
BPKP telah diimplementasikan fraud control plan.

Tabel 3.19. FCP, MPAK, dan HKP 2015-2019


Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Implementasi Fraud 24 78 22 41 26
Control Plan (FCP)
pada K/L/ Pemda/
Korporasi
Peserta Masyarakat 905 849 1.925
Pembelajar Anti peserta peserta peserta
Korupsi (MPAK)
Evaluasi Hambatan 26 24 20 16 26
Kelancaran kasus kasus kasus kasus kasus
Pembangunan (HKP)

Sasaran strategis 1 telah mencapai target tahun 2019. Strategi ke depan (tahun 2020)
untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan indeks akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan pembangunan dalam Nawacita berada pada skala 3, yaitu:
1. Memperkuat kerangka regulasi implementasi akuntabilitas tata kelola pembangunan
nasional (ATPN) bagi K/L Koordinator dan Pelaksana Program Prioritas Nasional.

64 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

2. Meningkatkan efektivitas implementasi regulasi ATPN melalui penyelenggaraan


forum dan MoU bersama antara BPKP dengan Bappenas, Kementerian Keuangan
dan Kementerian Koordinator.
3. Meningkatkan efektivitas implementasi Tata Kelola Program Pembangunan Prioritas
melalui penyusunan Modul Implementasi dan Bimtek ATPN untuk K/L Pelaksana
Program Prioritas.
4. Meningkatkan konvergensi perencanaan pengawasan lintas sektoral melalui
penyusunan desain pengawasan yang terpadu dan sesuai dengan konstruksi
program pembangunan.

Pencapaian sasaran strategis 1 didukung dengan dana sebesar


Rp168.804.888.646,00 atau 90,65% dari anggaran sebesar Rp186.220.374.000,00
dan output sebanyak 8.020 laporan atau 114,13% dari rencana sebanyak 7.027 laporan,
serta OH sebanyak 400.065 OH atau 91,25% dari rencana sebanyak 438.404 OH.
Dari sisi penggunaan dana, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 114,13%, lebih besar daripada
capaian penggunaan dana sebesar 90,65%.
Dari sisi penggunaan SDM, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 114,13%, lebih tinggi daripada
capaian penggunaan OH sebesar 91,25%.

Sasaran Strategis 2:
M eningkatnya M aturitas S P IP dan Efektivitas S P I K orporasi

Tabel 3.20. Kinerja Sasaran Strategis 2.

Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Meningkatnya maturitas SPIP dan
Efektivitas SPI Korporasi
2.1 Persentase K/L dengan Maturitas
% 85 79,55 93,59
SPIP Level 3
2.2 Persentase Pemerintah Provinsi
% 85 79,41 93,42
dengan Maturitas SPIP Level 3
2.3 Persentase Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan Maturitas % 70 55,51 79,30
SPIP Level 3
Persentase Korporasi dengan
2.4 % 85 46,00 54,12
Efektivitas SPI Level 3

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya maturitas SPIP” diukur dengan


menggunakan empat indikator kinerja, yaitu:
1) Persentase K/L dengan Maturitas SPIP level 3
2) Persentase Pemprov dengan Maturitas SPIP level 3
3) Persentase Pemkab/ Kota dengan Maturitas SPIP level 3
4) Persentase Korporasi dengan Efektivitas SPI level 3
Maturitas SPIP K/L/Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Level 3 merupakan tingkat
minimal maturitas SPIP yang diharapkan dicapai oleh K/L/Pemda. Pada level 3 atau

BPKP - Laporan Kinerja 2019 65


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

tingkat "terdefinisi” . Tingkat maturitas SPIP merupakan kerangka kerja yang


menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur
dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrumen evaluatif dan panduan
generik peningkatan efektivitas SPIP. Semakin tinggi level maturitas penyelenggaraan
SPIP pada K/L/Pemda, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan
instansi pemerintah dan semakin berkualitas birokrasi.

Gambar 3.21. Karakteristik Tingkat Maturitas Penyelenggaraan SPIP

Tingkat penyelenggaraan SPIP pada kementerian/ lembaga dan


pemerintah daerah dibagi dalam 6 tingkatan

K /L/P telah menerapkan


pengendalian intern yang
K /L/P telah menerapkan berkelanjutan, terintegrasl dalam
pengendalian Internal yang
pelaksanaan kegiatan yang didukung
efektif, masing-masingpersonel
r < oleh pemantauan otomatis
pelaksanakegiatan yang selalu
menggunakan aplikasi komputer
mengendalikan kegiatan pada
pencapaian tujuan kegiatan Itu
sendiri maupun tujuan
K/L/P. evaluasi dilakukan secara. ,
formal dan terdokumentasi
K /L/P telah melaksanakan praktik
pengendalian intern dan
terdokumentasi dengan baik. Namun
evaluasi atas pengendalian intern
dilakukan tanpa dokumentasi yang
memadai

Ada praktik pengendalian


intern, namun pendekatan risiko dan
pengendalian yang diperlukan masih

komunikasi dan pemantauan sehingga


kelemahan tidak diidentifikasi
K /L/P sama sekati belum memiliki
kebijakan dan prosedur yang

Uraian kinerja atas 4 indikator kinerja meningkatnya maturitas SPIP adalah sebagai
berikut:

66 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

2.1. Persentase K/L dengan Maturitas SPIP Level 3 --------------------------------------


Maturitas SPIP Kementerian/ Lembaga (level 3) mencerminkan kualitas penyelenggaraan
SPIP Kementerian/Lembaga yang diharapkan berada pada level 3. Maturitas SPIP diukur
menggunakan skala 0-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas
penyelenggaraan SPIP yang semakin baik.

Tingkat maturitas SPIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat maturitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L dengan quality
assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian maturitas SPIP yang
dikembangkan oleh BPKP.

IK "Maturitas SPIP Kementerian/Lembaga (level 3)" diukur dengan menghitung jumlah


Kementerian/Lembaga yang telah memperoleh capaian tingkat kematangan/maturitas
level 3 dibandingkan jumlah Kementerian/Lembaga yang menjadi mitra kerja BPKP
sebanyak 88 K/L.

Pada tahun 2019, dari 88 K/L yang menjadi mitra BPKP, terdapat 70 K/L yang
mencapai tingkat maturitas level 3 dalam penyelenggaraan SPIP. Dengan demikian,
realisasi maturitas SPIP K/L (level 3) sebesar 79,55% atau mencapai 93,59% dari
target sebesar 85%.

Tabel 3.21. Perkembangan Jumlah K/L yang Mencapai Maturitas SPIP Level 3
menurut Deputi Pembina

Deputi Jml K/L Jumlah K/L SPIP Lv 3


No K/L Level 3
Pembina Mitra 2018 2019 +/(-)
1 Perekonomian 27 16 21 5 I) Kem. Keuangan, 2) Kem.
Kelautan dan Perikanan, 3)
BKPM, 4) Kem. ESDM, 5) Kem.
Pariwisata, 6) Kem.
Perdagangan, 7) BNP2TKI, 8)
BPS , 9) LKPP, 10) Bappenas,
I I ) PPATK, 12) KLHK, 13)
Kementan, 14) Kem.
Perindustrian, 15) Kem.
Perhubungan, 16) Kem.
Ketenagakerjaan, 17) Kemen
PUPR, 18) Kemenko Bidang
Perekonomian, 19) BPWS, 20)
BP Batam, 21) BMKG
2 Polhukkam 55 31 45 14 1) KP K, 2) BPKP, 3) Lemhanas,
4) Kemenlu, 5) Kem. Sekretariat
Negara, 6) Kemendikbud, 7)
Kemenristekdikti,8) BPPT, 9)
BAPETEN,10) BATAN, 11)
BPOM,12) BIN, 13) BASARNAS,
14) Kementerian Kesehatan, 15)
BSN, 16) Kemenkominfo, 17)
LAN, 18) KemenPAN dan RB,
19) Kemenko Bidang Polhukam,
20) Badan Siber dan Sandi
Negara, 21) BNPT, 22)
BPKP - Laporan Kinerja 2019 67
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Deputi Jml K/L Jumlah K/L SPIP Lv 3


No K/L Level 3
Pembina Mitra 2018 2019 +/(-)
Kemenko Bidang PMK, 23)
LAPAN, 24) Badan Informasi
Geospasial, 25) Setjen MPR,
26) MK, 27) Komisi Yudisial, 28)
Ombudsman RI, 29) ANRI, 30)
Sekretariat Kabinet, 31) KPU,
32) Dewan Ketahanan Nasional,
33) BNN, 34) Kemensos, 35)
Kemenhan, 36 POLRI, 37)
Setjen DPR, 38)
Kemenkumham, 39) Mahkamah
Agung, 40) LPSK, 41) Komnas
HAM, 42) Perpustakaan
Nasional, 43) Kementerian
PPPA, 44) BKKBN, 45) BPK
3 PPKD 3 1 1 - 1) Kemendagri
4 AN 3 2 3 1 1) Kemen. BUMN, 2) LP-RRI, 3)
LPP-TVRI
Jumlah 88 50 70 20

Tabel 3.22. Kondisi Maturitas SPIP K/L 2019

No Kedeputian Pembina Jml K/L Mitra < Lv 1*) Lv 2 > Lv 3


1 Perekonomian 27 1 5 21
2 Polhukam 55 3 7 45
3 PPKD 3 - 2 1
4 AN 3 - - 3
Jumlah 88 4 14 70
Persentase 100% 4,50% 15,91% 79,55%

rincian tingkat maturitas SPIP kementerian/ lembaga tahun per 31 Desember 2019
disajikan pada lampiran VI.

Tabel 3.23. Peningkatan Maturitas SPIP K/L 2019


Jml K/L
L C V C I I v l u L U I 1 LC l O

No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/


SPIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 50 70 O 20 22,73%
2 Level 2 29 14 O 15 (17,05%)
3 Level 1*) 7 4 O 3 (3,41%)
Jumlah 86 88
*) Termasuk yang belum dinilai maturitas SPIP-nya

Dari tabel 3.23 terlihat bahwa jumlah K/L yang mencapai maturitas SPIP level 3
mengalami kenaikan sebanyak 20 K/L, atau sebesar 22,73% dari jumlah K/L. Di sisi

68 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

lain jumlah K/L dengan maturitas SPIP level 2 mengalami penurunan sebanyak 15 K/L,
atau 17,05% dari jumlah K/L, karena naik ke level 3.

Penurunan juga terjadi pada jumlah K/L dengan maturitas SPIP level 1 yaitu turun
sebanyak 3 K/L, atau turun sebesar 3,41% dari jumlah K/L, karena naik ke level di
atasnya.

Gambar 3.22. Perkembangan SPIP Level 3 K/L Tahun 2015-2019

Dari hasil penilaian maturitas SPIP pada Kementerian/Lembaga, unsur yang


penerapannya paling rendah adalah unsur penilaian risiko, yang terdiri atas sub unsur
identifikasi dan analisis risiko. Lima sub unsur yang nilainya paling rendah/memerlukan
perbaikan (area of improvement/AOI) sebagaimana pada tabel 3.24.

Tabel 3.24. Lima AoI Tertinggi Penyelenggaraan SPIP


Kementerian/Lembaga Tahun 2019

Sub Terjadi
No Uraian
Unsur pada K/L
1 Evaluasi Terpisah V 20
2 Analisis Risiko II 16
3 Perwujudan peran APIP yang efektif I 15
4 Identifikasi Risiko II 13
5 Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian III 12
Intern (SPI) serta Transaksi dan Kejadian Penting

BPKP - Laporan Kinerja 2019 69


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.23. Pelaksana Tugas Kepala BPKP menyerahkan Penghargaan Capaian SPIP Level
3 dan Kapabilitas APIP Level 3 pada Menteri Luar Negeri, tanggal 18 Oktober 2019

70 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.24. Rapat Penilaian Mandiri Maturitas SPIP di Lingkungan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana

BPKP - Laporan Kinerja 2019 71


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.25.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP K/L (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja


IOD
2019 93.59
2018 105.71
GD

II
2017 7B.3I
40
20IG 115.00
20
D
2015 20IG
I
2017 2018 2019
2015 60.25

■ Target (%) 4 Z 32 55 B5
0.00 50.00 100.00 150.00

Realisasi (%) 2.41 2.30 24.42 58.14 79,55 %

Realisasi maturitas SPIP Kementerian/lembaga (level 3) tahun Capaian kinerja matuntas SPIP Kementenan/ lembaga (level 3)
2019, sebesar 79.55%, mencapai 93.59% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 93,59%.
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018. capaian kinerja matuntas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi matuntas SPIP SPIP Kementenan/lembaga (level 3) tahun 2019 lebih
Kementerian/lembaga (level 3) mengalami kenalkan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
21,41% (79,55 - 58.14% ). tahun 2019, dan semula 55% di tahun 2018 menjadi 85% di
tahun 2019 (naik 30%). sementara kenalkan realisasi kinerja
baru mencapai 21,41%.

2.2. Persentase Pemprov dengan Maturitas SPIP Level 3 ------------------------------


Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) mencerminkan kualitas penyelenggaraan
SPIP seluruh Pemerintah Provinsi yang diharapkan berada pada level 3. Sebagaimana
maturitas SPIP K/L, maturitas SPIP Pemerintah Provinsi juga diukur menggunakan
skala 0-5. Semakin tinggi nilai maturitas SPIP menunjukkan kualitas penyelenggaraan
SPIP yang semakin baik.

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) diukur dengan menghitung jumlah


Pemerintah Provinsi yang maturitas SPIP-nya mencapai level 3 dibandingkan jumlah
Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 34 Pemerintah Provinsi.
Sampai dengan tahun 2019, dari 34 Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP,
terdapat 27 Pemerintah Provinsi yang telah mencapai tingkat maturitas SPIP level 3.
Dengan demikian, realisasi maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) sebesar 79,41%
atau mencapai 93,42% dari target tahun 2019 sebesar 85%.

Tabel 3.25. Perkembangan Jumlah Pemerintah Provinsi yang Mencapai Maturitas


SPIP Level 3

Populasi Jumlah Pemerintah Provinsi


Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah dengan Maturitas SPIP Lv 3
iviaiui ilgo o r i n LCvCl o
Provinsi Th 2018 Th 2019 +/ (-)
34 23 27 4 1) Sumatera Utara, 2) Sumatera Barat,
3) Riau, 4) Kepulauan Riau, 5) Jambi, 6)
Sumatera Selatan, 7) Lampung, 8)
Banten, 9) DKI Jakarta, 10) Jawa Barat,

72 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Populasi Jumlah Pemerintah Provinsi


Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah dengan Maturitas SPIP Lv 3
iviaiui ilgo on in LCvCl o
Provinsi Th 2018 Th 2019 +/ (-)
11) Jawa Tengah, 12) Daerah Istimewa
Yogyakarta, 13) Jawa Timur, 14)
Kalimantan Barat, 15) Kalimantan
Selatan, 16) Kalimantan Timur, 17)
Kalimantan Utara, 18) Kalimantan
Tengah ,19) Sulawesi Selatan, 20)
Sulawesi Utara, 21) Sulawesi Tengah,
22) Sulawesi Barat, 23) Gorontalo, 24)
Bali, 25) Nusa Tenggara Barat, 26)
Maluku, 27) Maluku Utara

Jumlah Pemerintah Provinsi yang mencapai maturitas SPIP level 3 mengalami


kenaikan sebanyak 4 Pemprov, atau sebesar 11,76% dari jumlah Pemprov. Jumlah
Pemprov dengan maturitas level 2 dan 1, mengalami penurunan karena naik ke level di
atasnya. Gambaran kenaikan/penurunan level maturitas SPIP pada Pemerintah
Provinsi tahun 2018 disajikan pada tabel 3.26

Tabel 3.26. Peningkatan Maturitas SPIP Pemprov 2019

Jml Pemprov
Level Maturitas
No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
SPIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 23 27 O 4 11,76%
2 Level 2 9 6 O 3 (8,82%)
3 Level 1 2 1 O 1 (2,94%)
Jumlah 34 34
Rincian tingkat maturitas SPIP pemerintah provinsi per 31 Desember 2019 dapat
dilihat pada lampiran VII.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 73


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.27. Peta Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Pemprov)


per 31 Desember 2019

74 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

SPIP

★ SPIP Level 1

BPKP - Laporan Kinerja 2019 75


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Untuk mengetahui komposisi Pemerintah Provinsi yang mencapai maturitas SPIP


level 3, dilakukan pengelompokan Pemerintah Provinsi dalam 7 wilayah, yaitu Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali + Nusa Tenggara, Maluku + Maluku Utara, dan
Papua + Papua Barat.
Komposisi Pemprov dengan maturitas SPIP Level 3 menurut wilayah (7 wilayah)
sebagaimana pada gambar 3.28.

Gambar 3.28. Komposisi Pemprov SPIP Level 3 Th 2019 menurut Wilayah


(7 wilayah) dan perkembangan maturitas SPIP Pemprov 2015-2019

76 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dari gambar 3.28 dapat dijelaskan sebagai berikut:

■ Dari 10 Pemprov di wilayah Sumatera, sebanyak 7 Pemprov (70%) sudah mencapai


level 3, dan 3 Pemprov belum mencapai level 3.
■ Dari 6 Pemprov di wilayah Jawa, seluruhnya (100%) sudah mencapai level 3.
■ Dari 5 Pemprov di wilayah Kalimantan, seluruhnya (100%) sudah mencapai level 3.
■ Dari 6 Pemprov di wilayah Sulawesi, sebanyak 5 Pemprov (83,33%) sudah
mencapai level 3, dan 1 Pemprov belum mencapai level 3.
■ Dari 3 Pemprov di wilayah Bali + Nusa Tenggara, sebanyak 2 Pemprov (66,67%)
sudah mencapai level 3, dan 1 Pemprov belum mencapai level 3.
■ Dari 2 Pemprov di wilayah Maluku + Malut, seluruhnya (100%) sudah mencapai
level 3.
■ Dari 2 Pemprov di wilayah Papua + Papua Barat, seluruhnya belum mencapai
level 3.

Persentase Pemprov yang mencapai maturitas SPIP level 3 di wilayah Jawa,


Kalimantan, dan Maluku + Malut telah melampaui target tahun 2019, terlihat dari
persentase level 3 (kotak warna jingga) yang berada di atas garis (Target Tahun 2019
sebesar 85%). Untuk wilayah Sulawesi, persentase Pemprov yang mencapai maturitas
SPIP level 3, sedikit di bawah target, sedangkan untuk wilayah Sumatera, Bali + Nusa
Tenggara, dan terutama Papua + Papua Barat masih perlu didorong pencapaian
maturitas SPIP level 3.

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.29 sebagai berikut:

Gambar 3.29.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja


100
20I9 93.42
30
20I8 II2.75
00
% 20I7 147,07
40
20
0
2015
-riil
2010 2017 2018 2019
20IG
20I5 0.00
98.00

i Target (%) 5 9 30 00 B5
0 50 100 150 200
0.00 8.82 44,12 07.05 79,41 %

Realisasi maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) tahun Capaian kinerja maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)
2019, sebesar 79,41%, mencapai 93,42% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 93,42%
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja maturitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi matuntas SPIP SPIP Pemenntah provinsi (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
11,76%. tahun 2019, dari semula 60% di tahun 2018 menjadi 85% di
tahun 2019 (naik 25%). sementara kenaikan realisasi kinerja
baru mencapai 11,76%

BPKP - Laporan Kinerja 2019 77


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

2.3. Persentase Pemkab/Kota dengan Maturitas SPIP Level 3 ------------------------

Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) diukur dengan menghitung jumlah


Pemerintah Kabupaten/Kota yang maturitas SPIP-nya mencapai level 3 dibandingkan
jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 508
Pemerintah Kabupaten/Kota .

Sampai dengan tahun 2019, terdapat 282 Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah
mencapai tingkat maturitas SPIP level 3 dari 508 Pemerintah Kabupaten/Kota yang
menjadi mitra kerja BPKP. Dengan demikian, realisasi maturitas SPIP Kabupaten/Kota
(level 3) sebesar 55,51% atau mencapai 79,30% dari target tahun 2019 sebesar 70%.

Tabel 3.27. Perkembangan Jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota yang Mencapai


Maturitas SPIP Minimal Level 3 menurut W ilayah/ Provinsi

Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Sumatera
1 Aceh 23 9 9 1) Kota Banda Aceh, 2) Kota Langsa,
3) Kab. Aceh Besar, 4) Kab. Aceh
Tengah, 5) Kab. Gayo Lues, 6) Kab.
Simeulue, 7) Kab. Aceh Barat
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
8) Kab. Aceh Tamiang, 9) Kab. Bireun
2 Sumut 33 6 6 1) Kab. Tapanuli Selatan, 2) Kab.
Tapanuli Utara, 3) Kab. Toba Samosir,
4) Kab. Labuhan Batu Utara, 5) Kab.
Labuhan Batu Selatan, 6) Kota Tebing
Tinggi
3 Sumbar 19 16 15 (1) 1) Kab Tanah Datar, 2) Kota Padang,
3) Kota Payakumbuh, 4) Kota Bukit
Tinggi, 5) Kab Pesisir Selatan, 6) Kab
Dharmasraya, 7) Kab Padang
Pariaman, 8) Kota Pariaman, 9) Kab.
Agam, 10) Kota Solok, 11) Kab.
Limapuluh Kota, 12) Kab. Pasaman,
13) Kab. Solok, 14) Kab. Sijunjung, 15)
Kota Sawahlunto
4 Riau 12 11 9 (2) 1) Kab. Meranti, 2) Kab. Pelalawan, 3)
Kab. Indragiri Hilir, 4) Kab. Kampar, 5)
Kab. Siak, 6) Kab. Indragiri Hulu, 7)
Kota Pekanbaru, 8) Kab. Kuantan
Singingi, 9) Kab. Rokan Hulu
5 Kepri 7 4 7 3 1) Kota Tanjung Pinang, 2) Kota Batam
3) Kab Karimun, 4) Kab. Bintan, 5) Kab.
Kep. Anambas, 6) Kab. Lingga, 7) Kab.
Natuna
6 Jambi 11 - 4 4 1) Kota Jambi, 2) Kota Sungaipenuh, 3)
Kab. Batanghari, 4) Kab. Bungo

78 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
7 Sumsel 17 13 9 (4) 1) Kab Lahat, 2) Kab Muara Enim, 3)
Kab. Ogan Komering Ilir, 4) Kab.
Banyuasin, 5) Kab. Musi Banyuasin, 6)
Kota Palembang, 7) Kab. Musi Rawas,
8) Kota Pagar Alam, 9) Kota Lubuk
Linggau
8 Bengkulu 10 - 2 2 1) Kab. Lebong, 2) Kab. Bengkulu
Utara
9 Babel 7 1 2 1 1) Kab. Bangka Tengah, 2) Kab.
Bangka
10 Lampung 15 7 10 3 1) Kab Pringsewu, 2) Kota Bandar
Lampung, 3) Kota Metro, 4) Kab.
Pesawaran, 5) Kab. Lampung Selatan,
6) Kab. Way Kanan, 7) Kab.
Tanggamus, 8) Kab. Lampung Timur,
9) Kab. Tulang Bawang
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
10) Kab. Tulang Bawang Barat
Jumlah 154 58 73 15

Jawa
1 Banten 8 7 8 1 1) Kab Serang, 2) Kota Tangerang, 3)
Kota Tangerang Selatan, 4) Kab.
Lebak, 5) Kab. Tangerang, 6) Kab.
Pandeglang, 7) Kota Cilegon, 8) Kota
Serang
2 DKI
Jakarta
3 Jabar 27 11 15 4 1) Kota Bandung, 2) Kota Banjar, 3)
Kota Bekasi, 4) Kota Bogor, 5) Kota
Depok, 6) Kab. Indramayu, 7) Kab.
Sukabumi, 8) Kab. Bogor, 9) Kab.
Bandung, 10) Kab. Garut, 11) Kab.
Sumedang, 12) Kab. Pangandaran, 13)
Kab Ciamis, 14) Kab. Kuningan, 15)
Kab. Sumedang
4 Jateng 35 29 32 3 1) Kab Kudus, 2) Kota Surakarta, 3)
Kab Boyolali, 4) Kab Karanganyar, 5)
Kab. Magelang, 6) Kota Semarang, 7)
Kab. Temanggung, 8) Kab. Pati, 9)
Kab. Blora, 10) Kab. Banyumas, 11)
Kab. Pekalongan, 12) Kab. Sragen, 13)
Kota Magelang, 14) Kab. Purworejo,
15) Kab. Cilacap, 16) Kota Salatiga, 17)
Kota Pekalongan, 18) Kab. Grobogan,
19) Kab. Banjarnegara, 20) Kab. Tegal,
21) Kab. Kendal, 22) Kab. Demak, 23)
Kab. Wonogiri, 24) Kab. Batang
25) Kab. Wonosobo, 26) Kab.
BPKP - Laporan Kinerja 2019 79
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Sukoharjo, 27) Kab. Pemalang, 28)
Kab. Kebumen, 29) Kab. Semarang,
30) Kab. Purbalingga, 31) Kab. Klaten,
32) Kab. Rembang
5 DIY 5 5 5 1) Kab Sleman, 2) Kab Kulonprogo, 3)
Kota Yogyakarta, 4) Kab. Gunung
Kidul, 5) Kab. Bantul
6 Jatim 38 34 30 (4) 1) Kab Bojonegoro, 2) Kab Ponorogo,
3) Kab Pacitan, 4) Kota Blitar, 5) Kota
Mojokerto, 6) Kab Pasuruan, 7) Kota
Surabaya, 8) Kab Tulungagung, 9) Kab
Jombang, 10) Kab Lumajang, 11) Kab
Bondowoso, 12) Kab Probolinggo, 13)
Kab Banyuwangi, 14) Kab Blitar, 15)
Kota Malang, 16) Kota Kediri, 17) Kab.
Lamongan, 18) Kab. Situbondo, 19)
Kota Probolinggo, 20) Kab Kediri, 21)
Kab. Sidoarjo, 22) Kab. Gresik, 23)
Kab. Magetan, 24) Kab. Pamekasan,
25) Kota Madiun, 26) Kab. Sumenep
27) Kab. Madiun, 28) Kab. Ngawi, 29)
Kab. Tuban, 30) Kab. Trenggalek
Jumlah 113 86 90 4

Kalimantan
1 Kalbar 14 7 9 2 1) Kota Pontianak, 2) Kota Singkawang
3) Kab. Sintang, 4) Kab. Landak, 5)
Kab. Mempawah, 6) Kab. Sanggau, 7)
Kab. Sekadau, 8) Kab. Kubu Raya, 9)
Kab. Ketapang
2 Kalteng 14 4 13 9 I) Kota Palangkaraya, 2) Kab.
Kotawaringin Timur, 3) Kab.
Kotawaringin Barat, 4) Kab. Lamandau,
5) Kab. Pulang Pisau, 6) Kab. Barito
Selatan, 7) Kab. Barito Timur, 8) Kab.
Barito Utara, 9) Kab. Gunung Mas, 10)
Kab. Kapuas
Dalam proses penjaminan kualitas:
I I ) Kab. Katingan, 12) Kab. Sukamara,
13) Kab. Seruyan
3 Kalsel 13 11 12 1 1) Kota Banjarmasin, 2) Kota
Banjarbaru, 3) Kab. Tabalong, 4) Kab.
Hulu Sungai Utara, 5) Kab. Balangan,
6) Kab. Hulu Sungai Selatan, 7) Kab.
Tapin, 8) Kab. Tanah Bumbu, 9) Kab.
Kota Baru, 10) Kab. Tanah Laut, 11)
Kab Banjar, 12) Kab. Barito Kuala

80 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
4 Kaltim 10 8 9 1 1) Kota Balikpapan, 2) Kota Bontang,
3) Kota Samarinda, 4) Kab. Penajam
Paser Utara, 5) Kab. Berau, 6) Kab.
Kutai Barat, 7) Kab. Kutai Timur, 8)
Kab. Paser, 9) Kab. Kutai Kartanegara
5 Kaltara 5 1 2 1 1) Kab. Nunukan, 2) Kab. Malinau
Jumlah 56 31 45 14

Sulawesi
1 Sulut 15 7 10 3 1) Kota Manado, 2) Kota Kotamobagu,
3) Kota Tomohon, 4) Kab. Bolaang
Mongondow Utara, 5) Kab. Bolaang
Mongondow Selatan, 6) Kab. Bolaang
Mongondow Timur 7) Kab. Sangihe, 8)
Kab. Minahasa Tenggara, 9) Kab.
Kepulauan Talaud, 10) Kab. Minahasa
Selatan
2 Gorontalo 6 3 5 2 1) Kota Gorontalo, 2) Kab. Gorontalo, 3)
Kab. Pohuwato, 4) Kab. Bone Bolango,
5) Kab. Boalemo
3 Sulbar 6 5 6 1 1) Kab. Majene, 2) Kab. Polewali
Mandar, 3) Kab Mamuju, 4) Kab.
Mamuju Tengah, 5) Pasangkayu, 6)
Kab. Mamasa
4 Sulteng 13 2 7 5 1) Kota Palu, 2) Kab. Banggai, 3) Kab.
Banggai Laut, 4) Kab. Buol, 5) Kab.
Norowali, 6) Kab. Poso, 7) Kab. Tojo
Una-una
5 Sulsel 24 10 13 3 1) Kota Makassar, 2) Kota Palopo, 3)
Kab Bantaeng, 4) Kab. Pinrang, 5) Kab.
Luwu Utara, 6) Kab. Bulukumba, 7)
Kab. Gowa, 8) Kab. Soppeng, 9) Kab.
Tana Toraja Utara, 10) Kab. Luwu
Timur, 11) Kab. Sidenreng Rappang,
12) Kab. Wajo
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
13) Kab. Luwu
6 Sultra 17 3 3 - 1) Kota Bau Bau, 2) Kab. Konawe
Selatan, 3) Kab. Kolaka
Jumlah 81 30 44 14

Jumlah Pemkab/ Kota yang mencapai maturitas SPIP level 3 pada lima provinsi
(Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Maluku Utara) mengalami
penurunan dibanding tahun lalu karena berdasarkan hasil penjaminan kualitas, kriteria
maturitas level 3 belum sepenuhnya terpenuhi.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 81


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.30. Peta Maturitas SPIP Level 3 Pemerintah Kabupaten/ Kota


(Pemkab/ Kota) per 31 Desember 2019

82 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BPKP - Laporan Kinerja 2019 83


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Bali + Nusa Tenggara
1 Bali 9 9 9 1) Kab Gianyar, 2) Kab Jembrana, 3)
Kota Denpasar, 4) Kab Badung, 5)
Kab. Buleleng, 6) Kab. Tabanan, 7)
Kab Bangli, 8) Kab Karangasem, 9)
Kab Klungkung
2 NTB 10 8 10 2 1) Kota Bima, 2) Kota Mataram, 3) Kab
Lombok Barat, 4) Kab Lombok Tengah,
5) Kab. Sumbawa Barat, 6) Kab.
Sumbawa, 7) Kab. Bima, 8) Kab.
Lombok Timur, 9) Kab. Lombok Utara,
10) Kab. Dompu
3 NTT 22 - 2 2 1) Kab. Sikka, 2) Kab. Sumba Timur
Jumlah 41 17 21 4

Maluku + Maluku Utara


1 Maluku 11 2 5 3 1) Kota Ambon, 2) Kab Maluku
Tenggara Barat, 3) Kab. Maluku
Tenggara
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
4) Kab. Buru, 5) Kab. Maluku Tengah
2 Maluku 10 5 2 (3) 1) Kab. Halmahera Utara, 2) Kota
Utara Tidore Kepulauan
Jumlah 21 7 7 -

Papua + Papua Barat


1 Papua 29 - 1 1 Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
1) Kab. Merauke
2 Papua 13 - 1 1 1) Kab. Sorong
Barat
Jumlah 42 - 2 2 -

Total 508 229 282 53

Tabel 3.28. Kondisi Maturitas SPIP Pemerintah Kab/Kota 2019 menurut Provinsi

Jml
No Provinsi Lv 1*) Lv 2 Lv 3
Kab/Kota
1 Aceh 23 - 14 9
2 Sumut 33 5 22 6
3 Sumbar 19 - 4 15
4 Riau 12 1 2 9
5 Kepri 7 - - 7
6 Jambi 11 1 6 4

84 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jml
No Provinsi Lv 1*) Lv 2 Lv 3
Kab/Kota
7 Sumsel 17 - 8 9
8 Bengkulu 10 5 3 2
9 Babel 7 1 4 2
10 Lampung 15 2 3 10
11 Banten 8 - - 8
12 DKI Jakarta
13 Jabar 27 8 4 15
14 Jateng 35 - 3 32
15 DIY 5 - - 5
16 Jatim 38 - 8 30
17 Kalbar 14 - 5 9
18 Kalteng 14 - 1 13
19 Kalsel 13 - 1 12
20 Kaltim 10 - 1 9
21 Kaltara 5 - 3 2
22 Sulut 15 2 3 10
23 Gorontalo 6 - 1 5
24 Sulbar 6 - - 6
25 Sulteng 13 6 - 7
26 Sulsel 24 1 10 13
27 Sultra 17 7 7 3
28 Bali 9 - - 9
29 NTB 10 - - 10
30 NTT 22 3 17 2
31 Maluku 11 6 - 5
32 Maluku Utara 10 - 8 2
33 Papua 29 17 11 1
34 Papua Barat 13 - 12 1
Jumlah 508 65 161 282
Persentase 100% 12,80% 31,69% 55,51%
*) termasuk level 0
Rincian tingkat maturitas SPIP pemerintah kabupaten/ kota per 31 Desember 2019
dapat dilihat pada lampiran VIII.

Tabel 3.29. Peningkatan Maturitas SPIP Pemkab/Kota 2019


Jml Pemkab/Kota
Level Maturitas
No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
SPIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 229 282 O 53 10,43%
2 Level 2 151 161 O 10 1,97%
3 Level 1 128 65 O 63 (12,40%)
Jumlah 508 508

BPKP - Laporan Kinerja 2019 85


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dari tabel 3.29 terlihat bahwa jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota (Pemkab/Kota) yang
mencapai maturitas SPIP level 3 mengalami kenaikan sebanyak 53 Pemkab/Kota, atau
sebesar 10,43% dari jumlah Pemkab/Kota. Kenaikan juga terjadi pada level 2, di mana
jumlah Pemkab/Kota yang mencapai maturitas level 2 mengalami kenaikan sebanyak
10 Pemkab/Kota, atau 1,97% dari jumlah Pemkab/Kota.

Selanjutnya dalam gambar 3.31, digambarkan komposisi Pemkab/ kota maturitas SPIP
level 3 per wilayah.

Gambar 3.31. Komposisi Pemkab/Kota Level 3 menurut wilayah dan perkembangan


maturitas SPIP Pemkab/Kota 2015-2019

86 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dari gambar 3.31, dapat dijelaskan sebagai berikut:

■ Dari 154 Pemkab/Kota di wilayah Sumatera, sebanyak 73 (47,40%) sudah


mencapai level 3, dan 81 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 113 Pemkab/Kota di wilayah Jawa, sebanyak 90 Pemkab/Kota (79,65%) sudah
mencapai level 3, dan 23 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 56 Pemkab/Kota di wilayah Kalimantan, sebanyak 45 (80,36%) sudah
mencapai level 3, dan 11 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 81 Pemkab/Kota di wilayah Sulawesi, sebanyak 44 Pemkab/Kota (54,32%)
sudah mencapai level 3, dan 37 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 41 Pemkab/Kota di wilayah Bali + Nusa Tenggara, sebanyak 21 Pemkab/Kota
(51,22%) sudah mencapai level 3, dan 20 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 21 Pemkab/Kota di wilayah Maluku + Malut, sebanyak 7 Pemkab/Kota
(33,33%) sudah mencapai level 3, dan 14 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.
■ Dari 42 Pemkab/Kota di wilayah Papua + Papua Barat, sebanyak 2 Pemkab/Kota
(4,76%) sudah mencapai level 3, dan 40 Pemkab/Kota belum mencapai level 3.

Persentase Pemkab/Kota yang mencapai maturitas SPIP level 3 di wilayah Jawa dan
Kalimantan telah melampaui target tahun 2019, terlihat dari persentase level 3 (kotak
warna jingga) yang berada di atas garis (Target Tahun 2019 sebesar 70%).
Sedangkan untuk wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali + Nusa Tenggara, Maluku + Malut,
dan Papua + Pabar persentase Pemkab/ Kota yang mencapai maturitas level 3 masih
di bawah target.

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.32 sebagai berikut:

Gambar 3.32.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Kab/Kota (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja


BD
2019
GG 2018 100.18
% 40 2017 118.15
2D

2015 20IG
. I
2017 2018 2019
20IG
2015 15.8
105

■ Target (%) 5 3 20 45 70
0 50 150

Realisasi (%) 0,79 3,15 23,23 45,08 55,51 %

Realisasi maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) Capaian kinerja maturitas SPIP Pemenntah Kabupaten/ Kota
tahun 2019, sebesar 55,51%. mencapai 79,30% dart target tahun (level 3) tahun 2019 sebesar 79,30%
2019 sebesar 70%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja matuntas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi maturitas SPIP SPIP Pemenntah Kabupaten/ Kota (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
10,43% (55.51%-45,08%) tahun 2019, dart semula 45% dl tahun 2018 menjadi 70% di
tahun 2019 (naik 25%), sementara kenaikan realisasi kinerja
baru sebesar 10,43%

BPKP - Laporan Kinerja 2019 87


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dari hasil penilaian maturitas SPIP pada Pemerintah Daerah, lima sub unsur yang
nilainya paling rendah/memerlukan perbaikan (area o f improvement/AOI) sebagai
berikut:

Tabel 3.30. Lima AOI Penyelenggaraan SPIP Pemda Tahun 2019


Jml Kejadian pada
No Uraian Unsur Pemprov/ Pemkab/
Kota
1 Analisis risiko II 228
2 Evaluasi terpisah V 201
3 Identifikasi risiko II 194
4 Dokumen yg baik atas SPI serta
III 153
transaksi dan kejadian penting
5 Pemantauan berkelanjutan V 148

Pencapaian target maturitas SPIP pada K/L/Pemda tahun 2019 didukung oleh upaya-
upaya sebagai berikut:

1) Pada Kementerian Dalam Negeri, telah memfasilitasi penerbitan draft Peraturan


Menteri Dalam Negeri tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri serta updating penyusunan daftar risiko dan Rencana
Tindak Pengendalian (RTP) atas risiko strategis seluruh UKE 1.
2) Pada Kementerian Desa-PDTT, melalui pendampingan penyusunan renaksi
peningkatan maturitas SPIP melalui perbaikan area o f improvement hasil penilaian
maturitas sebelumnya dan pendampingan pelaksanaan risk assessment pada
seluruh UKE 1. Saat ini, Kementerian Desa-PDTT sedang melaksanakan self
assessment dan direncanakan akan dilakukan penjaminan kualitas pada triwulan I
Tahun 2020.
3) Pada BNPP, telah melakukan koordinasi dengan BNPP untuk meningkatkan
Maturitas SPIP mencapai level 3 melalui perbaikan area of improvement atas hasil
penilaian Maturitas SPIP yang dilakukan pada Tahun 2016. Selanjutnya akan
dilakukan bimbingan teknis peningkatan level maturitas penyelenggaraan SPIP
pada Triwulan I Tahun 2020.
4) Peningkatan intensitas komunikasi dengan K/L/Pemda pada seluruh tingkatan
untuk merealisasikan komitmen K/L/Pemda.
5) Optimalisasi peran APIP K/L/Pemda mendorong implementasi SPIP.
6) Pembinaan implementasi SPIP difokuskan pada sub unsur dengan capaian skor
terendah dengan bobot tertinggi.
7) Pelaksanaan bimbingan teknis diarahkan pada pemenuhan infrastruktur SPIP
yang belum ada atau belum efektif dan rencana tindak pengendalian.
8) Pembentukan tim satuan tugas untuk mendorong implementasi SPIP.
9) Mendorong re-assessment maturitas SPIP kementerian/lembaga terutama pada
K/L dengan tingkat maturitas SPIP yang belum optimal.
10) Penerbitan Perka BPKP Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan
Strategi Peningkatan Maturitas SPIP;
11) Penerbitan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD Nomor 4 Tahun 2017
tentang Pedoman Penjaminan Kualitas Hasil Penilaian Maturitas SPIP;

88 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

12) Penerbitan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD yang merupakan
suplemen atas Perka BPKP Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan
Strategi Peningkatan Maturitas SPIP;
13) Penilaian Maturitas SPIP dan Penjaminan Kualitas atas Hasil Penilaian Maturitas
SPIP;
14) Pengembangan aplikasi penilaian maturitas SPIP (e-SPIP) dan pelaksanaan
workshop kepada seluruh kedeputian, perwakilan BPKP, dan K/L/Pemda;
15) Penerbitan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD Nomor 4 Tahun 2019
tentang pedoman Pengelolaan Risiko Pemerintah Daerah;
16) Pengembangan SPIP tematik, antara lain SPIP atas Pengadaan Barang dan Jasa;
17) Melaksanakan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda dalam bentuk bincang
pagi SPIP dan forum lainnya;
18) Melaksanakan diklat/ workshop antara lain terkait penilaian maturitas SPIP,
pengelolaan risiko pemerintah daerah, dan SPIP integratif;
19) Mengembangkan metode kerja terkait penjaminan kualitas hasil penilaian
maturitas SPIP antara lain dengan membentuk tim panel melalui SK Deputi Kepala
BPKP Nomor KEP-43/D3/4/2019 tanggal 30 Oktober 2019 tentang Tim Panelis
Hasil Penjaminan Kualitas Maturitas SPIP Level 3 pada K/L/Pemda di Lingkungan
Deputi Bidang PPKD serta mengarahkan Perwakilan agar melakukan penguatan
reviu berjenjang dan membentuk tim panelis di perwakilan BPKP.

Dalam mendorong penyelenggaraan SPIP pada K/L/Pemda, BPKP menghadapi


beberapa tantangan, antara lain:

1) Penyediaan anggaran dalam rangka peningkatan maturitas SPIP dan kapabilitas


APIP K/L masih perlu dioptimalkan.
2) Peran APIP K/L dalam implementasi SPIP yaitu memberikan keyakinan yang
memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
dan memberikan peringatan dini, dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, masih perlu
dioptimalkan/ kurang optimal.
3) K/L belum melakukan identifikasi risiko, menyusun rencana tindak pengendalian
(RTP), maupun updating RTP.
4) Keterbatasan jumlah dan kualitas asesor pemerintah daerah untuk melakukan
penilaian maturitas SPIP.
5) Luasnya lingkup penilaian Maturitas SPIP mengakibatkan proses peningkatan
level maturitas SPIP menjadi level 3 tidak dapat dicapai dalam waktu singkat.
6) Kurangnya jumlah SDM BPKP untuk memantau dan mendampingi tindak lanjut
dari action plan perbaikan area o f improvement SPIP.

Strategi ke depan (tahun 2020) yang akan dilakukan BPKP untuk pengembangan SPIP
yaitu:
1. Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 maturitas SPIP,
dan Manajemen Risiko sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau dokumen
perencanaan lainnya.
2. Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum untuk
mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 89


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

3. Pembinaan pengelolaan risiko pada K/L/Pemda.


4. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement SPIP.

2.4. Persentase Korporasi dengan Efektivitas SPI Level 3 ----------------------------


Efektivitas sistem pengendalian intern (SPI) Korporasi (level 3) menggambarkan
penerapan Sistem Pengendalian Intern pada korporasi yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjamin tersedianya laporan
keuangan dan laporan manajemen yang benar, lengkap, dan tepat waktu, serta
memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha korporasi.

Efektivitas SPI Korporasi (level 3) diukur melalui evaluasi/ penilaian lima komponen
Sistem Pengendalian Intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian (control
environment), penilaian risiko (risk assessment), kegiatan pengendalian (control
activities), informasi dan komunikasi (information and communication), dan
pemantauan (monitoring). Sebagai dasar penilaian, BPKP telah menerbitkan Pedoman
Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern BUMN/BUMD/BUL, dengan skema
penilaian pada Tabel 3.31. Target tahun 2019 Efektivitas SPI Korporasi (level 3)
sebesar 85%.

Tabel 3.31.
Skema Penilaian Efektivitas SPI Korporasi
No Rentang Skor Efektivitas Level Predikat
1 Nilai di atas 85 5 Sangat Efektif
2 75<Skor<85 4 Efektif
3 60<Skor<75 3 Cukup Efektif
4 50<Skor<60 2 Kurang Efektif
5 Skor<50 1 Tidak Efektif

Sampai dengan tahun 2019, BPKP telah melakukan penilaian terhadap efektivitas
sistem pengendalian intern terhadap 100 korporasi, yang terdiri atas 12 BUMN, dan 88
BUMD/PD/PDAM/BLUD. Dari 100 korporasi tersebut, efektivitas sistem pengendalian
intern 46 BUMN/BUMD berada pada minimal level 3. Realisasi tingkat efektivitas SPI
sebesar 46,00% atau mencapai 54,12% dari target tahun 2019 sebesar 85%.

Tabel 3.32.
Efektivitas SPI Korporasi (Level 3) s.d. Tahun 2019
Jumlah
No Tingkat Efektivitas %
Korporasi
1 Level > 3 46 46%
2 Level 2 23 23%
3 Level 1 31 31%
Jumlah 100 100%

90 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Komposisi level efektivitas SPI menurut jenis Badan Usaha yang telah dievaluasi
sampai dengan tahun 2019 sebagai berikut:

Tabel 3.33. Komposisi level efektivitas SPI menurut jenis Badan Usaha (BU)

Jumlah BU yang
No Jenis Korporasi L1 L2 > L3
Dievaluasi
1 BUMN 12 - - 12
2 BUMD 9 2 2 5
3 PD 5 4 1 -
4 PDAM 73 25 20 28
5 BLUD 1 - - 1
Jumlah 100 31 23 46
Persentase (100%) (31%) (23%) (46%)

Rincian tingkat efektivitas SPI korporasi yang dievaluasi sampai dengan 31 Desember
2019 dapat dilihat pada lampiran IX.

Gambar 3.33. Deputi Akuntan Negara menjadi narasumber dalam kegiatan Workshop self
assessment dan peningkatan kapabilitas SPI PTPN III

BPKP - Laporan Kinerja 2019 91


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.34. Kepala Perwakilan BPKP Sulsel melakukan Sosialisasi Peningkatan Kapabilitas
Satuan Pengawas Intern (SPI) pada Perumda Air Minum Kota Makassar

Gambar 3.35. Sharing Session dengan BUMN, BUMD dan BLUD se-Jawa Tengah mengenai
Governance, Risk, and Control (GRC) bersama Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara

Dari hasil penilaian efektivitas SPI pada korporasi tahun 2019, secara umum unsur
Penilaian Risiko (unsur II) dan Monitoring (unsur V) merupakan dua unsur
pengendalian intern yang paling memerlukan perbaikan.
Tidak tercapainya target efektivitas SPI korporasi disebabkan adanya peningkatan
target yang sangat signifikan dari 50% pada tahun 2018 menjadi 85% pada tahun
2019. Selain itu, kelompok korporasi yang dievaluasi secara proporsi lebih banyak
dilakukan terhadap BUMD/PD/PDAM/BLUD dibandingkan dengan BUMN, yaitu dari 12
BUMN (12%) dan 88 BUMD/PD/PDAM/BLUD (88%). Sebagian besar
BUMD/PD/PDAM/BLUD memiliki SPI yang belum efektif, sehingga evaluasi efektivitas

92 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

pengendalian internal yang dilakukan dengan proporsi yang lebih banyak pada
BUMD/PD/PDAM/BLUD mengakibatkan capaian indikator ini lebih rendah dari target
yang ditetapkan.

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.36 sebagai berikut:

Gambar 3.36. Perbandingan Kinerja Efektivitas SPI Korporasi (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja


100
20I9 S4J2
8D
20I8 ■M l
60

I
20I7 nsji
40
20I6 2M
20
0
2015 2016
I I
2017 2018 2019
20I5 o

i Target (%) 0 20 45 50 85 0 50 I00 I50 200 250


D 55,56 51,92 51,90 46,00 %

Realisasi Efektivitas SPI Korporasi (level 3) tahun 2019, sebesar Capaian kinerja Efektivitas SPI Korporasi (level 3) tahun 2019
46,00%, mencapai 54,12% dari target tahun 2019 sebesar 85%. sebesar 54.12%.

Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi Efektivitas SPI Dibandingkan dengan tahun 2018. capaian kinerja Efektivitas
Korporasi (level 3) lebih rendah. SPI Korporasi (level 3) tahun 2019 lebih rendah, karena adanya
kenaikan targetyang sangat signifikan di tahun 2019, dari
semula 50% di tahun 2018 menjadi 85% di tahun 2019 (naik
35%).

Strategi ke depan (tahun 2020) untuk meningkatkan kinerja efektivitas SPI korporasi
yaitu:
1. Melakukan bimbingan teknis dan pendampingan untuk perbaikan sistem
pengendalian intern yang telah dibangun.
2. Peningkatan cakupan evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) BUMD,
sehingga BUMD yang dilakukan penilaian lebih beragam (mewakili beberapa sektor
usaha).
3. Penyempurnaan pedoman/ juknis evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI) BUMD.

Pencapaian sasaran strategis 2 didukung dengan dana sebesar Rp42.822.199.795,00


atau 96,45% dari anggaran sebesar Rp44.398.204.000,00,dan output sebanyak 1.707
laporan atau 110,77% dari rencana sebanyak 1.541 laporan, serta OH sebanyak 72.364
OH atau 79,24% dari rencana sebanyak 91.319 OH.
Dari sisi penggunaan dana, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 110,77%, lebih besar daripada
capaian penggunaan dana sebesar 96,45%.
Dari sisi penggunaan SDM, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 110,77%, lebih tinggi daripada
capaian penggunaan OH sebesar 79,24%.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 93


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Sasaran Strategis 3: M eningkatnya K apabilitas A p a ra tu r Pengaw asan Intern


K em enterian, Lem baga dan Pem erintah Daerah

Tabel 3.34. Ringkasan Kinerja Sasaran Strategis 3

Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)

Sasaran Strategis 3. Meningkatnya


Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian, Lembaga dan
Pemda
3.1 Persentase APIP K/L dengan
% 85 68,97 81,14
Kapabilitas Level 3
3.2 Persentase APIP Pemerintah
Provinsi dengan Kapabilitas % 85 70,59 83,05
Level 3
3.3 Persentase APIP Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan % 70 55,31 79,01
Kapabilitas Level 3

Kapabilitas Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Kementerian, Lembaga


dan Pemerintah Daerah adalah kemampuan yang harus dimiliki APIP agar dapat
mewujudkan peran APIP secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan.
Dalam rangka mewujudkan APIP yang efektif, BPKP mengembangkan model kapabilitas
pengawasan intern mengacu kepada Internal Audit Capability Model (IA-CM) yang
dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA). Kapabilitas APIP
dikelompokkan ke dalam lima tingkatan (level) yaitu Initial (level 1), Infrastructure (level
2), Integrated (level 3), Managed (level 4), dan Optimizing (level 5). Tingkat dan
karakteristik kapabilitas APIP dapat dilihat pada gambar 3.37.
Setiap level kapabilitas terdiri atas satu atau beberapa area proses kunci (Key Process
Area/KPA), dimana KPA ini terkait dengan enam elemen pengawasan intern yaitu
Peran dan Layanan APIP, Pengelolaan SDM, Praktik Profesional, Akuntabilitas dan
Manajemen Kinerja, Budaya dan Hubungan Organisasi, serta Struktur Tata Kelola.

Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.
Kinerja sasaran ini diukur dengan menghitung jumlah kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah yang telah mencapai kapabilitas APIP level 3 dibandingkan dengan
seluruh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.

Uraian kinerja atas 3 indikator kinerja meningkatnya kapabilitas APIP K/L/Pemda


adalah sebagai berikut:

94 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.37. Tingkat Kapabilitas dan Karakteristik APIP

Tingkat Kapabilitas & Karakteristik

Tingkat kapabilitas APIP pada kem enterian/ lembaga dan pemerintah


daerah dibagi dalam 5tingkatan

Unit audit internal telah menjadi unit


yang terus belajar baik dari dalam
maupun dari luar organisasi untuk
perbaikan berkelanjutan, dengan
Unit audit internal telah outcome APIP menjadi agen
mengintegrasikan semua informasi perubahan
di seluruh organisasi untuk
memperbaiki tata kelola dan
manajemen risiko dengan outcome Praktik profesional dan audit internal
APIP mampu memberikan assurance telah ditetapkan secara seragam dan
secara keseluruhan atas tata kelola, selaras dengan standar, dengan
manajemen risiko dan pengendalian outcome APIP mampu menilai efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis suatu
prngram/kegiatan dan mampu
memberikan konsultasi pada tata kelola,
Pelaksanaan kegiatan pengawasannya manajemen risiko dan pengendalian
proses audit dilakukan secara tetap, intern
rutin dan berulang, sudah membangun
infrastruktur namun baru sebagian yang
telah selaras dengan standar audit, pengawasannya belum atau tidak ada
dengan outcome mampu memberikan praktik pengawasan yang tetap,
keyakinan yang memadai proses sesuai tidak ada kapabilitas yang berulang
dengan peraturan, mampu mendeteksi dan masih tergantung kepada kinerja
hjErjadinya korupsi individu auditor yang dimiliki
sehingga APIP belum dapat
memberikan jaminan atas proses
tata kelola sesuai peraturan dan
- menceaahkoruosi

m W \\

3.1. Persentase APIP K/L dengan Kapabilitas Level 3 ----------------------------------


Kapabilitas APIP K/L (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas APIP
Kementerian/Lembaga yang diharapkan berada pada Level 3. Kapabilitas APIP diukur
menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai kapabilitas APIP menunjukkan kualitas
APIP yang semakin baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern.

Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda dengan
quality assurance dari BPKP dengan menggunakan pedoman penilaian kapabilitas
APIP yang dikembangkan oleh BPKP.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 95


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Kapabilitas APIP K/L (Level 3) diukur dengan menghitung jumlah APIP


Kementerian/Lembaga yang telah memperoleh capaian tingkat kapabilitas level 3
dibandingkan jumlah APIP Kementerian/Lembaga yang menjadi mitra kerja BPKP
sebanyak 87 APIP K/L.
Pada tahun 2019, dari 87 APIP K/L yang menjadi mitra BPKP, terdapat 60 APIP K/L
yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3. Dengan demikian, realisasi kapabilitas
APIP K/L (level 3) sebesar 68,97%, mencapai 81,14% dari target tahun 2019 sebesar
85%.

Tabel 3.35. Perkembangan Jumlah APIP K/L yang Mencapai Kapabilitas Level 3
Jml Jumlah APIP K/L
Deputi Kapabilitas Minimal Lv 3
No APIP APIP K/L Minimal Level 3
Pembina
Mitra 2018 2019 +/(-)
1 Perekonomian 27 15 21 6 Level 3:
1) Kem. Keuangan, 2) Bappenas, 3)
Kem. Kelautan dan Perikanan, 4) Kem.
Pertanian, 5) Kem. ESDM, 6) KLHK
Level 3 Dengan Catatan (DC):
7) LKPP, 8) BKPM, 9) Kemen PUPR,
10) Kem. Perindustrian, 11) Kem.
Perhubungan, 12) Kem. Pariwisata,
13) BNP2TKI, 14) Kemenko Bidang
Perekonomian, 15) Kemenko Bidang
Kemaritiman, 16) Kem.
Ketenagakerjaan, 17) Kementerian
Perdagangan, 18) PPATK, 19) BPS,
20) BP Batam, 21) BMKG
2 Polhukkam 55 23 34 11 Level 3:
1) BPKP, 2) KPK,3) BPK, 4) BPPT, 5)
Kemenkes, 6) BNN, 7) MK, 8) BATAN,
9) BPOM, 10) BKKBN, 11)
Kemenristekdikti, 12) Kemenlu, 13)
Kemenkumham, 14) Mahkamah
Agung, 15) Ombudsman RI, 16)
Kemenko bidang PMK, 17) Kemensos,
18) BNPB, 19) Badan Informasi
Geospasial, 20) Kemenkominfo, 21)
Kemenag, 22) KemenPAN-RB
Level 3 DC:
23) LAN, 24) Kemendikbud, 25)
BAPETEN, 26) Kemenhan, 27)
Kemensetneg, 28) POLRI, 29) LAPAN,
30) BKN, 31) KPU, 32) Setjen DPR,
33)Komnas HAM, 34) BASARNAS,
3 PKD 2 2 2 Level 3:
1) Kemendagri,
Level 3 DC:
2) Kementerian Desa
4 AN 3 2 3 1 Level 3:
1) Kemen. BUMN, 2) LP-RRI
Level 3 DC:
3) LP-TVRI
Jumlah 87 40 60 20

96 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 3.36. Kondisi Kapabilitas APIP K/L Th 2019


No Deputi Pembina Jml K/L Mitra < Lv 1 Lv 2 > Lv 3
1 Perekonomian 27 3 3 21
2 Polhukkam 55 4 17 34
3 PKD 2 - - 2
4 AN 3 - - 3
Jumlah 87 7 20 60
Persentase 100% 8,05% 22,99% 68,97%

Rincian tingkat kapabilitas APIP kementerian dan lembaga dapat dilihat pada
lampiran X.
Tabel 3.37. Peningkatan Kapabilitas APIP K/L Th 2019

Jml APIP K/L


Level Kapabilitas
No Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
APIP Tahun 2019
2018 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 40 60 O 20 22,99%
2 Level 2 32 20 O 13 14,94%
3 Level 1 13 7 O 5 5,75%
Jumlah 85 87

ASISTENSI PEN G U M PU LA N DOKUMEN


PENILAIANMANDIRI KAPABILITAS APIP IIACMI
DI LINGKUNGANKEMENTERIAN SOSIAL RI

Gambar 3.38. Asistensi Pengumpulan Dokumen Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP (IACM) di
Lingkungan Kementerian Sosial

BPKP - Laporan Kinerja 2019 97


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.39. Perkembangan Kapabilitas level 3 APIP K/L tahun 2015-2019

Dari hasil penilaian kapabilitas APIP pada Kementerian/Lembaga, lima area yang
paling banyak belum terpenuhi/memerlukan perbaikan (area of improvement/AOI)
sebagai berikut:
Tabel 3.38. Lima AOI Tertinggi kapabilitas APIP Kementerian/Lembaga Tahun 2019
Jumlah
No
NO Uraian Elemen KPA Kejadian pada
Perny. APIP K/L
1 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 28 20
memonitor dan melaporkan profesional
kinerja dan efektivitas kegiatan
APIP
2 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 29 20
menindaklanjuti pelaksanaan profesional
rekomendasi yang dibuat dalam
rangka meningkatkan efektivitas
kegiatan pengawasan intern,
serta kesesuaian dengan
standar
3 Praktik pengawasan telah III/Praktik 2 30 19
meningkatkan kepercayaan profesional
pemangku kepentingan
4 PKPT berbasis risiko (berdasar III/Praktik 1 21 19
hasil penilaian risiko auditi) profesional

98 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jumlah
No
NO Uraian Elemen KPA Kejadian pada
Perny. APIP K/L
5 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 28 18
memonitor dan melaporkan profesional
pelaksanaan program quality
assurance dan perbaikannya
(Quality Assurance and
Improvement Program)

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.40 sebagai berikut:

Gambar 3.40.
Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP K/L (Level 3)

3.2. Persentase APIP Pemprov dengan Kapabilitas Level 3


Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas
APIP Pemerintah Provinsi yang diharapkan berada pada Level 3. Kapabilitas APIP
diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai kapabilitas APIP menunjukkan
kualitas APIP yang semakin baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern.

Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 99


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Kapabilitas API P Pemerintah Provinsi (Level 3) diukur dengan menghitung jumlah


APIP Pemerintah Provinsi yang telah memperoleh capaian tingkat kapabilitas minimal
level 3 dibandingkan jumlah APIP Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP
sebanyak 34 Pemerintah Provinsi.

Pada tahun 2019, dari 34 Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra BPKP, terdapat 24
APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3. Dengan demikian, realisasi
kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) sebesar 70,59%, mencapai 83,05% dari
target tahun 2019 sebesar 85%.

Tabel 3.39. Perkembangan Jumlah APIP Pemerintah Provinsi Kapabilitas Level 3

Populasi Jumlah APIP Pemprov dengan


Kapabilitas Lv 3 APIP Pemerintah Provinsidengan Kapabilitas
No APIP
level 3
Pemprov 2018 2019 +/(-)
1 34 20 24 4 Level 3:
1) Sumatera Barat, 2) Jambi, 3) Lampung, 4)
Jawa Tengah, 5) Jawa Timur , 6) DI
Yogyakarta, 7) Kalimantan Barat, 8)
Kalimantan Selatan, 9) Kalimantan Utara, 10)
Gorontalo, 11) Sulawesi Barat, 12) Bali, 13)
Nusa Tenggara Barat, 14) Maluku Utara
Level 3 Dengan Catatan (DC):
15) Sumatera Selatan, 16) Kepulauan Riau,
17) Banten, 18) DKI Jakarta, 19) Jawa Barat,
20) Kalimantan Timur, 21) Kalimantan
Tengah, 22) Sulawesi Tenggara, 23) Nusa
Tenggara Timur, 24) Maluku,

Tabel 3.40. Kondisi Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Th 2019


No Jml Pemerintah Provinsi Lv 1 Lv 2 Lv 3
1 34 1 9 24
Persentase 2,94% 26,47% 70,59%
Rincian tingkat kapabilitas APIP pemerintah provinsi per 31 Desember 2019 dapat
dilihat pada lampiran XI.

Tabel 3.41. Peningkatan Kapabilitas APIP Pemprov Th 2019

Jml Pemprov
Level Kapabilitas
No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
APIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 20 24 O 4 11,76%
2 Level 2 13 9 O 4 (11,76%)
3 Level 1 1 1 - -
Jumlah 34 34

Dari tabel 3.44 terlihat bahwa jumlah APIP Pemerintah Provinsi yang mencapai
kapabilitas level 3 mengalami kenaikan sebanyak 4 APIP, atau sebesar 11,76% dari
jumlah APIP Pemprov.

100 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.41. Workshop Peningkatan Kapabilitas APIP di Wilayah Provinsi Jawa Barat yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan Perwakilan BPKP
Provinsi Jawa Barat dan Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

i' 1__ Tbpffpj

W O R K SH O P
P E N I N G K A T A N K A P A B I L I T A S A P I P

Pemerintah Daerah Oi Provinsi Kepulauan Riau


B a ta m , £ 8 ■ 3 i O k to b e r £ 0 1 9

Gambar 3.42. Workshop peningkatan kapabilitas APIP Pemda di Provinsi Kepulauan Riau

BPKP - Laporan Kinerja 2019 101


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.43. Peta Kapabilitas APIP Pemprov per 31 Desember 2019

102 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

.
i
API P Pemprov

A A P IP L e v e l 2
APIP Level 2 DC
A API P Level 1

BPKP - Laporan Kinerja 2019 103


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Untuk mengetahui komposisi pemerintah provinsi yang mencapai kapabilitas APIP


level 3, dilakukan pengelompokan pemerintah provinsi dalam 7 wilayah, yaitu Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali + Nusa Tenggara, Maluku + Maluku Utara, dan
Papua + Papua Barat.

Gambar 3.44. Komposisi APIP Pemprov dengan Kapabilitas Level 3 Th 2019 menurut
Wilayah (7 wilayah) dan Perkembangan Kapabilitas level 3 APIP Pemprov
tahun 2015-2019

104 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Selanjutnya dari hasil analisis pencapaian kapabilitas level 3 API P yang


dikelompokkan dalam 7 wilayah, dapat disimpulkan sebagai berikut:

■ Dari 10 API P Pemprov di wilayah Sumatera, sebanyak 5 API P (50%) sudah


mencapai level 3, dan 5 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 6 APIP Pemprov di wilayah Jawa, seluruhnya (100%) sudah mencapai level 3.
■ Dari 5 APIP Pemprov di wilayah Kalimantan, seluruhnya (100%) sudah mencapai
level 3.
■ Dari 6 APIP Pemprov di wilayah Sulawesi, sebanyak 3 APIP (50%) sudah mencapai
level 3, dan 3 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 3 APIP Pemprov di wilayah Bali + Nusa Tenggara, seluruhnya (100%) sudah
mencapai level 3.
■ Dari 2 APIP Pemprov di wilayah Maluku + Malut, seluruhnya (100%) sudah
mencapai level 3.
■ Dari 2 APIP Pemprov di wilayah Papua + Papua Barat, seluruhnya belum mencapai
level 3.

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.45 sebagai berikut:

Gambar 3.45.
Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja

20I9 83.05
20I8 79.49
GD
% 20I7 94,54
40
20IG 98.00
20
20I5 0.0
0
2015 2016 2017 2018 2019
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 I00.00 I20.00
«Target (%) 5 9 56 74 85
Realisasi (%) 0 8,82 52,94 58,82 70,59 %

Realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) tahun Capaian kinerja kapabilitas APIP Pemenntah Provinsi (level 3)
2019, sebesar 70,59%, mencapai 83,05% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 83,05%.
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja kapabilitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi kapabilitas APIP APIP Pemerintah provinsi (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar tinggi, karena realisasi kinerja yang melampaui kenaikan target
11,77% (70,59% -58,82% ). di tahun 2019. Kenaikan realisasi kinerja sebesar
11,77%, sedangkan kenaikan target di tahun 2019 sebesar 11%.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 105


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

3.2. Persentase APIP Pemkab/Kota dengan Kapabilitas Level 3 ---------------------

Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 3) mencerminkan kualitas kapabilitas APIP


Kabupaten/Kota diharapkan berada pada Level 3. Kapabilitas APIP diukur menggunakan
skala 1-5. Semakin tinggi nilai kapabilitas APIP menunjukkan kualitas APIP yang semakin
baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern.

Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.

Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 3) diukur dengan menghitung jumlah APIP


Kabupaten/Kota yang telah memperoleh capaian tingkat kapabilitas level 3
dibandingkan jumlah APIP Kabupaten/Kota yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak
508 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2019, dari 508 Kabupaten/Kota yang menjadi mitra BPKP, terdapat 281
APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3. Dengan demikian, realisasi
kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) sebesar 55,31%, mencapai
79,01% dari target tahun 2019 sebesar 70%.

Tabel 3.42. Perkembangan Jumlah APIP Pemkab/Kota yang


Mencapai Kapabilitas Level 3

Jml APIP Pemkab/Kota


Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Sumatera
1 Aceh 23 6 12 6 Level3:
1) Kab. Aceh Barat, 2) Kab. Aceh
Selatan, 3) Kota Banda Aceh, 4) Kota
Langsa, 5) Kota Lhokseumawe
Level 3 dengan catatan (DC):
6) Kab. Aceh Singkil, 7) Kab. Aceh
Tamiang, 8) Kab. Aceh Tengah, 9)
Kab. Aceh Utara, 10) Kab. Bener
Meriah, 11) Kab. Pidie, 12) Kota
Subulusalam
2 Sumut 33 7 15 8 Level 3:
I) Kab. Dairi, 2) Kab. Humbang
Hasundutan, 3) Kota Binjai, 4) Kota
Tebing Tinggi
Level 3 DC:
5) Kota Medan, 6) Kota Tanjungbalai,
7) Kab. Labuhanbatu, 8) Kab.
Tapanuli Selatan, 9) Kab. Mandailing
Natal, 10) Kab. Serdang Berdagai,
I I ) Kab. Batubara, 12) Kab.
Labuhanbatu Utara, 13) Kab.
Labuhanbatu Selatan, 14) Kab.
Langkat, 15) Kab. Deli Serdang

106 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Jml APIP Pemkab/Kota


Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
3 Sumbar 19 14 19 5 Level 3:
I) Kab. Lima Puluh Kota, 2) Kab.
Pesisir Selatan
Level 3 DC:
3) Kota Pariaman, 4) Kota
Sawahlunto, 5) Kota Solok, 6) Kota
Padang, 7) Kota Bukit Tinggi, 8), Kota
Padang Panjang, 9) Kota
Payakumbuh, 10) Kab. Tanah Datar
I I ) Kab. Dharmasraya, 12), Kab.
Agam,13) Kab. Padang Pariaman, ,
14) Kab. Pasaman, 15) Kab. Solok,
16) Kab. Pasaman Barat, 17) Kab.
Solok Selatan, 18) Kab. Sijunjung, 19)
Kab. Kep. Mentawai
4 Riau 12 8 9 1 Level 3:
1) Kota Pekanbaru, 2) Kab. Indragiri
Hilir, 3) Kab. Indragiri Hulu, 4) Kab.
Kampar, 5) Kab. Kep. Meranti, 6)
Kab. Pelalawan, 7) Kab. Rokan Hulu,
8) Kab. Rokan Hilir,
Level 3 DC:
9) Kab. Siak
5 Kepri 7 7 7 Level 3:
1) Kota Batam, 2) Kab. Lingga, 3)
Kab. Kep. Anambas, 4) Kab. Natuna
Level 3 DC:
5) Kota Tanjung Pinang, , 6) Kab.
Karimun, 7) Kab. Bintan
6 Jambi 11 7 6 (1) Level 3:
1) Kota Jambi, 2) Kab. Batanghari, 3)
Kab. Bungo
Level 3 DC:
4) Kab. Merangin, 5) Kab. Tebo, 6)
Kab. Sarolangun
7 Sumsel 17 8 11 3 Level 3:
1) Kota Palembang, 2) Kota Lubuk
LInggau, 3) Kab. Lahat, 4) Kab. Musi
Rawas, 5) Kab. Ogan Komering Ilir
Level 3 DC:
6) Kota Pagar Alam, 7) Kab.
Banyuasin, 8) Kab. Muara Enim, 9)
Kab. Musi Rawas Utara, 10) Kab.
Empat Lawang, 11) Kab. Musi
Banyuasin,

BPKP - Laporan Kinerja 2019 107


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.46. Peta Kapabilitas APIP Level 3 Pemkab/ Kota per 31 Desember 2019

108 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

AP I P Pemkab/ Kota

Capaian Lv 3 & 3 DC: < 50%

BPKP - Laporan Kinerja 2019 109


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Sumatera
8 Bengkulu 10 2 3 1 Level 3 DC:
1) Kota Bengkulu, 2) Kab. Bengkulu
Utara, 3) Kab. Kepahiang
9 Babel 7 2 3 1 Level 3:
1) Kab. Bangka, 2) Kab. Bangka
Tengah
Level 3 DC:
3) Kota Pangkalpinang
10 Lampung 15 14 15 1 Level 3:
1) Kota Bandar Lampung, 2) Kota
Metro, 3) Kab. Way Kanan, 4) Kab.
Pesawaran, 5) Kab. Pesisir Barat, 6)
Kab. Pringsewu, 7) Kab. Tulang
Bawang
Level 3 DC:
8) Kab Mesuji, 9) Kab. Lampung
Barat, 10) Kab. Lampung Selatan, 11)
Kab. Lampung Tengah, 12) Kab.
Lampung Utara, 13) Kab Lampung
Timur, 14) Kab. Tanggamus, 15) Kab.
Tulang Bawang Barat
Jumlah 154 75 100 25

Jawa
1 Banten 8 7 7 Level 3:
1) Kota Tangerang Selatan, 2) Kab.
Lebak, 3) Kab. Pandeglang, 4) Kab.
Serang, 5) Kab. Tangerang
Level 3 DC:
6) Kota Cilegon, 7) Kota Tangerang, ,
2 DKI
Jakarta
3 Jabar 27 11 11 Level 3:
1) Kota Bekasi, 2) Kota Bogor, 3)
Kota Banjar, 4) Kota Depok, 5) Kab
Bogor, 6) Kab. Garut, 7) Kab.
Sumedang
Level 3 DC:
8) Kota. Tasikmalaya, 9) Kab.
Tasikmalaya,10) Kab. Indramayu, 11)
Kab. Subang
4 Jateng 35 17 24 7 Level 3:
1) Kota Magelang, 2) Kota
Pekalongan, 3) Kota Salatiga, 4) Kota
Surakarta, 5) Kab. Purworejo, 6) Kab.
Cilacap, 7) Kab. Magelang, 8) Kab.
Batang, 9) Kab. Boyolali, 10) Kab.

110 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Demak, 11) Kab. Grobogan, 12) Kab.
Klaten, 13) Kab. Pati, 14) Kab.
Pekalongan, 15) Kab Pemalang,16)
Kab. Semarang, 17) Kab Sragen, 18)
Kab. Tegal, 19) Kab. Temanggung,
20) Kab. Wonosobo
Level 3 DC:
21) Kab. Wonogiri,22) Kab. Kudus,
23) Kab. Karanganyar, 24) Kab.
Purbalingga
5 DIY 5 5 5 Level 3:
1) Kab. Sleman, 2) Kab Gunung
Kidul, 3) Kab. Kulon Progo,
4) Kab. Bantul, 5) Kota Yogyakarta
6 Jatim 38 7 13 6 Level 3:
1) Kab. Banyuwangi, 2) Kab.
Bondowoso, 3) Kab. Lumajang, 4)
Kab. Sumenep
Level 3 DC:
5) Kota Surabaya, 6) Kota Kediri, 7)
Kota Mojokerto, 8) Kab.
Tulungangung, 9) Kab. Bojonegoro,
10) Kab. Lamongan, 11) Kab.
Sidoarjo, 12) Kab. Kediri, 13) Kab.
Sampang
Jumlah 113 47 60 13

Kalimantan
1 Kalbar 14 12 14 2 Level 3:
1) Kota Singkawang, 2) Kota
Pontianak, 3) Kab. Mempawah, 4)
Kab. Kubu Raya, 5) Kab. Ketapang,
6) Kab. Landak, 7) Kab. Sintang
Level 3 DC:
8) Kab. Bengkayang, 9) Kab.
Sanggau, 10) Kab. Sekadau, 11) Kab.
Kapuas Hulu, 12) Kab. Kayong Utara,
13) Kab. Sambas, 14) Kab. Melawi
2 Kalteng 14 9 10 1 Level 3:
1) Kota Palangkaraya, 2) Kab.
Kotawaringin Timur, 3) Kab. Katingan
Level 3 DC:
4) Kab. Kotawaringin Barat, 5) Kab.
Kapuas, 6) Kab. Barito Utara, 7) Kab.
Seruyan, 8) Kab. Lamandau, 9) Kab.
Murung Raya, 10) Kab. Barito Selatan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 111


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
3 Kalsel 13 2 5 3 Level 3:
1) Kota Banjarmasin, 2) Kab. Hulu
Sungai Selatan
Level 3 DC:
3) Kab. Hulu Sungai Utara, 4) Kab.
Balangan, 5) Kab. Tanah Bumbu
4 Kaltim 10 8 10 2 Level 3:
1) Kota Samarinda, 2) Kota
Balikpapan, 3) Kota Bontang, 4) Kab.
Berau, 5) Kab. Penajam Paser Utara,
6) Kab. Paser, 7) Kab. Kutai Barat
Level 3 DC:
8) Kab. Kutai Timur, 9) Kab. Kutai
Kartanagara, 10) Kab. Mahakam Ulu
5 Kaltara 5 3 1 (2) Level 3:
1) Kab. Nunukan
Jumlah 56 34 40 6

Sulawesi
1 Sulut 15 7 7 Level 3:
1) Kota Bitung, 2) Kota Tomohon, 3)
Kab. Bolaang Mongondow Selatan, 4)
Kab. Bolaang Mongondow Timur, 5)
Kab. Kep. Talaud, 6) Kab. Kep.
Sangihe
Level 3 DC:
7) Kab. Minahasa Tenggara
2 Gorontalo 6 6 6 Level 3:
1) Kota Gorontalo, 2) Kab. Gorontalo,
3) Kab. Pohuwato, 4) Kab. Boalemo,
5) Kab. Bone Bolango
Level 3 DC:
6) Kab. Gorontalo Utara
3 Sulbar 6 5 5 Level 3:
1) Kab. Majene, 2) Kab. Polewali
Mandar
Level 3 DC:
3) Kab. Mamuju, 4) Kab. Pasangkayu,
5) Kab. Mamasa
4 Sulteng 13 2 4 2 Level 3:
1) Kab. Morowali
Level 3 DC:
2) Kota palu, 3) Kab. Banggai Laut, 4)
Kab. Banggai
5 Sulsel 24 6 11 5 Level 3:
1) Kab. Sidenreng Rappang, 2) Kab.

112 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Gowa, 3) Kab. Luwu Timur, 4) Kab.
Luwu Utara, 5) Kota Palopo, 6) Kota
Parepare, 7) Kab Bulukumba, 8) Kab.
Pinrang, 9) Kab. Wajo
Level 3 DC:
10) Kab. Bantaeng, 11) Kab. Luwu
6 Sultra 17 6 6 Level 3 DC:
1) Kota Kendari, 2) Kota Baubau, 3)
Kab. Bombana, 4) Kab. Kolaka, 5)
Kab. Kolaka Utara, 6) Kab. Wakatobi
Jumlah 81 26 39 13

Bali + Nusa Tenggara


1 Bali 9 8 9 1 Level 3:
1) Kab. Gianyar, 2) Kab. Badung, 3)
Kab. Klungkung, 4) Kab Tabanan
Level 3 DC:
5) Kota Denpasar, 6) Kab Jembrana,
7) Kab. Buleleng, 8) Kab. Bangli, 9)
Kab. Karangasem
2 NTB 10 6 9 3 Level 3 DC:
1) Kota Mataram, 2) Kab. Lombok
Barat, 3) Kota Bima, 4) Kab. Bima, 5)
Kab. Sumbawa
Level 3 DC:
6) Kab. Dompu, 7) Sumbawa Barat,
8) Kab. Lombok Timur, 9) Kab.
Lombok Tengah
3 NTT 22 5 7 2 Level 3:
1) Kab. Flores Timur, 2) Kab.
Manggarai
Level 3 DC:
3) Kab. Belu, 4) Kab. Manggarai
Timur, 5) Kab. Nagekeo, 6) Kab.
Sikka, 7) Kab. Sumba Timur,
Jumlah 41 19 25 6

Maluku + Malut
1 Maluku 11 5 5 Level 3 DC:
1) Kota Ambon, 2) Kab. Maluku
Tenggara, 3) Kab. Maluku Tengah, 4)
Kab. Kep. Aru, 5) Kab. Buru
2 Maluku 10 8 8 - Level 3:
Utara 1) Kota Ternate, 2) Kota Tidore

BPKP - Laporan Kinerja 2019 113


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Kepulauan, 3) Kab. Halmahera
Selatan
Level 3 DC:
4) Kab. Halmahera Utara, 5) Kab.
Halmahera Timur, 6) Kab. Halmahera
Barat, 7) Kab. Kep. Sula, 8) Kab.
Halmahera Tengah
Jumlah 21 13 13 -

Papua + Pabar
1 Papua 29 - 2 2 Level 3:
1) Kab. Merauke, 2) Kota Jayapura
2 Papua 13 3 2 (1) Level 3:
Barat 1) Kab. Sorong
Level 3 DC:
2) Kab Teluk Bintuni
Jumlah 42 3 4 1

Total 508 217 281 64

Jumlah APIP Pemkab/ Kota yang mencapai kapabilitas APIP level 3 pada tiga provinsi
(Jambi, Kalimantan Utara, dan Papua Barat) mengalami penurunan dibanding tahun
lalu karena berdasarkan hasil penjaminan kualitas, kriteria kapabilitas level 3 belum
sepenuhnya terpenuhi.

Tabel 3.46. Kondisi Kapabilitas APIP Pemerintah Kab/Kota Th 2019

114 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

No Provinsi Jml Kab/Kota Lv 1 Lv 2 Lv 3


1 Aceh 23 - 11 12
2 Sumut 33 - 18 15
3 Sumbar 19 - - 19
4 Riau 12 - 3 9
5 Kepri 7 - - 7
6 Jambi 11 2 3 6
7 Sumsel 17 - 6 11
8 Bengkulu 10 - 7 3
9 Babel 7 - 4 3
10 Lampung 15 - - 15
11 Banten 8 - 1 7
12 DKI Jakarta
13 Jabar 27 - 16 11
14 Jateng 35 - 11 24
15 DIY 5 - - 5
16 Jatim 38 6 19 13
17 Kalbar 14 - - 14
18 Kalteng 14 - 4 10
19 Kalsel 13 - 8 5
20 Kaltim 10 - - 10
21 Kaltara 5 - 4 1
22 Sulut 15 1 7 7
23 Gorontalo 6 - - 6
24 Sulbar 6 - 1 5
25 Sulteng 13 1 8 4
26 Sulsel 24 4 9 11
27 Sultra 17 2 9 6
28 Bali 9 - - 9
29 NTB 10 - 1 9
30 NTT 22 - 15 7
31 Maluku 11 - 6 5
32 Maluku Utara 10 1 1 8
33 Papua 29 18 9 2
34 Papua Barat 13 2 9 2
Jumlah 508 37 190 281
Persentase 100% 7,28% 37,40% 55,31%

Tabel 3.47. Peningkatan Kapabilitas APIP Pemkab/ Kota 2019

Jml APIP Pemkab/ Kota


Level Kapabilitas
No Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
APIP Tahun 2018
2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 217 281 O 64 12,60%
2 Level 2 222 190 O 32 (6,30%)
3 Level 1 69 37 O 32 (6,30%)
Jumlah 508 508

BPKP - Laporan Kinerja 2019 115


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

P E N D ID IK A N D A N P E LA TIH A N

AUDITINTERN BERBASISKiSIKO V K

Bagi Pegawai di Lingkungan inspektorat Kabupaten Yalim o

Gambar 3.49. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Banten menyampaikan materi


pada kegiatan Workshop peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat di wilayah
Provinsi Banten

116 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.50. Komposisi APIP Pemkab/ Kota dengan kapabilitas level 3 tahun 2019 dan
perkembangan kapabilitas APIP Pemkab/Kota level 3 tahun 2015-2019

BPKP - Laporan Kinerja 2019 117


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Komposisi APIP Pemkab/Kota dengan Kapabilitas Level 3 Th 2019 menurut Wilayah


(7 wilayah) sebagaimana pada gambar 3.30 dapat dijelaskan sebagai berikut:

■ Dari 154 APIP Pemkab/Kota di wilayah Sumatera, sebanyak 100 APIP (64,94%)
sudah mencapai level 3, dan 54 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 113 APIP Pemkab/Kota di wilayah Jawa, sebanyak 60 APIP (53,10%) sudah
mencapai level 3, dan 53 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 56 APIP Pemkab/Kota di wilayah Kalimantan, sebanyak 40 APIP (71,43%)
sudah mencapai level 3, dan 16 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 81 APIP Pemkab/Kota di wilayah Sulawesi, sebanyak 39 APIP (48,15%) sudah
mencapai level 3, dan 42 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 41 APIP Pemkab/Kota di wilayah Bali + Nusa Tenggara, sebanyak 25 APIP
(60,98%) sudah mencapai level 3, dan 16 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 21 APIP Pemkab/Kota di wilayah Maluku + Malut, sebanyak 13 APIP (61,90%)
sudah mencapai level 3, dan 8 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 42 APIP Pemkab/Kota di wilayah Papua + Papua Barat, sebanyak 4 APIP
(9,52%) sudah mencapai level 3, dan 38 APIP belum mencapai level 3.

Dari gambar di atas, persentase APIP Pemkab/Kota yang mencapai kapabilitas level 3
di wilayah Kalimantan telah melampaui target tahun 2019, yang terlihat dari persentase
level 3 (kotak warna jingga) yang berada di atas garis (Target Tahun 2019 sebesar
70%).

^ 'T tr
Wmp J i • “ *

WORKSHOP TELAAH SEJAUH ANTAH APIP


Kabupaten d l P ro v in s i Papua

i n n

r- j r- n di Provinsi Papua
i- merupakan
i- salah
satu upaya meningkatkan kapabilitas APIP Kab/Kota di Papua

Dari hasil penilaian kapabilitas APIP pada Pemerintah Kabupaten/Kota, lima area yang
paling banyak belum terpenuhi/memerlukan perbaikan (area of improvement/AOI)
sebagai berikut:

118 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 3.45. AoI kapabilitas APIP Pemda Tahun 2019


Jumlah
No
NO Uraian Elemen KPA Kejadian pada
Perny.
APIP Pemda
1 APIP Pemda belum mengidentifikasi unit III/Praktik 3 15 181
kerja auditi yang memiliki risiko tertinggi. profesional
2 APIP Pemda belum mempunyai rencana II/Manajemen 4 17 118
pelatihan dan pengembangan setiap SDM
pegawai yang berpedoman pada kerangka
kompetensi.
3 APIP Pemda belum mengembangkan III/Praktik 4 27 115
sistem dan prosedur untuk memonitor dan profesional
melaporkan pelaksanaan program quality
assurance dan perbaikannya (Quality
Assurance and Improvement Program).
4 Kegiatan pengawasan APIP Pemda belum I/Audit 2 15 114
dapat mengurangi besaran/paparan dari Kinerja/Program
risiko organisasi yang dapat terjadi. Evaluasi
5 APIP Pemda belum memiliki mekanisme II/Manajemen 5 29 79
pemberian penghargaan bagi tim yang SDM
berhasil menerapkan perilaku yang
diharapkan.

Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan tahun sebelumnya, serta


perbandingan capaian kinerja disajikan dalam Gambar 3.31 sebagai berikut:

Gambar 3.52.
Perbandingan Kapabilitas APIP Pemerintah Kab/Kota (Level 3)

Perbandingan realisasi kinerja Perbandingan Capaian Kinerja


80
2019 79,01
80 2018 88.78
% 40 2017 116.15
20 2018 93.00
u A 2015 Q
2015 2016 2017 2018 2019
■ Target (%) 0 50 100 150
5 3 20 51 70
Realisasi (%) 0 2.79 23.23 42,72 55.31 %

Realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) Capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota
tahun 2019, sebesar 55,31%, mencapai 79,01% dari target tahun (Ievel3) tahun 2019sebesar79,01%.
2019 sebesar 70%
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja kapabilitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi kapabilitas APIP APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) mengalami kenaikan rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
sebesar 12,59% (55,31% - 42,72%). tahun 2018, dari semula 51% di tahun 2018 menjadi 70% di
tahun 2019 (naik 19%), sementara kenaikan realisasi kinerja
baru mencapai 12,59%

BPKP - Laporan Kinerja 2019 119


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tantangan yang dihadapi oleh BPKP dalam pencapaian target Peningkatan


Kapabilitas APIP pada K/L/D terutama terkait:

■ Kemampuan SDM APIP dalam melaksanakan audit ketaatan pada area yang high
risk (perencanaan/penganggaran; pengadaan barang dan jasa; perizinan serta
promosi/mutasi SDM Pemda), audit kinerja untuk mendorong perbaikan kinerja
(aspek keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas), memberikan layanan konsultansi.
(elemen 1 Peran dan Layanan);
■ Kemampuan SDM APIP dalam menerapkan perencanaan pengawasan berbasis
risiko dan mengelola kualitas pengawasan intern melalui reviu berjenjang sebagai
penerapan kendali mutu secara berkesinambungan. (elemen 3 Praktik
Profesional); serta
■ Perlunya peningkatan SDM APIP yang berkualifikasi profesional melalui diklat
teknis substansi dan sertifikasi profesi pengawasan intern (elemen 2 Pengelolaan
SDM).

Untuk mengatasi tantangan tersebut, BPKP telah menempuh beberapa upaya, antara
lain:

■ Strategi dan Kebijakan Deputi Bidang PPKD Nomor S-3/D3/ 01/2019 tanggal 3
Januari 2019 yang antara lain memberikan arahan kepada Kepala Perwakilan
tentang percepatan pencapaian target;
■ menerbitkan SK Deputi Nomor KEP-43/D3/4/2019 tanggal 30 Oktober 2019
tentang Tim Panelis Hasil Penjaminan Kualitas Kapabilitas APIP Level 3 pada
K/L/P di Lingkungan Deputi Bidang PPKD;
■ Panduan Praktis Penerapan KPA Level 3 dan Suplemen Perka BPKP Nomor 16
Tahun 2015 berupa Daftar Uji Penjaminan Kualitas APIP Level 3;
■ Memberikan pemahaman kepada para Kepala Daerah mengenai pentingnya SPIP
dan kapabilitas APIP sebagai pilar membangun tata kelola pemerintah yang baik
dalam setiap Coffee Morning, Bincang Pagi, dan pada berbagai forum kegiatan
lainnya oleh Deputi PPKD sehingga Kepala daerah dapat menetapkan Level 3
sebagai IKU APIP, mereviu dan mengevaluasi kinerja APIP, dan mendorong
dibangunnya kriteria kompetensi Inspektur;
■ Mendorong Kepala Daerah dan para Inspektur untuk melaksanakan pengawasan
intern termatik (area yang berisiko tinggi antara lain: PBJ, perizinan, bansos,
mutasi promosi pegawai, serta program strategis di organisasinya;

Kendala Pencapaian target kapabilitas APIP yaitu:


a. Penyediaan anggaran dalam rangka peningkatan kapabilitas APIP K/L masih perlu
dioptimalkan;
b. Terbatasnya kuantitas dan kualitas SDM APIP K/L, tercermin dari adanya SDM
APIP K/L yang belum bersertifikasi auditor, dan belum terbatasnya kemampuan
SDM APIP dalam melakukan audit ketaatan pada area yang high risk;
c. Terbatasnya kemampuan SDM APIP dalam menerapkan perencanaan
pengawasan berbasis risiko dan mengelola kualitas pengawasan intern melalui
reviu berjenjang sebagai penerapan kendali mutu secara berkesinambungan;
d. Kondisi APIP K/L yang antara lain struktur organisasi, jumlah dan kualitas SDM
menjadi hambatan yang memerlukan waktu bagi APIP K/L untuk melakukan
perbaikan;

120 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

e. Proses peningkatan kapabilitas APIP menjadi level 3 sangat mendasar, sehingga


tidak dapat dicapai dalam waktu singkat;
f. Kurangnya jumlah SDM BPKP untuk memantau dan mendampingi tindak lanjut
dari action plan perbaikan area of improvement IACM;

Strategi ke depan (2020) BPKP dalam rangka pengembangan kapabilitas APIP yaitu:
1. Pengembangan dan implementasi beberapa alternatif metodologi dan tools
pengawasan, antara lain joint audit, dan joint supervisi.
2. Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 Kapabilitas APIP
sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau dokumen perencanaan lainnya.
3. Pengembangan dan implementasi Continuous Audit Continuous Monitoring
(CACM).
4. Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit keinvestigasian)
yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara lain melalui GIA
Corporate University dan MOOC.
5. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement IACM.
6. Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk pelaksanakan peer review bagi APIP
yang sudah siap menuju level 3.
7. Melaksanakan bimtek penyusunan pedoman audit kinerja bagi APIP yang belum
memiliki dan melaksanakan layanan audit kinerja.
8. Mendorong pelaksanaan audit kinerja sesuai dengan pedoman audit kinerja bagi
APIP yang telah mendapatkan level 2.
9. Mendorong APIP untuk meningkatkan kapabilitas SDM-nya.

Pencapaian sasaran strategis 3 didukung dengan dana sebesar Rp19.863.426.619,00


atau 96,25% dari anggaran sebesar Rp20.637.799.000,00, dan output sebanyak 1.347
laporan atau 103,62% dari rencana sebanyak 1.300 laporan, serta OH sebanyak 43.241
OH atau 68,23% dari rencana sebanyak 63.374 OH.
Dari sisi penggunaan dana, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 103,62%, lebih besar daripada
capaian penggunaan dana sebesar 96,24%.
Dari sisi penggunaan SDM, realisasi kinerja sasaran strategis telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian output sebesar 103,62%, lebih tinggi daripada
capaian penggunaan OH sebesar 68,23%.

Dukungan Pengawasan --------------------------------------------------------

Di samping aktivitas-aktivitas teknis pengawasan, untuk mendukung peningkatan


akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan, peningkatan penyelenggaraan
SPIP dan kapabilitas APIP tahun 2019, BPKP melakukan aktivitas dukungan
pengawasan yang relevan dalam rangka mendukung pencapaian kinerja.

Sekretariat Utama ------------------------------------------------------------------------------


Sekretariat Utama (Setma) merupakan unsur pendukung (enabler) pimpinan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP, berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala BPKP. Sebagai unit enabler, Setma memiliki peran strategis

BPKP - Laporan Kinerja 2019 121


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

yang mendorong fungsi lain agar berjalan sesuai harapan untuk pencapaian tujuan
BPKP.

Tahun 2019 merupakan tahun akhir RPJMN dan Renstra BPKP 2015-2019. Oleh
karena itu, sesuai dengan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada tahun 2019
BPKP telah menyusun Rancangan Renstra tahun 2020-2024 dengan berpedoman
pada Rancangan RPJMN tahun 2020- 2024.

Pada tahun 2019, Setma menyusun rancangan kebijakan pengawasan (Jakwas) BPKP
untuk tahun 2020. Kebijakan Pengawasan (Jakwas) merupakan acuan dalam
menentukan arah pokok pengawasan dan media untuk menerjemahkan strategi
pengawasan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Renstra. Sesuai rancangan Jakwas
BPKP tahun 2020, terhadap 25 program pembangunan (PP) nasional, sebanyak 10 PP
akan dilakukan pengawasan lintas sektoral secara mendalam dan 15 PP akan dilakukan
pengawasan melalui mekanisme Continuous Audit - Continuous Monitoring (CACM).
Jakwas menjadi acuan bagi penyusunan tema pengawasan, yang selanjutnya diturunkan
menjadi program kerja pengawasan tahunan.

Mendukung pengembangan kompetensi pegawai di lingkungan BPKP, pada tahun


2019, Setma memfasilitasi penerbitan izin tugas belajar sebanyak 116 pegawai,
penetapan peserta diklat teknis substantif sebanyak 2.759 pegawai, pelatihan dasar
CPNS sebanyak 381 pegawai, diklat sertifikasi jabatan fungsional auditor sebanyak
654 pegawai, sertifikasi dan TOEFL sebanyak 1.493 pegawai.

Untuk mendukung pengembangan SDM, Setma mengembangkan aplikasi sistem


manajemen informasi SDM dengan layanan excellent (SMILE), aplikasi surat
pernyataan melaksanakan tugas (SPMT), aplikasi sistem informasi talent management
pegawai (SITMAP) dan aplikasi promosi dan mutasi pegawai (PROMAP).

Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) --------------------------------------------


Jabatan Fungsional Auditor adalah jenis jabatan fungsional pada pegawai negeri di
Indonesia yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau
keterampilan di bidang pengawasan dan bersifat mandiri. Jabatan Fungsional Auditor
(JFA) dibentuk dengan tujuan untuk menjamin pembinaan profesi dan karier,
kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi
pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/220/M.PAN/7/2008, dan PP 60/2008 tentang SPIP, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ditetapkan sebagai Instansi Pembina JFA di
lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Ruang lingkup pembinaan
JFA di lingkungan APIP tersebut meliputi BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen,
Inspektorat Utama/ Inspektorat Kementerian/ LPND, dan unit kerja pemerintah lainnya
yang melaksanakan tugas pengawasan intern serta Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/
Kota. Dengan penerapan JFA tersebut diharapkan akan tercipta profesionalisme di
bidang pengawasan.

122 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Pada tahun 2019, BPKP telah melaksanakan sosialisasi/ pembinaan penerapan JFA
sebanyak 503 kegiatan, yaitu:

■ kegiatan sosialisasi ketentuan JFA sebanyak 54 kegiatan, terdiri atas 16 kegiatan


pada Inspektorat Jenderal Kementerian/ LPNK dan 38 kegiatan pada Inspektorat
Daerah.
■ kegiatan mengajar/ sosialisasi ketentuan JFA pada kelas diklat JFA sebanyak 76
kegiatan.
■ kegiatan konsultansi kepada 373 unit APIP.

Pada 5 Desember 2019 dilaksanakan kegiatan Forum Komunikasi JFA yang dihadiri
oleh 230 peserta dari BPKP dan Inspektorat Daerah. Kegiatan forum tersebut
bertujuan untuk membahas dan memecahkan permasalahan utama SDM APIP dalam
rangka melaksanakan tugas dan peran APIP serta menggali pendapat dari APIP untuk
arah pembinaan JFA.

Dalam tahun 2019, dilakukan seleksi dan penetapan peserta diklat sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor di lingkungan APIP pusat dan daerah, dengan hasil sebagai
berikut:

Tabel 3.46. Hasil seleksi dan penetapan peserta diklat JFA tahun 2019

Tidak Dalam
Peserta/ Memenuhi Ditetapkan Belum
Jenjang Memenuhi Proses
Pendaftar Syarat Tahun 2019 ditetapkan
Syarat Verifikasi
Terampil 198 171 26 1 153 18
Pertama 1.396 1.255 140 1 1.106 149
Muda 941 866 72 3 803 63
Madya 504 414 87 3 397 17
Utama 47 22 25 0 15 7
Total 3.086 2.728 350 8 2.474 254

Dari 2.728 pegawai yang memenuhi syarat, telah ditetapkan dan selesai mengikuti
diklat sebanyak 2.474 pegawai, sedangkan sebanyak 254 pegawai belum ditetapkan
sebagai peserta diklat karena mengundurkan diri/ tidak bersedia mengikuti diklat
dengan alasan sedang dalam penugasan lain, tidak tersedianya anggaran, dan karena
sakit.

Selama tahun 2019, jumlah PNS yang diberikan persetujuan teknis pengangkatan ke
dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA) oleh Kepala BPKP sebanyak 972 orang.
Sampai dengan tahun 2019, jumlah K/L/Pemda yang mengimplementasikan Jabatan
Fungsional Auditor sebanyak 627, yang terdiri atas 85 K/L dan 542 Pemda. Jumlah
auditor K/L/Pemda yang bersertifikat auditor sebanyak11.245 auditor.

Tabel 3.47. Jumlah K/L/Pemda yang mengimplementasikan JFA


beserta auditor tahun 2019

Uraian 2019
Jml K/L yang mengimplementasikan JFA 85
Jml Pemda yang mengimplementasikan JFA 542
Jumlah 627

BPKP - Laporan Kinerja 2019 123


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Uraian 2019
Jml auditor K/L bersertifikat auditor 6.143
Jml auditor Pemda bersertifikat auditor 5.102
Jumlah 11.245

BPKP, melalui Pusbin JFA selaku Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Terpusat telah
melakukan fasilitasi penilaian dan penetapan angka kredit terpusat dengan rincian
sebagai berikut:

Tabel 3.48. Capaian Kegiatan Fasilitasi Penilaian Angka Kredit 2019


APIP Jumlah PAK Terbit
Inspektorat Jenderal K/L 660
BPKP 960
APIP Provinsi/Kabupaten/Kota 780
Total 2.400

Peningkatan kapasitas auditor dan pengelola keuangan negara melalui program


STAR --------------------------------------------------------------------------------------------------
Proyek State Accountability Revitalization (STAR) merupakan proyek dengan sumber
dana berasal dari Pinjaman Luar Negeri, yaitu Loan ADB 2927-INO sebesar
USD57,750,000.00. Loan tersebut ditandatangani pada tanggal 26 November 2012
dan efektif mulai 19 Februari 2013 dan berakhir 31 Maret 2020.
Output utama STAR adalah Capacity Development o f Government Internal Auditors
and Public Finance Officers, Development o f E-Learning System and Modules, dan
Institutional Strengthening Through System Improvement. Ketiga output tersebut
dicapai melalui beberapa kegiatan dengan realisasi sampai dengan tahun 2019
masing-masing indikator output sebagai berikut:

1. Capacity Development of Government Internal Auditors and Public Finance Officers


a. Jumlah lulusan program degree (beasiswa S1 dan S2) sebanyak 3.453 orang
dari jumlah peserta sebanyak 3.474 orang. Secara detail perkembangan jumlah
peserta dan lulusan program gelar menurut program pendidikan dapat
ditunjukkan pada Tabel 3.49 di bawah ini.

Tabel 3.49. Jumlah Lulusan Program Degree Tahun 2015-2019

Uraian s.d. 2015 2016 2017 2018 2019 Jml


Peserta
S1 742 80 - - - 822
S2 2.440 212 - - - 2.652
Jumlah 3.182 292 - - - 3.474
Lulusan
S1 - 269 490 59 - 818
S2 268 854 1.240 264 9 2.635
Jumlah 268 1.123 1.730 323 9 3.453

124 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

b. Jumlah peserta kegiatan Non-Degree sampai dengan tahun 2019 sebanyak


22.958 orang, dengan detail jumlah peserta Non-Degree menurut jenis diklat
dapat ditunjukkan pada Tabel 3.50 di bawah ini.

Tabel 3.50. Jumlah Peserta Non-Degree Tahun 2015-2019


s.d.
Uraian 2016 2017 2018 2019 Jml
2015
Diklat JFA 5.576 744 3.120 2.196 0 11.636
Non JFA certification 255 231 268 1.037 100 1.891
Diklat Substantif 2.609 2.449 3.008 0 150 8.216
Overseas Training* 137 200 111 51 32 531
Overseas Training­
228 184 0 0 0 412
TOT
TOT-new adult
learning
0 90 127 55 0 272
methodology
(NALM)
Jumlah 8.787 3.796 6.563 3.339 282 22.958
*termasuk international short-course dan international training for SIMA
implementation

c. MoU antara BPKP, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah untuk kegiatan
Center of Excellent (CoE) sebanyak 8 MoU dan sesuai target yang ditetapkan.
Hasil kegiatan CoE antara lain berupa hasil riset, penyusunan modul, penerbitan
jurnal ilmiah, workshop , seminar, dan pelatihan yang berkaitan dengan keuangan
sektor publik yang dilaksanakan oleh PTN penyelenggara CoE.

2. Development of E-Learning System and Modules


a. Pengembangan e-Learning sebagai inovasi untuk peningkatan layanan
pembelajaran bagi API P, telah beroperasi dan dimanfaatkan dalam kegiatan
diklat J FA maupun diklat teknis substantif. Pemanfaatan e-learning turut
berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas layanan diklat, yaitu rata-rata
peningkatan jumlah peserta diklat sebanyak 22% selama lima tahun terakhir
(2015-2019).
b. Penguatan pemanfaatan e-learning bagi API P secara berkelanjutan, juga telah
dilakukan melalui pengembangan learning organization dengan pendekatan
Corporate University (Corpu) yang disebut Government Internal Auditor Corpu
(GIA Corpu). Output yang telah dicapai berkaitan dengan pengembangan GIA
Corpu adalah hasil pelaksanaan learning need assessment (LNA) di K/L/Pemda;
dilanjutkan dengan pengembangan empat instructional systems design (ISD), 21
modul pembelajaran, dan dukungan Corpu melalui tujuh paket jasa konsultan
individu, termasuk untuk penguatan knowledge management dan talent
management .
c. Untuk mendukung penyelenggaraan delivery program GIA Corpu kepada API P
agar sesuai kebutuhan dari API P, telah dikembangkan Sistem Bina Jabatan
Auditor Berkualitas (SI BIJAK) untuk mewujudkan "satu data auditor nasional” .
Diharapkan SI BIJAK dapat memfasilitasi pemetaan kompetensi SDM API P per

BPKP - Laporan Kinerja 2019 125


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

daerah, sehingga gap kompetensi SDM API P dapat dipenuhi dengan delivery
program GIA Corpu.
3. Institutional Strengthening Through System Improvement
a. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitas (SIMA) yang
mengintegrasikan sistem pengawasan di BPKP sekaligus mengefektifkan sistem
monitoringnya, terutama pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
(renlakpor), serta meningkatkan koordinasi lintas unit kerja BPKP secara efektif
antara pusat dengan perwakilan melalui pemanfaatan teknologi konferensi video.
b. Evaluasi program lintas sektoral. Sampai dengan akhir 2019, BPKP telah
melaksanakan evaluasi atas enam program lintas sektoral mencakup 3 program
lintas sektoral yang diselesaikan selama tahun 2017-2018, dan 3 program lintas
sektoral diselesaikan selama 2018-2019, yaitu: 1) Program Pembangunan
Kemaritiman dan Kelautan, 2) Program Pembangunan Perkotaan, dan Program
Pembangunan Pendidikan.
c. Dalam rangka mengembangkan audit internal yang mengacu pada standar
profesional dengan metode risk-based audit, sekaligus mendukung
penyelenggaraan pengawasan lintas sektoral BPKP dan memperkuat peran
API P terhadap pencapaian tujuan organisasi, telah dihasilkan juga pedoman
pengawasan internal berbasis risiko (PIBR). Pedoman PIBR ini diharapkan dapat
merespon tuntutan terhadap efektifitas peran API P. Untuk percepatan
implementasi pedoman PIBR, di tahun 2019 telah dihasilkan sistem perencanaan
pengawasan berbasis risiko (SPPBR) BPKP, draft petunjuk pelaksanaan PIBR
dan policy brief dalam upaya merekomendasikan kebijakan penerapan PIBR
tersebut. Selain itu, telah dihasilkan juga pedoman pengelolaan risiko (MR) K/L
dan Pemda, dan pengembangan desain penerapan pedoman MR Pemda
berbasis informasi teknologi (IT) untuk mendukung efektifitas penerapan PIBR di
APIP Pemda.

Selain capaian kinerja STAR di atas, STAR juga telah mendapatkan apresiasi dari
Kementerian Keuangan dan ADB, yaitu termasuk 3 besar pinjaman proyek ADB
dengan kinerja terbaik pada Country Portfolio Review Mission tahunan.
Pencapaian hasil STAR dalam mendukung penguatan pengelolaan keuangan publik
yang akuntabel dan bersih melalui peningkatan kapasitas APIP dan pengelola
keuangan negara/ daerah selama periode Februari 2013 sampai dengan Maret 2020,
tentu saja masih memerlukan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).
Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan ADB telah
menandatangani loan agreement tanggal 9 Desember 2019 atas STAR Additional
Financing Loan No. 3872-INO untuk periode April 2020 sampai dengan September
2025.

Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan


Pada tahun 2019, selain pelatihan yang didanai program STAR, BPKP telah melatih
sebanyak 14.801 pegawai, baik BPKP maupun non BPKP dengan rincian sebagai
berikut:

126 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 3.51.
Jumlah Peserta Diklat Teknis Substantif Tahun 2019

Peserta
No Uraian Non
BPKP JUMLAH
BPKP
1 Peserta Diklat Teknis Pengawasan Intern 1.547 9.064 10.611
2 Peserta Diklat teknis SPIP 133 722 855
3 Peserta Diklat teknis Kapabilitas APIP 101 70 171
Jumlah 1.781 9.856 11.637

Tabel 3.52. Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor Tahun 2019


Peserta
No Uraian Non
BPKP JUMLAH
BPKP
1 Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor 697 2467 3.164

Gambar 3.53. Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan
Auditor BPKP

BPKP - Laporan Kinerja 2019 127


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.54. Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan Auditor dari TNI AL

Tabel 3.53. Perkembangan Jumlah Peserta diklat Th 2015-2019

Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Peserta Diklat TS 4.914 6.530 5.326 9.446 11.637
2 Jumlah Peserta Diklat FA 1.804 2.696 2.624 2.926 3.164
Jumlah 6.718 9.226 7.950 12.372 14.801

Pengembangan Produk Unggulan Pengawasan Baru ---------------------------------

1. Pedoman Umum Pengawasan Cepat

Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan informasi yang harus disampaikan


kepada presiden dan Pemangku Kepentingan Utama Lain atas akuntabilitas
pelaksanaan program pembangunan nasional, BPKP memandang perlu
mengembangkan suatu metode pengawasan alternatif yang dapat menyediakan

128 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

informasi yang dibutuhkan tersebut secara cepat, dan akurat. Pada tahun 2019,
BPKP melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan menyusun
pedoman umum pengawasan cepat (Quick-Was). Pedoman tersebut diharapkan
menjadi panduan dalam pelaksanaan pengawasan secara cepat sehingga hasil
pengawasan dapat disampaikan ke Presiden dan Pemangku Kepentingan Utama
Lainnya tepat waktu, andal, terpercaya dan akurat.

Pedoman tersebut menguraikan prinsip metodologi quick-was yaitu kecepatan


proses tanpa mengurangi hasil pengawasan yang andal, terpercaya dan akurat.
Kecepatan proses itu dilaksanakan dalam suatu kerangka kerja di mana auditor
dapat melakukan komunikasi, identifikasi, validasi, pengujian, pembahasan, serta
penyusunan draf simpulan, secara simultan dan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.

Metodologi quick-was ini merupakan hasil sintesis atas konsep dari praktik
pengawasan yang dilakukan secara cepat yang diperkaya dengan konsep qu/ck-
qount, serta konsep agile audit. Proses ini mengakumulasikan konsep yang sama
dari ketiga sumber tersebut menjadi satu konsep quick-was yang saling
menguatkan.

2. Pengukuran Kualitas Implementasi Manajemen Risiko Sektor Publik

Manajemen risiko yang efektif merupakan salah satu elemen penting untuk
membangun tata kelola organisasi yang lebih baik. Manajemen risiko merupakan
suatu pendekatan yang sistematis, terstruktur, dan proaktif, dimana implementasi
manajemen risiko harus secara aktif memastikan terwujudnya pelayanan yang
berkesinambungan serta tercapainya tujuan organisasi yang sejalan dengan visi
dan misi dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan. Dalam upaya
menilai sejauh mana perkembangan implementasi manajemen risiko tersebut,
perlu dilaksanakan pengukuran kualitas implementasi manajemen risiko. Tujuan
pengukuran kualitas implementasi manajemen risiko adalah mengidentifikasi area
o f improvement untuk pengembangan manajemen risiko lebih lanjut.
Pada tahun 2019, BPKP melalui Puslitbangwas melakukan kajian pengukuran
kualitas implementasi manajemen risiko sektor publik. Secara umum terdapat tiga
pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur kualitas implementasi
manajemen risiko, yaitu level maturitas, level kapabilitas, dan sasaran maturitas.
Kajian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pendekatan level kapabilitas lebih
sesuai untuk diterapkan dalam pengukuran kualitas implementasi manajemen
risiko sektor publik di Indonesia. Pendekatan ini tidak menggunakan sistem
pembobotan, namun lebih pada pengujian pemenuhan karakteristik masing-
masing level dan penyimpulannya menggunakan sistem building block.

Kajian tersebut mengusulkan lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur
kualitas implementasi manajemen risiko, yaitu struktur, budaya, proses,
penggunaan aplikasi (teknologi informasi), dan hasil.

Lima dimensi tersebut selanjutnya diturunkan menjadi 23 sub dimensi yang akan
dinilai karakteristiknya untuk masing-masing level (mulai dari level 1 sampai
dengan level 5 secara progresif), yaitu karakteristik yang semakin meningkat untuk
mencapai level yang lebih tinggi.
BPKP - Laporan Kinerja 2019 129
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Dukungan Teknolgi Informasi -----------------------------------------------------------------


Keberhasilan pelaksanaan pengawasan tidak terlepas dari dukungan sistem informasi
pengawasan. Untuk mendukung penyelenggaraan sistem informasi pengawasan yang
berkualitas, pada tahun 2019, BPKP, dalam hal ini diselenggarakan oleh Pusinfowas,
melakukan sebagai berikut:
1. Penyusunan dan Perumusan Kebijakan Tata Kelola TI, meliputi komite Pengarah
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan BPKP, dan Kebijakan Data
Center BPKP.
2. Evaluasi Tata Kelola TI, meliputiquality assurance (QA) atas kegiatan
pengembangan Sistem Informasi Bina Jabatan Auditor Berkualitas (SIBIJAK) dan
Aplikasi Manajemen Risiko (BeWise).
3. Mengembangkan Aplikasi Penilaian Mandiri Kapabilitas API P yang telah
digunakan oleh 93 K/L dan 542 Pemda
4. Mengembangkan Aplikasi Penilaian Maturitas Level SPIP 2.0 yang telah
digunakan oleh 409 Kementerian/Lembaga/Pemda
5. Mengembangkan Aplikasi Reviu Program Strategis Nasional (PSN) yang telah
digunakan oleh Deputi Perekonomian dan 34 Perwakilan BPKP
6. Mengembangkan Aplikasi Monitoring Pengelolaan Dana Desa yang telah
digunakan oleh Deputi PKD dan 542 Pemda
7. Pemeliharaan terhadap dua belas sistem informasi yaitu:
1) Aplikasi SIMA 4.0 dilakukan penyesuaian nomenklatur unit kerja sesuai
dengan Peraturan BPKP No. 5 tahun 2019 tentang Organisasi Tata Kerja
BPKP.
2) Aplikasi SPIP dilakukan migrasi data dari versi1.0 ke versi 2.0.
3) Aplikasi TEPRA dilakukan penambahan report.
4) Aplikasi KSP dilakukan penambahan validasi, fitur simpan final dan fitur
export excel pada menu kesimpulan.
5) Aplikasi Seleksi JPT dilakukan pembahasan desain baru.
6) Aplikasi Whistle Blower System dilakukan penambahan fitur interaksi
pengguna.
7) Aplikasi ST/SKI dilakukan penambahan fitur sinkronisasi data dengan
Aplikasi Sispedap dan SIMA 4.0.
8) Dashboard Media Monitoring dilakukan penambahan tema baru dan
pembaruan lisensi.
9) Dashboard Presensi Pegawai dilakukan pemasangan fasilitas penarikan data
dari mesin fingerprint (proses ETL-Extract Transform Load ) di beberapa
perwakilan.
10) Aplikasi Mail Systems (Lotus Notes) dilakukan penyesuaian pasca pembuan
lisensi untuk server domino.
11) Aplikasi Helpdesk Layanan TI BPKP (Polite) dilakukan penambahan modul
sinkronisasi data dengan aplikasi Sispedap dan Lotus Domino.
12) Aplikasi Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) BPKP dilakukan
integrasi dengan aplikasi JDIH Nasional
8. Pembinaan kepada pranata komputer sebanyak 85 pejabat pranata komputer
yang tersebar di seluruh unit kerja BPKP untuk memenuhi permintaan pelayanan

130 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

sistem informasi/ teknologi informasi.


9. menyelenggarakan workshop sistem informasi/ teknologi informasi sebanyak 54
kegiatan, yang diikuti oleh 449 orang peserta.
10. Memberikan layanan helpdesk sistem informasi/ teknologi informasi melalui
aplikasi Portal Layanan Informasi Teknologi (Polite). Pada tahun 2019 layanan
diberikan sebanyak 4.480 Tiket Polite.
11. Menyelenggarakan layanan keamanan teknologi informasi, yaitu:
a. Peningkatan dan implementasi keamanan website dengan SSL dan HTTPS
pada semua sub domain bpkp.go.id.
b. Penguatan web application melalui quality assurance dari sisi uji keamanan.
c. Penguatan keamanan pada sisi client computer dengan corporate antivirus
sebanyak 550 unit.
d. Implementasi perangkat Monitoring client computer sejumlah 1.100 unit
e. Implementasi perangkat pencegahan cyber security attack sejumlah 2.000
unit
12. Menyelenggarakan layanan infrastruktur TI, yaitu:
a. Distribusi IP Phone Kantor Pusat dan Perwakilan BPKP sebanyak 281 unit IP
Phone.
b. Instalasi Microsoft Office yaitu 1.477 Microsoft Office 2016 dan 45 Microsoft
Office Plus 2016.
c. Pelaksanaan Video Conference sebanyak 7 kegiatan dari Situation Room
Kantor Pusat BPKP dengan 34 Perwakilan BPKP.
d. Monitoring evaluasi infrastruktur dan keamanan TI di 6 Perwakilan BPKP.

Pada tahun 2019, Pusinfowas BPKP telah menyusun dan menyampaikan Laporan
Hasil Pengawasan (LH P) kepada Presiden sebanyak dua kali yaitu Lappres Tahun
2018 dan Lappres Semester 1 Tahun 2019. Untuk lingkup internal, penyiapan
dukungan data untuk unit pengawasan Rendal/ Kedeputian dan Perwakilan terkait
saldo Temuan Pemeriksaan yang Belum Ditindaklanjuti (TPB) per Kementerian/
Lembaga dan per Pemerintahan Daerah.

D. KINERJA LAINNYA TAHUN 2019 -------------------------------------------------------


1. Kinerja Lain --------------------------------------------------------------------------------------

a. Memperkuat Kompetensi Pengawasan Intern yang Berkelanjutan melalui


pembentukan G overnm ent In tern al A u d ito r C orporate U niversity (GIA Corpu)
Corporate University merupakan fungsi pembelajaran yang mempunyai kedudukan
strategis dalam rangka pencapaian tujuan organisasi induk. Dalam konteks tersebut,
Corporate University menjalankan kegiatan pendidikan dan pengembangan pegawai
serta penciptaan pengetahuan bagi organisasi. Corporate University lebih tepat
dipandang sebagai pendekatan pembelajaran organisasi untuk mendukung kinerja
organisasi.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai salah satu instansi
pemerintah yang mempunyai peran sentral dalam bidang pengawasan internal,
memiliki tugas yang cukup berat dalam mendukung target-target pemerintah berkaitan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 131


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, peningkatan kapabilitas


aparat pengawasan intern pemerintah, dan pencegahan tindak pidana korupsi. Dengan
adanya isu bisnis ini, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh BPKP adalah
menyelaraskan dan mengoptimalkan SDM yang dimiliki sehingga mampu mencapai
target-target tersebut. Upaya yang paling tepat adalah dengan membentuk corporate
university. Pembentukan corporate university ini didasarkan pada alasan-alasan
sebagai berikut:

1) Pergeseran proses bisnis pengawasan yang dilakukan BPKP dari yang sifatnya
pengawasan operasional menjadi pengawasan yang sifatnya strategis menjadikan
Pusdiklatwas memiliki fungsi strategis untuk mendukung pencapaian tujuan BPKP.
2) Dalam rangka meningkatkan kinerja BPKP untuk lebih berperan aktif dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.
3) Belum sepenuhnya terdapat keselarasan antara apa yang dipelajari dalam
pelatihan dan apa yang dibutuhkan oleh BPKP.
4) Pembelajaran di dalam diklat terlepas dari isu strategis yang paling mendesak
yang harus dipecahkan.
5) Program dan pengembangan pelatihan seringkali tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap kinerja BPKP.
6) Kebutuhan pengembangan organisasi BPKP untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja di bidang pengawasan
7) Kesadaran untuk mengembangkan diri belum merata ke seluruh pegawai.
8) Mengoptimalkan fasilitas e-learning yang telah dikembangkan.
9) Memungkinkan BPKP dapat melakukan evaluasi pembelajaran sampai ke impact/
benefit diklat terhadap organisasi.
10) Mengefektifkan BPKP menjadi learning organization.

Dengan membentuk corporate university, diharapkan dapat mengubah strategi


pembelajaran yang dilakukan terhadap SDM selama ini yang bersifat pembelajaran
taktis dan fokus pada mengatasi kesenjangan peran pekerjaan spesifik pegawai saat
ini berubah menjadi pembelajaran terintegrasi bahkan strategis yang mampu
mengembangkan kapabilitas pegawai dan mengintegrasikan seluruh komponen yang
mempengaruhi kinerja pegawai dan organisasi.

1) Model G IA Corporate University


Model G IA Corporate University yang dikembangkan BPKP sebagaimana
digambarkan dalam gambar 3.60.
Menurut model tersebut, landasan corporate university adalah learning strategy
governance dan learning focus. Learning strategy governance merupakan rencana
strategis corporate university yang disusun dengan mengacu dan menyelaraskan
dengan perencanaan jangka menengah organisasi induk. Sedangkan learning
focus ditetapkan setiap tahun mengikuti rencana kerja tahunan organisasi induk.
Selanjutnya, corporate university perlu menyusun learning solution architecture
berupa analisis kebutuhan diklat, standar kompetensi, kurikulum dan rencana
diklat yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Berdasarkan learning solution
architecture , disusun learning solution delivery system berupa mekanisme dan
metode pembelajaran yang meliputi SOP, rancang bangun pembelajaran mata
diklat, rencana pembelajaran, modul, kalender diklat, penetapan pengajar, sampai
dengan tempat dan akomodasi diklat.

132 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Model corporate university tersebut dibangun dengan bertumpu pada dua pilar,
yaitu knowledge management dan learning infrastructure.

Gambar 3.55. Model GIA Corpu yang dikembangkan BPKP

Learning Solution Delivery System

L earn in g S o lu tio n A rc h ite c tu re

L e a r n i n g Fo c us

Learning Strategy Governance

Knowledge management menggambarkan serangkaian strategi, sistem, dan teknik


yang digunakan oleh individu, tim dan organisasi untuk mengelola knowledge.
Knowledge management juga bertujuan untuk menghimpun tacit knowledge yang
dimiliki oleh personil kunci dan mengubahnya menjadi explicit knowledge yang
dapat dipelajari oleh seluruh personil yang membutuhkan dan dimanfaatkan dalam
rangka meningkatkan kinerja organisasi. Sedangkan Knowledge Management
System (KMS) merupakan sistem yang mengidentifikasi, menangkap, menyimpan,
membagikan dan menggunakan “knowledge” saat ini di organisasi sehingga
seluruh unit dalam organisasi dapat belajar dan memperoleh manfaat. KMS
menetapkan dimana saja, oleh siapa saja dan bagaimana knowledge dikelola.
Pemanfaatan KMS oleh Corporate University sebagai bagian dari Learning
Solution Architecture dan Learning Solution Delivery System.
Learning infrastructure merupakan struktur pendukung administrasi corporate
university yang terdiri dari staf, sistem manajemen pembelajaran, fasilitas
pendukung, dan anggaran. Learning infrastructure merupakan building blocks
dalam proses pembelajaran organisasi yang dilaksanakan oleh learning office,
yaitu divisi, diklat atau pusdiklat.

Dari model GIA Corpu yang dikembangkan tersebut, struktur organisasi GIA Corpu
dapat diturunkan sebagaimana pada gambar 3.61.

Struktur organisasi BPKP Corporate University merupakan struktur bayangan


(shadow structure), artinya bukan struktur sebenarnya. Struktur BPKP Corpu

BPKP - Laporan Kinerja 2019 133


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

merupakan "dewan akademis” dalam pelaksanaan pembelajaran. Struktur ini lebih


mirip struktur adhoc yang menunjukkan fungsi tambahan pejabat yang
bersangkutan dalam corporate university. Struktur yang sebenarnya adalah
struktur organisasi BPKP yang sudah ada sebelumnya.

Gambar 3.56. Struktur Organisasi GIA Corpu yang dikembangkan BPKP

Pimpinan tertinggi BPKP Corporate University adalah Rektor yang dijabat oleh
Kepala BPKP. Dalam pelaksanaannya, Rektor dibantu oleh Pembantu Rektor
yang dijabat oleh Sekretaris Utama.
Di bawah Rektor ada beberapa Dekan yang memimpin masing-masing akademi.
Dekan dijabat oleh para Deputi Kepala BPKP yang memimpin akademi yang
selaras dengan tugas pokok dan fungsi di lingkungan masing-masing deputi.

Di bawah setiap Dekan ada sekurang-kurangnya satu Direktur Program, yang


bertanggungjawab langsung kepada Dekan dan menjadi perpanjangan tangan
Dekan dalam melakukan pembahasan di tingkat Learning Committee. Direktur
Program dapat dijabat oleh satu atau lebih Direktur di masing-masing kedeputian.
Learning Office merupakan penyelenggara pembelajaran dalam corporate
university. Learning Office bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh
rencana dan program pembelajaran yang telah ditetapkan dalam ketiga learning
forum, yaitu learning council, learning committee, dan learning partner. Pada GIA
Corporate University, learning office diperankan oleh Pusdiklatwas BPKP.
Pusat-pusat (Centers) yang diperlukan dalam GIA Corporate University adalah:
■ Culture Transformation Center yang diperankan oleh Biro Sumber Daya
Manusia. Unit ini fokus pada pengembangan dan penyampaian "pembelajaran”
yang akan menyebarkan, memajukan dan melindungi permintaan "culture and
team learning” di seluruh organisasi.
■ New Talent Supply Center yang juga dapat diperankan oleh Biro Sumber Daya
Manusia, merupakan unit organisasi yang dengan proaktif fokus untuk

134 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

menemukan talent yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pencapaian goal-


nya.
■ Assessment Center diperankan oleh Biro Sumber Daya Manusia. Unit ini fokus
pada penyusunan profil seluruh pembelajar dalam organisasi dan lingkungan
bisnisnya.
■ Organization Research Center yang diperankan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pengawasan (Puslitbangwas) merupakan unit yang bertindak
sebagai “ Window to the World’ dengan melakukan penelitian, tolok ukur kajian
dan sumber dari “competitive knowledge” pada kemampuan organisasi untuk
belajar dan memanfaatkan strategi kompetensi.
■ Supplier/ Customer Development Center yang dapat diperankan oleh Biro
Sumber Daya Manusia merupakan unit yang fokus untuk memperbaiki kualitas
input dan menolong pelanggan/klien/auditan dalam pemanfaatan produk yang
lebih baik.
■ Alliance & Partnership yang dapat diperankan oleh Biro Hukum Komunikasi,
merupakan unit yang memadukan dan mengembangkan kemitraan kerja
dengan institusi pembelajaran eksternal (Universitas Akademik, Instansi Teknis,
Agensi Pemerintahan, dan Corporate University lainnya), untuk menawarkan
pengembangan profesional dan kesempatan kualifikasi untuk staf.
■ Quality Assurance yang dapat diperankan oleh Inspektorat BPKP merupakan
unit yang melaksanakan fungsi penjaminan kualitas akademik GIA Corpu.

Metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam BPKP Corporate University


menggunakan komposisi 10:20:70, yang terdiri dari 10% merupakan pelatihan
terstruktur dengan menggunakan blended learning, 20% merupakan social
learning melalui mentoring dan coaching , serta 70% merupakan experiential
learning dengan menggunakan metode on the job training .
2) Roadmap pembentukan GIA Corpu
Roadmap pembentukan GIA Corpu telah disusun sampai dengan Tahun 2022.
Roadmap ini disusun dalam dokumen tersendiri dan telah disampaikan kepada
pimpinan BPKP. Ikhtisar roadmap pembentukan GIA Corpu dapat dilihat pada
bagan di bawah ini:
Tabel 3.54. Roadmap Pembentukan GIA Corpu
2017 2018 2019-2020 2021 2022
Persiapan Penerapan Pengembangan Pengembangan Corporate
corporate awal corporate corporate corporate university
university university university university dan dengan pola
dengan pengembangan PK BLU yang
penerapan penerapan pola sehat dan
awal pola pengelolaan akuntabel
pengelolaan keuangan BLU
keuangan BLU
awareness development development development Settle

Pengembangan Sistem Pembelajaran Sumber Daya Manusia sebagai strategi


pengembangan pembelajaran sumber daya manusia di lingkungan BPKP
Pemangku Kepentingan, terutama APIP, menggunakan model pembelajaran yang
disebut dengan Government Internal Audit Corporate University (GIA Corpu).

BPKP - Laporan Kinerja 2019 135


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

art k v G o v e rn m e n t Internal IVudit


C o rp o ra te University
f
'r v ' i i i 1
■ i
_* V
• J *■<*

Penggunaan model pembelajaran tersebut merupakan bagian dari pencapaian visi dan
misi organisasi melalui keterkaitan dan kesesuaian antara pengelolaan pembelajaran
dan manajemen pengetahuan, serta nilai-nilai dengan target kinerja dan sasaran
strategis organisasi BPKP dan APIP.

Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan dan akan dilakukan dalam rangka
model pembelajaran GIA Corpu, antara lain adalah sebagai berikut:

3) Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan Tahun 2019

a. Perumusan rancangan masterplan GIA Corpu


b. Penyusunan rancangan kebijakan GIA Corpu
c. Soft launching GIA Corpu
d. Penetapan kebijakan GIA Corpu dalam bentuk Keputusan Kepala BPKP
Nomor: 205/K/DL/2019 tentang Pengembangan Sistem Pembelajaran SDM di
Lingkungan BPKP
e. Grand Launching GIA Corpu sebagai rangkaian perayaan ulang tahun BPKP
f. Pelaksanaan forum pembelajaran Akademi Umum (General Academy) dan
Akademi Bisnis (Business Academy)
g. Pelaksanaan Tranining Need Analysis dan Penyusunan Instructional System
Design
h. Pengembangan e-Modul
i. Merancang learning focus dan Skill Group Owner (SGO)

136 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

4) Rencana Corpu Tahun Selanjutnya (2020)

1. Pembentukan Skill Group Owner pada masing-masing akademi


2. Pengembangan Grand Design Digital Learning
3. Penyempurnaan Learning Blue Print, Learning Road Map, dan protokol learning
forum
4. Pengembangan Kebijakan dan Implementasi Learning Value Chain yang terdiri
dari: learning Need Diagnosis, Instructional System Design, Delivery &
Deployment, dan Learning Impact Measurement)
5. Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Learning Value Chain
6. Dukungan Peralatan Teknologi Informasi untuk mendukung smart class- room

b. Massive Open Online Courses (MOOC)


MOOC atau Massive Open Online Courses adalah metode pembelajaran baru
yang sepenuhnya berbasis elektronik (Full E-Learning). Pusdiklatwas BPKP
memilih metode ini untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi bagi
setiap PNS, minimal 20 (duapuluh) jam pelatihan per tahun. Metode ini didesain
dengan memperhatikan tingkat kesibukan para pejabat dan keterbatasan dana
BPKP.
Alur pembelajaran MOOC di BPKP dapat diuraikan sebagai berikut:
■ Setelah ditetapkan sebagai peserta MOOC oleh Biro Sumber Daya Manusia
akan di-enroll dalam https://lms.bpkp.go.id oleh Admin Pusdiklatwas BPKP.
■ Peserta dapat melakukan login di https://lms.bpkp.go.id/ dengan menggunakan
username = NIP tanpa spasi dan password: ‘pandansari’. Password dapat
diubah oleh peserta diklat.
■ Setelah login, peserta dapat memilih kelas MOOC dimaksud.
■ Peserta membaca dan menyetujui syarat dan ketentuan
■ Menyelesaikan pretest
■ Mempelajari materi secara menyeluruh, baik yang berbentuk video maupun e­
book .
■ Peserta mengikuti "Forum Diskusi” di menu kolaborasi e-learning. Peserta
dapat bertanya, menjawab pertanyaan peserta lain dan berdiskusi antar peserta
serta pengajar. Sebelum mengajukan pertanyaan baru, perlu dipastikan
pertanyaan tersebut belum ditanyakan sebelumnya.

Tujuan utama pembentukan Forum Diskusi adalah untuk membantu peserta yang
mengalami kebuntuan (deadlock). Peserta yang telah menyelesaikan
pembelajaran, dapat mengisi pernyataan kejujuran dan dilanjutkan dengan
mengikuti post-test. Kesempatan mengikuti post-test diberikan sebanyak tiga kali.
Peserta yang gagal melampaui passing grade dinyatakan gugur. Peserta yang
melampaui passing grade, dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Setelah lolos
post-test, peserta wajib mengisi Evaluasi Penyelenggaraan MOOC, dan peserta
dapat mencetak sertifikat telah mengikuti MOOC.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 137


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

MOOC BPKP

Gambar 3.58. Sosialisasi MOOC kepada pejabat di lingkungan BPKP

Selama tahun 2019 telah diselenggarakan training dengan metode MOOC


sebanyak 5 kali dengan total peserta 1.655 orang yang seluruhnya dari BPKP,
dengan rincian sebagai berikut :
■ Peningkatan Kapabilitas APIP dengan peserta sebanyak 122 orang.
■ Audit Pengadaan Barang dan Jasa I dengan peserta sebanyak 262 orang.
■ Internal Audit Refreshment bagi Eselon II dengan peserta sebanyak 74 orang.
■ Internal Audit Refreshment bagi Eselon III dan Korwas dengan peserta
sebanyak 326 orang.
■ Audit Pengadaan Barang dan Jasa II dengan peserta sebanyak 871 orang.

Rencana ke depan, MOOC akan menjadi model pembelajaran bukan hanya untuk
pegawai BPKP, namun juga seluruh APIP.

c. Video C onference dalam rangka K now ledge Sharing BPKP dan Central
C o ordinating A g en cy (CCA) Bhutan

Dalam menjalankan fungsi audit internal, CCA for Internal Auditor, Ministry of
Finance, Royal Government of Bhutan - mengalami berbagai tantangan, seperti
kurangnya pemahaman stakeholder atas fungsi internal audit, terbatasnya program
138 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

pelatihan, kurangnya SDM, dan jenjang karir yang belum terpetakan. Atas kondisi
tersebut, CCA Bhutan tertarik melakukan kolaborasi dengan BPKP guna
meningkatkan kualitas pengawasan intern di negaranya.

Gambar 3.59. Video Conferences BPKP dan CCA Bhutan dalam rangka knowledge sharing

Pada tanggal 21 Mei 2019, bertempat di Kantor Pusat BPKP, Kedua lembaga
melakukan gelaran video conference sebagai bentuk sharing knowledge
pelaksanaan pengawasan internal di masing-masing negara. Capacity building
untuk meningkatkan kualitas pengawasan intern menjadi tema besar kerja sama
antara BPKP dan CCA Bhutan. Kegiatan diakhiri dengan MoU yang diwakili oleh
Menteri Keuangan Bhutan dan Plt.Kepala BPKP.

Gambar 3.60. MoU


Kerjasama BPKP dan
CCA Bhutan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 139


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

d. Kerjasama BPKP dan Korean Development Institute (KDI) melalui knowledge


Sharing Program

BPKP dan KDI berbagi best practices penyelenggaraan good governance di kedua
negara. Tiga topik yang menjadi bahasan, yaitu capacity building policy,
strengthening goverment risk management, dan case study for audit process in e-
finance system . Kerjasama tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
pemerintah melalui penguatan fungsi audit internal.

Gambar 3.61. BPKP menerima Head of Korean Development Institute, 11 Juli 2019

e. Studi Banding A ssociation o f G overnm ent In tern al A u ditors (AGIA) Filipina ke


BPKP

AGIA adalah non-govemment organization (NGO) yang terdiri dari auditor internal
pada sektor pemerintahan dan perusahaan negara di Filipina. Berfokus pada
pengembangan profesi auditor internal, AGIA bermaksud untuk melakukan studi
banding internal audit best practices di Indonesia. Melalui diskusi dan studi lapangan,
rombongan berharap untuk mendapat masukan dalam membangun struktur lembaga
audit internal pemerintah yang kokoh di negaranya.

140 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.62. Kepala BPKP menerima kunjungan studi Banding delegasi


AGIA Filipina, 20 Juni 2019

f. Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Tahun 2019

Dalam rangka terus memperkuat peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah


(APIP), BPKP menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
Pengawasan Intern Pemerintah tahun 2019, dengan tema "Penguatan APIP dalam
Mengawal Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan yang Berkualitas”. Kegiatan
tersebut secara langsung dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla sekaligus
bertindak sebagai Keynote Speaker.

Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah 2019 dihadiri oleh para peserta yang
terdiri dari para Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian/
Lembaga/ Pemda, Auditor BPKP, Aliansi Auditor Internal Indonesia, Sekretaris
Jenderal Kementerian/ Lembaga, dan Sekretaris Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota
yang seluruhnya berjumlah 1200 peserta.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menyampaikan bahwa pengawasan merupakan


elemen penting dari sistem pemerintahan, karena tanpa adanya pengawasan,
pelaksanaan pemerintahan tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Anggaran
pemerintah setiap 10 tahun mengalami peningkatan hingga 2 kali besarnya, bahkan
alokasi anggaran tersebut sampai ke desa, sehingga pengawasan yang dilakukan
menjadi semakin luas. Oleh karena itu, Aparat Pengawawasan seperti Inspektorat
dan BPKP harus lebih cermat dalam melakukan pengawasan. Pengawasan sebagai
bentuk pencegahan dinilai lebih penting sehingga APIP harus semakin berkerja
keras.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 141


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

■■■ < J . r ’r
RAKORNAS
r*«*« i* ^ '- V

Gambar 3.63.
Pembukaan Rapat
Koordinasi
Nasional
Pengawasan
(Rakornaswas)
HOTEL BIDAKARA - JA Tahun 2019
Tanggal 21 Maret
2019 di Hotel
Bidakara, Jakarta

142 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Menteri Keuangan
menjadi pembicara
pada kegiatan
Rakornaswas
Tahun 2019
Tanggal 21 Maret W AL AKUNTABILITAS
2019 di Hotel
Bidakara, Jakarta
YANG B ER KU ALjaS”

BPKP - Laporan Kinerja 2019 143


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

g. Peningkatan kompetensi Teknis Pengawasan


1) Workshop Pengembangan Budaya Organisasi/ Korporasi Anti Korupsi
Workshop diikuti oleh Kepala Sub Direktorat dan Auditor di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi dengan narasumber dari Kolaborasi Integritas Nasional.
Penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi,
pemahaman dan pengetahuan auditor pada Kedeputian Bidang Investigasi
terkait budaya organisasi anti korupsi.

2) Workshop Dasar-Dasar Intelligence


Maksud dan tujuan penyelenggaraan Workshop Dasar-Dasar Intelligence
adalah untuk mendukung strategi preventif dan represif dalam pemberantasan
korupsi.

3) Workshop Microsoft Power BI

Microsoft Power BI adalah software intelligence bisnis bentukan Microsoft yang


berguna untuk mengolah data lebih detail dan menampilkan dengan baik dan
interaktif. Aplikasi ini dapat memvisualisasikan data yang telah di-input atau
data yang sudah terkoneksi oleh sistem ketiga. Microsoft Power BI membantu
menganalisa data seperti dashboard , report, dan datasets .

2. Penghargaan
Di samping kinerja sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kinerja BPKP, dalam
tahun 2019, BPKP berhasil meraih penghargaan/pengakuan atas kinerjanya sebagai
berikut:

1) Penghargaan untuk K/L yang meraih opini W TP untuk Laporan Keuangan Tahun
2014 - 2018.
BPKP meraih Opini W ajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-turut sejak 2008
sampai dengan tahun 2019. Prestasi ini tetap bisa dipertahankan selama ini atas
upaya dan kerja sama dari semua pihak yang terkait di lingkungan BPKP. Pada
tahun 2019 BPKP menerima penghargaan dari Kementerian Keuangan sebagai
K/L yang meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan tahun 2014 - 2018.

2) Anugerah Keterbukaan Informasi

BPKP berhasil meraih penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi dengan


kualifikasi "Menuju Informatif” pada kategori Lembaga Negara dan Lembaga
Negara Non Kementerian dari Komisi Informasi Pusat (KIP).

Penghargaan ini diraih atas konsistensi layanan informasi BPKP dari tahun
sebelumnya dimana penilaian meliputi indikator pengumuman informasi publik,
penyediaan informasi publik, pelayanan permohonan informasi publik, pengelolaan
informasi dan dokumentasi serta inovasi layanan informasi.

144 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.64. BPKP menerima penghargaan untuk K/L yang meraih opini WTP untuk
laporan Keuangan Tahun 2014-2018 dari Menteri Keuangan

BPKP - Laporan Kinerja 2019 145


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3.65. BPKP menerima penghargaan untuk K/L dengan kualifikasi "Menuju
Informatif" dari Komisi Informasi Pusat (KIP)

3) Pengelolaan Keuangan Terbaik di Tahun 2018

Pada awal tahun 2019, BPKP menerima penghargaan dari Kementerian


Keuangan berupa plakat atas pencapaian Kinerja Terbaik Pengelolaan Anggaran
Tahun 2018. Adapun penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan
tersebut adalah berdasarkan evaluasi kinerja anggaran dan kinerja pelaksanaan
anggaran. BPKP mendapatkan nilai 100 dan 98,89 untuk dua penilaian diatas.

4) Kementerian Negara/Lembaga Penerima Insentif Atas Pencapaian Kinerja


Anggaran Terbaik Tahun 2019

Insentif diberikan kepada Kementerian Negara/ Lembaga berdasarkan hasil


penilaian atas kinerja anggaran yang memiliki nilai kinerja anggaran terbaik.
BPKP ditetapkan sebagai K/L dengan pengelolaan anggaran terbaik dengan
kategori pagu anggaran kecil (98,14) dan mendapatkan insentif sebesar
Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah) dari Kementerian Keuangan.

146 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

'i* ;» i* i» i* i* ;* i* > i* > lt l* i* i* ifi* i* w * i* i* i* i, K * i, i ,l* * * lv i,r ,;* i* i,i* i* :';* ;* ;* i* iti* ;* itl* l,l* K * i* i* w * it i* i* i* itr* i* itl* r» i* i* > w ij

J
%

PIAGAM PENGHARGAAN i
Menteri 'Keuangan <R$pu6R^ftvConesia
M em berikan Penghargaan Kepada :

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN


Sebagai

P eringkat Satu
I9
5 Kategori Pagu Kecil (<Rp. 2,5 Triliun) I
Kem enterian/Lem baga Dengan Kinerja Pengelolaan Anggaran Terbaik
Tahun Anggaran 2018

Jakarta, 20 Februari 2019


% A,n. Menteri Keuangan,
Direktur Jenderal Perbendaharaan,
1
i
9
A Marwahto Harjowiryono

Gambar 3.66. Piagam penghargaan Menteri Keuangan RI sebagai Peringkat I Kinerja


Pengelolaan Anggaran Terbaik Tahun 2018 kategori Pagu Kecil

5) Bronze Winner Public Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial sub
kategori Lembaga

Penghargaan dari Public Relations Indonesia ini diraih atas peningkatan kinerja
BPKP dalam pengelolaan media sosial resmi baik Instagram, Twitter, Facebook
dan Youtube yang dinilai telah mendukung peningkatan reputasi BPKP dan
Pemerintah pada umumnya.

Gambar. 3.67. Piala Bronze Winner Public Relations Indonesia Awards 2019
kategori Media Sosial sub kategori Lembaga

BPKP - Laporan Kinerja 2019 147


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

6) Silver Winner Insan PR Indonesia 2019


Penghargaan dari Public Relations Indonesia ini diberikan kepada Kepala
Subbagian Komunikasi Publik BPKP dalam kategori Kepala Subbagian Humas.
Penilaian meliputi enam aspek kinerja yaitu relasi dengan pihak eksternal, relasi
dengan pihak internal, relasi dengan media, pengelolaan event, keprotokolan, dan
pengelolaan siaran pers dan konferensi pers.

Gambar. 3.68. Piala Silver Winner Insan PR Indonesia 2019 kategori


Kepala Subbagian Humas

7) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi


Tingkat Lembaga Pemerintah Non-Kementerian

B i
M
s:
>1
■'I
J fj

v -

Gambar 3.69. BPKP menerima BKN Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi Tingkat
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian

148 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

BKN Awards diberikan kepada BPKP yang diwakili oleh Setma BPKP karena
komitmen BPKP dalam meningkatkan kualitas manajemen ASN guna mendukung
pengawasan intern yang handal.

8) BPKP meraih penghargaan “The Most Innovative Institution” dalam penilaian instansi
pembina jabatan fungsional terbaik tahun 2019 yang diselenggarakan oleh
Kementerian PAN dan RB.

Gambar
3.70. BPKP
menerima
penghargaan
“The Most
Innovative
Institution”
dalam
penilaian
instansi
pembina
jabatan
fungsional
terbaik tahun
2019 yang
diselenggara
kan oleh
Kementerian
PAN dan RB

9) Penghargaan perolehan nilai pengawasan eksternal ANRI terhadap BPKP, di mana


BPKP mendapatkan nilai 91,97 dengan predikat "Sangat Memuaskan".

3. Perbaikan perencanaan kinerja pada Tahun 2019


Perbaikan perencanaan kinerja yang dilakukan pada tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan Pohon Kinerja BPKP. Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi evaluasi
SAKIP oleh Kementerian PAN dan RB, pada tahun 2019, BPKP dengan bimbingan
dari Kementerian PAN dan RB telah menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024.

Gambar 3.71.
Pohon Kinerja
BPKP Tahun 2020­
2024

BPKP - Laporan Kinerja 2019 149


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

b. Penyusunan profil indikator kinerja. Sebagai kelanjutan dari penyusunan Pohon


Kinerja, telah disusun profil indikator kinerja yang memuat rumus pengukuran, target
kinerja tahun 2020-2024, dan sumber data kinerja. Pohon kinerja dan profil indikator
kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra BPKP Tahun 2020­
2024.

E. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Realisasi anggaran BPKP tahun 2019 sebesar 1.592.579.258.133,00 atau terserap
97,12% dibandingkan dengan anggaran tahun 2019 sebesar 1.639.811.687.000,00.
Rincian per jenis belanja dan per program dapat dilihat pada tabel 3.55 sampai dengan
tabel 3.57.

Tabel 3.55. Anggaran dan Realisasi Keuangan BPKP Tahun 2019


NO. Uraian ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %
1 BPKP 1.639.811.687.000 1.592.579.258.133 97,12

Tabel 3.56. Anggaran dan Realisasi Keuangan menurut Jenis Belanja


NO. JENIS BELANJA ANGGARAN REALISASI %
1 Belanja Pegawai 990.714.633.000 984.571.870.825 99,38
2 Belanja Barang 561.865.101.000 528.152.397.852 94,00
3 Belanja Modal 87.231.953.000 79.854.989.456 91,54
Jumlah 1.639.811.687.000 1.592.579.258.133 97,12

Tabel 3.57. Anggaran dan Realisasi Keuangan menurut Program


NO. Program ANGGARAN REALISASI %
1 Program Pengawasan 460.453.188.000 426.275.894.119 92,58
Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
(SPIP)
2 Program Dukungan 1.179.358.499.000 1.166.303.364.014 98,89
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya-BPKP
Jumlah 1.639.811.687.000 1.592.579.258.133 97,12

Rincian belanja menurut sasaran strategis dapat dilihat pada lampiran I, sedangkan
menurut sasaran kegiatan pada lampiran III.

150 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong

BPKP - Laporan Kinerja 2019 151


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

M ENTFRI PAN -RB |


1 H EH ( lU Y H t t t t l
\ im F T ' .

152 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

BAB 4
Penutup

Kepala BPKP
menyerahkan laporan
hasil reviu LKJPP tahun
2018 kepada Menteri PAN
dan RB, 17 Mei 2019

BPKP - Laporan Kinerja 2019 153


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

PENUTUP

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP
bertugas membantu Presiden mengawasi pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional, serta memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan. Sesuai dengan
Renstra BPKP periode 2015-2019, pengawasan diarahkan pada beberapa aspek
strategis yaitu: 1) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan APIP Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang bersifat
lintas bidang di RPJMN 2015-2019, 2) Peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP) dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan efisien, dan peningkatan kapabilitas pengawasan intern
melalui peningkatan IACM (InternalAudit Capability Model) APIP yang mampu
mendorong pemantapan penerapan sistem pengendalian intern Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah,dan Korporasi (KLPK), 3) Peningkatan ruang fiskal
negara melalui pengawasan untuk meningkatkan penerimaan negara/ daerah;
pengawasan untuk efisiensi pengeluaran negara/daerah; pengawasan terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset negara/daerah, dan 4) Pengamanan keuangan
negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan clearing house; pengawasan
represif untuk preventif serta pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Untuk menangani aspek-aspek strategis tersebut BPKP menetapkan tiga tujuan dan
sasaran strategis yaitu:

No. Tujuan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja


1 Peningkatan Kualitas Meningkatnya kualitas akuntabilitas
Akuntabilitas Pengelolaan pengelolaan keuangan dan pembangunan
Keuangan dan Pembangunan nasional, dengan satu indikator kinerja yaitu
Nasional yang Bersih dan Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Efektif dan Pembangunan Program Prioritas dalam
Nawacita
2 Peningkatan Efektivitas Meningkatnya maturitas sistem
Penyelenggaraan Sistem pengendalian intern, dengan empat indikator
Pengendalian Intern kinerja yaitu maturitas SPIP K/L, Pemprov,
Pemerintah Pemkab/Kota, dan Efektivitas SPI korporasi
level 3
3 Peningkatan Kapabilitas Meningkatnya kapabilitas pengawasan
Pengawasan Intern Pemerintah intern pemerintah kementerian, lembaga,
yang Profesional dan Kompeten dan pemerintah daerah, dengan tiga
indikator kinerja yaitu kapabilitas APIP K/L,
pemprov, dan Pemkab/Kota level 3

154 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

A. Pencapaian Tujuan BPKP 2015-2019


Tahun 2019 ini merupakan akhir tahun Renstra BPKP 2015-2019, sehingga perlu
dilakukan pengukuran atas pencapaian tujuan BPKP sebagaimana direncanakan
dalam Renstra tahun 2015-2019. Dari hasil pengukuran, pencapaian tujuan BPKP
2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Kesimpulan Pencapaian Tujuan BPKP 2015-2019


Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
(%)
Tujuan 1. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Nasional yang Bersih dan Efektif
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Skala
Keuangan dan Pembangunan Program 3 3 100,00
1-5
Prioritas dalam Nawacita
Tujuan 2. Peningkatan Efektivitas
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
2.1 Persentase K/L/Pemda dengan Maturitas
% 73,49 60,16 81,86
SPIP Level 3
Tujuan 3. Peningkatan Kapabilitas Pengawasan
Intern Pemerintah yang Profesional dan
Kompeten
3.1 Persentase APIP K/L/Pemda dengan
% 72,93 58,03 79,57
Kapabilitas APIP Level 3

B. Pencapaian Kinerja BPKP Tahun 2019


Dari pelaksanaan berbagai aktivitas pengawasan yang dilakukan BPKP pada tahun
2019, dilakukan pengukuran kinerja, dengan hasil sebagaimana pada tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2. Kesimpulan Pencapaian Kinerja BPKP Tahun 2019
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Sasaran Strategis 1. Meningkatnya
Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Skala
Keuangan dan Pembangunan 3 3 100,00 ■
1-5
Program Prioritas dalam Nawacita
Sasaran Strategis 2. Meningkatnya
Maturitas SPIP dan Efektivitas SPI
Korporasi
2.1 Persentase K/L dengan Maturitas
% 85 79,55 93,59 ■
SPIP Level 3
2.2 Persentase Pemerintah Provinsi
% 85 79,41 93,42 ■
dengan Maturitas SPIP Level 3
2.3 Persentase Pemerintah Kabupaten/
% 70 55,51 79,30 ■
Kota dengan Maturitas SPIP Level 3
2.4 Persentase Korporasi dengan
% 85 46,00 54,12 ■
. Efektivitas SPI Level 3

BPKP - Laporan Kinerja 2019 155


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Sasaran Strategis 3. Meningkatnya
Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian, Lembaga dan
Pemda
3.1 Persentase APIP K/L dengan
% 85 68,97 81,14 ■
Kapabilitas Level 3
3.2 Persentase APIP Pemerintah
% 85 70,59 83,05 ■
Provinsi dengan Kapabilitas Level 3
3.3 Persentase APIP Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan Kapabilitas % 70 55,31 79,01 ■
Level 3
Keterangan:
■ = Mencapai/melampaui target
■ = Belum mencapai target, tetapi realisasi kinerja meningkat dari tahun lalu
■ = Belum mencapai target
Uraian ringkas hasil pengukuran dari delapan indikator kinerja BPKP tahun 2019
adalah sebagai berikut:
1) Sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan nasional",diukur berdasarkan indeks AP3N, telah mencapai target,
yaitu realisasi indeks AP3N berada pada skala 3, mencapai 100% dari target tahun
2019 sebesar skala 3.
2) Sasaran strategis“Meningkatnya maturitas SPIP dan Efektivitas SPI Korporasi”
diukur berdasarkan empat indikator kinerja sebagai berikut:
a) Maturitas SPIP K/L (Level 3) belum mencapai target target, namun mengalami
kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 79,55% dari target 85%, dengan
capaian kinerja 93,59%. Jumlah K/L yang mencapai SPIP level 3 mengalami
kenaikan sebanyak 20 K/L.
b) Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi(Level 3) belum mencapai target, nam un
m engalam i kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 79,41% dari target 85%,
dengan capaian kinerja 93,42%. Jumlah Pemprov yang mencapai SPIP level 3
m enga lam i kenaikan se b a n ya k 4 Pem prov.
c) Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) belum mencapai target,
nam un m enga lam i kena ikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 55,51%, dari
target 70%, dengan capaian kinerja 79,30%. Jumlah Pemkab/Kota yang
mencapai SPIP level 3 m enga lam i kenaikan se b a n ya k 53 P em kab/K ota.
d) Efektivitas SPI Korporasi Level 3 belum mencapai target, yaitu realisasi 46%,
dari target 85%, dengan capaian kinerja 54,12%.
3) Sasaran strategis “Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pada
K/L/Pemda”diukur berdasarkan tiga indikator kinerja sebagai berikut:
a) Kapabilitas API P K/L (Level 3) belum mencapai target, namun mengalami
kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 68,97% dari target 85%, dengan
capaian kinerja 81,14%. Jumlah APIP K/L yang mencapai kapabilitas level 3
mengalami kenaikan sebanyak 20 APIP.
b) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) belum mencapai target, namun
mengalami kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 70,59%, dari target 85%,
dengan capaian kinerja 83,05%.

156 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

c) Kapabilitas API P Pemerintah Kabupaten/ Kota (Level 3) belum mencapai


target, namun mengalami kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 55,31%, dari
target 70%, dengan capaian kinerja 79,01%.

Walaupun berbagai strategi dan upaya telah dilakukan BPKP untuk mencapai kinerja
tahun 2019, beberapa indikator kinerja belum dapat mencapai target, karena adanya
kendala-kendala sebagai berikut:

1) Penyediaan anggaran dalam rangka peningkatan maturitas SPIP dan kapabilitas


APIP K/L masih perlu dioptimalkan.
2) Peran APIP K/L dalam implementasi SPIP yaitu memberikan keyakinan yang
memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan
dan memberikan peringatan dini, dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, masih perlu
dioptimalkan.
3) K/L belum melakukan identifikasi risiko, menyusun rencana tindak pengendalian
(RTP), maupun updating RTP.
4) Keterbatasan jumlah dan kualitas asesor pemerintah daerah untuk melakukan
penilaian maturitas SPIP.
5) Luasnya lingkup penilaian Maturitas SPIP mengakibatkan proses peningkatan
level maturitas SPIP menjadi level 3 tidak dapat dicapai dalam waktu singkat.
6) Terbatasnya kuantitas dan kualitas SDM APIP K/L, tercermin dari adanya APIP
K/L yang pegawainya belum bersertifikasi auditor, dan terbatasnya kemampuan
SDM APIP dalam melaksanakan audit ketaatan pada area yang high risk.
7) Terbatasnya kemampuan SDM APIP dalam menerapkan perencanaan
pengawasan berbasis risiko dan mengelola kualitas pengawasan intern melalui
reviu berjenjang sebagai penerapan kendali mutu secara berkesinambungan.
8) Kondisi APIP K/L yang antara lain struktur organisasi, jumlah dan kualitas SDM
menjadi hambatan yang memerlukan waktu bagi APIP K/L untuk melakukan
perbaikan.
9) Kurangnya jumlah SDM BPKP untuk memantau dan mendampingi tindak lanjut
dari action plan perbaikan area of improvement SPIP dan IACM.

C. Strategi Tahun 2020


Strategi BPKP ke depan (2020) untuk meningkatkan capaian kinerja BPKP yaitu:

a. Peningkatan Indeks AP3N


1) Memperkuat kerangka regulasi implementasi ATPN bagi K/L Koordinator dan
Pelaksana Program Prioritas Nasional.
2) Meningkatkan efektivitas implementasi regulasi ATPN melalui
penyelenggaraan forum dan MoU bersama antara BPKP dengan Bappenas,
Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator.
3) Meningkatkan efektivitas implementasi Tata Kelola Program Pembangunan
Prioritas melalui penyusunan Modul Implementasi dan Bimtek ATPN untuk
K/L Pelaksana Program Prioritas.
4) Meningkatkan konvergensi perencanaan pengawasan lintas sektoral melalui
penyusunan desain pengawasan yang terpadu dan sesuai dengan konstruksi
program pembangunan.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 157


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

b. Peningkatan maturitas SPIP


1) Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 maturitas
SPIP, dan Manajemen Risiko sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau
dokumen perencanaan lainnya.
2) Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum
untuk mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.
3) Pembinaan pengelolaan risiko pada K/L/Pemda.
4) Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement
SPIP.

c. Peningkatan Kapabilitas APIP


1) Pengembangan dan implementasi beberapa alternatif metodologi dan tools
pengawasan, antara lain joint audit, dan joint supervisi.
2) Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 Kapabilitas
APIP sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau dokumen perencanaan
lainnya.
3) Pengembangan dan implementasi Continuous Audit Continuous Monitoring
(CACM).
4) Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit
keinvestigasian) yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara
lain melalui GIA Corporate University dan MOOC.
5) Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement
IACM.
6) Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk pelaksanakan peer review bagi
APIP yang sudah siap menuju level 3.
7) Melaksanakan bimtek penyusunan pedoman audit kinerja bagi APIP yang
belum memiliki dan melaksanakan layanan audit kinerja.
8) Mendorong pelaksanaan audit kinerja sesuai dengan pedoman audit kinerja
bagi APIP yang telah mendapatkan level 2.
9) Mendorong APIP untuk meningkatkan kapabilitas SDM-nya.

D. Kinerja Lain
Dalam rangka memperkuat kompetensi pengawasan intern yang berkelanjutan,
pada tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal Auditor Corporate
University (GIA Corpu). Corporate University merupakan fungsi pembelajaran
yang mempunyai kedudukan strategis dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
induk. Dalam konteks tersebut, Corporate University menjalankan kegiatan
pendidikan dan pengembangan pegawai serta penciptaan pengetahuan bagi
organisasi. Pada tahun 2019 GIA Corpu telah melaksanakan kegiatan antara lain
yaitu: 1) penyusunan rancangan kebijakan GIA Corpu, 2) penyusunan rancangan
materplan GIA Corpu, 3) Penetapan kebijakan Corpu tentang pengembangan
sistem pembelajaran SDM di lingkungan BPKP, 4) grand launching GIA Corpu, 5)
pengembangan e-modul, dan pelaksanaan training need analysis.

158 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

Inovasi pengawasan yang dikembangkan pada tahun tahun sebelumnya yaitu Massive
Open Online Courses (MOOC) telah dijalankan di tahun 2019. MOOC adalah metode
pembelajaran baru yang sepenuhnya berbasis elektronik (Full E-Learning).
Pusdiklatwas BPKP memilih metode ini untuk memenuhi kebutuhan pengembangan
kompetensi bagi setiap PNS, minimal 20 jam pelatihan per tahun. Metode ini didesain
dengan memperhatikan tingkat kesibukan para pejabat dan keterbatasan dana BPKP.
Selama tahun 2019 telah diselenggarakan training dengan metode MOOC sebanyak 5
kali dengan total peserta 1.655 orang yang seluruhnya dari BPKP. Rencana ke depan,
MOOC akan menjadi model pembelajaran bukan hanya untuk pegawai BPKP, namun
juga seluruh APIP.

Di samping kinerja sebagaimana tersebut di atas, beberapa peristiwa penting


mencerminkan pengakuan internasional atas kinerja BPKP, antara lain yaitu:
1. Video Conference dalam rangka Sharing Knowledge BPKP dan Central
Coordinating Agency (CCA) Bhutan. Kegiatan diakhiri dengan MoU yang diwakili
oleh Menteri Keuangan Bhutan dan Pelaksana Tugas Kepala BPKP.
2. Kerjasama BPKP dan Korean Development Institute (KDI) melalui knowledge
Sharing Program. Kerjasama tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
pemerintah melalui penguatan fungsi audit internal.
3. Studi Banding Association of Government Internal Auditors (AGIA) Filipina ke
BPKP. AGIA melakukan studi banding terkait dengan internal audit best practices di
Indonesia.

Pada tahun 2019, BPKP menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan


Intern dengan tema "Penguatan APIP dalam Mengawal Akuntabilitas Keuangan dan
Pembangunan yang Berkualitas” . Kegiatan tersebut secara langsung dibuka oleh
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla sekaligus bertindak sebagai Keynote Speaker.
Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka terus memperkuat peran Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Dalam tahun 2019, BPKP memperoleh sembilan penghargaan yang mencerminkan


pengakuan instansi lain atas kinerja BPKP yaitu:

1) Penghargaan untuk K/L yang meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun
2014 - 2018 dari Menteri Keuangan.
2) Anugerah Keterbukaan Informasi dengan kualifikasi "Menuju Informatif” pada
kategori Lembaga Negara dan Lembaga Negara Non Kementerian dari Komisi
Informasi Pusat (KIP).
3) Penghargaan dari Kementerian Keuangan berupa plakat atas pencapaian Kinerja
Terbaik Pengelolaan Anggaran Tahun 2018 dari Menteri Keuangan.
4) Penghargaan sebagai K/L dengan pengelolaan anggaran terbaik dengan kategori
pagu anggaran kecil dari Menteri Keuangan.
5) Bronze W inner Public Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial
sub kategori Lembaga.
6) Silver W inner Insan PR Indonesia 2019.
7) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi
Tingkat Lembaga Pemerintah Non-Kementerian.
8) Penghargaan "The Most Innovative Institution” dalam penilaian instansi pembina
jabatan fungsional terbaik tahun 2019 dari Kementerian PAN dan RB.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 159


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

9) Penghargaan perolehan nilai pengawasan eksternal ANRI terhadap BPKP, di mana


BPKP mendapatkan nilai 91,97 dengan predikat "Sangat Memuaskan".

Pada tahun 2019 telah dilakukan perbaikan dalam perencanaan kinerja yaitu:

1) Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi evaluasi SAKIP oleh Kementerian PAN
dan RB, pada tahun 2019, BPKP dengan bimbingan dari Kementerian PAN dan
RB telah menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024.
2) Penyusunan profil indikator kinerja. Sebagai kelanjutan dari penyusunan Pohon
Kinerja, telah disusun profil indikator kinerja yang memuat rumus pengukuran,
target kinerja tahun 2020-2024, dan sumber data kinerja. Pohon kinerja dan profil
indikator kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra BPKP
Tahun 2020-2024.

E. Kelanjutan Kinerja 2015-2019 pada Renstra 2020-2024


Kinerja BPKP tahun 2015-2019 masih akan dilanjutkan pada Renstra tahun 2020­
2024. Dalam Renstra BPKP tahun 2020-2024, BPKP menetapkan enam indikator
kinerja, tiga indikator di antaranya merupakan indikator kinerja yang telah digunakan
dalam Renstra tahun 2015-2019, sedangkan tiga lainnya merupakan pengembangan
baru, yaitu:
1) Indeks Manajemen Risiko (pengembangan baru)
2) Indeks Akuntabilitas Tata Kelola Pembangunan Nasional (kelanjutan renstra)
3) Tingkat Maturitas SPIP (kelanjutan renstra)
4) Tingkat Kapabilitas APIP (kelanjutan renstra)
5) Komposit Akuntabilitas Kinerja Korporasi (pengembangan baru)
6) Indeks Efektivitas Pencegahan Korupsi (pengembangan baru)

Dalam Renstra 2020-2024, BPKP bercita-cita menjadi Trusted Advisor bagi Presiden
dan Pemangku Kepentingan Utama Lainnya. Peran BPKP dalam assurance and
Consulting activities telah menempatkan BPKP sebagai mitra strategis K/L/Pemda/
Korporasi dalam mencapai tujuannya. Sebagai trusted advisor, BPKP berkomitmen
untuk terlibat aktif sebagai pemberi saran yang terpercaya melalui komunikasi yang
efektif, hubungan yang kuat, dan kemauan untuk berkembang bersama organisasi,
sehingga dapat mendorong perubahan yang positif dalam organisasi.

Realisasi anggaran BPKP tahun 2019 sebesar Rp1.592.579.258.133,00 atau terserap


97,12% dibandingkan dengan anggaran tahun 2019 sebesar
Rp1.639.811.687.000,00.

Demikian laporan kinerja ini, semoga dapat memberikan informasi bagi stakeholder
BPKP dan bahan evaluasi bagi BPKP guna merumuskan strategi yang tepat dalam
mendukung pencapaian kinerja BPKP.

160 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutui

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong

BPKP - Laporan Kinerja 2019 161


KILAS PERISTIWA 2019

JANUARI

B P K P d a n K e m e n te ria n P A N R B R a k o rn a s P e n g a w a s a n In te rn
L u n c u rk a n S IM D A S A K IP . P e m e r in ta h T a h u n 2 0 1 9 .
SIMDA SAKIP ini diluncurkan Rakornas dibuka oleh Wakil
Launching tig a in o v a s i te r b a ru sebagai upaya meningkatkan Presiden RI Jusuf Kalla yang
BPKP. akuntabilitas kinerja, efektivitas, diawali dengan arahan selaku
Kepala BPKP didampingi segenap dan efisiensi penggunaan Keynote Speech, serta
jajaran pimpinan melakukan anggaran di lingkungan pemerintah menghadirkan para narasumber
launching tiga inovasi terbaru BPKP, daerah. Menteri Dalam Negeri, Menteri
yaitu Library Cafe, Buku Kapita Keuangan, Menteri
Selekta CoE, dan Aplikasi Payklik MARET Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, Menteri
Perencanaan Pembangunan
Nasional, serta Menteri
Komunikasi dan Informatika

APRIL

D ik la t A u d it In v e s tig a s i u n tu k W o r k s h o p S is te m In fo rm a s i B in a
A u d ito r In s p e k to r a t d i w ila y a h J a b a ta n A u d ito r B e rk u a lita s
P ro v in s i K a lim a n ta n T im u r. (S IB IJ A K ).
Pembukaan dihadiri oleh Deputi workshop ini diselenggarakan
Kepala BPKP Bidang Investigasi sebagai bentuk perwujudan fungsi
Iswan Elmi. Diklat dilaksanakan BPKP sebagai pembina JFA
selama 5 hari yang diikuti oleh berdasarkan p P No.11 Tahun
Peserta dari Inspektorat Provinsi/ 2017.
Kabupaten/ Kota di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur.
B P K P R a ih P e n g h a rg a a n a ta s
FEBRUARI P e r o le h a n S e r tifik a s i Q IA
T e rb a n y a k .
Yayasan Pendidikan Internal Audit
rakornas (YPIA) memberikan penghargaan
PflWSANMN kepada BPKP sebagai instansi
yang memperoleh Sertifikasi QIA
Terbanyak Tahun 2018/2019, yaitu
lima puluh orang berhasil
memperoleh sertifikat QIA
“ E v a lu a s i Im p le m e n ta s i S is te m
T a t a K e lo la K e u a n g a n D e s a
D e n g a n A p lik a s i S is k e u d e s V e r s i
2 .0 d i K a b u p a te n M a la n g ” .
B P K P m e ra ih P e n g h a rg a a n d a ri Narasumber dalam workshop
M e n te ri K e u a n g a n . tersebut, di antaranya Anggota
BPKP terbaik dalam Pengelolaan Komisi XI DPR RI Andreas Edy
Anggaran Tahun 2018 dalam Susetyo, Kepala BPKP Ardan Adi
kategori pagu kecil (< Rp 2,5 Triliun). Perdana, dan Kepala Perwakilan
BPK RI Provinsi Jawa Timur Harry
Purwaka.

162 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


B e la ja r A u d it In te rn a l Best
C e k F is ik P e m b a n g u n a n P L T U K a ji K e rja S a m a , B P K P d a n
Practice di In d o n e s ia , A G IA
A n g g r e k G o r o n ta lo . B h u ta n K e m b a li G e la r Video
F ilip in a K u n ju n g i B P K P .
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Conference.
“Magandang umaga,” sapa Kepala
Gorontalo, Supriyadi, didampingi BPKP kembali menggelar video
BPKP Ardan Adiperdana kepada
oleh Tim Audit, melakukan cek fisik conference dengan Central
pimpinan delegasi Association of
terhadap Pembangunan Pembangkit Coordinating Agency (CCA) for
Government Internal Auditors
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Internal Auditor, Ministry of
(AGIA) Filipina. Rombongan yang
Gorontalo (Anggrek) 2 X 25 MW di Finance , Royal Government of
dipimpin oleh Josie Jane selaku
Desa Ilangata, Kecamatan Anggrek, Bhutan di Kantor Pusat BPKP.
President of AGIA ini, melakukan
Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Kegiatan yang dipandu oleh World studi banding internal audit best
Gorontalo. Bank ini membahas butir-butir practices di Indonesia melalui
perjanjian yang akan diatur dalam BPKP.
dokumen perjanjian.
MEI
UKAND LAUli
Government Internal Audit C
L ^Memperkuat Kompetensi F
^ " rkelanjutan Melalui Gove
' irporate University (G

R a p a t k e rja B P K P .
L a u n c h in g G IA C o rp u .
Dengan materi Evaluasi Kinerja
Peresmian dilakukan oleh Rektor Pengawasan sampai dengan Mei
GIA Corpu sekaligus Kepala BPKP 2019, Pohon Kinerja Renstra
B P K P A w a s i P ro s e s P e n g g a n tia n
Ardan Adiperdana. Inovasi GIA 2020-2024, Konvergensi
T o g o d a n K e lo n g d i P S N T e rm in a l
Corpu menjadi sebuah Perencanaan Program Tahun
K ijin g M e m p a w a h .
kebanggaan sekaligus tantangan 2020, dan Evaluasi Kinerja
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi bagi BPKP untuk menjadi salah
Kalimantan Barat Raden Suhartono Penyelenggaraan SPIP & RB di
satu Corpu terdepan di sektor BPKP.
beserta Koordinator Pengawasan publik pada tahun 2024.
(Korwas) Bidang Akuntan Negara
Husin Gasim dan rombongan JULI
mengunjungi Proyek Strategis JUNI
Nasional (PSN) Terminal Kijing,
Kabupaten Mempawah, guna
melakukan reviu atas rencana
penggantian Togo dan Kelong pada
PSN Pembangunan Terminal Kijing
Mempawah.
Rombongan didampingi Hardi
selaku Head of Project Terminal
Kijing PT. Pengembang Pelabuhan
Indonesia melakukan tinjauan awal W-'mA U.
dengan mengelilingi perairan di
M e d ia s i H K P
sekitar proyek Terminal Kijing dan B P K P m e ra ih o p in i W T P ke-11 P e m in d a h ta n g a n a n B M D K o ta
Pulau Temajuk s e c a r a b e rtu ru t-tu r u t. S o lo k d a n K a b . S o lo k .
Kepala BPKP Ardan Adiperdana Kepala Perwakilan BPKP Provinsi
menerima Laporan Hasil Sumatera Barat memimpin rapat
Pemeriksaan atas Laporan mediasi HKP. Hadir Walikota
Keuangan BPKP tahun 2018 Solok Zul Elfian dan Asisten
dengan Opini WTP dari Anggota III Koordinasi Bidang Ekbangkesra
BPK RI Akhsanul Qosasih. Pemkab Solok, Medison.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 163


BÉ'QSXbI S
S BISN
ENG
'K1N

F in a l M e e tin g K e rja S a m a B P K P
d a n Korea Development Institute. R a p a t K e rja b e rs a m a K o m is i X I
F o r u m In v e s tig a s i, A ja n g D is k u s i
Menutup proyek kerja sama selama d a n E v a lu a s i B id a n g In v e s tig a s i. D P R RI di G e d u n g N u s a n ta r a I.
satu tahun bersama Korea Forum ini digelar sebagai sarana Komisi XI DPR RI menyetujui Pagu
Development Institute (KDI), BPKP diskusi dan evaluasi pelaksanaan Anggaran BPKP dalam RAPBN
menyelenggarakan final meeting di tugas-tugas keinvestigasian guna Tahun 2020.
Kantor Pusat BPKP. Sebelumnya, penguatan kelembagaan, proses
tim delegasi KDI menyempatkan bisnis, dan kompetensi di bidang
diri untuk bergabung dalam sharing keinvestigasian.
session yang sedang berlangsung
di Library Café BPKP.

B P K P R a ih P e n g h a rg a a n B K N
A w ard s 2019.
BPKP mendapatkan penghargaan
R a p a t D e n g a r P e n d a p a t (R D P ) BKN Awards 2019 Kategori
K o m is i IX D P R RI d e n g a n D e w a n Penilaian Kompetensi Tingkat
Kick Off M e e tin g Penyusunan P e n g a w a s (D e w a s ) B P J S Lembaga Pemerintah Non
R e n c a n a S tr a te g is B P K P T a h u n K e te n a g a k e rja a n (B P J S T K ), Kementrian (LPNK).
2 0 2 0 -2 0 2 4 . D JS N , dan B P K P .
Kegiatan tersebut diikuti oleh tim BPKP Beri Saran dalam RDP
penyusun Renstra BPKP dengan
OKTOBER
Pengawasan Pengelolaan
mengundang narasumber dari Investasi.
Kementerian PPN/Bappenas,
Kementerian PAN RB, dan
Kementerian Keuangan. SEPTEMBER

AGUSTUS

A u d it M e la lu i A p lik a s i Open
Source d i E ra D ig ita l 4 .0
13 Acara ini diadakan dengan tujuan
untuk mengenalkan kepada auditor
cara mengaudit data yang besar
B P K P R a ih P e n g h a rg a a n d ari melalui teknologi open source.
S o s ia lis a s i d a n U ji C o b a K e m e n te ria n K e u a n g a n .
S is w a s k e u d e s d i K a b u p a te n BPKP menerima penghargaan dari
B o y o la li. Kementerian Keuangan karena
Uji coba Aplikasi Sistem telah melakukan pengelolaan
Pengawasan Keuangan Desa ini keuangan dengan baik. Dalam hal
sejalan dengan rencana ini, laporan keuangan BPKP
Pemerintah Kabupaten Boyolali selama sebelas tahun berturut-turut
untuk melakukan pengawasan mendapatkan opini WTP.
keuangan desa yang akan
dilakukan oleh Inspektorat
Kabupaten Boyolali.

164 Laporan Kinerja 2019 - BPKP


NOVEMBER DESEMBER

S e m in a r P S IA d a n D is e m in a s i
P u s b in J F A B P K P R a ih The Most
P e d o m a n P e n g a w a s a n In te rn
Innovative Institution.
B e rb a s is R is ik o .
Kementerian PANRB memberikan
BPKP bekerja sama dengan STAR
penghargaan kepada Pusbin JFA
BPKP dan Asian Development
BPKP sebagai instansi pembina
Bank (ADB) menyelenggarakan
jabatan fungsional terbaik.
Seminar Public Sector Internal
Audit (PSIA) dan Diseminasi
Pedoman Pengawasan Intern
Berbasis Risiko (PIBR).

KERJA
<QM!TE IV DPD Rf

S in e rg i B P K P D a la m M e n c a p a i
V is i P e m b a n g u n a n P re s id e n
2 0 2 0 -2 0 2 4
Rapat Kerja BPKP tentang
R a p a t K e rja K o m ite IV D P D RI
kebijakan pengawasan, akan
B ahas P engaw asan K euangan
dijadikan bahan penyempurnaan
D esa. dan penyelesaian kebijakan
BPKP dan Komisi IV DPD RI pengawasan BPKP tahun 2020.
menggelar rapat kerja membahas Pengawasan BPKP tahun 2020
pengelolaan keuangan desa secara tematik difokuskan kepada
melalui Siskeudes. 10 dari 25 program prioritas yang
menjadi concern Presiden

B P K P m e ra ih k u a lifik a s i B a d a n
P u b lik a s i M e n u ju In fo rm a tif.
BPKP menerima Anugerah
Keterbukaan Informasi Badan
Publik dengan Kualifikasi “Menuju
Informatif’ oleh Komisi Informasi
Pusat.

BPKP - Laporan Kinerja 2019 165


Lampiran 1/1 -1
KINERJA SASARAN STRATEGIS
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TAHUN 2018

S a s a ra n D a n a (R p ) S D M (O H )
N o. S tra te g is /S a s a ra n In d ik a to r K in e rja U ta m a S a tu a n T arg e t R e a lis a s i C a p a ia n (% )
P ro g ra m A n g g a ra n (R p ) R e a lis a s i (R p ) % R encana R e a lis a s i %
S a s a ra n S tra te g is IK S S
i Meningkatnya Kualitas Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan
Pengelolaan Keuangan Program Prioritas dalam Nawa Cita
Skala 1-5 3,00 3,00 100,00 186.220.374.000 168.804.888.646 90,65 438.404 400.065 91,25
dan Pembangunan
Nasional

2 Meningkatnya
Maturitas SPIP dan Persentase K/L dengan Maturitas % 85,00 79,55 93,59
Efektivitas SPI SPIP Level 3
Korporasi Persentase Pemerintah Provinsi % 85,00 79,41 93,42
dengan Maturitas SPIP Level 3
44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24
Persentase Pemerintah % 70,00 55,51 79,30
Kabupaten/Kota dengan Maturitas
SPIP Level 3
Persentase Korporasi dengan % 85,00 46,00 54,12
Efektivitas SPI Level 3
3 Meningkatnya
Kapabilitas Persentase APIP K/L dengan % 85,00 68,97 81,14
Pengawasan Intern Kapabilitas Level 3
Pemerintah % 85,00 70,59 83,05
Persentase APIP Pemerintah
Kementerian, Lembaga 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23
Provinsi dengan Kapabilitas Level 3
dan Pemda
Persentase APIP Pemerintah % 70,00 55,31 79,01
Kabupaten/Kota dengan Kapabilitas
Level 3

Jumlah Pengawasan Utama (Sastra 1 s.d. 3) 251.256.377.000 231.490.515.060 92,13 593.097 515.670 86,95

4 Jumlah Dukungan Pengawasan (Pusat-Pusat dan Inspektorat) 209.196.811.000 194.785.379.059 93,11 64.898 64.802 99,85

J u m la h P ro g ra m P e n g a w a s a n In te rn A k u n ta b ilita s K e u a n g a n N e g a ra d a n P e m b in a a n P e n y e le n g g a ra a n
S is te m P e n g e n d a lia n In te rn P e m e rin ta h (S P IP ) 4 6 0 .4 5 3 .1 8 8 .0 0 0 4 2 6 .2 7 5 .8 9 4 .1 1 9 9 2 ,5 8 6 5 7 .9 9 5 5 8 0 .4 7 2 8 8 ,2 2
(P ro g ra m 0 6 )

5 Dukungan Manajemen (Kesettamaan) 1.179.358.499.000 1.166.303.364.014 98,89 75.638 74.311 98,25


J u m la h P ro g ra m D u k u n g a n M a n a je m e n d a n P e la k s a n a a n T u g a s T e k n is L a in n y a -B P K P
1 .1 7 9 .3 5 8 .4 9 9 .0 0 0 1 .1 6 6 .3 0 3 .3 6 4 .0 1 4 9 8 ,8 9 7 5 .6 3 8 74 .31 1 9 8 ,2 5
(P ro g ra m 0 1 )

TOTAL 1 .6 3 9 .8 1 1 .6 8 7 .0 0 0 1 .5 9 2 .5 7 9 .2 5 8 .1 3 3 9 7 ,1 2 7 3 3 .6 3 3 6 5 4 .7 8 3 8 9 ,2 5
Lampiran 11/1-1

PERBANDINGAN REALISASI DAN CAPAIAN OUTCOM E TAHUN 2019 DENGAN TAHUN 2018
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Realisasi Naik / Capaian Naik /


No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan
(Turun) (Turun)
2018 2019 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7=6-5 8 9 10=9-8
Sasaran Strategis
1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Skala 1-5 3,00 3,00 0 100,00 100,00 -
Nasional Nawa Cita

2 Meningkatnya Maturitas SPIP dan


Efektivitas SPI Korporasi Persentase K/L dengan Maturitas SPIP Level 3 % 58,14 79,55 21,41 105,71 93,59 (12,12)

Persentase Pemerintah Provinsi dengan


% 67,65 79,41 11,76 112,75 93,42 (19,33)
Maturitas SPIP Level 3

Persentase Pemerintah Kabupaten/Kota


% 45,08 55,51 10,43 100,18 79,30 (20,88)
dengan Maturitas SPIP Level 3

Persentase Korporasi dengan Efektivitas SPI


% 51,90 46,00 (5,90) 103,80 54,12 (49,68)
Level 3

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Persentase APIP K/L dengan Kapabilitas Level


Intern Pemerintah Kementerian, Lembaga % 47,06 68,97 21,91 84,04 81,14 (2,90)
3
dan Pemda Persentase APIP Pemerintah Provinsi
% 58,82 70,59 12 79,49 83,05 3,56
dengan Kapabilitas Level 3

Persentase APIP Pemerintah Kabupaten/Kota


% 42,72 55,31 12,59 83,76 79,01 (4,75)
dengan Kapabilitas Level 3
Lampiran III /1 - 2

CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DAN ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA (DANA DAN OH)
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TAHUN 2019

P enggunaan P enggunaan
D ana (Rp) SDM (OH)
Dana SDM/OH
No. S asaran K egiatan In d ik a to r K in e rja K egiatan S atuan Target R ealisasi
S tra te g is /P ro g ra m (%)
0/ 0/ E fisie n / E fisie n /
Target R ealisasi /0 Target R ealisasi /0
T id a k E fisie n T id ak E fisien

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Meningkatnya Kualitas Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.732 2.017 116,45 32.197.422.000 31.015.675.587 96,33 94.699 71.747 75,76
Akuntabilitas Hasil Pengawasan Pengawasan Proyek
Pengelolaan Proyek Strategis dan Strategis dan Prioritas
Keuangan dan Prioritas Presiden Presiden
Pembangunan
Nasional Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 4.280 4.967 116,05 122.666.453.000 107.368.732.658 87,53 284.327 287.588 101,15
Hasil Pengawasan Pengawasan Pembangunan
Pembangunan Prioritas Prioritas Nasional
Nasional Perwakilan
Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 257 260 101,17 10.000.000.000 9.739.301.111 97,39 15.619 10.542 67,49
Hasil Pembinaan Pembinaan Penerapan
Penerapan SIMDA SIM DA Integrasi
Integrasi
Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 538 555 103,16 13.750.000.000 13.349.824.912 97,09 27.512 19.586 71,19
Hasil Pengawasan Pengawasan Dana Desa
Dana Desa

Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 220 221 100,45 7.606.499.000 7.331.354.378 16.247 10.602 65,26
Hasil Pengawasan atas Pengawasan atas
Pengelolaan dan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
Keuangan Dana Pemilu Keuangan Dana Pemilu
Tahun 2019 Tahun 2019

Ju m la h S astra 1 7.027 8.020 114,13 186.220.374.000 168.804.888.646 90,65 438.404 400.065 91,25 E fisie n E fisien
2 Meningkatnya Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.541 1.707 110,77 44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24
Maturitas SPIP dan Hasil Penyelenggaraan Pembinaan SPIP BPKP
Efektivitas SPI SPIP
Korporasi

Ju m la h s a s tra 2 1.541 1.707 110,77 44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24 E fisie n E fisien
3 Meningkatnya Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.300 1.347 103,62 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23
Kapabilitas Hasil Pembinaan Peningkatan Kapabilitas
Pengawasan Intern Kapabilitas APIP APIP BPKP
Pemerintah
Kementrian Lembaga
dan Pemda

Ju m la h S astra 3 1.300 1.347 103,62 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23 E fisie n E fisien

Ju m la h P engaw asan U tam a (S astra 1 s.d. 3) 9.868 11.074 112,22 251.256.377.000 231.490.515.060 92,13 593.097 515.670 86,95
Lampiran III/ 2 - 2

CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DAN ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA (DANA DAN OH)
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TAHUN 2019

P enggunaan P enggunaan
D ana (Rp) SDM (OH)
Dana SDM/OH
No. S asaran K egiatan In d ik a to r K in e rja K egiatan S atuan Target R ealisasi
S tra te g is /P ro g ra m (%)
0/ 0/ E fisie n / E fisie n /
Target R ealisasi /0 Target R ealisasi /0
T id a k E fisie n T id ak E fisien

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
4 Jumlah Dukungan Pengawasan (Pusat-Pusat dan Inspektorat) Layanan 1 1 100,00 209.196.811.000 194.785.379.059 93,11 64.898 64.802 99,85 E fisie n E fisien

Ju m la h P ro g ra m P engaw asan Intern A k u n ta b ilita s K eua nga n N egara dan P em binaan


460.453.188.000 426.275.894.119 92,58 657.995 580.472 88,22
P enye le ngg ara an S is te m P eng end alian Intern P e m e rintah (SPIP) (P ro g ra m 06)

5 Dukungan Manajemen (Kesettamaan) Layanan 1 1 100,00 1.179.358.499.000 1.166.303.364.014 98,89 75.638 74.311 98,25 E fisie n E fisien

Ju m la h P ro g ra m D u kun gan M anajem en da n P elaksanaan T ugas T e kn is Lainnya-B P K P


1 1 100,00 1.179.358.499.000 1.166.303.364.014 98,89 75.638 74.311 98,25
(P ro g ra m 01)

TO TAL 1.639.811.687.000 1.592.579.258.133 97,12 733.633 654.783 89,25


Lampiran IV / 1 -1

PERBANDINGAN REALISASI DAN CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2018 DENGAN TAHUN 2019
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Realisasi Capaian Naik /


No. Sasaran Strategis Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Naik / (Turun)
2018 2019 2018 2019 (Turun)
1 2 3 4 5 6 7 8=7-6 9 10 11=10-9
1 Meningkatnya Kualitas Tersedianya informasi hasil Hasil Pengawasan
Akuntabilitas pengawasan dalam
Pengelolaan Keuangan mencapai perbaikan Laporan 10.076 8.020 (2.056,00) 133,39 114,13 (19,26)
dan Pembangunan tatakelola keuangan negara
Nasional

2 Meningkatnya Kualitas Tersedianya informasi hasil Pembinaan SPIP BPKP


Akuntabilitas pengawasan dalam
Pengelolaan Keuangan mencapai perbaikan sistem
dan Pembangunan pengendalian intern Laporan 1.285 1.707 422,00 123,20 110,77 (12,43)
Nasional pengelolaan keuangan
negara

3 Meningkatnya Tersedianya informasi hasil Peningkatan Kapabilitas


Kapabilitas Pengawasan pengawasan dalam APIP BPKP
Intern Pemerintah mencapai peningkatan Laporan 1.499 1.347 (152,00) 123,17 103,62 (19,55)
K/L/Pemda kapabilitas APIP

4 Meningkatnya Kualitas Tersedianya Dukungan Dukungan Pengawasan Layanan 1 1 - 100,00 100,00 -


Layanan Dukungan Manajemen dan Teknis
Teknis Pengawasan Lainnya Dukungan Manajemen Layanan 1 1 - 100,00 100,00 -
Lampiran V/ 1 -1

H A S IL P E N G U K U R A N IN D E K S A P 3N
TA H U N 2019

Perencanaan- Pelaksanaan- Pelaporan-


Indeks Kebijakan Pengawasan
No Program/ Kegiatan Prioritas Penganggaran Penatausahaan Pertanggungjawaban
AP3N
Bobot Skor Bobot Skor Bobot Skor Bobot Skor Bobot Skor
1 Program Prioritas Percepatan Pengurangan 70,67 22% 0,17 25% 0,215 15% 0,115 15% 0,092 23% 0,115
Kemiskinan dengan fokus pada Kegiatan
Prioritas Penguatan Pelaksanaan Bantuan
Sosial Tepat Sasaran

2 Program Prioritas Peningkatan Pelayanan 60,92 22% 0,12 25% 0,135 15% 0,113 15% 0,107 23% 0,135
Kesehatan dan Gizi Masyarakat dengan
fokus pada Kegiatan Prioritas Percepatan
Penurunan S tu n tin g

3 Program Prioritas Peningkatan Konektivitas 67,86 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,107 15% 0,078 23% 0,158
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

4 Program Prioritas Percepatan 59,82 22% 0,1325 25% 0,135 15% 0,0815 15% 0,1067 23% 0,1425
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Desa
dengan fokus pada Kegiatan Prioritas
Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah
Daerah dan Desa dalam Pengelolaan
Keuangan dan Aset Pemerintahan Desa

5 Program Prioritas Peningkatan Sistem 64,00 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,096 15% 0,078 23% 0,130
Logistik
6 Program Prioritas Percepatan Peningkatan 63,07 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,094 15% 0,078 23% 0,123
Ekspor dan Nilai Tambah Industri
Pengolahan
7 Program Prioritas Percepatan Peningkatan 63,67 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,093 15% 0,078 23% 0,130
Keahlian Tenaga Keria
8 Program Peningkatan Produksi, Akses dan 64,23 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,098 15% 0,078 23% 0,130
Kualitas Konsumsi Pangan
R ata-rata 6 4,28 0,138 0,186 0,100 0,087 0,133
Lampiran VI/ 1 - 2
TINGKAT MATURITAS SPIP KEMENTERIAN/ LEMBAGA
Tahun 2019

Maturitas SPIP
Deputi Pembina/
No
Nama Pemerintah Kementerian/ Lembaga Blm Dinilai < Level 1 Level 2 > Level 3

M itra K e d e p u tia n P e r e k o n o m ia n d a n K e m a ritim a n


1 Kementerian Keuangan V
2 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) V
3 Kementerian Perdagangan V
4 Badan Pusat Statistik V
5 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral V
6 Kementerian Pariwisata V
7 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) V
8 Kementerian Kelautan dan Perikanan V
9 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan V
10 Kementerian PPN/Bappenas V
11 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
V
12 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) V
13 Kementerian Pertanian V
14 Kementerian Perindustrian V
15 Kementerian Perhubungan V
16 Kementerian Tenaga Kerja V
17 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian V
18 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahanan Rakyat V
19 Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah V
20 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN V
21 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) V
22 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) V
23 Otorita Batam (BP BATAM) V
24 Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura V
25 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman V
26 Badan Ekonomi Kreatif V
27 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Sabang V
Sub Jumlah - 1 5 21
M itra K e d e p u tia n P o lh u k a m P M K
28 Kementerian Pertahanan V
29 Kementerian Kesehatan V
30 Kementerian Koord. Bid. Polhukam V
31 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak V
32 Badan Intelijen Negara V
33 Badan Siber dan Sandi Negara V
34 Dewan Ketahanan Nasional V
35 Perpustakan Nasional V
36 Kementerian Kominfo V
37 Lembaga Ketahanan Nasional V
38 BKKBN V
39 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme V
40 Badan Keamanan Laut V
41 Majelis Permusyawaratan Rakyat V
42 Dewan Perwakilan Rakyat V
43 Badan Pemeriksa Keuangan V
Lampiran VI/ 2 - 2
Maturitas SPIP
No
Nama Pemerintah Kementerian/ Lembaga Blm Dinilai < Level 1 Level 2 > Level 3
44 Mahkamah Agung V
45 Kejaksaan Agung V
46 Kementerian Hukum dan HAM V
47 Kepolisian Negara RI V
48 Badan Narkotika Nasional V
49 Komisi Nasional HAM V
50 Mahkamah Konstitusi V
51 Komisi Pemberantasan Korupsi V
52 Dewan Perwakilan Daerah V
53 Komisi Yudisial V
54 Ombudsman RI V
55 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan V
56 Kementerian Agama V
57 Kementerian Koordinator Bidang PMK V
58 Kementerian Sosial V
59 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan V
60 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi V
61 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia V
62 Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional V
63 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi V
64 Badan Tenaga Nuklir Nasional V
65 Badan Pengawas Tenaga Nuklir V
66 Badan Informasi Geospasial V
67 Badan Standarisasi Nasional V
68 Badan Nasional Penanggulangan Bencana V
69 Badan Pengawas Obat dan Makanan V
70 Badan SAR Nasional V
71 Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) V
72 Kementerian Pemuda dan Olahraga V
73 Lembaga Administrasi Negara (LAN) V
74 Badan Kepegawaian Negara (BKN) V
75 Komisi Pemilihan Umum (KPU) V
76 Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) V
77 Kementerian Luar Negeri V
78 Kementerian Sekretariat Negara V
79 Sekretariat Kabinet V
80 Kementerian PAN-RB V
81 Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) V
82 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) V
Sub Jumlah 2 1 7 45
M itra K e d e p u tia n P P K D
83 Kementerian Dalam Negeri V
84 Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi V
85 Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) V
Sub Jumlah - - 2 1
M itra K e d e p u tia n A k u n ta n N e g a ra
86 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) V
87 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) V
88
Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (TVRI) V
Sub Jumlah - - - 3
J u m la h 2 2 14 70
Lampiran VII/ 1 - 1

TINGKAT MATURITAS SPIP PEMERINTAH PROVINSI


Tahun 2019

Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Provinsi
Level 1 Level 2 Level 3
Sumatera 0 3 7
1 Provinsi Aceh V
2 Provinsi Sumatera Utara V
3 Provinsi Sumatera Barat V
4 Provinsi Riau V
5 Provinsi Kepulauan Riau V
6 Provinsi Jambi V
7 Provinsi Sumatera Selatan V
8 Provinsi Bengkulu V
9 Provinsi Bangka Belitung V
10 Provinsi Lampung V
Jawa 0 0 6
11 Provinsi Banten V
12 Provinsi DKI Jakarta V
13 Provinsi Jawa Barat V
14 Provinsi Jawa Tengah V
15 Provinsi DI Yogyakarta V
16 Provinsi Jawa Timur V
Kalimantan 0 0 5
17 Provinsi Kalimantan Barat V
18 Provinsi Kalimantan Tengah V
19 Provinsi Kalimantan Selatan V
20 Provinsi Kalimantan Timur V
21 Provinsi Kalimantan Utara V
Sulawesi 0 1 5
22 Provinsi Sulawesi Utara V
23 Provinsi Gorontalo V
24 Provinsi Sulawesi Barat V
25 Provinsi Sulawesi Tengah V
26 Provinsi Sulawesi Selatan V
27 Provinsi Sulawesi Tenggara V
Bali dan Nusa Tenggara 1 0 2
28 Provinsi Bali V
29 Provinsi Nusa Tenggara Barat V
30 Provinsi NTT V
Maluku dan maluku Utara 0 0 2
31 Provinsi Maluku V
32 Provinsi Maluku Utara V
Papua dan Papua Barat 0 2 0
33 Provinsi Papua V
34 Provinsi Papua Barat V
JUMLAH 1 6 27
Lampiran VIII/ 1 - 11

TINGKAT MATURITAS SPIP PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Tahun 2019

Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
I ACEH
1 Kab. Aceh Barat V
2 Kab. Aceh Barat Daya V
3 Kab. Aceh Besar V
4 Kab. Aceh Jaya V
5 Kab. Aceh Selatan V
6 Kab. Aceh Singkil V
7 Kab. Aceh Tamiang*) V
8 Kab. Aceh Tengah V
9 Kab. Aceh Tenggara V
10 Kab. Aceh Timur V
11 Kab. Bener Meriah V
12 Kab. Bireun*) V
13 Kab. Gayo Lues V
14 Kab. Nagan Raya V
15 Kab. Pidie V
16 Kab. Pidie Jaya V
17 Kab. Simeulue V
18 Kab.Aceh Utara V
19 Kota Banda Aceh V
20 Kota Langsa V
21 Kota Lhokseumawe V
22 Kota Sabang V
23 Kota Subulussalam V
Sub Jumlah 14 9
II SUMATERA UTARA
1 Kab. Asahan V
2 kab. Batu bara V
3 Kab. Dairi V
4 Kab. Deli Serdang V
5 Kab. Humbang Hasundutan V
6 Kab. Labuhan Batu V
7 Kab. Labuhan Batu Selatan V
8 Kab. Labuhan Batu Utara V
9 Kab. Langkat V
10 Kab. Mandailing Natal V
11 Kab. Nias V
12 Kab. Nias Barat V
13 Kab. Nias Selatan V
14 Kab. Nias Utara V
15 Kab. Padang Lawas V
16 Kab. Padang Lawas Utara V
17 Kab. Pakpak Barat V
18 Kab. Samosir V
19 Kab. Serdang Berdagai V
20 Kab. Simalungun V
21 Kab. Tanah Karo V
22 Kab. Tapanuli Selatan V
23 Kab. Tapanuli Tengah V
24 Kab. Tapanuli Utara V
Lampiran VIII/ 2 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
25 Kab. Toba Samosir V
26 Kota Binjai V
27 Kota Gunung Sitoli V
28 Kota Medan V
29 Kota Padang Sidempuan V
30 Kota Pematang Siantar V
31 Kota Sibolga V
32 Kota Tanjung Balai V
33 Kota Tebing Tinggi V
Sub Jumlah 5 22 6
III SUMATERA BARAT
1 Kab. Agam V
2 Kab. Dharmasraya V
3 Kab. Kepulauan Mentawai V
4 Kab. Lima Puluh Kota V
5 Kab. Padang Pariaman V
6 Kab. Pasaman V
7 Kab. Pasaman barat V
8 Kab. Pesisir Selatan V
9 Kab. Sijunjung V
10 Kab. Solok V
11 Kab. Solok Selatan V
12 Kab. Tanah Datar V
13 Kota Bukittinggi V
14 Kota Padang V
15 Kota Padang Panjang V
16 Kota Pariaman V
17 Kota Payakumbuh V
18 Kota Sawahlunto V
19 Kota Solok V
Sub Jumlah - 4 15
IV RIAU
1 Kab. Bengkalis V
2 Kab. Indragiri Hilir V
3 Kab. Indragiri Hulu V
4 Kab. Kampar V
5 Kab. Kuantan Singingi V
6 Kab. Meranti V
7 Kab. Pelalawan V
8 Kab. Rokan Hilir V
9 Kab. Rokan Hulu V
10 Kab. Siak V
11 Kota Dumai V
12 Kota Pekanbaru V
Sub Jumlah 1 2 9
V KEPULAUAN RIAU
1 Kab. Bintan V
2 Kab. Karimun V
3 Kab. Kep. Anambas V
4 Kab. Lingga V
5 Kab. Natuna V
6 Kota Batam V
7 Kota Tanjung Pinang V
Lampiran VIII/ 3 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
Sub Jumlah - - 7
VI JAMBI
1 Kab. Batanghari V
2 Kab. Bungo V
3 Kab. Kerinci V
4 Kab. Merangin V
5 Kab. Muaro Jambi V
6 Kab. Sarolangun V
7 Kab. Tanjung Jabung Barat V
8 Kab. Tanjung Jabung Timur V
9 Kab. Tebo V
10 Kota Jambi V
11 Kota Sungai Penuh V
Sub Jumlah 1 6 4
VII SUMATERA SELATAN
1 Kab. Banyuasin V
2 Kab. Empat lawang V
3 Kab. Lahat V
4 Kab. Muara Enim V
5 Kab. Musi Banyuasin V
6 Kab. Musi Rawas V
7 Kab. Musi Rawas Utara V
8 Kab. Ogan Ilir V
9 Kab. Ogan Komering Ilir V
10 Kab. Ogan Komering Ulu V
11 Kab. OKU Selatan V
12 Kab. OKU Timur V
13 Kab. Penukal A. Lematang Ilir V
14 Kota Lubuk Linggau V
15 Kota Pagar Alam V
16 Kota Palembang V
17 Kota Prabumulih V
Sub Jumlah - 8 9
VIII BENGKULU
1 Kab. Bengkulu Selatan V
2 Kab. Bengkulu Tengah V
3 Kab. Bengkulu Utara V
4 Kab. Kaur V
5 Kab. Kepahiang V
6 Kab. Lebong V
7 Kab. Mukomuko V
8 Kab. Rejang Lebong V
9 Kab. Seluma V
10 Kota Bengkulu V
Sub Jumlah 5 3 2
IX BANGKA BELITUNG
1 Kab. Bangka V
2 Kab. Bangka Barat V
3 Kab. Bangka Selatan V
4 Kab. Bangka Tengah V
5 Kab. Belitung V
6 Kab. Belitung Timur V
7 Kota Pangkal Pinang V
Lampiran VIII/ 4 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
Sub Jumlah 1 4 2
X LAMPUNG
1 Kab. Lampung Barat V
2 Kab. Lampung Selatan V
3 Kab. Lampung Tengah V
4 Kab. Lampung Timur V
5 Kab. Lampung Utara V
6 Kab. Mesuji V
7 Kab. Pesawaran V
8 Kab. Pesisir Barat V
9 Kab. Pringsewu V
10 Kab. Tanggamus V
11 Kab. Tulang Bawang V
12 Kab. Tulang Bawang Barat*) V
13 Kab. Way Kanan V
14 Kota Bandar Lampung V
15 Kota Metro V
Sub Jumlah 2 3 10
XI BANTEN
1 Kab. Lebak V
2 Kab. Pandeglang V
3 Kab. Serang V
4 Kab. Tangerang V
5 Kota Cilegon V
6 Kota Serang V
7 Kota Tangerang V
8 Kota Tangerang Selatan V
Sub Jumlah - - 8
XII DKI JAKARTA

XIII JAWA BARAT


1 Kota Bandung V
2 Kota Banjar V
3 Kota Bekasi V
4 Kota Bogor V
5 Kota Cimahi V
6 Kota Cirebon V
7 Kota Depok V
8 Kota Sukabumi V
9 Kota Tasikmalaya V
10 Kab. Bandung V
11 Kab. Bandung Barat V
12 Kab. Bekasi V
13 Kab. Bogor V
14 Kab. Ciamis V
15 Kab. Cianjur V
16 Kab. Cirebon V
17 Kab. Garut V
18 Kab. Indramayu V
19 Kab. Karawang V
20 Kab. Kuningan V
21 Kab. Majalengka V
22 Kab. Pangandaran V
Lampiran VIII/ 5 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
23 Kab. Purwakarta V
24 Kab. Subang V
25 Kab. Sukabumi V
26 Kab. Sumedang V
27 Kab. Tasikmalaya V
Sub Jumlah 8 4 15
XIV JAWA TENGAH
1 Kota Magelang V
2 Kota Pekalongan V
3 Kota Salatiga V
4 Kota Semarang V
5 Kota Surakarta V
6 Kota Tegal V
7 Kab. Banjarnegara V
8 Kab. Banyumas V
9 Kab. Batang V
10 Kab. Blora V
11 Kab. Boyolali V
12 Kab. Brebes V
13 Kab. Cilacap V
14 Kab. Demak V
15 Kab. Grobogan V
16 Kab. Jepara V
17 Kab. Karanganyar V
18 Kab. Kebumen V
19 Kab. Kendal V
20 Kab. Klaten V
21 Kab. Kudus V
22 Kab. Magelang V
23 Kab. Pati V
24 Kab. Pekalongan V
25 Kab. Pemalang V
26 Kab. Purbalingga V
27 Kab. Purworejo V
28 Kab. Rembang V
29 Kab. Semarang V
30 Kab. Sragen V
31 Kab. Sukoharjo V
32 Kab. Tegal V
33 Kab. Temanggung V
34 Kab. Wonogiri V
35 Kab. Wonosobo V
Sub Jumlah 3 32
XV DIY
1 Kota Yogyakarta V
2 Kab. Bantul V
3 Kab. Gunung Kidul V
4 Kab. Kulon Progo V
5 Kab. Sleman V
Sub Jumlah 5
XVI JAWA TIMUR
1 Kota Batu V
2 Kota Blitar V
Lampiran VIII/ 6 - 11

Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
3 Kota Kediri V
4 Kota Madiun V
5 Kota Malang V
6 Kota Mojokerto V
7 Kota Pasuruan V
8 Kota Probolinggo V
9 Kota Surabaya V
10 Kab. Bangkalan V
11 Kab. Banyuwangi V
12 Kab. Blitar V
13 Kab. Bojonegoro V
14 Kab. Bondowoso V
15 Kab. Gresik V
16 Kab. Jember V
17 Kab. Jombang V
18 Kab. Kediri V
19 Kab. Lamongan V
20 Kab. Lumajang V
21 Kab. Madiun V
22 Kab. Magetan V
23 Kab. Malang V
24 Kab. Mojokerto V
25 Kab. Nganjuk V
26 Kab. Ngawi V
27 Kab. Pacitan V
28 Kab. Pamekasan V
29 Kab. Pasuruan V
30 Kab. Ponorogo V
31 Kab. Probolinggo V
32 Kab. Sampang V
33 Kab. Sidoarjo V
34 Kab.Situbondo V
35 Kab. Sumenep V
36 Kab. Trenggalek V
37 Kab. Tuban V
38 Kab. Tulungagung V
Sub Jumlah 8 30
XVII KALIMANTAN BARAT
1 Kota Pontianak V
2 Kota Singkawang V
3 Kab. Bengkayang V
4 Kab. Kapuas Hulu V
5 Kab. Kayong Utara V
6 Kab. Ketapang V
7 Kab. Kubu Raya V
8 Kab.Landak V
9 Kab. Melawi V
10 Kab. Mempawah V
11 Kab. Sambas V
12 Kab. Sanggau V
13 Kab. Sekadau V
14 Kab. Sintang V
Sub Jumlah 5 9
Lampiran VIII/ 7 - 11

Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
XVIII KALIMANTAN TENGAH
1 Kota Palangkaraya V
2 Kab. Barito Selatan V
3 Kab. Barito Timur V
4 Kab. Barito Utara V
5 Kab. Gunung Mas V
6 Kab. Kapuas V
7 Kab. Katingan*) V
8 Kab. Kotawaringin Barat V
9 Kab. Kotawaringin Timur V
10 Kab. Lamandau V
11 Kab. Murung Raya V
12 Kab. Pulang Pisau V
13 Kab. Sukamara*) V
14 Kab. Seruyan*) V
Sub Jumlah 1 13
XIX KALIMANTAN SELATAN
1 Kota Banjarbaru V
2 Kota Banjarmasin V
3 Kab. Balangan V
4 Kab. Banjar V
5 Kab. Barito Kuala V
6 Kab. Hulu Sungai Selatan V
7 Kab. Hulu Sungai Tengah V
8 Kab. Hulu Sungai Utara V
9 Kab. Kota Baru V
10 Kab. Tabalong V
11 Kab. Tanah Bumbu V
12 Kab. Tanah Laut V
13 Kab. Tapin V
Sub Jumlah 1 12
XX KALIMANTAN TIMUR
1 Kota Balikpapan V
2 Kota Bontang V
3 Kota Samarinda V
4 Kab. Berau V
5 Kab. Kutai Barat V
6 Kab. Kutai Kartanegara V
7 Kab. Kutai Timur V
8 Kab. Mahakam Ulu V
9 Kab. Paser V
10 Kab. Penajam Paser Utara V
Sub Jumlah - - 1 9
XXI KALIMANTAN UTARA
1 Kota Tarakan V
2 Kab. Nunukan V
3 Kab. Malinau V
4 Kab. Bulungan V
5 Kab. Tana Tidung V
Sub Jumlah - 3 2
XXII SULAWESI UTARA
1 Kota Bitung V
2 Kota Kotamobagu V
Lampiran VIII/ 8 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
3 Kota Manado V
4 Kota Tomohon V
5 Kab. Bolaang Mongondow V
6 Kab. Bolaang Mongondow Selatan V
7 Kab. Bolaang Mongondow Timur V
8 Kab. Bolaang Mongondow Utara V
9 Kab. Sangihe V
10 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro V
11 Kab. Kep. Talaud V
12 Kab. Minahasa V
13 Kab. Minahasa Selatan V
14 Kab. Minahasa Tenggara V
15 Kab. Minahasa Utara V
Sub Jumlah 2 3 10
XXIII GORONTALO
1 Kota Gorontalo V
2 Kab. Boalemo V
3 Kab. Bone Bolango V
4 Kab. Gorontalo V
5 Kab. Gorontalo Utara V
6 Kab. Pohuwato V
Sub Jumlah 1 5
XXIV SULAWESI BARAT
1 Kab.Majene V
2 Kab.Mamasa V
3 Kab.Mamuju V
4 Kab.Mamuju Tengah V
5 Kab.Pasangkayu V
6 Kab.Polewali Mandar V
Sub Jumlah - 6
XXV SULAWESI TENGAH
1 Kota Palu V
2 Kab.Banggai V
3 Kab.Banggai Kepulauan V
4 Kab.Banggai Laut V
5 Kab.Buol V
6 Kab.Donggala V
7 Kab.Morowali V
8 Kab.Morowali Utara V
9 Kab.Parigi Moutong V
10 Kab.Poso V
11 Kab.Sigi V
12 Kab.Tojo Una-una V
13 Kab.Toli Toli V
Sub Jumlah 1 5 - 7
XXVI SULAWESI SELATAN
1 Kota Makasar V
2 Kota Palopo V
3 Kota Pare pare V
4 Kab.Bantaeng V
5 Kab.Barru V
6 Kab.Bone V
7 Kab.Bulukumba V
Lampiran VIII/ 9 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
8 Kab.Enrekang V
9 Kab.Gowa V
10 Kab.Janeponto V
11 Kab.Kepulauan Selayar V
12 Kab.Luwu*) V
13 Kab.Luwu Timur V
14 Kab.Luwu Utara V
15 Kab.Maros V
16 Kab.Pangkajene dan Kepulauan V
17 Kab.Pinrang V
18 Kab.Sidenreng Rappang V
19 Kab.Sinjai V
20 Kab.Soppeng V
21 Kab.Takalar V
22 Kab.Tana Toraja V
23 Kab.Tana Toraja Utara V
24 Kab.Wajo V
Sub Jumlah 1 10 13
XXVII SULAWESI TENGGARA
1 Kota Bau bau V
2 Kota Kendari V
3 Kab.Bombana V
4 Kab.Buton V
5 Kab.Buton Selatan V
6 Kab.Buton Tengah V
7 Kab.Buton Utara V
8 Kab.Kolaka V
9 Kab.Kolaka Timur V
10 Kab.Kolaka Utara V
11 Kab.Konawe V
12 Kab.Konawe Kepulauan V
13 Kab.Konawe Selatan V
14 Kab.Konawe Utara V
15 Kab.Muna V
16 Kab.Muna Barat V
17 Kab.Wakatobi V
Sub Jumlah 7 7 3
XXVIII BALI
1 Kota Denpasar V
2 Kab.Badung V
3 Kab.Bangli V
4 Kab.Buleleng V
5 Kab.Gianyar V
6 Kab.Jembrana V
7 Kab.Karangasem V
8 Kab.Klungkung V
9 Kab.Tabanan V
Sub Jumlah 9
XXIX NTB
1 Kota Bima V
2 Kota Mataram V
3 Kab.Bima V
4 Kab.Dompu V
Lampiran VIII/ 10- 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
5 Kab.Lombok Barat V
6 Kab.Lombok Tengah V
7 Kab.Lombok Timur V
8 Kab.Lombok Utara V
9 Kab.Sumbawa V
10 Kab.Sumbawa Barat V
Sub Jumlah - 10
XXX NTT
1 Kota Kupang V
2 Kab.Alor V
3 Kab.Belu V
4 Kab.Ende V
5 Kab.Flores Timur V
6 Kab.Kupang V
7 Kab.Lembata V
8 Kab.Malaka V
9 Kab.Manggarai V
10 Kab.Manggarai Barat V
11 Kab.Manggarai Timur V
12 Kab.Ngada V
13 Kab.Nagekeo V
14 Kab.Rote Ndao V
15 Kab.Sabu Ralijua V
16 Kab.Sikka V
17 Kab.Sumba Barat V
18 Kab.Sumba Barat Daya V
19 Kab.Sumba Tenga V
20 Kab.Sumba Timur V
21 Kab.Timor Tengah Selatan V
22 Kab.Timor Tengah Utara V
Sub Jumlah 3 17 2
XXXI MALUKU
1 Kab. Buru*) V
2 Kab. Buru Selatan V
3 Kab. Kepulauan Aru V
4 Kab. Maluku Barat Daya V
5 Kab. Maluku Tengah*) V
6 Kab. Maluku Tenggara V
7 Kab. Maluku Tenggara Barat V
8 Kab. Seram Bagian Barat V
9 Kab. Seram Bagian Timur V
10 Kota Ambon V
11 Kota Tual V
Sub Jumlah 4 2 - 5
XXXII MALUKU UTARA
1 Kab. Halmahera Barat V
2 Kab. Halmahera Selatan V
3 Kab. Halmahera Tengah V
4 Kab. Halmahera Timur V
5 Kab. Halmahera Utara V
6 Kab. Kepulauan Sula V
7 Kab. Morotai V
8 Kab. Pulau Taliabu V
Lampiran VIII/ 11 - 11

Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
9 Kota Ternate V
10 Kota Tidore Kepulauan V
Sub Jumlah - 8 2
XXXIII PAPUA
1 Kab. Asmat V
2 Kab. Biak Numfor V
3 Kab. Boven Digoel V
4 Kab. Deiyai V
5 Kab. Dogiyai V
6 Kab. Intan Jaya V
7 Kab. Jayapura V
8 Kab. Jayawijaya V
9 Kab. Keerom V
10 Kab. Kepulauan Yapen V
11 Kab. Lanny Jaya V
12 Kab. Mamberamo Raya V
13 Kab. Mamberamo Tengah V
14 Kab. Mappi V
15 Kab. Merauke*) V
16 Kab. Mimika V
17 Kab. Nabire V
18 Kab. Nduga V
19 Kab. Paniai V
20 Kab. Pegunungan Bintang V
21 Kab. Puncak V
22 Kab. Puncak Jaya V
23 Kab. Sarmi V
24 Kab. Supiori V
25 Kab. Tolikara V
26 Kab. Waropen V
27 Kab. Yahukimo V
28 Kab. Yalimo V
29 Kota Jayapura V
Sub Jumlah - 17 11 1
XXXIV PAPUA BARAT
1 Kab. Fak Fak V
2 Kab. Kaimana V
3 Kab. Manokwari V
4 Kab. Manokwari Selatan V
5 Kab. Maybrat V
6 Kab. Pegunungan Arfak V
7 Kab. Raja Ampat V
8 Kab. Sorong V
9 Kab. Sorong Selatan V
10 Kab. Tambrauw V
11 Kab. Teluk Bintuni V
12 Kab. Teluk Wondama V
13 Kota Sorong V
Sub Jumlah 12 1
JUMLAH 5 60 161 282

') Dalam proses penjaminan kualitas


Lampiran IX/ 1 - 2

EFEKTIVITAS SPI KORPORASI


Tahun 2019

T in g k a t/ L eve l
No B U M N /B U M D
1 2 3 4 5
BUMN
1 PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) V
2 PT Pelindo I V
3 PT Perkebunan Nusantara XII V
4 PT Hutama Karya (Persero) V
5 PT Semen Padang V
6 PT Semen Tonasa V
7 PT Timah V
8 PT Perkebunan Nusantara III V
9 PT Sang Hyang Seri (Persero) V
10 PT Perkebunan Nusantara IX V
11 PTPN VIII V
12 PT Pertani (Persero) V
JU M LA H 4 7 1
BUMD
13 PT MRT Jakarta Tahun V
14 Bank Kalsel V
15 PT Bank Lampung V
16 PT Prasarana Pembangunan Sumatera Utara (PPSU) V
17 PT Jamkrida Riau V
18 PT. Tambrauw Bersinar Abadi V
19 PT Mandiri Migas Pratama V
20 PT Flobamor V
21 PT Pembangunan Dumai V
JU M LA H 2 2 3 2
PD
22 Perusahaan Daerah (PERUSDA) Karimun V
23 PD lrian Bhakti V
24 PD Pasar Kota Kendari V
25 PD. Pasar Kota Medan V
26 Perusahaan Daerah Provinsi Bali V
JU M LA H 4 1
PDAM
27 PDAM Intan Banjar Kabupaten Banjar V
28 PDAM Tirta Manggar Kota Balikpapan V
29 PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung V
30 PDAM Giri Menang V
31 PDAM Kabupaten Bengkulu Utara V
32 PDAM Kabupaten Rejang Lebong V
33 PDAM Kota Salatiga V
34 PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara V
35 PDAM Jayapura V
36 PDAM Kabupaten Demak V
37 PDAM Kota Palopo V
38 PDAM Sleman V
39 PDAM Tirta Bumi Serasi Kabupaten Semarang V
40 PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul V
41 PDAM Tirta Nauli Sibolga V
42 PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo V
43 PDAM Tirta Sejiran Setason Kabupaten Bangka Barat V
44 PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar V
45 PDAM Kota Samarinda V
46 PDAM Kota Palangka Raya V
47 PDAM Apa Mening Kabupaten Malinau V
48 PDAM Kota Balikpapan V
49 PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulonprogo V
50 PDAM Tirta Kepri V
51 PDAM Tirta Manakarra Kabupaten Mamuju V
Lampiran IX/ 2 - 2

No B U M N /B U M D T in g k a t/ L eve l
1 2 3 4 5
52 PDAM Tirta Musi Kota Palembang V
53 PDAM Tirta Satria Kabupaten Banyumas V
54 PDAM Kota Magelang V
55 PDAM Kab. Nabire V
56 PDAM Kabupaten Belitung V
57 PDAM Kabupaten Bengkulu Selatan V
58 PDAM Kabupaten Bone Bolango V
59 PDAM Kabupaten Lingga V
60 PDAM Kabupaten Sumbawa V
61 PDAM Tirta Aneuk Laot Kota Sabang V
62 PDAM Tirta Bengi Kabupaten Bener Meriah V
63 PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa V
64 PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang V
65 PDAM Tirta Peusada Kabupaten Aceh Timur V
66 PDAM Tirta Segah Kabupaten Berau V
67 PDAM Tirta Sendawar Kab. Kubar V
68 PDAM Kab. Polewali Mandar V
69 PDAM Kota Pangkalpinang V
70 PDAM Tebingtinggi V
71 PDAM Kota Gorontalo V
72 PDAM Kabupaten Manokwari V
73 PDAM Tirta Ardhia Rinjani Kab. Lombok Tengah V
74 PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe V
75 PDAM Gunung Poteng Kota Singkawang V
76 PDAM Kab Fakfak V
77 PDAM Kab Kab Jaya Wijaya V
78 PDAM Kab Kepulauan Yapen V
79 PDAM Kab Manokwari V
80 PDAM Kabupaten Belitung Timur V
81 PDAM Timor Tengah Utara V
82 PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang V
83 PDAM Kabupaten Bengkayang V
84 PDAM Kabupaten Donggala V
85 PDAM Kabupaten Halmahera Selatan V
86 PDAM Kabupaten Kupang V
87 PDAM Kota Parepare V
88 PDAM Tirta Bangka Kabupaten Bangka V
89 PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang V
90 PDAM Way Guruh Kabupaten Lampung Timur V
91 PDAM Tirta Muaro Jambi V
92 PDAM Tirta Sejiran Setason Kabupaten Bangka Barat V
93 PDAM Tirta Berkah Pandeglang V
94 PDAM Kota Tidore Kepulauan V
95 PDAM Tirta Kelimutu Kabupaten Ende V
96 PDAM Batulanteh Kabupaten Sumbawa V
97 PDAM Kab. Majene V
98 PDAM Tirta Semerbak Kota Baubau V
99 PDAM Kabupaten Balangan V
JU M LA H 25 20 25 3
BLUD
100 BLUD-RSUD Tarakan Provinsi Kalimantan Utara V
JU M LA H 1
JU M LA H 31 23 32 13 1
Lampiran X/ 1 - 2
TINGKAT KAPABILITAS APIP K/L
Tahun 2019

Kapabilitas APIP
No NAMA KEMENTERIAN/LEMBAGA Level 3
Level 1 Level 2 Level 3
DC
Mitra Kedeputian PIP Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman
1 Kementerian Keuangan V
2 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian V
3 Bappenas V
4 LKPP V
5 BKPM V
6 PPATK V
7 Kementerian Kelautan dan Perikanan V
8 Kementerian Pertanian V
9 Kementerian ESDM V
10 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan V
11 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman V
12 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN V
13 Kementerian Perdagangan V
14 BMKG V
15 Kementerian Koperasi dan UKM V
16 Kementerian Perindustrian V
17 Kementerian Perhubungan V
18 Kementerian PU dan Perumahan Rakyat V
19 KPPU V
20 Kementerian Pariwisata V
21 BNP2TKI V
22 BPS V
23 Kementerian Ketenagakerjaan V
24 BP Batam V
25 Badan Ekonomi Kreatif V
26 Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya Madura V
27 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang V
Sub Jumlah 3 3 15 6
Mitra Kedeputian Polhukam PMK
28 Kementerian Pertahanan V
29 Kementerian Kesehatan V
30 Kemenko Bid. Polhukam V
31 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak V
32 Badan Intelijen Negara V
33 Badan Siber dan Sandi Negara V
34 Dewan Ketahanan Nasional V
35 Perpustakan Nasional V
36 Kementerian Kominfo V
37 Lembaga Ketahanan Nasional V
38 BKKBN V
39 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme V
40 Badan Keamanan Laut V
41 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
V
42 Badan Pemeriksa Keuangan V
43 Setjen Dewan Perwakilan Rakyat V
44 Setjen Majelis Permusyawaratan Rakyat V
45 Setjen Dewan Perwakilan Daerah V
Lampiran X/ 2 - 2
Kapabilitas APIP
No NAMA KEMENTERIAN/LEMBAGA Level 3
Level 1 Level 2 Level 3
DC
46 Komisi Pemberantasan Korupsi V
47 Kementerian Hukum dan HAM V
48 Kepolisian Republik Indonesia V
49 Badan Narkotika Nasional V
50 Mahkamah Agung V
51 Kejaksaan Agung V
52 Mahkamah Konstitusi V
53 Ombudsman Republik Indonesia V
54 Komisi Yudisial V
55 Komnas HAM V
56 Kemenag V
57 Kemenko Bidang PMK V
58 Kemensos V
59 Badan Informasi Geospasial V
60 BPOM V
61 BASARNAS V
62 LAPAN V
63 Kemendikbud V
64 Kemenristekdikti V
65 BPPT V
66 LIPI V
67 BNPB V
68 BAPETEN V
69 BSN V
70 BATAN V
71 Kementerian Luar Negeri V
72 Kementerian Sekretariat Negara V
73 Sekretariat Kabinet V
74 Kementerian Pemuda dan Olahraga V
75 Komisi Pemilihan Umum V
76 Badan Pengawas Pemilu V
77 Lembaga Administrasi Negara V
78 Arsip Nasional Republik Indonesia V
79 Badan Kepegawaian Negara V
80 Kementerian PAN dan RB V
81 BPIP*) V
82 LPSK V
Sub Jumlah 4 17 12 22
Mitra Kedeputian Keuangan Daerah
83 Kementerian Dalam Negeri V
84 Kementerian Desa PDTT V
Sub Jumlah - - 1 1
Mitra Kedeputian Akuntan Negara
85 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) V
86 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik
Indonesia (RRI) V
87 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik
Indonesia (TVRI) V
Sub Jumlah - - 1 2
Jumlah 7 20 29 31

) Belum dilakukan penilaian


Lampiran XI/ 1 - 1

TINGKAT KAPABILITAS APIP PEMERINTAH PROVINSI


Tahun 2019

Kapabilitas APIP
No Nama Pemerintah Provinsi Level 2 Level 3
Level 1 Level 3
DC Level 2 CDC
1 Provinsi Aceh V
2 Provinsi Sumatera Utara V
3 Provinsi Sumatera Barat V
4 Provinsi Riau V
5 Provinsi Kepulauan Riau V
6 Provinsi Jambi V
7 Provinsi Sumatera Selatan V
8 Provinsi Bengkulu V
9 Provinsi Bangka Belitung V
10 Provinsi Lampung V
11 Provinsi Banten V
12 Provinsi DKI Jakarta V
13 Provinsi Jawa Barat V
14 Provinsi Jawa Tengah V
15 Provinsi DI Yogyakarta V
16 Provinsi Jawa Timur V
17 Provinsi Kalimantan Barat V
18 Provinsi Kalimantan Tengah V
19 Provinsi Kalimantan Selatan V
20 Provinsi Kalimantan Timur V
21 Provinsi Kalimantan Utara V
22 Provinsi Sulawesi Utara V
23 Provinsi Gorontalo V
24 Provinsi Sulawesi Barat V
25 Provinsi Sulawesi Tengah V
26 Provinsi Sulawesi Selatan V
27 Provinsi Sulawesi Tenggara V
28 Provinsi Bali V
29 Provinsi Nusa Tenggara Barat V
30 Provinsi NTT V
31 Provinsi Maluku V
32 Provinsi Maluku Utara V
33 Provinsi Papua V
34 Provinsi Papua Barat V
JUMLAH 1 1 8 10 14
Lampiran X II/ 1 - 11

TINGKAT KAPABILITAS APIP PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Tahun 2019

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
I ACEH
1 Kab. Aceh Barat V
2 Kab. Aceh Barat Daya V
3 Kab. Aceh Besar V
4 Kab. Aceh Jaya V
5 Kab. Aceh Selatan V
6 Kab. Aceh Singkil V
7 Kab. Aceh Tamiang V
8 Kab. Aceh Tengah V
9 Kab. Aceh Tenggara V
10 Kab. Aceh Timur V
11 Kab. Bener Meriah V
12 Kab. Bireun V
13 Kab. Gayo Lues V
14 Kab. Nagan Raya V
15 Kab. Pidie V
16 Kab. Pidie Jaya V
17 Kab. Simeulue V
18 Kab.Aceh Utara V
19 Kota Banda Aceh V
20 Kota Langsa V
21 Kota Lhokseumawe V
22 Kota Sabang V
23 Kota Subulussalam V
Sub Jumlah - 2 9 7 5
II SUMATERA UTARA
1 Kab. Asahan V
2 kab. Batu bara V
3 Kab. Dairi V
4 Kab. Deli Serdang V
5 Kab. Humbang Hasundutan V
6 Kab. Labuhan Batu V
7 Kab. Labuhan Batu Selatan V
8 Kab. Labuhan Batu Utara V
9 Kab. Langkat V
10 Kab. Mandailing Natal V
11 Kab. Nias V
12 Kab. Nias Barat V
13 Kab. Nias Selatan V
14 Kab. Nias Utara V
15 Kab. Padang Lawas V
16 Kab. Padang Lawas Utara V
17 Kab. Pakpak Barat V
18 Kab. Samosir V
19 Kab. Serdang Berdagai V
20 Kab. Simalungun V
21 Kab. Tanah Karo V
22 Kab. Tapanuli Selatan V
23 Kab. Tapanuli Tengah V
24 Kab. Tapanuli Utara V
Lampiran X II/ 2 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
25 Kab. Toba Samosir V
26 Kota Binjai V
27 Kota Gunung Sitoli V
28 Kota Medan V
29 Kota Padang Sidempuan V
30 Kota Pematang Siantar V
31 Kota Sibolga V
32 Kota Tanjung Balai V
33 Kota Tebing Tinggi V
Sub Jumlah - - 18 11 4
III SUMATERA BARAT
1 Kab. Agam V
2 Kab. Dharmasraya V
3 Kab. Kepulauan Mentawai V
4 Kab. Lima Puluh Kota V
5 Kab. Padang Pariaman V
6 Kab. Pasaman V
7 Kab. Pasaman barat V
8 Kab. Pesisir Selatan V
9 Kab. Sijunjung V
10 Kab. Solok V
11 Kab. Solok Selatan V
12 Kab. Tanah Datar V
13 Kota Bukittinggi V
14 Kota Padang V
15 Kota Padang Panjang V
16 Kota Pariaman V
17 Kota Payakumbuh V
18 Kota Sawahlunto V
19 Kota Solok V
Sub Jumlah - - - 17 2
IV RIAU
1 Kab. Bengkalis V
2 Kab. Indragiri Hilir V
3 Kab. Indragiri Hulu V
4 Kab. Kampar V
5 Kab. Kuantan Singingi V
6 Kab. Kep. Meranti V
7 Kab. Pelalawan V
8 Kab. Rokan Hilir V
9 Kab. Rokan Hulu V
10 Kab. Siak V
11 Kota Dumai V
12 Kota Pekanbaru V
Sub Jumlah - 1 2 1 8
V KEPULAUAN RIAU
1 Kab. Bintan V
2 Kab. Karimun V
3 Kab. Kep. Anambas V
4 Kab. Lingga V
5 Kab. Natuna V
6 Kota Batam V
7 Kota Tanjung Pinang V
Lampiran X II/ 3 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
Sub Jumlah - - - 3 4
VI JAMBI
1 Kab. Batanghari V
2 Kab. Bungo V
3 Kab. Kerinci V
4 Kab. Merangin V
5 Kab. Muaro Jambi V
6 Kab. Sarolangun V
7 Kab. Tanjung Jabung Barat V
8 Kab. Tanjung Jabung Timur V
9 Kab. Tebo V
10 Kota Jambi V
11 Kota Sungai Penuh V
Sub Jumlah 2 3 - 3 3
VII SUMATERA SELATAN
1 Kab. Banyuasin V
2 Kab. Empat lawang V
3 Kab. Lahat V
4 Kab. Muara Enim V
5 Kab. Musi Banyuasin V
6 Kab. Musi Rawas V
7 Kab. Musi Rawas Utara V
8 Kab. Ogan Ilir V
9 Kab. Ogan Komering Ilir V
10 Kab. Ogan Komering Ulu V
11 Kab. OKU Selatan V
12 Kab. OKU Timur V
13 Kab. Penukal A. Lematang Ilir V
14 Kota Lubuk Linggau V
15 Kota Pagar Alam V
16 Kota Palembang V
17 Kota Prabumulih V
Sub Jumlah - - 6 6 5
VIII BENGKULU
1 Kab. Bengkulu Selatan V
2 Kab. Bengkulu Tengah V
3 Kab. Bengkulu Utara V
4 Kab. Kaur V
5 Kab. Kepahiang V
6 Kab. Lebong V
7 Kab. Mukomuko V
8 Kab. Rejang Lebong V
9 Kab. Seluma V
10 Kota Bengkulu V
Sub Jumlah - 2 5 3 -
IX BANGKA BELITUNG
1 Kab. Bangka V
2 Kab. Bangka Barat V
3 Kab. Bangka Selatan V
4 Kab. Bangka Tengah V
5 Kab. Belitung V
6 Kab. Belitung Timur V
7 Kota Pangkal Pinang V
Lampiran X II/ 4 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
Sub Jumlah - - 4 1 2
X LAMPUNG
1 Kab. Lampung Barat V
2 Kab. Lampung Selatan V
3 Kab. Lampung Tengah V
4 Kab. Lampung Timur V
5 Kab. Lampung Utara V
6 Kab. Mesuji V
7 Kab. Pesawaran V
8 Kab. Pesisir Barat V
9 Kab. Pringsewu V
10 Kab. Tanggamus V
11 Kab. Tulang Bawang V
12 Kab. Tulang Bawang Barat V
13 Kab. W ay Kanan V
14 Kota Bandar Lampung V
15 Kota Metro V
Sub Jumlah - - - 8 7
XI BANTEN
1 Kab. Lebak V
2 Kab. Pandeglang V
3 Kab. Serang V
4 Kab. Tangerang V
5 Kota Cilegon V
6 Kota Serang V
7 Kota Tangerang V
8 Kota Tangerang Selatan V
Sub Jumlah - - 1 2 5
XII DKI JAKARTA

XIII JAW A BARAT


1 Kota Bandung V
2 Kota Banjar V
3 Kota Bekasi V
4 Kota Bogor V
5 Kota Cimahi V
6 Kota Cirebon V
7 Kota Depok V
8 Kota Sukabumi V
9 Kota Tasikmalaya V
10 Kab. Bandung V
11 Kab. Bandung Barat V
12 Kab. Bekasi V
13 Kab. Bogor V
14 Kab. Ciamis V
15 Kab. Cianjur V
16 Kab. Cirebon V
17 Kab. Garut V
18 Kab. Indramayu V
19 Kab. Karawang V
20 Kab. Kuningan V
21 Kab. Majalengka V
22 Kab. Pangandaran V
Lampiran X II/ 5 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
23 Kab. Purwakarta V
24 Kab. Subang V
25 Kab. Sukabumi V
26 Kab. Sumedang V
27 Kab. Tasikmalaya V
Sub Jumlah - 5 11 4 7
XIV JAW A TENGAH
1 Kota Magelang V
2 Kota Pekalongan V
3 Kota Salatiga V
4 Kota Semarang V
5 Kota Surakarta V
6 Kota Tegal V
7 Kab. Banjarnegara V
8 Kab. Banyumas V
9 Kab. Batang V
10 Kab. Blora V
11 Kab. Boyolali V
12 Kab. Brebes V
13 Kab. Cilacap V
14 Kab. Demak V
15 Kab. Grobogan V
16 Kab. Jepara V
17 Kab. Karanganyar V
18 Kab. Kebumen V
19 Kab. Kendal V
20 Kab. Klaten V
21 Kab. Kudus V
22 Kab. Magelang V
23 Kab. Pati V
24 Kab. Pekalongan V
25 Kab. Pemalang V
26 Kab. Purbalingga V
27 Kab. Purworejo V
28 Kab. Rembang V
29 Kab. Semarang V
30 Kab. Sragen V
31 Kab. Sukoharjo V
32 Kab. Tegal V
33 Kab. Temanggung V
34 Kab. Wonogiri V
35 Kab. Wonosobo V
Sub Jumlah - - 11 4 20
XV DIY
1 Kota Yogyakarta V
2 Kab. Bantul V
3 Kab. Gunung Kidul V
4 Kab. Kulon Progo V
5 Kab. Sleman V
Sub Jumlah - - - - 5
XVI JAW A TIMUR
1 Kota Batu V
2 Kota Blitar V
Lampiran X II/ 6 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
3 Kota Kediri V
4 Kota Madiun V
5 Kota Malang V
6 Kota Mojokerto V
7 Kota Pasuruan V
8 Kota Probolinggo V
9 Kota Surabaya V
10 Kab. Bangkalan V
11 Kab. Banyuwangi V
12 Kab. Blitar V
13 Kab. Bojonegoro V
14 Kab. Bondowoso V
15 Kab. Gresik V
16 Kab. Jember V
17 Kab. Jombang V
18 Kab. Kediri V
19 Kab. Lamongan V
20 Kab. Lumajang V
21 Kab. Madiun V
22 Kab. Magetan V
23 Kab. Malang V
24 Kab. Mojokerto V
25 Kab. Nganjuk V
26 Kab. Ngawi V
27 Kab. Pacitan V
28 Kab. Pamekasan V
29 Kab. Pasuruan V
30 Kab. Ponorogo V
31 Kab. Probolinggo V
32 Kab. Sampang V
33 Kab. Sidoarjo V
34 Kab.Situbondo V
35 Kab. Sumenep V
36 Kab. Trenggalek V
37 Kab. Tuban V
38 Kab. Tulungagung V
Sub Jumlah 6 5 14 9 4
XVII KALIMANTAN BARAT
1 Kota Pontianak V
2 Kota Singkawang V
3 Kab. Bengkayang V
4 Kab. Kapuas Hulu V
5 Kab. Kayong Utara V
6 Kab. Ketapang V
7 Kab. Kubu Raya V
8 Kab. Landak V
9 Kab. Melawi V
10 Kab. Mempawah V
11 Kab. Sambas V
12 Kab. Sanggau V
13 Kab. Sekadau V
14 Kab. Sintang V
Sub Jumlah - - - 7 7
Lampiran X II/ 7 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
XVIII KALIMANTAN TENGAH
1 Kota Palangkaraya V
2 Kab. Barito Selatan V
3 Kab. Barito Timur V
4 Kab. Barito Utara V
5 Kab. Gunung Mas V
6 Kab. Kapuas V
7 Kab. Katingan V
8 Kab. Kotawaringin Barat V
9 Kab. Kotawaringin Timur V
10 Kab. Lamandau V
11 Kab. Murung Raya V
12 Kab. Pulang Pisau V
13 Kab. Sukamara V
14 Kab. Seruyan V
Sub Jumlah - - 4 7 3
XIX KALIMANTAN SELATAN
1 Kota Banjarbaru V
2 Kota Banjarmasin V
3 Kab. Balangan V
4 Kab. Banjar V
5 Kab. Barito Kuala V
6 Kab. Hulu Sungai Selatan V
7 Kab. Hulu Sungai Tengah V
8 Kab. Hulu Sungai Utara V
9 Kab. Kota Baru V
10 Kab. Tabalong V
11 Kab. Tanah Bumbu V
12 Kab. Tanah Laut V
13 Kab. Tapin V
Sub Jumlah - 1 7 3 2
XX KALIMANTAN TIMUR
1 Kota Balikpapan V
2 Kota Bontang V
3 Kota Samarinda V
4 Kab. Berau V
5 Kab. Kutai Barat V
6 Kab. Kutai Kartanegara V
7 Kab. Kutai Timur V
8 Kab. Mahakam Ulu V
9 Kab. Paser V
10 Kab. Penajam Paser Utara V
Sub Jumlah - - - 3 7
XXI KALIMANTAN UTARA
1 Kota Tarakan V
2 Kab. Nunukan V
3 Kab. Malinau V
4 Kab. Bulungan V
5 Kab. Tana Tidung V
Sub Jumlah - - 4 - 1
XXII SULAWESI UTARA
1 Kota Bitung V
2 Kota Kotamobagu V
Lampiran X II/ 8 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
3 Kota Manado V
4 Kota Tomohon V
5 Kab. Bolaang Mongondow V
6 Kab. Bolaang Mongondow Selatan V
7 Kab. Bolaang Mongondow Timur V
8 Kab. Bolaang Mongondow Utara V
9 Kab. Sangihe V
10 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro V
11 Kab. Kep. Talaud V
12 Kab. Minahasa V
13 Kab. Minahasa Selatan V
14 Kab. Minahasa Tenggara V
15 Kab. Minahasa Utara V
Sub Jumlah 1 2 5 1 6
XXIII GORONTALO
1 Kota Gorontalo V
2 Kab. Boalemo V
3 Kab. Bone Bolango V
4 Kab. Gorontalo V
5 Kab. Gorontalo Utara V
6 Kab. Pohuwato V
Sub Jumlah - - - 1 5
XXIV SULAWESI BARAT
1 Kab.Majene V
2 Kab.Mamasa V
3 Kab.Mamuju V
4 Kab.Mamuju Tengah V
5 Kab.Pasangkayu V
6 Kab.Polewali Mandar V
Sub Jumlah - - 1 3 2
XXV SULAWESI TENGAH
1 Kota Palu V
2 Kab.Banggai V
3 Kab.Banggai Kepulauan V
4 Kab.Banggai Laut V
5 Kab.Buol V
6 Kab.Donggala V
7 Kab.Morowali V
8 Kab.Morowali Utara V
9 Kab.Parigi Moutong V
10 Kab.Poso V
11 Kab.Sigi V
12 Kab.Tojo Una-una V
13 Kab.Toli Toli V
Sub Jumlah 1 3 5 3 1
XXVI SULAWESI SELATAN
1 Kota Makasar V
2 Kota Palopo V
3 Kota Pare pare V
4 Kab.Bantaeng V
5 Kab.Barru V
6 Kab.Bone V
7 Kab.Bulukumba V
Lampiran X II/ 9 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
8 Kab.Enrekang V
9 Kab.Gowa V
10 Kab.Janeponto V
11 Kab.Kepulauan Selayar V
12 Kab.Luwu V
13 Kab.Luwu Timur V
14 Kab.Luwu Utara V
15 Kab.Maros V
16 Kab.Pangkajene dan Kepulauan V
17 Kab.Pinrang V
18 Kab.Sidenreng Rappang V
19 Kab.Sinjai V
20 Kab.Soppeng V
21 Kab.Takalar V
22 Kab.Tana Toraja V
23 Kab.Tana Toraja Utara V
24 Kab.Wajo V
Sub Jumlah 4 2 7 2 9
XXVII SULAWESI TENGGARA
1 Kota Bau bau V
2 Kota Kendari V
3 Kab.Bombana V
4 Kab.Buton V
5 Kab.Buton Selatan V
6 Kab.Buton Tengah V
7 Kab.Buton Utara V
8 Kab.Kolaka V
9 Kab.Kolaka Timur V
10 Kab.Kolaka Utara V
11 Kab.Konawe V
12 Kab.Konawe Kepulauan V
13 Kab.Konawe Selatan V
14 Kab.Konawe Utara V
15 Kab.Muna V
16 Kab.Muna Barat V
17 Kab.Wakatobi V
Sub Jumlah 2 2 7 6 -
XXVIII BALI
1 Kota Denpasar V
2 Kab.Badung V
3 Kab.Bangli V
4 Kab.Buleleng V
5 Kab.Gianyar V
6 Kab.Jembrana V
7 Kab.Karangasem V
8 Kab.Klungkung V
9 Kab.Tabanan V
Sub Jumlah - - - 5 4
XXIX NTB
1 Kota Bima V
2 Kota Mataram V
3 Kab.Bima V
4 Kab.Dompu V
Lampiran X II/ 10 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
5 Kab.Lombok Barat V
6 Kab. Lombok T engah V
7 Kab.Lombok Timur V
8 Kab.Lombok Utara V
9 Kab.Sumbawa V
10 Kab.Sumbawa Barat V
Sub Jumlah - - 1 4 5
XXX NTT
1 Kota Kupang V
2 Kab.Alor V
3 Kab.Belu V
4 Kab.Ende V
5 Kab.Flores Timur V
6 Kab.Kupang V
7 Kab.Lembata V
8 Kab.Malaka V
9 Kab.Manggarai V
10 Kab.Manggarai Barat V
11 Kab.Manggarai Timur V
12 Kab.Ngada V
13 Kab.Nagekeo V
14 Kab.Rote Ndao V
15 Kab.Sabu Ralijua V
16 Kab.Sikka V
17 Kab.Sumba Barat V
18 Kab.Sumba Barat Daya V
19 Kab.Sumba Tengah V
20 Kab.Sumba Timur V
21 Kab.Timor Tengah Selatan V
22 Kab.Timor Tengah Utara V
Sub Jumlah - 2 13 5 2
XXXI MALUKU
1 Kab. Buru V
2 Kab. Buru Selatan V
3 Kab. Kepulauan Aru V
4 Kab. Maluku Barat Daya V
5 Kab. Maluku Tengah V
6 Kab. Maluku Tenggara V
7 Kab. Maluku Tenggara Barat V
8 Kab. Seram Bagian Barat V
9 Kab. Seram Bagian Timur V
10 Kota Ambon V
11 Kota Tual V
Sub Jumlah - 3 3 5 -
XXXII MALUKU UTARA
1 Kab. Halmahera Barat V
2 Kab. Halmahera Selatan V
3 Kab. Halmahera Tengah V
4 Kab. Halmahera Timur V
5 Kab. Halmahera Utara V
6 Kab. Kepulauan Sula V
7 Kab. Morotai V
8 Kab. Pulau Taliabu V
Lampiran X II/ 11 - 11

No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota Kapabilitas APIP


Level 1 Level 2 DC Level 2 Level 3 DC Level 3
9 Kota Ternate V
10 Kota Tidore Kepulauan V
Sub Jumlah 1 - 1 5 3
XXXIII PAPUA
1 Kab. Asmat V
2 Kab. Biak Numfor V
3 Kab. Boven Digoel V
4 Kab. Deiyai V
5 Kab. Dogiyai V
6 Kab. Intan Jaya V
7 Kab. Jayapura V
8 Kab. Jayawijaya V
9 Kab. Keerom V
10 Kab. Kepulauan Yapen V
11 Kab. Lanny Jaya V
12 Kab. Mamberamo Raya V
13 Kab. Mamberamo Tengah V
14 Kab. Mappi V
15 Kab. Merauke V
16 Kab. Mimika V
17 Kab. Nabire V
18 Kab. Nduga V
19 Kab. Paniai V
20 Kab. Pegunungan Bintang V
21 Kab. Puncak V
22 Kab. Puncak Jaya V
23 Kab. Sarmi V
24 Kab. Supiori V
25 Kab. Tolikara V
26 Kab. Waropen V
27 Kab. Yahukimo V
28 Kab. Yalimo V
29 Kota Jayapura V
Sub Jumlah 18 2 7 - 2
XXXIV PAPUA BARAT
1 Kab. Fak Fak V
2 Kab. Kaimana V
3 Kab. Manokwari V
4 Kab. Manokwari Selatan V
5 Kab. Maybrat V
6 Kab. Pegunungan Arfak V
7 Kab. Raja Ampat V
8 Kab. Sorong V
9 Kab. Sorong Selatan V
10 Kab. Tambrauw*) V
11 Kab. Teluk Bintuni V
12 Kab. Teluk Wondama V
13 Kota Sorong V
Sub Jumlah 2 - 9 1 1
JU M LA H 37 35 155 140 141

Anda mungkin juga menyukai