Tahun 2019
Laporan Kinerja
Tahun 2019
Nomor : LKIN-9/K/SU/2020
Tanggal : 27 Februari 2020
Berakhirnya RPJMN dan Renstra BPKP tahun 2015-2019, membuka babak baru bagi
BPKP untuk merencanakan arah pengawasan yang akan dilakukan BPKP dalam
periode lima tahun ke depan, maka sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada
tahun 2019 BPKP telah menyusun Rancangan Renstra tahun 2020-2024 dengan
berpedoman pada Rancangan RPJMN tahun 2020- 2024.
Sebagai auditor internal pemerintah, BPKP telah menjadi mitra kerja Presiden dan
Pemangku Kepentingan Utama Lainnya melalui kegiatan assurance dan consulting.
Pada tahapan selanjutnya, BPKP bertekad untuk menjadi elemen yang berkontribusi
aktif terhadap pelaksanaan pencapaian tujuan pemerintah yaitu menjadi trusted
advisor. Sebagai trusted advisor, BPKP berkomitmen untuk terlibat aktif sebagai
pemberi saran yang terpercaya melalui komunikasi yang efektif, hubungan yang kuat,
dan kemauan untuk berkembang bersama organisasi, sehingga dapat mendorong
perubahan yang positif dalam organisasi.
Hal tersebut sejalan dengan budaya organisasi unggul di BPKP yang dibentuk oleh
nilai positif (value) yang diyakini dan dipraktekkan oleh setiap individu di lingkungan
BPKP, yaitu profesional, integritas, orientasi pada pengguna, nurani dan akal sehat,
independen dan responsibel, disingkat dengan PIONIR yang dekat dengan kata
pioneer atau perintis. Value tersebut diwujudkan dengan menjadi perintis dalam
mempraktikkan pengetahuan baru di bidang akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara/ daerah dan pembangunan nasional.
Berkenaan dengan hal tersebut, setiap insan BPKP memiliki posisi yang signifikan dan
strategis sebagai agent o f trusted advisor. Untuk itu, pengembangan SDM fokus untuk
mendorong terpenuhinya sembilan atribut internal auditor, yaitu komitmen yang tinggi
terhadap etika, fokus pada hasil, keingintahuan intelektual, berpandangan terbuka,
komunikator yang dinamis, hubungan yang berwawasan, pemimpin yang
menginspirasi, pemikir yang kritis, dan ahli secara teknis.
Dalam rangka pengembangan SDM BPKP dan juga aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) ke depan, pada tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal
Auditor Corporate University (GIA Corpu). Dengan membentuk corporate university,
diharapkan dapat mengubah strategi pembelajaran terhadap SDM, dari yang selama
ini bersifat pembelajaran taktis dan fokus pada mengatasi kesenjangan peran
pekerjaan spesifik pegawai, menjadi pembelajaran terintegrasi bahkan strategis yang
mampu mengembangkan kapabilitas pegawai dan mengintegrasikan seluruh
komponen yang memengaruhi kinerja pegawai dan organisasi.
Akhirnya saya berharap, semoga laporan kinerja ini dapat memberikan umpan balik
yang bermanfaat bagi penyempurnaan dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas
BPKP yang terus semakin baik ke depannya.
Kepala BPKP,
ttd
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
RINGKASAN EKSEKUTIF x
PERNYATAAN TELAH DIREVIU xiii
PENDAHULUAN 02
Tugas dan Fungsi BPKP 04
Struktur Organisasi 05
Aspek Strategis Organisasi 09
Kegiatan dan Layanan Produk BPKP 10
Sistematika Laporan 11
PERENCANAAN KINERJA 12
Rencana Strategis 2015-2019 14
Perjanjian Kinerja 2018 31
AKUNTABILITAS KINERJA 32
Kerangka Pengukuran Kinerja 34
Pencapaian T ujuan BPKP 2015-2019 35
Capaian Kinerja Tahun 2019 38
Sasaran Strategis 1 - Indeks AP3N 39
Sasaran Strategis 2 - SPIP 67
Sasaran Strategis 3 - APIP 94
Dukungan Pengawasan 121
Kinerja Lainnya Tahun 2019 131
Akuntabilitas Keuangan 150
PENUTUP 152
LAMPIRAN 166
Tahun 2019 ini merupakan tahun akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan juga Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) tahun 2015-2019. Oleh karena itu, laporan kinerja tahun 2019
ini juga merupakan laporan kinerja tahun terakhir dalam periode Renstra tersebut.
Sebagai laporan penutup implementasi Renstra, laporan kinerja tahun 2019 ini
menyajikan pencapaian tujuan BPKP sebagaimana direncanakan dalam Renstra
periode 2015-2019.
Untuk meningkatkan capaian kinerja ke depan, maka perlu ditempuh strategi sebagai
berikut:
1. Pembinaan pengelolaan risiko pada K/L/Pemda.
2. Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum untuk
mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.
3. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement
maturitas SPIP dan kapabilitas APIP
4. Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit keinvestigasian)
yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara lain melalui GIA
Corporate University dan MOOC.
5. Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk implementasi peer review bagi APIP
yang sudah siap menuju level 3.
Perbaikan perencanaan kinerja yang telah dilakukan BPKP pada tahun 2019 yaitu:
1) menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024, sebagai tindak lanjut dari rekomendasi
evaluasi SAKIP oleh Kementerian PAN dan RB, dan 2) penyusunan profil indikator
kinerja, yang memuat rumus pengukuran, dan target kinerja tahun 2020-2024. Pohon
kinerja dan profil indikator kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra
BPKP Tahun 2020-2024.
Kinerja BPKP tahun 2015-2019 masih akan dilanjutkan pada Renstra tahun 2020
2024. Dalam Renstra BPKP tahun 2020-2024, BPKP menetapkan enam indikator
kinerja, tiga indikator di antaranya merupakan indikator kinerja yang telah digunakan
dalam Renstra tahun 2015-2019, sedangkan tiga lainnya merupakan pengembangan
baru, yaitu: 1) Indeks Manajemen Risiko, 2) Indeks Akuntabilitas Tata Kelola
Pembangunan Nasional, 3) Tingkat Maturitas SPIP, 4) Tingkat Kapabilitas APIP, 5)
Indeks Komposit Akuntabilitas Kinerja Korporasi (KOMPAK), dan 6) Indeks Efektivitas
Pencegahan Korupsi (EPK).
Reviu bertujuan untuk m emberikan keyakinan terbatas Laporan K ineija telah disajikan
secara akurat, andal, dan valid
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang m enim bulkan
perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam Laporan
K ineija ini,
Yus Muharam
--»yv»v
IavwV k
if m 'J*,
" v * 118 • * *
W | \ \ (1 . l | \
' mBL i
// 'V f c
M •»Hvu'i
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala BPKP dibantu oleh enam Pimpinan
Tinggi Madya, yaitu Sekretaris Utama, dan lima Deputi Kepala BPKP, yaitu:
1. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman;
2. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Polhukam, Pembangunan
Manusia, dan Kebudayaan;
3. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah;
4. Deputi Bidang Akuntan Negara;
5. Deputi Bidang Investigasi.
Gambar 1.1.
Struktur Organisasi BPKP
Dalam rangka optimalisasi tugas dan fungsi yang diamanatkan melalui Perpres 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, pada tahun
2019, BPKP melaksanakan penataan organisasi dan tata kerja BPKP yang telah
disetujui oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Reorganisasi BPKP dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian sekaligus antisipasi
terhadap tugas-tugas saat ini dan tantangan ke depannya. Sebagai tindak lanjut
penataan organisasi dan tata kerja BPKP, telah terbit Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun
2019 dan telah diundangkan dalam Berita Negara Nomor 352 tanggal 29 Maret 2019.
Hal tersebut diikuti oleh terbitnya Keputusan Kepala BPKP tentang pembagian lingkup
tugas di kedeputian.
Gambar 1.2.
Muhammad Yusuf
Ateh, Ak., MBA,
didampingi istri
berfoto bersama
dengan Presiden
dan Wakil
Presiden seusai
dilantik sebagai
Kepala BPKP di
Istana Negara,
5 Februari 2020
Dalam Peraturan BPKP Nomor 5 ini dilakukan penambahan Direktorat pada tiga
Kedeputian meliputi Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat
Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan,
Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, dan Deputi Bidang
Investigasi untuk memperkuat tugas dan fungsi BPKP. Selain itu dilakukan
penataan ulang pada direktorat pengawasan bidang-bidang pada Kedeputian
sesuai fokus pelayanan pada stakeholder serta efektifiktas pelaksaan tugas dan
fungsi BPKP.
Penguatan tata kelola pada Kedeputian dilakukan dengan hadirnya Sub Direktorat
Perencanaan, Analisis, Evaluasi dan Pelaporan sebagai pelaksana fungsi
koordinasi perencanaan, analisis, evaluasi, pelaporan hasil pengawasan dan
kinerja penyelenggaraan akuntabilitas keuangan Negara dan pembangunan
nasional serta koordinasi penyelenggaraan SPIP dan RB di masing-masing
Kedeputian.
tersebut antara lain dengan adanya penguatan struktur organisasi, tugas dan
fungsi pada Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Hukum dan
Komunikasi, serta Biro Umum. Selain itu pada unit kerja Pusat-Pusat dilakukan
penataan organisasi sesuai dengan beban kerja dan efektifitas pencapaian kinerja
BPKP yang didelegasikan kepada mereka.
Pada akhir Juni 2019, Kepala BPKP, Dr. Ardan Adiperdana Ak., MBA., CA, CFrA
memasuki masa purnabakti, dan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 71/TPA Tahun 2019, terhitung tanggal 1 Juli 2019 menunjuk Deputi Bidang
Investigasi, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP.
Setelah mengemban tugas sebagai Pelaksana Tugas Kepala BPKP selama tujuh
bulan, Iswan EImi, Ak, M.S.Acc memasuki masa purnabakti pada 31 Januari 2020, dan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29/TPA Tahun 2020 tentang Pengangkatan
Pejabat Pimpinan Tinggi Tetap di Lingkungan BPKP, Presiden RI melantik Muhammad
Yusuf Ateh, Ak., MBA sebagai Kepala BPKP.
Pelaksanaan tugas BPKP didukung oleh SDM yang andal. Posisi pegawai per 31 Desember
2019 berjumlah 6.240 orang. dengan Komposisi pegawai menurut unit kerja, tingkat
pendidikan, usia, masa kerja, gender, dan jabatan dapat dilihat pada Gambar 1.3,
sedangkan peta SDM BPKP menurut lokasi unit kerja dapat dilihat pada gambar 1.4.
Gambar 1.3.
Posisi Pegawai per 31 Desember 2019
SDM
J
Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015-2019 adalah fokus pada
peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui penguatan
SPIP, penguatan kapasitas APIP, dan penguatan sumber daya manusia BPKP.
BPKP telah menghasilkan beberapa produk dan layanan yang bermanfaat bagi
pembenahan manajemen pemerintahan, antara lain:
1. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA);
2. Sistem Keuangan Desa (Siskeudes);
3. Sistem Pengawasan Keuangan Desa (Siswaskeudes);
4. Sistem Informasi Akuntansi PDAM;
5. Program Pengembangan Manajemen Risiko Sektor Korporat dan Sektor Publik;
6. Program Pengembangan GCG BUMN/BUMD;
7. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO;
8. Program Anti Korupsi (PAK);
9. Fraud Control Plan (FCP);
10. Fraud Risk Assessment (FRA);
11. Management Assessment Center (MAC);
12. Pedoman Pengukuran Indeks AP3N;
13. Pedoman Penilaian Maturitas SPIP;
14. Pedoman Pengembangan Kapabilitas APIP;
15. Sistem Informasi Bina Jabatan Auditor Berkualitas (SIBIJAK).
16. Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR)
17. Pedoman Pengawasan Lintas Sektor
Gambar 1.5.
Sistematika Laporan
01 Pendahuluan
Memuat uraian tugas, fungsi dan
wewenang organisasi
BPKP, struktur organisasi, dan
aspek-aspek strategis organisasi
terkait dengan Tugas dan Fungsi Perencanaan
02 Kinerja
S Memuat rencana dan target
Akuntabilitas
03 Kinerja_____
Memuat pencapaian target
kinerja dalam menyelesaikan
aspek-aspek strategis, beserta
analisis mengenai kendala dan
strategi peningkatan kinerja
04 Penutup
Memuat kesimpulan kinerja
BPKP dalam menyelesaikan
aspek-aspek strategis, dan
kelanjutan kinerja tahun 2020
2024
I A P IP DAL A fc ^ lE N G A W A l A
)A N P E M B fW lJ N A N YANG
PAKORNAS
■» *
,L « •uH \BfLITAS
1 PEMBANGUNAN
1.7 1
* '%> . ZONA A
jH f* * J “ y
d j| r\ / T 1
* M
i ?t i
BAB
Perencanaan
Kinerja
PERENCANAAN
KINERJA
Sebagai auditor intern pemerintah, BPKP melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang
pengawasan intern untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional
sebagaimana telah diamanatkan dalam rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) 2015-2019. Oleh karena itu, arah kebijakan strategi, kerangka
regulasi serta kerangka kelembagaan BPKP difokuskan untuk memberikan kontribusi
kepada pemerintah dalam mencapai keberhasilan sasaran pembangunan nasional
yang dicita-citakan selama lima tahun ke depan.
Sebagai alat untuk mengelola sumber daya yang terbatas dalam rangka
mengimplementasikan strategi pengawasan, BPKP menyusun rencana jangka
menengah berupa Rencana Strategis (Renstra) periode 2015-2019 dengan mengacu
kepada Peraturan Menteri PPN/ Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Renstra K/L.
1. Visi
Melalui proses dan tahapan yang melibatkan berbagai lapisan pegawai hingga
pimpinan tertingginya, BPKP menetapkan suatu komitmen untuk mewujudkan visi
BPKP, yaitu:
Terdapat dua kata kunci dalam frasa auditor internal pemerintah RI yaitu audit intern
dan auditor pemerintah RI.
Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung
jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun
simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara. Dalam
konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan
keberadaannya terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap
asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan manajemen risiko, sistem
pengendalian dan proses governance.
Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis dalam
rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance
terhadap semua KLPK di bawah Presiden. Dengan demikian, informasi yang
dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh BPKP diharapkan bersifat objektif,
tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan
prinsip independensi.
Gambar 2.1.
Rencana Strategis BPKP Periode 2015 - 2019
Menyelenggarakan
pengawasan intern terhadap Membina Mengembangkan
akuntabilitas pengelolaan penyelenggaraan kapabilitas pengawasan
keuangan dan
pembangunan nasional guna
sistem pengendalian intern pemerintah yang
mendukung tata kelola intern pemerintah profesional dan
pemerintahan dan korporasi yang efektif kompeten
yang bersih dan efektif
TUJUAN
Peningkatan kualitas
Peningkatan kapabilitas
akuntabilitas Peningkatan efektivitas
pengawasan intern
pengelolaan keuangan penyelenggaraan sistem
pemerintah yang
dan pembangunan pengendalian intern
profesional dan
nasional yang bersih pemerintah
kompeten
dan efektif
SASARAN STRATEGIS
Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal
berkelas dunia yaitu aspek sumber daya manusia (SDM), aspek organisasi dan aspek
produk.
SDM BPKP wajib menerapkan due professional care dalam setiap pelaksanaan
penugasan pengawasan dan wajib memenuhi persyaratan minimal. Kedua persyaratan
tersebut ditetapkan dalam standar pengawasan yang berlaku bagi BPKP sebagai
organisasi profesi. SDM BPKP yang memiliki kompetensi minimal dalam bidang
pengawasan, diarahkan menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai
tujuan dan sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran
profesional dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan Standard Operating
Procedure (SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA,
dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas proses pelaksanaan
pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan dilakukan sejak perencanaan strategis
sampai dengan perencanaan tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based
planning ). Demikian juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko
pengawasan (risk based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu dilakukan reviu dan
melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang berlangsung di negara-negara
lain (best practices benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi
internal audit negara yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus
tersebut, diharapkan BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat
pengawasan pemerintah lainnya.
1) Peran dan jasa pengawasan BPKP saat ini berupa jasa assurance & consulting
diarahkan menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan (Service and Role
of Internal Audit Element).
2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang profesional,
meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan kerjasama tim
(People Management Elemenf).
3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategis pengawasan berfokus pada
kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas
dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan proses
internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan (Professional Practices
Element).
4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi maupun
individu, melalui SIMA untuk kepentingan manajemen hasil pengawasan maupun
untuk manajemen sumber daya pengawasan (Performance Management and
Accountability Element).
5) Sinergitas dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya dalam
melakukan pengawasan lintas sektor dan menjadi mitra pemerintah dalam tindak
lanjut perbaikan manajemen hasil pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil
pengawasan BPKP berupa rekomendasi kepada Presiden dan pimpinan KLPK
dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra
kerja (Organizational Relationship and Culture Element).
6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP melakukan pengawasan
secara independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri walaupun
sebatas kegiatan lintas sektoral. BPKP aktif untuk melakukan pengawasan dalam
rangka meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan
kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure
Element).
Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP senantiasa
dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk memberi
keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian intern
diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan
implementasi SPIP. Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada pada level 3,
dengan karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur
pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media pengendalian
(control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan keuangan dan
atas beberapa kegiatan operasional telah mulai dilaksanakan dan didokumentasikan
secara konsisten.
Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa informasi
assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan kepada
Presiden dan Pemangku Kepentingan Utama lainnya bahwa tata kelola pemerintahan
atas seluruh program-program prioritas pembangunan telah dijalankan sesuai dengan
standar, aturan, kebijakan atau instrumen operasional manajemen risiko dan
governance lainnya.
Informasi consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko,
aktivitas pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan program pembangunan. Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis
tersebut harus sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang
cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan program
pembangunan.
Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan
dan pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen lingkup pengawasan
intern yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan intern akan
meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan kebijakan fiskal.
Pengawasan BPKP dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada
pembangunan nasional yang menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian
lebih rinci dapat dilihat di tujuan dan sasaran strategis. Dengan kualitas tersebut, BPKP
diharapkan dapat menjadi mitra srategis KLPK dalam mensukseskan pembangunan
nasional untuk kesejahteraan rakyat.
Visi BPKP sejalan dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015 - 2019. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari adanya persinggungan antara peran BPKP dengan
beberapa agenda prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita) antara lain agenda
kedua yang isinya adalah membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam lingkup
yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis serta tugas dan
fungsi yang dilaksanakannya, BPKP mengambil peran penting yang mengerucut
sebagai Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata
Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif dan Terpercaya. Peran penting BPKP
tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:
Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai pada
tataran sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat dibutuhkan
oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu hadir diartikan sebagai
keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah selalu ada atau hadir untuk
memberikan jawaban kepada masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan.
Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP dapat
memfasilitasi dan mendorong KLPK dengan cara membangun SPIP serta mendorong
peningkatan level maturitas SPIP pada setiap KLPK. Hal penting lainnya yang harus
dilakukan adalah SPIP juga harus diterapkan pada program lintas sektor. Di samping
itu, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mendorong dan memfasilitasi API P
untuk meningkatkan kapabilitas pengawasan intern masing-masing API P. Jika
beberapa upaya penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola
pemerintahan di Indonesia akan semakin baik.
Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan serta mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam
bentuk penyediaan barang/jasa dalam jumlah yang memadai dan berkualitas
merupakan salah satu indikator pemerintahan yang efektif. Kehadiran fungsi
pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP hendaknya dapat memastikan bahwa
program dan kegiatan pembangunan nasional dapat menghasilkan output yang tepat
secara jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian,
pengawasan internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting dilakukan oleh
BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link antara kebutuhan
masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di samping itu, pengawasan internal
oleh BPKP dilakukan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program tersebut.
sebagai profil yang lambat dalam memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya
koruptif. Pemerintah pun berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif
tersebut tidak terus-menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang
dilakukan oleh BPKP diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para
penyelenggara pemerintahan dan mendorong aparatur pemerintah untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Misi ------------------------------------------------------------------------------------------------
Misi ini menggambarkan dua hal yaitu tugas dan manfaat BPKP. Tugas dimaksud adalah
“Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan”
dan manfaatnya yaitu “mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif'.
Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,
serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, BPKP
menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala KLPK melalui jasa assurance, jasa
consultancy. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada Presiden tentang
capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja BPKP tersebut. Sedangkan jasa
consultancy berwujud rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan
kinerja KLPK sebagai mitra kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern
tersebut sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui
informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran
pembangunan nasional. BPKP harus berperan aktif dalam memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas
manajemen risiko, dan kurang memadainya kualitas proses tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan
Nasional dalam RPJMN 2015 - 2019.
seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada penerimaan
negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang diterapkan untuk mengalokasikan
belanja negara dan kebijakan pembiayaan. Dalam kaitan ini pengawasan intern
diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan
Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi kebijakan
pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan pengawasan
atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan mencakup antara lain kebijakan:
(a) Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah untuk
meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c)
Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d)
Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi.
dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk melaksanakan strategi ini perlu
menciptakan kondisi pendukung sebagai prasyarat minimal yang harus terpenuhi.
Indikator pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan dalam
Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015 - 2019.
Dalam RPJMN 2015-2019 terdapat beberapa program lintas sektor dimana sasaran
pokok program pembangunan tersebut dirancang dilaksanakan oleh satu atau lebih
KLPK. Dalam hal ini, BPKP harus dapat memastikan sejauh mana program lintas
sektor tersebut dijalankan secara terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan dari
program lintas sektor tersebut. Arah Pengawasan BPKP selanjutnya adalah
melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK
untuk mengawal pencapaian Sasaran Program yang bersifat program lintas sektor
dalam RPJMN.
Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten dan sejalan
dengan amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP yaitu program atau
kegiatan yang bersifat lintas sektor. Dengan melakukan pengawasan intern terfokus
pada pembangunan nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah,
BPKP berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tiga Strategi Pembangunan Nasional,
Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan
merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini terdapat
dua atau lebih KLPK yang bertanggung jawab mengelola keuangan untuk
pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan tanggung jawab untuk
menyukseskan tujuan pembangunan nasional. Tanggung jawab ini mengikuti struktur
dan birokrasi KLPK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pelaksanaan
kewenangan ini sering menghambat sinergi yang pada akhirnya menghambat
pencapaian tujuan semula. Kehadiran peran pengawasan intern yang berkualitas dari
BPKP diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja
program pembangunan pusat, daerah dan korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan
untuk mengatasi hambatan kelancaran pembangunan.
2.2. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif ------------
Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung dengan
misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih
dan efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1
menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi
pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan
misi 2 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem
pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem
pengendalian intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan
melekat.
Misi ini juga terkait dengan dua misi sebelumnya. Unsur pertama SPIP, yaitu Lingkungan
Pengendalian, mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif bagi
penerapan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan budaya
pengendalian ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat pengawasan
intern pemerintah (API P) yang efektif. Untuk mewujudkan peran API P sebagai aparat
pengawasan intern diperlukan kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya serta sesuai
dengan PP 60 Tahun 2008, tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan
intern tersebut difokuskan pada peningkatan kapabilitas API P dengan mengarah pada
peningkatan kapasitas organisasi API P maupun peningkatan kompetensi auditornya.
Peningkatan kapabilitas APIP melalui peningkatan enam elemen kapabilitas APIP yaitu
(a) peran APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor APIP; (c) praktik
profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja dan
akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan/atasan dan pimpinan
satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi
APIP.
Sasaran strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan, yang dirumuskan
secara spesifik dan terukur, untuk dapat dilaporkan pencapaiannya dalam kurun waktu
satu tahun. Sasaran strategis merupakan indikator kinerja pencapaian tujuan strategis
sehingga merupakan dampak (impact) dari sasaran program. Dengan pengertian ini,
dan dikaitkan dengan tujuannya, sasaran strategis BPKP yang diharapkan dicapai
setiap tahun adalah sebagai berikut:
Rumusan arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP terkait antara satu dengan
lainnya. Kebijakan BPKP merupakan penjabaran dari urusan pengawasan intern
nasional sesuai dengan visi dan misi pembangunan nasional yang berisi satu atau
beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pengawasan dan
pembangunan pengawasan intern dengan indikator kinerja yang terukur. Untuk
mencapai sasaran strategis yang dirumuskan sebelumnya, dibuatlah strategi-strategi
BPKP sebagai langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi BPKP.
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan
intern adalah hasil pengawasannya berperan penting dalam meningkatkan tata kelola,
memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem pengendalian intern. Dengan
demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat lepas dari
pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup nasional.
efektif dan terpercaya. Kebijakan pengaw asan BPKP ju g a diarahkan untuk m encapai
terw ujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pem erintah, penguatan
pengaw asan terhadap kinerja pem bangunan nasional, kebijakan dalam penerapan
pengaw asan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan
penerapan sistem m anajem en kinerja pem bangunan nasional yang efisien dan efektif.
Arah kebijakan pengaw asan BPKP secara rinci sebagai berikut:
E m pat arah kebijakan pengaw asan BPKP tersebut selanjutnya menjadi em pat fokus
pengaw asan BPKP sebagai respon terhadap kom pleksitas isu pem bangunan nasional,
yaitu pengawalan pem bangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengam anan aset
negara/daerah, dan peningkatan governance system, sebagaim ana pada gam bar 2.2.
Tabel 2.1
Indikator Kinerja Utama BPKP tahun 2015-2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
1 M eningkatnya kualitas 1.1 Indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
akuntabilitas pengelolaan pembangunan program prioritas dalam Nawacita
keuangan dan
pem bangunan nasional
Gambar 2.2.
Empat Fokus Pengawasan BPKP
Fokus Pengawasan
BPKP
Em p at F o k u s P e n g a w a s a n B P K P m e ru p a k a n in tis a ri d ari Tugas d a n Fungsi B P K P
se b a g a im a n a te rc a n tu m d a la m P e ra tu ra n P r e s id e n N o m o r 192 T a h u n 2 0 1 4
Pengawalan Pembangunan
Nasional
7T dite ra p ka n ny a t a t a
k e l o l a yang ba ik
Rp penerimaan negara/
daerah, dan
dalam pencapaian penghematan
ta rg e t-ta rg e t pengeluaran negara/
pembangunan daerah, sehingga
n a sio n al d i p e r o l e h ruang
f i s k a l yang cukup
untuk membiayai
pembangunan
n a s io n a l
Sebagai pengembangan dari SPIP di sektor publik, BPKP juga melakukan pembinaan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern di sektor korporasi (BUMN/ BUMD/
BLU/BLUD). Kinerja dari pembinaan pengendalian intern yang dilakukan tersebut
selanjutnya diukur dengan indikator "Efektivitas SPI Korporasi (Level 3)".
Target tiga kelompok indikator Kinerja yang diuraikan tersebut di atas untuk periode
2015-2019 disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Target Kinerja BPKP tahun 2015-2019
Sasaran
No Indikator Kinerja Utama 2015 2016 2017 2018 2019
Strategis
1 Meningkatnya 1.1 Indeks Skala Skala Skala Skala Skala
kualitas akuntabilitas 1 1 2 2 3
akuntabilitas pengelolaan
pengelolaan keuangan dan
keuangan dan pembangunan
pembangunan program prioritas
nasional dalam Nawacita
2 Meningkatnya 2.1 Persentase KL 4% 2% 32% 55% 85%
maturitas SPIP dengan Maturitas
dan efektivitas SPIP level 3
SPI korporasi 2.2 Persentase 5% 9% 30% 60% 85%
pemerintah
provinsi dengan
Maturitas SPIP
level 3
2.3 Persentase 5% 3% 20% 45% 70%
pemerintah
kabupaten/ kota
dengan Maturitas
SPIP level 3
2.4 Persentase 20% 45% 50% 85%
korporasi dengan
efektivitas SPI
level 3
3 Meningkatnya 3.1 Persentase APIP 5% 8% 21% 56% 85%
kapabilitas K/L dengan
pengawasan kapabilitas level 3
intern 3.2 Persentase APIP 5% 9% 30% 74% 85%
pemerintah pemerintah
kementerian, provinsi dengan
lembaga, dan kapabilitas level 3
pemda 3.3 Persentase APIP 5% 3% 20% 51% 70%
pemerintah
kabupaten/ kota
dengan
Kapabilitas level 3
5. Program ------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, BPKP
menyesuaikan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi BPKP
dengan program yang ditetapkan oleh Bappenas.
Sesuai dengan Pedoman Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang diterbitkan oleh
Bappenas dan Kementerian Keuangan, setiap Unit Eselon I pada kementerian atau
LPNK melaksanakan program teknis dan program generik. Program teknis merupakan
program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat
(pelayanan ekstern), sedangkan program generik merupakan program yang bersifat
Dalam pencapaian sasaran strategis tersebut di atas, BPKP didukung oleh lima Deputi
Pengawasan yang membidangi Perekonomian dan Kemaritiman, Polhukam dan PMK,
Pemerintahan Daerah, Korporasi, dan Keinvestigasian, serta didukung oleh Sekretariat
Utama, Inspektorat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, Pusat Informasi
Pengawasan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan, Pusat Pembinaan
Jabatan Fungsional Auditor, dan 34 Perwakilan BPKP yang tersebar di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
BAB
Akuntabilitas
Kinerja
AKUNTABILITAS
KINERJA
Dalam rangka penyusunan laporan kinerja BPKP tahun 2019 dilakukan pengumpulan
data kinerja yang melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan BPKP. Data kinerja yang
dikumpulkan berupa target dan realisasi kinerja BPKP beserta uraian rinci kinerja,
target dan realisasi keuangan, target dan realisasi penggunaan sumber daya manusia,
data-data penghargaan, serta informasi lain yang terkait dengan kinerja BPKP tahun
2019. Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk memperoleh data kinerja yang
akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten yang berguna bagi pengambilan
keputusan dalam rangka perbaikan kinerja tanpa meninggalkan prinsip manfaat dan
biaya, serta efisiensi dan efektivitas.
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang semula berada
pada skala 1 (skala 1-5) pada tahun 2015, menjadi skala 3 (skala 1-5) pada tahun
2019 sesuai dengan target renstra (tercapai 100%). Dengan pencapaian kualitas
akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional skala 3 (skala 1-5),
secara umum pengelolaan program pembangunan nasional cukup baik. Walaupun
pada beberapa area memerlukan perbaikan, namun pencapaian skala 3 dipandang
cukup untuk mengawal pencapaian tujuan program pembangunan nasional agar
efektif, efisien, dan juga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan SPIP pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,95% pada
tahun 2015, menjadi sebesar 60,16% pada tahun 2019, atau mencapai 81,86% dari
target sebesar 73,49%.
Target renstra yaitu 72,93% APIP (Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah)
kapabilitasnya berada pada level 3, dengan rincian :
Pada akhir renstra tahun 2019, BPKP telah berhasil meningkatkan kapabilitas APIP
pada instansi pemerintah yang semula sebesar 0,32% pada tahun 2015, menjadi
sebesar 58,03% pada tahun 2019 , atau mencapai 79,57% dari target sebesar 72,93%.
Ringkasan Kinerja
Laporan kinerja BPKP tahun 2019 ini merupakan akuntabilitas kinerja tahun kelima,
atau tahun terakhir dalam periode Renstra 2015-2019 BPKP. Dalam Renstra periode
2015-2019, BPKP menetapkan tiga tujuan, yang kemudian dijabarkan dalam tiga
sasaran strategis BPKP.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, realisasi pencapaian sasaran strategis tahun
2019, secara ringkas diikhtisarkan capaian kinerja BPKP tahun 2019 dalam Tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Ringkasan Kinerja BPKP Tahun 2019
Tabel 3.2.
Kinerja Sasaran Strategis 1
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
(%)
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional
1.1 Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
. Keuangan dan Pembangunan Skala 3 3 100,00
1-5 3 3
Program Prioritas dalam Nawacita
dan level koordinator yang menjabarkan karakteristik lintas sektoral dari program. Nilai
indeks diukur dalam skala 1-5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas
akuntabilitas pengelolaan program pembangunan nasional yang semakin baik.
Menggambarkan Menggambarkan
pengelolaan program p rin sip-p rin sip
pembangunan a k u n t a b ilit a s yang
nasional m ulai dari didasarkan d a r i
penyusunan p rin sip-p rin sip
kebijakan sampai aku n tabilitas
dengan pengawasan menurut Koppel
Indikator
AP3N
Skala skor indeks AP3IM dibagi dalam 5 tingkatan
SkorBB - IGD
Pengelolaan program
pembangunan sangat baik, perlu
Skor 71 - 85 dipertahankan atau ditingkatkan
Pengelolaan program
pembangunan baik, namun ada
area tertentu yang memerlukan
perbaikan Skor 5 G - 7 0
Pengelolaan program
pembangunan cukup
baik, namun pada beberapa area
memerlukan perbaikan
SkorO - 40
Pengelolaan program
pembangunanpada hampir
seluruh area memerlukan
erbaikan
Dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagaimana dituangkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang RKP Tahun 2019, pemerintah
Prioritas Jumlah
No Pembangunan Program Prioritas Keg.
Nasional Prioritas
1 Pembangunan 1 Percepatan pengurangan kemiskinan 5
Manusia 2 Peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat 5
3 Pemerataan layanan pendidikan berkualitas 5
4 Peningkatan akses masyarakat terhadap perumahan dan 3
permukiman layak
5 Peningkatan tata kelola layanan dasar 3
2 Pengurangan 6 Peningkatan konektivitas dan TIK 5
kesenjangan 7 Percepatan pembangunan papua dan papua barat 5
antar wilayah 8 Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan desa 3
9 Penanggulangan bencana 4
10 Peningkatan sistem logistik 3
3 Peningkatan 11 Peningkatan ekspor dan nilai tambah produk pertanian 5
nilai tambah 12 Percepatan peningkatan ekspor dan nilai tambah industri 4
ekonomi dan pengolahan
penciptaan 13 Peningkatan nilai tambah pariwisata dan jasa produktif 4
lapangan kerja lainnya
14 Percepatan peningkatan keahlian tenaga kerja 4
15 Pengembangan Iptek dan inovasi untuk meningkatkan 4
produktivitas
4 Pemantapan 16 Peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan energi 5
ketahanan 17 Peningkatan produksi, akses dan kualitas konsumsi 5
energi, pangan pangan
dan sumber 18 Peningkatan kuantitas, kualitas dan aksesibilitas sumber 4
daya air daya air
19 Peningkatan daya dukung sumber daya alam dan daya 4
tampung lingkungan
5 Stabilitas 20 Kamtibmas dan keamanan siber 5
keamanan 21 Kesuksesan pemilu 4
nasional dan 22 Pertahanan wilayah nasional 3
kesuksesan 23 Kepastian hukum dan reformasi birokrasi 4
pemilu 24 Efektivitas Diplomasi 4
JUMLAH 100
Atas 24 program prioritas, yang dijabarkan dalam 100 kegiatan prioritas tersebut,
BPKP berperan mengawal akuntabilitas melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi
program prioritas, kegiatan prioritas, serta proyek prioritas yang berada di bawah
program prioritas tersebut. Untuk menilai hasil pengawalan, pembinaan, monitoring dan
evaluasi atas program prioritas tersebut, pada tahun 2019, BPKP melakukan
pengukuran indeks AP3N pada 8 program prioritas, dengan hasil sebagai berikut:
Deputi
No Program Prioritas Skor
Koordinator
1 Program Prioritas Percepatan Pengurangan Kemiskinan D2 70,67
dengan fokus pada Kegiatan Prioritas Penguatan
Pelaksanaan Bantuan Sosial Tepat Sasaran
2 Program Prioritas Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan D2 60,92
Deputi
No Program Prioritas Skor
Koordinator
Gizi Masyarakat dengan fokus pada Kegiatan Prioritas
Percepatan Penurunan Stunting
3 Program Prioritas Peningkatan Konektivitas dan D1 67,86
Teknologi Informasi dan Komunikasi
4 Program Prioritas Percepatan Pembangunan Daerah D3 59,82
Tertinggal dan Desa dengan fokus pada Kegiatan
Prioritas Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah
dan Desa dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset
Pemerintahan Desa
5 Program Prioritas Peningkatan Sistem Logistik D1 64,00
6 Program Prioritas Percepatan Peningkatan Ekspor dan D1 63,07
Nilai Tambah Industri Pengolahan
7 Program Prioritas Percepatan Peningkatan Keahlian D1 63,67
Tenaga Kerja
8 Program Peningkatan Produksi, Akses dan Kualitas D1 64,23
Konsumsi Pangan
Rata-rata 64,28
Skala 3
Ket:
D1= Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
D2= Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
D3= Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Dari hasil pengukuran indeks AP3N, rata-rata skor indeks AP3N sebesar 64,28 atau
berada pada skala 3. Dengan demikian realisasi indeks AP3N pada tahun 2019 telah
mencapai target atau 100%. Rata-rata skor indeks AP3N tersebut mengalami kenaikan
sebanyak 7,49 poin dibandingkan dengan tahun 2018, yaitu dari 56,79 di tahun 2018
menjadi 64,28 di tahun 2019.
Dari hasil pengukuran indeks AP3N, enam indikator yang paling memerlukan
perbaikan (area of improvement) adalah sebagai berikut:
Jml Program
No Area o f Improvement (AOI)
Prioritas
1 Pelaporan-pertanggungjawaban program pembangunan nasional 7
belum mengungkapkan mengenai pengelolaan risiko dalam
pelaksanaan program
2 Perencanaan penganggaran jangka menengah (lima tahun) belum 6
sepenuhnya menggambarkan integrasi/ sinkronisasi/ sinergi
program pembangunan nasional
3 Pengelolaan risiko belum sepenuhnya ada dalam pelaksanaan 6
program pembangunan nasional
4 Koordinator di setiap layer PN/PP/KP belum ditetapkan secara 5
tertulis (formal)
5 Penanggungjawab Program Pembangunan Nasional belum 5
ditetapkan secara tertulis
6 Pengawasan atas pengelolaan risiko belum ada pada program 5
pembangunan nasional
Gambar 3.3.
Perbandingan Kinerja Indeks AP3N
2019 100
2018 100
Skala 2017 100
20IE 100
u n i l 2015 100
2015 2016 2017 2018 2019
■ Target 1 1 2 Z 3
20 40 GO 30 100 120
Realisasi l l 2 3 3 %
Realisasi Indeks AP3N tahun 2019 adalah skala 3. sesuai target. Capaian kinerja Indeks AP3N tahun 2019 sebesar 100%, sesuai
target.
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi Indeks AP3N tahun
2019 tidak mengalami pembahan (skala 3), namun skor nilai Dibandingkan dengan tahun 2018, Capaian kinerja Indeks AP3N
indeks AP3N mengalami kenaikan sebesar 7,49 poin, yaitu dari tahun 2019 tidak mengalami perubahan.
rata-rata sebesar 56,79 pada tahun 2018, menjadi rata-rata
sebesar 64,28 poin pada tahun 2019
Pencapaian target indeks AP3N tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya yang
telah dilakukan BPKP, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Gambar 3.4. Kepala Perwakilan BPKP provinsi NTB melakukan pemantauan proyek PSN
pembangunan Bendungan Bintang Bano di Sumbawa, NTB
Gambar 3.6. Inspeksi lapangan tim, dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan
Timur memantau PSN Pembangunan Jembatan Pulau Balang II di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Bentang utama jembatan direncanakan sepanjang 804 meter, jembatan
pendekat sepanjang 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.807 meter
Gambar 3.8. Inspeksi lapangan tim dipimpin Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Nusa
Tenggara Timur memantau progress PSN pembangunan Jalan Lintas Utara Flores
dari Labuan Bajo - Kedindi sepanjang 141,29 Km
Gambar 3.9. Tim BPKP melakukan peninjauan dalam rangka reviu progres pembangunan LRT Cawang - Cibubur
ig
Dengan terjadinya gempa bumi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2018, BPKP melakukan pengawasan yang bertujuan untuk
mengawal akuntabilitas distribusi bantuan sosial dalam bentuk Dana Siap Pakai, dan
Bantuan Sosial yang dikelola oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Gambar 3.11. Tim BPKP melakukan inspeksi lapangan dalam rangka pemantauan akuntabilitas penggunaan
Dana Siap Pakai Penanggulangan Bencana Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi di Sulawesi Tengah
Pemilihan umum serentak pada tahun 2019 yang digelar di seluruh Indonesia untuk
memilih presiden dan wakil presiden, serta anggota dewan perwakilan rakyat dan
dewan perwakilan rakyat daerah, perlu dikawal akuntabilitasnya. BPKP dengan
melibatkan perwakilan di seluruh provinsi bertugas mengawal dengan melakukan
kegiatan reviu akuntabilitas terkait keuangan dan kinerja penyelenggaraan pemilu pada
101 satker KPU dan Bawaslu se-Indonesia. Kegiatan ini bertujuan memberikan
keyakinan bahwa pertanggungjawaban keuangan Dana Pemilu Tahun 2019 dan
kinerja penyelenggaraan Pemilu 2019 telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
didukung bukti yang memadai.
Gambar 3.12. Rapat Koordinasi dan Pembahasan Hasil Reviu BPKP pada KPU dan Bawaslu
Provinsi dan Kabupaten/ Kota tahun 2019
50 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Gambar 3.13. Penyampaian hasil reviu LKJPP Tahun 2018 oleh Kepala BPKP kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
membantu KSP terkait skill dan experience pada proyek detail dalam rangka
pemantauan rencana aksi. Lebih jauh lagi, BPKP memiliki instrumen pengawasan
hingga level daerah yang dapat melaksanakan pemantauan di lapangan yang dapat
membantu KSP dalam menemukan masalah serta memberikan rekomendasi.
Pada tahun 2019, BPKP melakukan audit BPJS Kesehatan, yang dilakukan
berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S-126/MK.02/2019 tanggal 11 Februari
2019 tentang Permohonan Audit dengan Tujuan Tertentu atas Aset Dana Jaminan
Sosial Kesehatan, yang meliputi Aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan (DJS)
Kesehatan) dan Aset Dana BPJS Kesehatan Tahun 2018. Audit dengan Tujuan
Tertentu (ATT) atas DJS Kesehatan mencakup 5 (lima) sistem utama yaitu sistem
kepesertaan; sistem manajemen iuran dan penagihan piutang; sistem biaya manfaat
jaminan kesehatan (termasuk strategic purchasing); Sistem Teknologi Informasi serta
Sistem Pengelolaan Biaya Operasional.
2) Dari hasil verifikasi tagihan tunggakan pihak ketiga tahun 2019, diperoleh
penghematan dari hasil koreksi sebesar Rp829.102.765.119,36 dari tagihan
sebesar Rp6.456.902.549.172,30 atau diperoleh penghematan sebesar 12,84%.
Tabel 3.9. Penghematan pengeluaran negara dari hasil verifikasi tagihan
tunggakan pihak ketiga 2015-2019
Uraian 2015 - 2017 2018 2019 Total
Nilai Tagihan Rp3,45 triliun Rp1,71 triliun Rp1,30 triliun Rp6,46 triliun
Koreksi dan Denda Rp0,58 triliun Rp0,04 triliun Rp0,21 triliun Rp0,83 triliun
Nilai Verifikasi Rp2,87 triliun Rp1,67 triliun Rp1,09 triliun Rp5,63 triliun
Tabel 3.10. Penghematan pengeluaran negara dari hasil pengawasan ganti rugi
pengadaan tanah PSN
C o st S aving -----------------------------------------------------------------------------------------
Realisasi cost saving dari hasil audit sektor migas dan perbankan tahun 2019 sebesar
9,92%, yaitu Rp10.336.553.059.997,00 dari cakupan audit Rp104.231.233.185.700,00.
Perkembangan cost saving 2015-2019 sebagai berikut:
Tabel 3.11. Cost Saving 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Cost saving Rp5,05 Rp7,39 Rp2,59 Rp3,3 Rp10,34
triliun triliun triliun triliun triliun
Cakupan audit Rp136,10 Rp64,54 Rp68,08 Rp30,81 Rp104,23
triliun triliun triliun triliun triliun
% 3,71% 11,45% 3,8% 10,71% 9,92%
Dari 542 pemerintah daerah sebanyak 445 pemerintah daerah atau 82,10% telah
mengimplementasikan SIMDA yang dikembangkan BPKP (rincian terlampir dalam
lampiran 10). Penjelasan masing-masing aplikasi sistem tata kelola (E-Gov)
terintegrasi, adalah sebagai berikut:
Selain tiga aplikasi besar sebagai backbone tata kelola pemerintahan daerah,
dibangun pula aplikasi sub sistem terkait, antara lain:
a. SIMDA BMD adalah aplikasi pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) mulai dari
Rencana Kebutuhan Pengadaan/Pemeliharaan Barang, penatausahaan, dan
mendukung sistem akuntansi berupa data rincian Aset Tetap, beban penyusutan
dan akumulasi penyusutan. Per 31 Desember 2019 Aplikasi telah digunakan oleh
396 pemda;
b. SIMDA Pendapatan adalah aplikasi pengelolaan pendapatan pajak dan retribusi
daerah (PAD), mulai dari pendaftaran Wajib Pajak/Retribusi (WP-R), penetapan,
sampai dengan penagihan, serta mendukung sistem akuntansi berupa data rincian
penetapan, penerimaan dan saldo piutang PAD. Per 31 Desember 2019 Aplikasi
telah di-install/ digunakan oleh 171 pemda;
c. SIMDA Gaji adalah aplikasi pengelolaan penggajian PNSD, menghasilkan
dokumen penggajian di pemda, mendukung sistem akuntansi berupa data
beban/belanja pegawai. Per 31 Desember 2019 Aplikasi telah di-install/ digunakan
oleh 61 pemda;
d. Aplikasi CMS/SP2D Online merupakan aplikasi layanan perbankan untuk
memperlancar pelaksanaan transaksi pencairan SP2D dari rekening kas umum
daerah ke rekening tujuan (SKPD/pihak ketiga) secara Online. Aplikasi CMS/SP2D
Online digunakan oleh 219 Pemda.
Tabel 3.12. Perkembangan Capaian Opini WTP Pemda TA. 2016 - 2018
Target RPJMN Capaian WTP
Pemda 2019 Opini WTP TA. 2016 TA. 2017 TA. 2018
Pemda % Pemda % Pemda % Pemda %
Provinsi 34 29 85% 31 91% 33 97% 32 94%
Kabupaten 415 250 60% 275 66% 298 72% 327 79%
Kota 93 60 65% 72 77% 80 86% 84 90%
Jumlah 542 339 378 411 443
Dari 443 pemerintah daerah yang memperoleh opini W TP atas LKPD Tahun 2018,
sebanyak 360 (81%) menggunakan SIMDA.
wandatanganan perjanjian
• Gambar 3.15. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama
[a SP2D online antara Pemerintah Kabupaten STmatungunide-n ( i l ^ ln P i B I |BfenBPKP guna mendukung optimalisasi
_ pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Sampai dengan tahun 2019, implementasi Siskeudes telah mencapai 95,06% dari
seluruh desa di Indonesia. Aplikasi Siskeudes versi 2.0 telah diimplementasikan pada
71.249 desa di 417 Kabupaten/Kota dari 74.954 desa di 434 Kabupaten/Kota.
Sedangkan bimbingan teknis Aplikasi Siskeudes telah dilaksanakan pada 73.751 desa
di 430 Kabupaten/Kota atau 98,40% dari 74.954 desa di 434 Kabupaten/Kota.
Tujuan interkoneksi Siskeudes Versi 2.0 dan OM-SPAN antara lain untuk memberikan
kemudahan kepada pemerintah daerah dalam menyampaikan dokumen penyaluran
Dana Desa, mempercepat pertukaran data dan informasi, dan mengefisienkan
penggunaan sumberdaya. Interkoneksi Aplikasi Siskeudes Versi 2.0 dengan OM-
SPAN pada tahun 2019 masih dalam tahap uji coba. Interkoneksi secara efektif akan
diterapkan pada tahun 2020. Sampai dengan bulan Desember interkoneksi Siskeudes
Versi 2.0 dengan OM-SPAN telah dilaksanakan pada 9.818 desa atau 13,78% dari
pengguna aplikasi Siskeudes.
i A i
W v
W ' M
M T
■ /
u
Ir * -A .
Siskeudes Online
Dengan adanya sumber keuangan desa yang semakin besar, pemerintah desa
memiliki tanggung jawab yang besar. Potensi terjadinya penyimpangan juga semakin
besar.
lir r-*7>
Gambar 3.19. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara dan tim, memberikan
pembinaan sistem informasi akuntansi dan aplikasi BUMDesa dalam rangka meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja BUMDesa di Kabupaten Kolaka Timur
Di samping itu, dalam rangka menilai efektivitas dana transfer dari Pemerintah Pusat
berupa Dana Otonomi Khusus (Otsus), BPKP melakukan Evaluasi atas pemanfaatan
Dana Otsus yg disalurkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Aceh, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan evaluasi Dana Otsus oleh BPKP
berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Republik Indonesia.
Realisasi persentase BUMN/ anak perusahaan dengan skor GCG minimal "baik"
cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar 65,71% dan pada tahun 2019
sebesar 85,45%, atau meningkat 19,74% dalam periode 5 tahun. Hal ini memberikan
gambaran bahwa tatakelola pada BUMN semakin membaik.
Dari 17 sektor usaha BUMN yang dievaluasi GCG, Jumlah BUMN dengan GCG
minimal baik terbanyak adalah BUMN di sektor Kelistrikan yaitu sebanyak 8 BUMN
(14,54%) dari 55 BUMN.
Dari 23 sektor usaha BUMN yang difasilitasi, Jumlah BUMN dengan kinerja A (baik)
terbanyak adalah BUMN di sektor Transportasi dan Pergudangan yaitu sebanyak 6
BUMN (10,34%) dari 58 BUMN.
kesehatan BUMD (dalam hal ini PDAM), BPKP melakukan evaluasi kinerja PDAM.
Pada tahun 2019, BPKP telah melakukan evaluasi kinerja 374 PDAM, dengan hasil
224 PDAM (59,89%) termasuk kategori sehat.
Realisasi PDAM sehat cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar 52,57%,
dan pada tahun 2019 menjadi sebesar 59,89%, atau meningkat sebesar 7,32% dalam
5 tahun.
Realisasi BLUD kinerja baik cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2015 sebesar
69,56%, dan pada tahun 2019 menjadi sebesar 86,41%, atau meningkat sebesar
16,85% dalam 5 tahun.
Keinvestigasian
Pada tahun 2019, BPKP telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pengamanan aset negara/ keinvestigasian, dengan ringkasan output kegiatan sebagai
berikut:
Tabel 3.17. Target dan Realisasi Output Kegiatan Keinvestigasian Tahun 2019
Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Rencana Realisasi
(%)
Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Rencana Realisasi
(%)
Pemberian keterangan ahli yang dilaksanakan oleh BPKP sebanyak 665 laporan terdiri
atas pemberian keterangan ahli di hadapan penyidik sebanyak 289 laporan, dan
pemberian keterangan ahli di pengadilan sebanyak 376 laporan. Laporan hasil
perhitungan kerugian keuangan negara sebanyak 218 laporan diserahkan kepada
Kejaksaan sebanyak 81 laporan, dan diserahkan kepada Kepolisian sebanyak 137
laporan. Pengumpulan dan evaluasi bukti dokumen elektronik sebanyak 5 laporan
dilakukan untuk mendukung keperluan penyidikan, audit investigatif, audit tujuan
tertentu yang dilakukan oleh BPKP.
Gambar 3.20. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memaparkan hasil diagnostic assessment
FCP pada Pemerintah Kabupaten Bulukumba
Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) sebanyak 66 laporan yang dilaksanakan BPKP
diserahkan kepada aparat penegak hukum sebanyak 47 laporan dan sebanyak 19
laporan diserahkan kepada kementerian/ lembaga selaku pihak yang meminta
dilakukannya audit investigatif.
Pada tahun 2019, dari hasil audit penyesuaian harga dan audit klaim dihasilkan
penghematan keuangan negara sebesar Rp199.670.781.034,00, USD757,39, dan
¥37.962.814,00.
Tabel 3.18. Penghematan keuangan negara dari hasil audit penyesuaian harga dan
audit klaim 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Penghematan keuangan negara:
hasil audit klaim + Rp0,36 triliun Rp0,22 triliun Rp0,19 triliun Rp0,24 triliun Rp0,2 triliun
penyesuaian harga
hasil audit USD6,47 juta USD0,08 juta USD0,19 juta USD18,02 USD 757,39
penyesuaian harga juta
- ¥8,47 juta - - ¥ 37,96 juta
Sasaran strategis 1 telah mencapai target tahun 2019. Strategi ke depan (tahun 2020)
untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan indeks akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan pembangunan dalam Nawacita berada pada skala 3, yaitu:
1. Memperkuat kerangka regulasi implementasi akuntabilitas tata kelola pembangunan
nasional (ATPN) bagi K/L Koordinator dan Pelaksana Program Prioritas Nasional.
Sasaran Strategis 2:
M eningkatnya M aturitas S P IP dan Efektivitas S P I K orporasi
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Meningkatnya maturitas SPIP dan
Efektivitas SPI Korporasi
2.1 Persentase K/L dengan Maturitas
% 85 79,55 93,59
SPIP Level 3
2.2 Persentase Pemerintah Provinsi
% 85 79,41 93,42
dengan Maturitas SPIP Level 3
2.3 Persentase Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan Maturitas % 70 55,51 79,30
SPIP Level 3
Persentase Korporasi dengan
2.4 % 85 46,00 54,12
Efektivitas SPI Level 3
Uraian kinerja atas 4 indikator kinerja meningkatnya maturitas SPIP adalah sebagai
berikut:
Tingkat maturitas SPIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat maturitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L dengan quality
assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian maturitas SPIP yang
dikembangkan oleh BPKP.
Pada tahun 2019, dari 88 K/L yang menjadi mitra BPKP, terdapat 70 K/L yang
mencapai tingkat maturitas level 3 dalam penyelenggaraan SPIP. Dengan demikian,
realisasi maturitas SPIP K/L (level 3) sebesar 79,55% atau mencapai 93,59% dari
target sebesar 85%.
Tabel 3.21. Perkembangan Jumlah K/L yang Mencapai Maturitas SPIP Level 3
menurut Deputi Pembina
rincian tingkat maturitas SPIP kementerian/ lembaga tahun per 31 Desember 2019
disajikan pada lampiran VI.
Dari tabel 3.23 terlihat bahwa jumlah K/L yang mencapai maturitas SPIP level 3
mengalami kenaikan sebanyak 20 K/L, atau sebesar 22,73% dari jumlah K/L. Di sisi
lain jumlah K/L dengan maturitas SPIP level 2 mengalami penurunan sebanyak 15 K/L,
atau 17,05% dari jumlah K/L, karena naik ke level 3.
Penurunan juga terjadi pada jumlah K/L dengan maturitas SPIP level 1 yaitu turun
sebanyak 3 K/L, atau turun sebesar 3,41% dari jumlah K/L, karena naik ke level di
atasnya.
Sub Terjadi
No Uraian
Unsur pada K/L
1 Evaluasi Terpisah V 20
2 Analisis Risiko II 16
3 Perwujudan peran APIP yang efektif I 15
4 Identifikasi Risiko II 13
5 Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian III 12
Intern (SPI) serta Transaksi dan Kejadian Penting
Gambar 3.23. Pelaksana Tugas Kepala BPKP menyerahkan Penghargaan Capaian SPIP Level
3 dan Kapabilitas APIP Level 3 pada Menteri Luar Negeri, tanggal 18 Oktober 2019
Gambar 3.24. Rapat Penilaian Mandiri Maturitas SPIP di Lingkungan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
Gambar 3.25.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP K/L (Level 3)
II
2017 7B.3I
40
20IG 115.00
20
D
2015 20IG
I
2017 2018 2019
2015 60.25
■ Target (%) 4 Z 32 55 B5
0.00 50.00 100.00 150.00
Realisasi maturitas SPIP Kementerian/lembaga (level 3) tahun Capaian kinerja matuntas SPIP Kementenan/ lembaga (level 3)
2019, sebesar 79.55%, mencapai 93.59% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 93,59%.
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018. capaian kinerja matuntas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi matuntas SPIP SPIP Kementenan/lembaga (level 3) tahun 2019 lebih
Kementerian/lembaga (level 3) mengalami kenalkan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
21,41% (79,55 - 58.14% ). tahun 2019, dan semula 55% di tahun 2018 menjadi 85% di
tahun 2019 (naik 30%). sementara kenalkan realisasi kinerja
baru mencapai 21,41%.
Jml Pemprov
Level Maturitas
No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
SPIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 23 27 O 4 11,76%
2 Level 2 9 6 O 3 (8,82%)
3 Level 1 2 1 O 1 (2,94%)
Jumlah 34 34
Rincian tingkat maturitas SPIP pemerintah provinsi per 31 Desember 2019 dapat
dilihat pada lampiran VII.
SPIP
★ SPIP Level 1
Gambar 3.29.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
i Target (%) 5 9 30 00 B5
0 50 100 150 200
0.00 8.82 44,12 07.05 79,41 %
Realisasi maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) tahun Capaian kinerja maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)
2019, sebesar 79,41%, mencapai 93,42% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 93,42%
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja maturitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi matuntas SPIP SPIP Pemenntah provinsi (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
11,76%. tahun 2019, dari semula 60% di tahun 2018 menjadi 85% di
tahun 2019 (naik 25%). sementara kenaikan realisasi kinerja
baru mencapai 11,76%
Sampai dengan tahun 2019, terdapat 282 Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah
mencapai tingkat maturitas SPIP level 3 dari 508 Pemerintah Kabupaten/Kota yang
menjadi mitra kerja BPKP. Dengan demikian, realisasi maturitas SPIP Kabupaten/Kota
(level 3) sebesar 55,51% atau mencapai 79,30% dari target tahun 2019 sebesar 70%.
Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Sumatera
1 Aceh 23 9 9 1) Kota Banda Aceh, 2) Kota Langsa,
3) Kab. Aceh Besar, 4) Kab. Aceh
Tengah, 5) Kab. Gayo Lues, 6) Kab.
Simeulue, 7) Kab. Aceh Barat
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
8) Kab. Aceh Tamiang, 9) Kab. Bireun
2 Sumut 33 6 6 1) Kab. Tapanuli Selatan, 2) Kab.
Tapanuli Utara, 3) Kab. Toba Samosir,
4) Kab. Labuhan Batu Utara, 5) Kab.
Labuhan Batu Selatan, 6) Kota Tebing
Tinggi
3 Sumbar 19 16 15 (1) 1) Kab Tanah Datar, 2) Kota Padang,
3) Kota Payakumbuh, 4) Kota Bukit
Tinggi, 5) Kab Pesisir Selatan, 6) Kab
Dharmasraya, 7) Kab Padang
Pariaman, 8) Kota Pariaman, 9) Kab.
Agam, 10) Kota Solok, 11) Kab.
Limapuluh Kota, 12) Kab. Pasaman,
13) Kab. Solok, 14) Kab. Sijunjung, 15)
Kota Sawahlunto
4 Riau 12 11 9 (2) 1) Kab. Meranti, 2) Kab. Pelalawan, 3)
Kab. Indragiri Hilir, 4) Kab. Kampar, 5)
Kab. Siak, 6) Kab. Indragiri Hulu, 7)
Kota Pekanbaru, 8) Kab. Kuantan
Singingi, 9) Kab. Rokan Hulu
5 Kepri 7 4 7 3 1) Kota Tanjung Pinang, 2) Kota Batam
3) Kab Karimun, 4) Kab. Bintan, 5) Kab.
Kep. Anambas, 6) Kab. Lingga, 7) Kab.
Natuna
6 Jambi 11 - 4 4 1) Kota Jambi, 2) Kota Sungaipenuh, 3)
Kab. Batanghari, 4) Kab. Bungo
Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
7 Sumsel 17 13 9 (4) 1) Kab Lahat, 2) Kab Muara Enim, 3)
Kab. Ogan Komering Ilir, 4) Kab.
Banyuasin, 5) Kab. Musi Banyuasin, 6)
Kota Palembang, 7) Kab. Musi Rawas,
8) Kota Pagar Alam, 9) Kota Lubuk
Linggau
8 Bengkulu 10 - 2 2 1) Kab. Lebong, 2) Kab. Bengkulu
Utara
9 Babel 7 1 2 1 1) Kab. Bangka Tengah, 2) Kab.
Bangka
10 Lampung 15 7 10 3 1) Kab Pringsewu, 2) Kota Bandar
Lampung, 3) Kota Metro, 4) Kab.
Pesawaran, 5) Kab. Lampung Selatan,
6) Kab. Way Kanan, 7) Kab.
Tanggamus, 8) Kab. Lampung Timur,
9) Kab. Tulang Bawang
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
10) Kab. Tulang Bawang Barat
Jumlah 154 58 73 15
Jawa
1 Banten 8 7 8 1 1) Kab Serang, 2) Kota Tangerang, 3)
Kota Tangerang Selatan, 4) Kab.
Lebak, 5) Kab. Tangerang, 6) Kab.
Pandeglang, 7) Kota Cilegon, 8) Kota
Serang
2 DKI
Jakarta
3 Jabar 27 11 15 4 1) Kota Bandung, 2) Kota Banjar, 3)
Kota Bekasi, 4) Kota Bogor, 5) Kota
Depok, 6) Kab. Indramayu, 7) Kab.
Sukabumi, 8) Kab. Bogor, 9) Kab.
Bandung, 10) Kab. Garut, 11) Kab.
Sumedang, 12) Kab. Pangandaran, 13)
Kab Ciamis, 14) Kab. Kuningan, 15)
Kab. Sumedang
4 Jateng 35 29 32 3 1) Kab Kudus, 2) Kota Surakarta, 3)
Kab Boyolali, 4) Kab Karanganyar, 5)
Kab. Magelang, 6) Kota Semarang, 7)
Kab. Temanggung, 8) Kab. Pati, 9)
Kab. Blora, 10) Kab. Banyumas, 11)
Kab. Pekalongan, 12) Kab. Sragen, 13)
Kota Magelang, 14) Kab. Purworejo,
15) Kab. Cilacap, 16) Kota Salatiga, 17)
Kota Pekalongan, 18) Kab. Grobogan,
19) Kab. Banjarnegara, 20) Kab. Tegal,
21) Kab. Kendal, 22) Kab. Demak, 23)
Kab. Wonogiri, 24) Kab. Batang
25) Kab. Wonosobo, 26) Kab.
BPKP - Laporan Kinerja 2019 79
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Sukoharjo, 27) Kab. Pemalang, 28)
Kab. Kebumen, 29) Kab. Semarang,
30) Kab. Purbalingga, 31) Kab. Klaten,
32) Kab. Rembang
5 DIY 5 5 5 1) Kab Sleman, 2) Kab Kulonprogo, 3)
Kota Yogyakarta, 4) Kab. Gunung
Kidul, 5) Kab. Bantul
6 Jatim 38 34 30 (4) 1) Kab Bojonegoro, 2) Kab Ponorogo,
3) Kab Pacitan, 4) Kota Blitar, 5) Kota
Mojokerto, 6) Kab Pasuruan, 7) Kota
Surabaya, 8) Kab Tulungagung, 9) Kab
Jombang, 10) Kab Lumajang, 11) Kab
Bondowoso, 12) Kab Probolinggo, 13)
Kab Banyuwangi, 14) Kab Blitar, 15)
Kota Malang, 16) Kota Kediri, 17) Kab.
Lamongan, 18) Kab. Situbondo, 19)
Kota Probolinggo, 20) Kab Kediri, 21)
Kab. Sidoarjo, 22) Kab. Gresik, 23)
Kab. Magetan, 24) Kab. Pamekasan,
25) Kota Madiun, 26) Kab. Sumenep
27) Kab. Madiun, 28) Kab. Ngawi, 29)
Kab. Tuban, 30) Kab. Trenggalek
Jumlah 113 86 90 4
Kalimantan
1 Kalbar 14 7 9 2 1) Kota Pontianak, 2) Kota Singkawang
3) Kab. Sintang, 4) Kab. Landak, 5)
Kab. Mempawah, 6) Kab. Sanggau, 7)
Kab. Sekadau, 8) Kab. Kubu Raya, 9)
Kab. Ketapang
2 Kalteng 14 4 13 9 I) Kota Palangkaraya, 2) Kab.
Kotawaringin Timur, 3) Kab.
Kotawaringin Barat, 4) Kab. Lamandau,
5) Kab. Pulang Pisau, 6) Kab. Barito
Selatan, 7) Kab. Barito Timur, 8) Kab.
Barito Utara, 9) Kab. Gunung Mas, 10)
Kab. Kapuas
Dalam proses penjaminan kualitas:
I I ) Kab. Katingan, 12) Kab. Sukamara,
13) Kab. Seruyan
3 Kalsel 13 11 12 1 1) Kota Banjarmasin, 2) Kota
Banjarbaru, 3) Kab. Tabalong, 4) Kab.
Hulu Sungai Utara, 5) Kab. Balangan,
6) Kab. Hulu Sungai Selatan, 7) Kab.
Tapin, 8) Kab. Tanah Bumbu, 9) Kab.
Kota Baru, 10) Kab. Tanah Laut, 11)
Kab Banjar, 12) Kab. Barito Kuala
Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
4 Kaltim 10 8 9 1 1) Kota Balikpapan, 2) Kota Bontang,
3) Kota Samarinda, 4) Kab. Penajam
Paser Utara, 5) Kab. Berau, 6) Kab.
Kutai Barat, 7) Kab. Kutai Timur, 8)
Kab. Paser, 9) Kab. Kutai Kartanegara
5 Kaltara 5 1 2 1 1) Kab. Nunukan, 2) Kab. Malinau
Jumlah 56 31 45 14
Sulawesi
1 Sulut 15 7 10 3 1) Kota Manado, 2) Kota Kotamobagu,
3) Kota Tomohon, 4) Kab. Bolaang
Mongondow Utara, 5) Kab. Bolaang
Mongondow Selatan, 6) Kab. Bolaang
Mongondow Timur 7) Kab. Sangihe, 8)
Kab. Minahasa Tenggara, 9) Kab.
Kepulauan Talaud, 10) Kab. Minahasa
Selatan
2 Gorontalo 6 3 5 2 1) Kota Gorontalo, 2) Kab. Gorontalo, 3)
Kab. Pohuwato, 4) Kab. Bone Bolango,
5) Kab. Boalemo
3 Sulbar 6 5 6 1 1) Kab. Majene, 2) Kab. Polewali
Mandar, 3) Kab Mamuju, 4) Kab.
Mamuju Tengah, 5) Pasangkayu, 6)
Kab. Mamasa
4 Sulteng 13 2 7 5 1) Kota Palu, 2) Kab. Banggai, 3) Kab.
Banggai Laut, 4) Kab. Buol, 5) Kab.
Norowali, 6) Kab. Poso, 7) Kab. Tojo
Una-una
5 Sulsel 24 10 13 3 1) Kota Makassar, 2) Kota Palopo, 3)
Kab Bantaeng, 4) Kab. Pinrang, 5) Kab.
Luwu Utara, 6) Kab. Bulukumba, 7)
Kab. Gowa, 8) Kab. Soppeng, 9) Kab.
Tana Toraja Utara, 10) Kab. Luwu
Timur, 11) Kab. Sidenreng Rappang,
12) Kab. Wajo
Dalam Proses Penjaminan Kualitas:
13) Kab. Luwu
6 Sultra 17 3 3 - 1) Kota Bau Bau, 2) Kab. Konawe
Selatan, 3) Kab. Kolaka
Jumlah 81 30 44 14
Jumlah Pemkab/ Kota yang mencapai maturitas SPIP level 3 pada lima provinsi
(Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Maluku Utara) mengalami
penurunan dibanding tahun lalu karena berdasarkan hasil penjaminan kualitas, kriteria
maturitas level 3 belum sepenuhnya terpenuhi.
Jumlah Pemkab/Kota
Wilayah/ Jml Pemkab/Kota dengan Maturitas
No SPIP Lv 3
Provinsi Kab/Kota SPIP Lv 3
2018 2019 + / (-)
Bali + Nusa Tenggara
1 Bali 9 9 9 1) Kab Gianyar, 2) Kab Jembrana, 3)
Kota Denpasar, 4) Kab Badung, 5)
Kab. Buleleng, 6) Kab. Tabanan, 7)
Kab Bangli, 8) Kab Karangasem, 9)
Kab Klungkung
2 NTB 10 8 10 2 1) Kota Bima, 2) Kota Mataram, 3) Kab
Lombok Barat, 4) Kab Lombok Tengah,
5) Kab. Sumbawa Barat, 6) Kab.
Sumbawa, 7) Kab. Bima, 8) Kab.
Lombok Timur, 9) Kab. Lombok Utara,
10) Kab. Dompu
3 NTT 22 - 2 2 1) Kab. Sikka, 2) Kab. Sumba Timur
Jumlah 41 17 21 4
Tabel 3.28. Kondisi Maturitas SPIP Pemerintah Kab/Kota 2019 menurut Provinsi
Jml
No Provinsi Lv 1*) Lv 2 Lv 3
Kab/Kota
1 Aceh 23 - 14 9
2 Sumut 33 5 22 6
3 Sumbar 19 - 4 15
4 Riau 12 1 2 9
5 Kepri 7 - - 7
6 Jambi 11 1 6 4
Jml
No Provinsi Lv 1*) Lv 2 Lv 3
Kab/Kota
7 Sumsel 17 - 8 9
8 Bengkulu 10 5 3 2
9 Babel 7 1 4 2
10 Lampung 15 2 3 10
11 Banten 8 - - 8
12 DKI Jakarta
13 Jabar 27 8 4 15
14 Jateng 35 - 3 32
15 DIY 5 - - 5
16 Jatim 38 - 8 30
17 Kalbar 14 - 5 9
18 Kalteng 14 - 1 13
19 Kalsel 13 - 1 12
20 Kaltim 10 - 1 9
21 Kaltara 5 - 3 2
22 Sulut 15 2 3 10
23 Gorontalo 6 - 1 5
24 Sulbar 6 - - 6
25 Sulteng 13 6 - 7
26 Sulsel 24 1 10 13
27 Sultra 17 7 7 3
28 Bali 9 - - 9
29 NTB 10 - - 10
30 NTT 22 3 17 2
31 Maluku 11 6 - 5
32 Maluku Utara 10 - 8 2
33 Papua 29 17 11 1
34 Papua Barat 13 - 12 1
Jumlah 508 65 161 282
Persentase 100% 12,80% 31,69% 55,51%
*) termasuk level 0
Rincian tingkat maturitas SPIP pemerintah kabupaten/ kota per 31 Desember 2019
dapat dilihat pada lampiran VIII.
Dari tabel 3.29 terlihat bahwa jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota (Pemkab/Kota) yang
mencapai maturitas SPIP level 3 mengalami kenaikan sebanyak 53 Pemkab/Kota, atau
sebesar 10,43% dari jumlah Pemkab/Kota. Kenaikan juga terjadi pada level 2, di mana
jumlah Pemkab/Kota yang mencapai maturitas level 2 mengalami kenaikan sebanyak
10 Pemkab/Kota, atau 1,97% dari jumlah Pemkab/Kota.
Selanjutnya dalam gambar 3.31, digambarkan komposisi Pemkab/ kota maturitas SPIP
level 3 per wilayah.
Persentase Pemkab/Kota yang mencapai maturitas SPIP level 3 di wilayah Jawa dan
Kalimantan telah melampaui target tahun 2019, terlihat dari persentase level 3 (kotak
warna jingga) yang berada di atas garis (Target Tahun 2019 sebesar 70%).
Sedangkan untuk wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali + Nusa Tenggara, Maluku + Malut,
dan Papua + Pabar persentase Pemkab/ Kota yang mencapai maturitas level 3 masih
di bawah target.
Gambar 3.32.
Perbandingan Kinerja Maturitas SPIP Kab/Kota (Level 3)
2015 20IG
. I
2017 2018 2019
20IG
2015 15.8
105
■ Target (%) 5 3 20 45 70
0 50 150
Realisasi maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) Capaian kinerja maturitas SPIP Pemenntah Kabupaten/ Kota
tahun 2019, sebesar 55,51%. mencapai 79,30% dart target tahun (level 3) tahun 2019 sebesar 79,30%
2019 sebesar 70%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja matuntas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi maturitas SPIP SPIP Pemenntah Kabupaten/ Kota (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
10,43% (55.51%-45,08%) tahun 2019, dart semula 45% dl tahun 2018 menjadi 70% di
tahun 2019 (naik 25%), sementara kenaikan realisasi kinerja
baru sebesar 10,43%
Dari hasil penilaian maturitas SPIP pada Pemerintah Daerah, lima sub unsur yang
nilainya paling rendah/memerlukan perbaikan (area o f improvement/AOI) sebagai
berikut:
Pencapaian target maturitas SPIP pada K/L/Pemda tahun 2019 didukung oleh upaya-
upaya sebagai berikut:
12) Penerbitan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD yang merupakan
suplemen atas Perka BPKP Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan
Strategi Peningkatan Maturitas SPIP;
13) Penilaian Maturitas SPIP dan Penjaminan Kualitas atas Hasil Penilaian Maturitas
SPIP;
14) Pengembangan aplikasi penilaian maturitas SPIP (e-SPIP) dan pelaksanaan
workshop kepada seluruh kedeputian, perwakilan BPKP, dan K/L/Pemda;
15) Penerbitan Peraturan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD Nomor 4 Tahun 2019
tentang pedoman Pengelolaan Risiko Pemerintah Daerah;
16) Pengembangan SPIP tematik, antara lain SPIP atas Pengadaan Barang dan Jasa;
17) Melaksanakan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda dalam bentuk bincang
pagi SPIP dan forum lainnya;
18) Melaksanakan diklat/ workshop antara lain terkait penilaian maturitas SPIP,
pengelolaan risiko pemerintah daerah, dan SPIP integratif;
19) Mengembangkan metode kerja terkait penjaminan kualitas hasil penilaian
maturitas SPIP antara lain dengan membentuk tim panel melalui SK Deputi Kepala
BPKP Nomor KEP-43/D3/4/2019 tanggal 30 Oktober 2019 tentang Tim Panelis
Hasil Penjaminan Kualitas Maturitas SPIP Level 3 pada K/L/Pemda di Lingkungan
Deputi Bidang PPKD serta mengarahkan Perwakilan agar melakukan penguatan
reviu berjenjang dan membentuk tim panelis di perwakilan BPKP.
Strategi ke depan (tahun 2020) yang akan dilakukan BPKP untuk pengembangan SPIP
yaitu:
1. Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 maturitas SPIP,
dan Manajemen Risiko sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau dokumen
perencanaan lainnya.
2. Meningkatkan komunikasi dengan pimpinan K/L/Pemda melalui forum-forum untuk
mengingatkan kembali tentang awareness dalam pengelolaan risiko.
Efektivitas SPI Korporasi (level 3) diukur melalui evaluasi/ penilaian lima komponen
Sistem Pengendalian Intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian (control
environment), penilaian risiko (risk assessment), kegiatan pengendalian (control
activities), informasi dan komunikasi (information and communication), dan
pemantauan (monitoring). Sebagai dasar penilaian, BPKP telah menerbitkan Pedoman
Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern BUMN/BUMD/BUL, dengan skema
penilaian pada Tabel 3.31. Target tahun 2019 Efektivitas SPI Korporasi (level 3)
sebesar 85%.
Tabel 3.31.
Skema Penilaian Efektivitas SPI Korporasi
No Rentang Skor Efektivitas Level Predikat
1 Nilai di atas 85 5 Sangat Efektif
2 75<Skor<85 4 Efektif
3 60<Skor<75 3 Cukup Efektif
4 50<Skor<60 2 Kurang Efektif
5 Skor<50 1 Tidak Efektif
Sampai dengan tahun 2019, BPKP telah melakukan penilaian terhadap efektivitas
sistem pengendalian intern terhadap 100 korporasi, yang terdiri atas 12 BUMN, dan 88
BUMD/PD/PDAM/BLUD. Dari 100 korporasi tersebut, efektivitas sistem pengendalian
intern 46 BUMN/BUMD berada pada minimal level 3. Realisasi tingkat efektivitas SPI
sebesar 46,00% atau mencapai 54,12% dari target tahun 2019 sebesar 85%.
Tabel 3.32.
Efektivitas SPI Korporasi (Level 3) s.d. Tahun 2019
Jumlah
No Tingkat Efektivitas %
Korporasi
1 Level > 3 46 46%
2 Level 2 23 23%
3 Level 1 31 31%
Jumlah 100 100%
Komposisi level efektivitas SPI menurut jenis Badan Usaha yang telah dievaluasi
sampai dengan tahun 2019 sebagai berikut:
Tabel 3.33. Komposisi level efektivitas SPI menurut jenis Badan Usaha (BU)
Jumlah BU yang
No Jenis Korporasi L1 L2 > L3
Dievaluasi
1 BUMN 12 - - 12
2 BUMD 9 2 2 5
3 PD 5 4 1 -
4 PDAM 73 25 20 28
5 BLUD 1 - - 1
Jumlah 100 31 23 46
Persentase (100%) (31%) (23%) (46%)
Rincian tingkat efektivitas SPI korporasi yang dievaluasi sampai dengan 31 Desember
2019 dapat dilihat pada lampiran IX.
Gambar 3.33. Deputi Akuntan Negara menjadi narasumber dalam kegiatan Workshop self
assessment dan peningkatan kapabilitas SPI PTPN III
Gambar 3.34. Kepala Perwakilan BPKP Sulsel melakukan Sosialisasi Peningkatan Kapabilitas
Satuan Pengawas Intern (SPI) pada Perumda Air Minum Kota Makassar
Gambar 3.35. Sharing Session dengan BUMN, BUMD dan BLUD se-Jawa Tengah mengenai
Governance, Risk, and Control (GRC) bersama Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara
Dari hasil penilaian efektivitas SPI pada korporasi tahun 2019, secara umum unsur
Penilaian Risiko (unsur II) dan Monitoring (unsur V) merupakan dua unsur
pengendalian intern yang paling memerlukan perbaikan.
Tidak tercapainya target efektivitas SPI korporasi disebabkan adanya peningkatan
target yang sangat signifikan dari 50% pada tahun 2018 menjadi 85% pada tahun
2019. Selain itu, kelompok korporasi yang dievaluasi secara proporsi lebih banyak
dilakukan terhadap BUMD/PD/PDAM/BLUD dibandingkan dengan BUMN, yaitu dari 12
BUMN (12%) dan 88 BUMD/PD/PDAM/BLUD (88%). Sebagian besar
BUMD/PD/PDAM/BLUD memiliki SPI yang belum efektif, sehingga evaluasi efektivitas
pengendalian internal yang dilakukan dengan proporsi yang lebih banyak pada
BUMD/PD/PDAM/BLUD mengakibatkan capaian indikator ini lebih rendah dari target
yang ditetapkan.
I
20I7 nsji
40
20I6 2M
20
0
2015 2016
I I
2017 2018 2019
20I5 o
Realisasi Efektivitas SPI Korporasi (level 3) tahun 2019, sebesar Capaian kinerja Efektivitas SPI Korporasi (level 3) tahun 2019
46,00%, mencapai 54,12% dari target tahun 2019 sebesar 85%. sebesar 54.12%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi Efektivitas SPI Dibandingkan dengan tahun 2018. capaian kinerja Efektivitas
Korporasi (level 3) lebih rendah. SPI Korporasi (level 3) tahun 2019 lebih rendah, karena adanya
kenaikan targetyang sangat signifikan di tahun 2019, dari
semula 50% di tahun 2018 menjadi 85% di tahun 2019 (naik
35%).
Strategi ke depan (tahun 2020) untuk meningkatkan kinerja efektivitas SPI korporasi
yaitu:
1. Melakukan bimbingan teknis dan pendampingan untuk perbaikan sistem
pengendalian intern yang telah dibangun.
2. Peningkatan cakupan evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) BUMD,
sehingga BUMD yang dilakukan penilaian lebih beragam (mewakili beberapa sektor
usaha).
3. Penyempurnaan pedoman/ juknis evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern
(SPI) BUMD.
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.
Kinerja sasaran ini diukur dengan menghitung jumlah kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah yang telah mencapai kapabilitas APIP level 3 dibandingkan dengan
seluruh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.
m W \\
Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda dengan
quality assurance dari BPKP dengan menggunakan pedoman penilaian kapabilitas
APIP yang dikembangkan oleh BPKP.
Tabel 3.35. Perkembangan Jumlah APIP K/L yang Mencapai Kapabilitas Level 3
Jml Jumlah APIP K/L
Deputi Kapabilitas Minimal Lv 3
No APIP APIP K/L Minimal Level 3
Pembina
Mitra 2018 2019 +/(-)
1 Perekonomian 27 15 21 6 Level 3:
1) Kem. Keuangan, 2) Bappenas, 3)
Kem. Kelautan dan Perikanan, 4) Kem.
Pertanian, 5) Kem. ESDM, 6) KLHK
Level 3 Dengan Catatan (DC):
7) LKPP, 8) BKPM, 9) Kemen PUPR,
10) Kem. Perindustrian, 11) Kem.
Perhubungan, 12) Kem. Pariwisata,
13) BNP2TKI, 14) Kemenko Bidang
Perekonomian, 15) Kemenko Bidang
Kemaritiman, 16) Kem.
Ketenagakerjaan, 17) Kementerian
Perdagangan, 18) PPATK, 19) BPS,
20) BP Batam, 21) BMKG
2 Polhukkam 55 23 34 11 Level 3:
1) BPKP, 2) KPK,3) BPK, 4) BPPT, 5)
Kemenkes, 6) BNN, 7) MK, 8) BATAN,
9) BPOM, 10) BKKBN, 11)
Kemenristekdikti, 12) Kemenlu, 13)
Kemenkumham, 14) Mahkamah
Agung, 15) Ombudsman RI, 16)
Kemenko bidang PMK, 17) Kemensos,
18) BNPB, 19) Badan Informasi
Geospasial, 20) Kemenkominfo, 21)
Kemenag, 22) KemenPAN-RB
Level 3 DC:
23) LAN, 24) Kemendikbud, 25)
BAPETEN, 26) Kemenhan, 27)
Kemensetneg, 28) POLRI, 29) LAPAN,
30) BKN, 31) KPU, 32) Setjen DPR,
33)Komnas HAM, 34) BASARNAS,
3 PKD 2 2 2 Level 3:
1) Kemendagri,
Level 3 DC:
2) Kementerian Desa
4 AN 3 2 3 1 Level 3:
1) Kemen. BUMN, 2) LP-RRI
Level 3 DC:
3) LP-TVRI
Jumlah 87 40 60 20
Rincian tingkat kapabilitas APIP kementerian dan lembaga dapat dilihat pada
lampiran X.
Tabel 3.37. Peningkatan Kapabilitas APIP K/L Th 2019
Gambar 3.38. Asistensi Pengumpulan Dokumen Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP (IACM) di
Lingkungan Kementerian Sosial
Dari hasil penilaian kapabilitas APIP pada Kementerian/Lembaga, lima area yang
paling banyak belum terpenuhi/memerlukan perbaikan (area of improvement/AOI)
sebagai berikut:
Tabel 3.38. Lima AOI Tertinggi kapabilitas APIP Kementerian/Lembaga Tahun 2019
Jumlah
No
NO Uraian Elemen KPA Kejadian pada
Perny. APIP K/L
1 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 28 20
memonitor dan melaporkan profesional
kinerja dan efektivitas kegiatan
APIP
2 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 29 20
menindaklanjuti pelaksanaan profesional
rekomendasi yang dibuat dalam
rangka meningkatkan efektivitas
kegiatan pengawasan intern,
serta kesesuaian dengan
standar
3 Praktik pengawasan telah III/Praktik 2 30 19
meningkatkan kepercayaan profesional
pemangku kepentingan
4 PKPT berbasis risiko (berdasar III/Praktik 1 21 19
hasil penilaian risiko auditi) profesional
Jumlah
No
NO Uraian Elemen KPA Kejadian pada
Perny. APIP K/L
5 Sistem dan prosedur untuk III/Praktik 2 28 18
memonitor dan melaporkan profesional
pelaksanaan program quality
assurance dan perbaikannya
(Quality Assurance and
Improvement Program)
Gambar 3.40.
Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP K/L (Level 3)
Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.
Pada tahun 2019, dari 34 Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra BPKP, terdapat 24
APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3. Dengan demikian, realisasi
kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) sebesar 70,59%, mencapai 83,05% dari
target tahun 2019 sebesar 85%.
Jml Pemprov
Level Kapabilitas
No Tahun Tahun Kenaikan/ % Kenaikan/
APIP
2018 2019 (Penurunan) (Penurunan)
1 Level 3 20 24 O 4 11,76%
2 Level 2 13 9 O 4 (11,76%)
3 Level 1 1 1 - -
Jumlah 34 34
Dari tabel 3.44 terlihat bahwa jumlah APIP Pemerintah Provinsi yang mencapai
kapabilitas level 3 mengalami kenaikan sebanyak 4 APIP, atau sebesar 11,76% dari
jumlah APIP Pemprov.
Gambar 3.41. Workshop Peningkatan Kapabilitas APIP di Wilayah Provinsi Jawa Barat yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan Perwakilan BPKP
Provinsi Jawa Barat dan Inspektorat Provinsi Jawa Barat.
W O R K SH O P
P E N I N G K A T A N K A P A B I L I T A S A P I P
Gambar 3.42. Workshop peningkatan kapabilitas APIP Pemda di Provinsi Kepulauan Riau
.
i
API P Pemprov
A A P IP L e v e l 2
APIP Level 2 DC
A API P Level 1
Gambar 3.44. Komposisi APIP Pemprov dengan Kapabilitas Level 3 Th 2019 menurut
Wilayah (7 wilayah) dan Perkembangan Kapabilitas level 3 APIP Pemprov
tahun 2015-2019
Gambar 3.45.
Perbandingan Kinerja Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
20I9 83.05
20I8 79.49
GD
% 20I7 94,54
40
20IG 98.00
20
20I5 0.0
0
2015 2016 2017 2018 2019
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 I00.00 I20.00
«Target (%) 5 9 56 74 85
Realisasi (%) 0 8,82 52,94 58,82 70,59 %
Realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (level 3) tahun Capaian kinerja kapabilitas APIP Pemenntah Provinsi (level 3)
2019, sebesar 70,59%, mencapai 83,05% dari target tahun 2019 tahun 2019 sebesar 83,05%.
sebesar 85%.
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja kapabilitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi kapabilitas APIP APIP Pemerintah provinsi (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Provinsi (level 3) mengalami kenaikan sebesar tinggi, karena realisasi kinerja yang melampaui kenaikan target
11,77% (70,59% -58,82% ). di tahun 2019. Kenaikan realisasi kinerja sebesar
11,77%, sedangkan kenaikan target di tahun 2019 sebesar 11%.
Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang
dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda
menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP
dengan quality assurance dari BPKP.
Pada tahun 2019, dari 508 Kabupaten/Kota yang menjadi mitra BPKP, terdapat 281
APIP yang mencapai tingkat kapabilitas APIP level 3. Dengan demikian, realisasi
kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) sebesar 55,31%, mencapai
79,01% dari target tahun 2019 sebesar 70%.
Gambar 3.46. Peta Kapabilitas APIP Level 3 Pemkab/ Kota per 31 Desember 2019
AP I P Pemkab/ Kota
APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Sumatera
8 Bengkulu 10 2 3 1 Level 3 DC:
1) Kota Bengkulu, 2) Kab. Bengkulu
Utara, 3) Kab. Kepahiang
9 Babel 7 2 3 1 Level 3:
1) Kab. Bangka, 2) Kab. Bangka
Tengah
Level 3 DC:
3) Kota Pangkalpinang
10 Lampung 15 14 15 1 Level 3:
1) Kota Bandar Lampung, 2) Kota
Metro, 3) Kab. Way Kanan, 4) Kab.
Pesawaran, 5) Kab. Pesisir Barat, 6)
Kab. Pringsewu, 7) Kab. Tulang
Bawang
Level 3 DC:
8) Kab Mesuji, 9) Kab. Lampung
Barat, 10) Kab. Lampung Selatan, 11)
Kab. Lampung Tengah, 12) Kab.
Lampung Utara, 13) Kab Lampung
Timur, 14) Kab. Tanggamus, 15) Kab.
Tulang Bawang Barat
Jumlah 154 75 100 25
Jawa
1 Banten 8 7 7 Level 3:
1) Kota Tangerang Selatan, 2) Kab.
Lebak, 3) Kab. Pandeglang, 4) Kab.
Serang, 5) Kab. Tangerang
Level 3 DC:
6) Kota Cilegon, 7) Kota Tangerang, ,
2 DKI
Jakarta
3 Jabar 27 11 11 Level 3:
1) Kota Bekasi, 2) Kota Bogor, 3)
Kota Banjar, 4) Kota Depok, 5) Kab
Bogor, 6) Kab. Garut, 7) Kab.
Sumedang
Level 3 DC:
8) Kota. Tasikmalaya, 9) Kab.
Tasikmalaya,10) Kab. Indramayu, 11)
Kab. Subang
4 Jateng 35 17 24 7 Level 3:
1) Kota Magelang, 2) Kota
Pekalongan, 3) Kota Salatiga, 4) Kota
Surakarta, 5) Kab. Purworejo, 6) Kab.
Cilacap, 7) Kab. Magelang, 8) Kab.
Batang, 9) Kab. Boyolali, 10) Kab.
APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Demak, 11) Kab. Grobogan, 12) Kab.
Klaten, 13) Kab. Pati, 14) Kab.
Pekalongan, 15) Kab Pemalang,16)
Kab. Semarang, 17) Kab Sragen, 18)
Kab. Tegal, 19) Kab. Temanggung,
20) Kab. Wonosobo
Level 3 DC:
21) Kab. Wonogiri,22) Kab. Kudus,
23) Kab. Karanganyar, 24) Kab.
Purbalingga
5 DIY 5 5 5 Level 3:
1) Kab. Sleman, 2) Kab Gunung
Kidul, 3) Kab. Kulon Progo,
4) Kab. Bantul, 5) Kota Yogyakarta
6 Jatim 38 7 13 6 Level 3:
1) Kab. Banyuwangi, 2) Kab.
Bondowoso, 3) Kab. Lumajang, 4)
Kab. Sumenep
Level 3 DC:
5) Kota Surabaya, 6) Kota Kediri, 7)
Kota Mojokerto, 8) Kab.
Tulungangung, 9) Kab. Bojonegoro,
10) Kab. Lamongan, 11) Kab.
Sidoarjo, 12) Kab. Kediri, 13) Kab.
Sampang
Jumlah 113 47 60 13
Kalimantan
1 Kalbar 14 12 14 2 Level 3:
1) Kota Singkawang, 2) Kota
Pontianak, 3) Kab. Mempawah, 4)
Kab. Kubu Raya, 5) Kab. Ketapang,
6) Kab. Landak, 7) Kab. Sintang
Level 3 DC:
8) Kab. Bengkayang, 9) Kab.
Sanggau, 10) Kab. Sekadau, 11) Kab.
Kapuas Hulu, 12) Kab. Kayong Utara,
13) Kab. Sambas, 14) Kab. Melawi
2 Kalteng 14 9 10 1 Level 3:
1) Kota Palangkaraya, 2) Kab.
Kotawaringin Timur, 3) Kab. Katingan
Level 3 DC:
4) Kab. Kotawaringin Barat, 5) Kab.
Kapuas, 6) Kab. Barito Utara, 7) Kab.
Seruyan, 8) Kab. Lamandau, 9) Kab.
Murung Raya, 10) Kab. Barito Selatan
APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
3 Kalsel 13 2 5 3 Level 3:
1) Kota Banjarmasin, 2) Kab. Hulu
Sungai Selatan
Level 3 DC:
3) Kab. Hulu Sungai Utara, 4) Kab.
Balangan, 5) Kab. Tanah Bumbu
4 Kaltim 10 8 10 2 Level 3:
1) Kota Samarinda, 2) Kota
Balikpapan, 3) Kota Bontang, 4) Kab.
Berau, 5) Kab. Penajam Paser Utara,
6) Kab. Paser, 7) Kab. Kutai Barat
Level 3 DC:
8) Kab. Kutai Timur, 9) Kab. Kutai
Kartanagara, 10) Kab. Mahakam Ulu
5 Kaltara 5 3 1 (2) Level 3:
1) Kab. Nunukan
Jumlah 56 34 40 6
Sulawesi
1 Sulut 15 7 7 Level 3:
1) Kota Bitung, 2) Kota Tomohon, 3)
Kab. Bolaang Mongondow Selatan, 4)
Kab. Bolaang Mongondow Timur, 5)
Kab. Kep. Talaud, 6) Kab. Kep.
Sangihe
Level 3 DC:
7) Kab. Minahasa Tenggara
2 Gorontalo 6 6 6 Level 3:
1) Kota Gorontalo, 2) Kab. Gorontalo,
3) Kab. Pohuwato, 4) Kab. Boalemo,
5) Kab. Bone Bolango
Level 3 DC:
6) Kab. Gorontalo Utara
3 Sulbar 6 5 5 Level 3:
1) Kab. Majene, 2) Kab. Polewali
Mandar
Level 3 DC:
3) Kab. Mamuju, 4) Kab. Pasangkayu,
5) Kab. Mamasa
4 Sulteng 13 2 4 2 Level 3:
1) Kab. Morowali
Level 3 DC:
2) Kota palu, 3) Kab. Banggai Laut, 4)
Kab. Banggai
5 Sulsel 24 6 11 5 Level 3:
1) Kab. Sidenreng Rappang, 2) Kab.
APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Gowa, 3) Kab. Luwu Timur, 4) Kab.
Luwu Utara, 5) Kota Palopo, 6) Kota
Parepare, 7) Kab Bulukumba, 8) Kab.
Pinrang, 9) Kab. Wajo
Level 3 DC:
10) Kab. Bantaeng, 11) Kab. Luwu
6 Sultra 17 6 6 Level 3 DC:
1) Kota Kendari, 2) Kota Baubau, 3)
Kab. Bombana, 4) Kab. Kolaka, 5)
Kab. Kolaka Utara, 6) Kab. Wakatobi
Jumlah 81 26 39 13
Maluku + Malut
1 Maluku 11 5 5 Level 3 DC:
1) Kota Ambon, 2) Kab. Maluku
Tenggara, 3) Kab. Maluku Tengah, 4)
Kab. Kep. Aru, 5) Kab. Buru
2 Maluku 10 8 8 - Level 3:
Utara 1) Kota Ternate, 2) Kota Tidore
APIP Kab/Kot
Jml
Wilayah/ Kapabilitas Lv 3 APIP Kab/ Kota dengan
No APIP
Provinsi Kapabilitas Lv 3
Kab/Kot 2018 2019 + / (-)
Kepulauan, 3) Kab. Halmahera
Selatan
Level 3 DC:
4) Kab. Halmahera Utara, 5) Kab.
Halmahera Timur, 6) Kab. Halmahera
Barat, 7) Kab. Kep. Sula, 8) Kab.
Halmahera Tengah
Jumlah 21 13 13 -
Papua + Pabar
1 Papua 29 - 2 2 Level 3:
1) Kab. Merauke, 2) Kota Jayapura
2 Papua 13 3 2 (1) Level 3:
Barat 1) Kab. Sorong
Level 3 DC:
2) Kab Teluk Bintuni
Jumlah 42 3 4 1
Jumlah APIP Pemkab/ Kota yang mencapai kapabilitas APIP level 3 pada tiga provinsi
(Jambi, Kalimantan Utara, dan Papua Barat) mengalami penurunan dibanding tahun
lalu karena berdasarkan hasil penjaminan kualitas, kriteria kapabilitas level 3 belum
sepenuhnya terpenuhi.
P E N D ID IK A N D A N P E LA TIH A N
AUDITINTERN BERBASISKiSIKO V K
Gambar 3.50. Komposisi APIP Pemkab/ Kota dengan kapabilitas level 3 tahun 2019 dan
perkembangan kapabilitas APIP Pemkab/Kota level 3 tahun 2015-2019
■ Dari 154 APIP Pemkab/Kota di wilayah Sumatera, sebanyak 100 APIP (64,94%)
sudah mencapai level 3, dan 54 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 113 APIP Pemkab/Kota di wilayah Jawa, sebanyak 60 APIP (53,10%) sudah
mencapai level 3, dan 53 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 56 APIP Pemkab/Kota di wilayah Kalimantan, sebanyak 40 APIP (71,43%)
sudah mencapai level 3, dan 16 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 81 APIP Pemkab/Kota di wilayah Sulawesi, sebanyak 39 APIP (48,15%) sudah
mencapai level 3, dan 42 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 41 APIP Pemkab/Kota di wilayah Bali + Nusa Tenggara, sebanyak 25 APIP
(60,98%) sudah mencapai level 3, dan 16 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 21 APIP Pemkab/Kota di wilayah Maluku + Malut, sebanyak 13 APIP (61,90%)
sudah mencapai level 3, dan 8 APIP belum mencapai level 3.
■ Dari 42 APIP Pemkab/Kota di wilayah Papua + Papua Barat, sebanyak 4 APIP
(9,52%) sudah mencapai level 3, dan 38 APIP belum mencapai level 3.
Dari gambar di atas, persentase APIP Pemkab/Kota yang mencapai kapabilitas level 3
di wilayah Kalimantan telah melampaui target tahun 2019, yang terlihat dari persentase
level 3 (kotak warna jingga) yang berada di atas garis (Target Tahun 2019 sebesar
70%).
^ 'T tr
Wmp J i • “ *
i n n
r- j r- n di Provinsi Papua
i- merupakan
i- salah
satu upaya meningkatkan kapabilitas APIP Kab/Kota di Papua
Dari hasil penilaian kapabilitas APIP pada Pemerintah Kabupaten/Kota, lima area yang
paling banyak belum terpenuhi/memerlukan perbaikan (area of improvement/AOI)
sebagai berikut:
Gambar 3.52.
Perbandingan Kapabilitas APIP Pemerintah Kab/Kota (Level 3)
Realisasi kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) Capaian kinerja kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota
tahun 2019, sebesar 55,31%, mencapai 79,01% dari target tahun (Ievel3) tahun 2019sebesar79,01%.
2019 sebesar 70%
Dibandingkan dengan tahun 2018, capaian kinerja kapabilitas
Dibandingkan dengan tahun 2018, realisasi kapabilitas APIP APIP Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) tahun 2019 lebih
Pemerintah Kabupaten/ Kota (level 3) mengalami kenaikan rendah, karena adanya kenaikan target yang sangat signifikan di
sebesar 12,59% (55,31% - 42,72%). tahun 2018, dari semula 51% di tahun 2018 menjadi 70% di
tahun 2019 (naik 19%), sementara kenaikan realisasi kinerja
baru mencapai 12,59%
■ Kemampuan SDM APIP dalam melaksanakan audit ketaatan pada area yang high
risk (perencanaan/penganggaran; pengadaan barang dan jasa; perizinan serta
promosi/mutasi SDM Pemda), audit kinerja untuk mendorong perbaikan kinerja
(aspek keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas), memberikan layanan konsultansi.
(elemen 1 Peran dan Layanan);
■ Kemampuan SDM APIP dalam menerapkan perencanaan pengawasan berbasis
risiko dan mengelola kualitas pengawasan intern melalui reviu berjenjang sebagai
penerapan kendali mutu secara berkesinambungan. (elemen 3 Praktik
Profesional); serta
■ Perlunya peningkatan SDM APIP yang berkualifikasi profesional melalui diklat
teknis substansi dan sertifikasi profesi pengawasan intern (elemen 2 Pengelolaan
SDM).
Untuk mengatasi tantangan tersebut, BPKP telah menempuh beberapa upaya, antara
lain:
■ Strategi dan Kebijakan Deputi Bidang PPKD Nomor S-3/D3/ 01/2019 tanggal 3
Januari 2019 yang antara lain memberikan arahan kepada Kepala Perwakilan
tentang percepatan pencapaian target;
■ menerbitkan SK Deputi Nomor KEP-43/D3/4/2019 tanggal 30 Oktober 2019
tentang Tim Panelis Hasil Penjaminan Kualitas Kapabilitas APIP Level 3 pada
K/L/P di Lingkungan Deputi Bidang PPKD;
■ Panduan Praktis Penerapan KPA Level 3 dan Suplemen Perka BPKP Nomor 16
Tahun 2015 berupa Daftar Uji Penjaminan Kualitas APIP Level 3;
■ Memberikan pemahaman kepada para Kepala Daerah mengenai pentingnya SPIP
dan kapabilitas APIP sebagai pilar membangun tata kelola pemerintah yang baik
dalam setiap Coffee Morning, Bincang Pagi, dan pada berbagai forum kegiatan
lainnya oleh Deputi PPKD sehingga Kepala daerah dapat menetapkan Level 3
sebagai IKU APIP, mereviu dan mengevaluasi kinerja APIP, dan mendorong
dibangunnya kriteria kompetensi Inspektur;
■ Mendorong Kepala Daerah dan para Inspektur untuk melaksanakan pengawasan
intern termatik (area yang berisiko tinggi antara lain: PBJ, perizinan, bansos,
mutasi promosi pegawai, serta program strategis di organisasinya;
Strategi ke depan (2020) BPKP dalam rangka pengembangan kapabilitas APIP yaitu:
1. Pengembangan dan implementasi beberapa alternatif metodologi dan tools
pengawasan, antara lain joint audit, dan joint supervisi.
2. Perumusan Kebijakan bagi K/L/pemda untuk menetapkan Level 3 Kapabilitas APIP
sebagai IKU/ target kinerja dalam RPJMD atau dokumen perencanaan lainnya.
3. Pengembangan dan implementasi Continuous Audit Continuous Monitoring
(CACM).
4. Peningkatan kompetensi SDM APIP (termasuk di bidang audit keinvestigasian)
yang didukung dengan Training Need Analysis (TNA), antara lain melalui GIA
Corporate University dan MOOC.
5. Memantau, mendorong dan melakukan asistensi pada K/L/Pemda dalam
melaksanakan tindak lanjut dari action plan perbaikan area of improvement IACM.
6. Melaksanakan koordinasi dengan AAIPI untuk pelaksanakan peer review bagi APIP
yang sudah siap menuju level 3.
7. Melaksanakan bimtek penyusunan pedoman audit kinerja bagi APIP yang belum
memiliki dan melaksanakan layanan audit kinerja.
8. Mendorong pelaksanaan audit kinerja sesuai dengan pedoman audit kinerja bagi
APIP yang telah mendapatkan level 2.
9. Mendorong APIP untuk meningkatkan kapabilitas SDM-nya.
yang mendorong fungsi lain agar berjalan sesuai harapan untuk pencapaian tujuan
BPKP.
Tahun 2019 merupakan tahun akhir RPJMN dan Renstra BPKP 2015-2019. Oleh
karena itu, sesuai dengan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada tahun 2019
BPKP telah menyusun Rancangan Renstra tahun 2020-2024 dengan berpedoman
pada Rancangan RPJMN tahun 2020- 2024.
Pada tahun 2019, Setma menyusun rancangan kebijakan pengawasan (Jakwas) BPKP
untuk tahun 2020. Kebijakan Pengawasan (Jakwas) merupakan acuan dalam
menentukan arah pokok pengawasan dan media untuk menerjemahkan strategi
pengawasan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Renstra. Sesuai rancangan Jakwas
BPKP tahun 2020, terhadap 25 program pembangunan (PP) nasional, sebanyak 10 PP
akan dilakukan pengawasan lintas sektoral secara mendalam dan 15 PP akan dilakukan
pengawasan melalui mekanisme Continuous Audit - Continuous Monitoring (CACM).
Jakwas menjadi acuan bagi penyusunan tema pengawasan, yang selanjutnya diturunkan
menjadi program kerja pengawasan tahunan.
Pada tahun 2019, BPKP telah melaksanakan sosialisasi/ pembinaan penerapan JFA
sebanyak 503 kegiatan, yaitu:
Pada 5 Desember 2019 dilaksanakan kegiatan Forum Komunikasi JFA yang dihadiri
oleh 230 peserta dari BPKP dan Inspektorat Daerah. Kegiatan forum tersebut
bertujuan untuk membahas dan memecahkan permasalahan utama SDM APIP dalam
rangka melaksanakan tugas dan peran APIP serta menggali pendapat dari APIP untuk
arah pembinaan JFA.
Dalam tahun 2019, dilakukan seleksi dan penetapan peserta diklat sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor di lingkungan APIP pusat dan daerah, dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.46. Hasil seleksi dan penetapan peserta diklat JFA tahun 2019
Tidak Dalam
Peserta/ Memenuhi Ditetapkan Belum
Jenjang Memenuhi Proses
Pendaftar Syarat Tahun 2019 ditetapkan
Syarat Verifikasi
Terampil 198 171 26 1 153 18
Pertama 1.396 1.255 140 1 1.106 149
Muda 941 866 72 3 803 63
Madya 504 414 87 3 397 17
Utama 47 22 25 0 15 7
Total 3.086 2.728 350 8 2.474 254
Dari 2.728 pegawai yang memenuhi syarat, telah ditetapkan dan selesai mengikuti
diklat sebanyak 2.474 pegawai, sedangkan sebanyak 254 pegawai belum ditetapkan
sebagai peserta diklat karena mengundurkan diri/ tidak bersedia mengikuti diklat
dengan alasan sedang dalam penugasan lain, tidak tersedianya anggaran, dan karena
sakit.
Selama tahun 2019, jumlah PNS yang diberikan persetujuan teknis pengangkatan ke
dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA) oleh Kepala BPKP sebanyak 972 orang.
Sampai dengan tahun 2019, jumlah K/L/Pemda yang mengimplementasikan Jabatan
Fungsional Auditor sebanyak 627, yang terdiri atas 85 K/L dan 542 Pemda. Jumlah
auditor K/L/Pemda yang bersertifikat auditor sebanyak11.245 auditor.
Uraian 2019
Jml K/L yang mengimplementasikan JFA 85
Jml Pemda yang mengimplementasikan JFA 542
Jumlah 627
Uraian 2019
Jml auditor K/L bersertifikat auditor 6.143
Jml auditor Pemda bersertifikat auditor 5.102
Jumlah 11.245
BPKP, melalui Pusbin JFA selaku Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Terpusat telah
melakukan fasilitasi penilaian dan penetapan angka kredit terpusat dengan rincian
sebagai berikut:
c. MoU antara BPKP, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah untuk kegiatan
Center of Excellent (CoE) sebanyak 8 MoU dan sesuai target yang ditetapkan.
Hasil kegiatan CoE antara lain berupa hasil riset, penyusunan modul, penerbitan
jurnal ilmiah, workshop , seminar, dan pelatihan yang berkaitan dengan keuangan
sektor publik yang dilaksanakan oleh PTN penyelenggara CoE.
daerah, sehingga gap kompetensi SDM API P dapat dipenuhi dengan delivery
program GIA Corpu.
3. Institutional Strengthening Through System Improvement
a. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitas (SIMA) yang
mengintegrasikan sistem pengawasan di BPKP sekaligus mengefektifkan sistem
monitoringnya, terutama pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
(renlakpor), serta meningkatkan koordinasi lintas unit kerja BPKP secara efektif
antara pusat dengan perwakilan melalui pemanfaatan teknologi konferensi video.
b. Evaluasi program lintas sektoral. Sampai dengan akhir 2019, BPKP telah
melaksanakan evaluasi atas enam program lintas sektoral mencakup 3 program
lintas sektoral yang diselesaikan selama tahun 2017-2018, dan 3 program lintas
sektoral diselesaikan selama 2018-2019, yaitu: 1) Program Pembangunan
Kemaritiman dan Kelautan, 2) Program Pembangunan Perkotaan, dan Program
Pembangunan Pendidikan.
c. Dalam rangka mengembangkan audit internal yang mengacu pada standar
profesional dengan metode risk-based audit, sekaligus mendukung
penyelenggaraan pengawasan lintas sektoral BPKP dan memperkuat peran
API P terhadap pencapaian tujuan organisasi, telah dihasilkan juga pedoman
pengawasan internal berbasis risiko (PIBR). Pedoman PIBR ini diharapkan dapat
merespon tuntutan terhadap efektifitas peran API P. Untuk percepatan
implementasi pedoman PIBR, di tahun 2019 telah dihasilkan sistem perencanaan
pengawasan berbasis risiko (SPPBR) BPKP, draft petunjuk pelaksanaan PIBR
dan policy brief dalam upaya merekomendasikan kebijakan penerapan PIBR
tersebut. Selain itu, telah dihasilkan juga pedoman pengelolaan risiko (MR) K/L
dan Pemda, dan pengembangan desain penerapan pedoman MR Pemda
berbasis informasi teknologi (IT) untuk mendukung efektifitas penerapan PIBR di
APIP Pemda.
Selain capaian kinerja STAR di atas, STAR juga telah mendapatkan apresiasi dari
Kementerian Keuangan dan ADB, yaitu termasuk 3 besar pinjaman proyek ADB
dengan kinerja terbaik pada Country Portfolio Review Mission tahunan.
Pencapaian hasil STAR dalam mendukung penguatan pengelolaan keuangan publik
yang akuntabel dan bersih melalui peningkatan kapasitas APIP dan pengelola
keuangan negara/ daerah selama periode Februari 2013 sampai dengan Maret 2020,
tentu saja masih memerlukan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).
Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan ADB telah
menandatangani loan agreement tanggal 9 Desember 2019 atas STAR Additional
Financing Loan No. 3872-INO untuk periode April 2020 sampai dengan September
2025.
Tabel 3.51.
Jumlah Peserta Diklat Teknis Substantif Tahun 2019
Peserta
No Uraian Non
BPKP JUMLAH
BPKP
1 Peserta Diklat Teknis Pengawasan Intern 1.547 9.064 10.611
2 Peserta Diklat teknis SPIP 133 722 855
3 Peserta Diklat teknis Kapabilitas APIP 101 70 171
Jumlah 1.781 9.856 11.637
Gambar 3.53. Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan
Auditor BPKP
Gambar 3.54. Ujian Sertifikasi Auditor Berbasis Komputer untuk Diklat Penjenjangan Auditor dari TNI AL
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Peserta Diklat TS 4.914 6.530 5.326 9.446 11.637
2 Jumlah Peserta Diklat FA 1.804 2.696 2.624 2.926 3.164
Jumlah 6.718 9.226 7.950 12.372 14.801
informasi yang dibutuhkan tersebut secara cepat, dan akurat. Pada tahun 2019,
BPKP melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan menyusun
pedoman umum pengawasan cepat (Quick-Was). Pedoman tersebut diharapkan
menjadi panduan dalam pelaksanaan pengawasan secara cepat sehingga hasil
pengawasan dapat disampaikan ke Presiden dan Pemangku Kepentingan Utama
Lainnya tepat waktu, andal, terpercaya dan akurat.
Metodologi quick-was ini merupakan hasil sintesis atas konsep dari praktik
pengawasan yang dilakukan secara cepat yang diperkaya dengan konsep qu/ck-
qount, serta konsep agile audit. Proses ini mengakumulasikan konsep yang sama
dari ketiga sumber tersebut menjadi satu konsep quick-was yang saling
menguatkan.
Manajemen risiko yang efektif merupakan salah satu elemen penting untuk
membangun tata kelola organisasi yang lebih baik. Manajemen risiko merupakan
suatu pendekatan yang sistematis, terstruktur, dan proaktif, dimana implementasi
manajemen risiko harus secara aktif memastikan terwujudnya pelayanan yang
berkesinambungan serta tercapainya tujuan organisasi yang sejalan dengan visi
dan misi dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan. Dalam upaya
menilai sejauh mana perkembangan implementasi manajemen risiko tersebut,
perlu dilaksanakan pengukuran kualitas implementasi manajemen risiko. Tujuan
pengukuran kualitas implementasi manajemen risiko adalah mengidentifikasi area
o f improvement untuk pengembangan manajemen risiko lebih lanjut.
Pada tahun 2019, BPKP melalui Puslitbangwas melakukan kajian pengukuran
kualitas implementasi manajemen risiko sektor publik. Secara umum terdapat tiga
pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur kualitas implementasi
manajemen risiko, yaitu level maturitas, level kapabilitas, dan sasaran maturitas.
Kajian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pendekatan level kapabilitas lebih
sesuai untuk diterapkan dalam pengukuran kualitas implementasi manajemen
risiko sektor publik di Indonesia. Pendekatan ini tidak menggunakan sistem
pembobotan, namun lebih pada pengujian pemenuhan karakteristik masing-
masing level dan penyimpulannya menggunakan sistem building block.
Kajian tersebut mengusulkan lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur
kualitas implementasi manajemen risiko, yaitu struktur, budaya, proses,
penggunaan aplikasi (teknologi informasi), dan hasil.
Lima dimensi tersebut selanjutnya diturunkan menjadi 23 sub dimensi yang akan
dinilai karakteristiknya untuk masing-masing level (mulai dari level 1 sampai
dengan level 5 secara progresif), yaitu karakteristik yang semakin meningkat untuk
mencapai level yang lebih tinggi.
BPKP - Laporan Kinerja 2019 129
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Pada tahun 2019, Pusinfowas BPKP telah menyusun dan menyampaikan Laporan
Hasil Pengawasan (LH P) kepada Presiden sebanyak dua kali yaitu Lappres Tahun
2018 dan Lappres Semester 1 Tahun 2019. Untuk lingkup internal, penyiapan
dukungan data untuk unit pengawasan Rendal/ Kedeputian dan Perwakilan terkait
saldo Temuan Pemeriksaan yang Belum Ditindaklanjuti (TPB) per Kementerian/
Lembaga dan per Pemerintahan Daerah.
1) Pergeseran proses bisnis pengawasan yang dilakukan BPKP dari yang sifatnya
pengawasan operasional menjadi pengawasan yang sifatnya strategis menjadikan
Pusdiklatwas memiliki fungsi strategis untuk mendukung pencapaian tujuan BPKP.
2) Dalam rangka meningkatkan kinerja BPKP untuk lebih berperan aktif dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.
3) Belum sepenuhnya terdapat keselarasan antara apa yang dipelajari dalam
pelatihan dan apa yang dibutuhkan oleh BPKP.
4) Pembelajaran di dalam diklat terlepas dari isu strategis yang paling mendesak
yang harus dipecahkan.
5) Program dan pengembangan pelatihan seringkali tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap kinerja BPKP.
6) Kebutuhan pengembangan organisasi BPKP untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja di bidang pengawasan
7) Kesadaran untuk mengembangkan diri belum merata ke seluruh pegawai.
8) Mengoptimalkan fasilitas e-learning yang telah dikembangkan.
9) Memungkinkan BPKP dapat melakukan evaluasi pembelajaran sampai ke impact/
benefit diklat terhadap organisasi.
10) Mengefektifkan BPKP menjadi learning organization.
Model corporate university tersebut dibangun dengan bertumpu pada dua pilar,
yaitu knowledge management dan learning infrastructure.
L e a r n i n g Fo c us
Dari model GIA Corpu yang dikembangkan tersebut, struktur organisasi GIA Corpu
dapat diturunkan sebagaimana pada gambar 3.61.
Pimpinan tertinggi BPKP Corporate University adalah Rektor yang dijabat oleh
Kepala BPKP. Dalam pelaksanaannya, Rektor dibantu oleh Pembantu Rektor
yang dijabat oleh Sekretaris Utama.
Di bawah Rektor ada beberapa Dekan yang memimpin masing-masing akademi.
Dekan dijabat oleh para Deputi Kepala BPKP yang memimpin akademi yang
selaras dengan tugas pokok dan fungsi di lingkungan masing-masing deputi.
Penggunaan model pembelajaran tersebut merupakan bagian dari pencapaian visi dan
misi organisasi melalui keterkaitan dan kesesuaian antara pengelolaan pembelajaran
dan manajemen pengetahuan, serta nilai-nilai dengan target kinerja dan sasaran
strategis organisasi BPKP dan APIP.
Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan dan akan dilakukan dalam rangka
model pembelajaran GIA Corpu, antara lain adalah sebagai berikut:
Tujuan utama pembentukan Forum Diskusi adalah untuk membantu peserta yang
mengalami kebuntuan (deadlock). Peserta yang telah menyelesaikan
pembelajaran, dapat mengisi pernyataan kejujuran dan dilanjutkan dengan
mengikuti post-test. Kesempatan mengikuti post-test diberikan sebanyak tiga kali.
Peserta yang gagal melampaui passing grade dinyatakan gugur. Peserta yang
melampaui passing grade, dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Setelah lolos
post-test, peserta wajib mengisi Evaluasi Penyelenggaraan MOOC, dan peserta
dapat mencetak sertifikat telah mengikuti MOOC.
MOOC BPKP
Rencana ke depan, MOOC akan menjadi model pembelajaran bukan hanya untuk
pegawai BPKP, namun juga seluruh APIP.
c. Video C onference dalam rangka K now ledge Sharing BPKP dan Central
C o ordinating A g en cy (CCA) Bhutan
Dalam menjalankan fungsi audit internal, CCA for Internal Auditor, Ministry of
Finance, Royal Government of Bhutan - mengalami berbagai tantangan, seperti
kurangnya pemahaman stakeholder atas fungsi internal audit, terbatasnya program
138 Laporan Kinerja 2019 - BPKP
Pendahuluan Perencanaan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
pelatihan, kurangnya SDM, dan jenjang karir yang belum terpetakan. Atas kondisi
tersebut, CCA Bhutan tertarik melakukan kolaborasi dengan BPKP guna
meningkatkan kualitas pengawasan intern di negaranya.
Gambar 3.59. Video Conferences BPKP dan CCA Bhutan dalam rangka knowledge sharing
Pada tanggal 21 Mei 2019, bertempat di Kantor Pusat BPKP, Kedua lembaga
melakukan gelaran video conference sebagai bentuk sharing knowledge
pelaksanaan pengawasan internal di masing-masing negara. Capacity building
untuk meningkatkan kualitas pengawasan intern menjadi tema besar kerja sama
antara BPKP dan CCA Bhutan. Kegiatan diakhiri dengan MoU yang diwakili oleh
Menteri Keuangan Bhutan dan Plt.Kepala BPKP.
BPKP dan KDI berbagi best practices penyelenggaraan good governance di kedua
negara. Tiga topik yang menjadi bahasan, yaitu capacity building policy,
strengthening goverment risk management, dan case study for audit process in e-
finance system . Kerjasama tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
pemerintah melalui penguatan fungsi audit internal.
Gambar 3.61. BPKP menerima Head of Korean Development Institute, 11 Juli 2019
AGIA adalah non-govemment organization (NGO) yang terdiri dari auditor internal
pada sektor pemerintahan dan perusahaan negara di Filipina. Berfokus pada
pengembangan profesi auditor internal, AGIA bermaksud untuk melakukan studi
banding internal audit best practices di Indonesia. Melalui diskusi dan studi lapangan,
rombongan berharap untuk mendapat masukan dalam membangun struktur lembaga
audit internal pemerintah yang kokoh di negaranya.
Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah 2019 dihadiri oleh para peserta yang
terdiri dari para Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian/
Lembaga/ Pemda, Auditor BPKP, Aliansi Auditor Internal Indonesia, Sekretaris
Jenderal Kementerian/ Lembaga, dan Sekretaris Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota
yang seluruhnya berjumlah 1200 peserta.
■■■ < J . r ’r
RAKORNAS
r*«*« i* ^ '- V
Gambar 3.63.
Pembukaan Rapat
Koordinasi
Nasional
Pengawasan
(Rakornaswas)
HOTEL BIDAKARA - JA Tahun 2019
Tanggal 21 Maret
2019 di Hotel
Bidakara, Jakarta
Menteri Keuangan
menjadi pembicara
pada kegiatan
Rakornaswas
Tahun 2019
Tanggal 21 Maret W AL AKUNTABILITAS
2019 di Hotel
Bidakara, Jakarta
YANG B ER KU ALjaS”
2. Penghargaan
Di samping kinerja sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kinerja BPKP, dalam
tahun 2019, BPKP berhasil meraih penghargaan/pengakuan atas kinerjanya sebagai
berikut:
1) Penghargaan untuk K/L yang meraih opini W TP untuk Laporan Keuangan Tahun
2014 - 2018.
BPKP meraih Opini W ajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-turut sejak 2008
sampai dengan tahun 2019. Prestasi ini tetap bisa dipertahankan selama ini atas
upaya dan kerja sama dari semua pihak yang terkait di lingkungan BPKP. Pada
tahun 2019 BPKP menerima penghargaan dari Kementerian Keuangan sebagai
K/L yang meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan tahun 2014 - 2018.
Penghargaan ini diraih atas konsistensi layanan informasi BPKP dari tahun
sebelumnya dimana penilaian meliputi indikator pengumuman informasi publik,
penyediaan informasi publik, pelayanan permohonan informasi publik, pengelolaan
informasi dan dokumentasi serta inovasi layanan informasi.
Gambar 3.64. BPKP menerima penghargaan untuk K/L yang meraih opini WTP untuk
laporan Keuangan Tahun 2014-2018 dari Menteri Keuangan
Gambar 3.65. BPKP menerima penghargaan untuk K/L dengan kualifikasi "Menuju
Informatif" dari Komisi Informasi Pusat (KIP)
'i* ;» i* i» i* i* ;* i* > i* > lt l* i* i* ifi* i* w * i* i* i* i, K * i, i ,l* * * lv i,r ,;* i* i,i* i* :';* ;* ;* i* iti* ;* itl* l,l* K * i* i* w * it i* i* i* itr* i* itl* r» i* i* > w ij
J
%
PIAGAM PENGHARGAAN i
Menteri 'Keuangan <R$pu6R^ftvConesia
M em berikan Penghargaan Kepada :
P eringkat Satu
I9
5 Kategori Pagu Kecil (<Rp. 2,5 Triliun) I
Kem enterian/Lem baga Dengan Kinerja Pengelolaan Anggaran Terbaik
Tahun Anggaran 2018
5) Bronze Winner Public Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial sub
kategori Lembaga
Penghargaan dari Public Relations Indonesia ini diraih atas peningkatan kinerja
BPKP dalam pengelolaan media sosial resmi baik Instagram, Twitter, Facebook
dan Youtube yang dinilai telah mendukung peningkatan reputasi BPKP dan
Pemerintah pada umumnya.
Gambar. 3.67. Piala Bronze Winner Public Relations Indonesia Awards 2019
kategori Media Sosial sub kategori Lembaga
B i
M
s:
>1
■'I
J fj
v -
Gambar 3.69. BPKP menerima BKN Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi Tingkat
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
BKN Awards diberikan kepada BPKP yang diwakili oleh Setma BPKP karena
komitmen BPKP dalam meningkatkan kualitas manajemen ASN guna mendukung
pengawasan intern yang handal.
8) BPKP meraih penghargaan “The Most Innovative Institution” dalam penilaian instansi
pembina jabatan fungsional terbaik tahun 2019 yang diselenggarakan oleh
Kementerian PAN dan RB.
Gambar
3.70. BPKP
menerima
penghargaan
“The Most
Innovative
Institution”
dalam
penilaian
instansi
pembina
jabatan
fungsional
terbaik tahun
2019 yang
diselenggara
kan oleh
Kementerian
PAN dan RB
Gambar 3.71.
Pohon Kinerja
BPKP Tahun 2020
2024
E. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Realisasi anggaran BPKP tahun 2019 sebesar 1.592.579.258.133,00 atau terserap
97,12% dibandingkan dengan anggaran tahun 2019 sebesar 1.639.811.687.000,00.
Rincian per jenis belanja dan per program dapat dilihat pada tabel 3.55 sampai dengan
tabel 3.57.
Rincian belanja menurut sasaran strategis dapat dilihat pada lampiran I, sedangkan
menurut sasaran kegiatan pada lampiran III.
BAB 4
Penutup
Kepala BPKP
menyerahkan laporan
hasil reviu LKJPP tahun
2018 kepada Menteri PAN
dan RB, 17 Mei 2019
PENUTUP
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP
bertugas membantu Presiden mengawasi pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional, serta memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan. Sesuai dengan
Renstra BPKP periode 2015-2019, pengawasan diarahkan pada beberapa aspek
strategis yaitu: 1) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan APIP Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang bersifat
lintas bidang di RPJMN 2015-2019, 2) Peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP) dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan efisien, dan peningkatan kapabilitas pengawasan intern
melalui peningkatan IACM (InternalAudit Capability Model) APIP yang mampu
mendorong pemantapan penerapan sistem pengendalian intern Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah,dan Korporasi (KLPK), 3) Peningkatan ruang fiskal
negara melalui pengawasan untuk meningkatkan penerimaan negara/ daerah;
pengawasan untuk efisiensi pengeluaran negara/daerah; pengawasan terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset negara/daerah, dan 4) Pengamanan keuangan
negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan clearing house; pengawasan
represif untuk preventif serta pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Untuk menangani aspek-aspek strategis tersebut BPKP menetapkan tiga tujuan dan
sasaran strategis yaitu:
Capaian
No Indikator Kinerja Utama Satuan T arget Realisasi
(%)
Sasaran Strategis 3. Meningkatnya
Kapabilitas Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian, Lembaga dan
Pemda
3.1 Persentase APIP K/L dengan
% 85 68,97 81,14 ■
Kapabilitas Level 3
3.2 Persentase APIP Pemerintah
% 85 70,59 83,05 ■
Provinsi dengan Kapabilitas Level 3
3.3 Persentase APIP Pemerintah
Kabupaten/ Kota dengan Kapabilitas % 70 55,31 79,01 ■
Level 3
Keterangan:
■ = Mencapai/melampaui target
■ = Belum mencapai target, tetapi realisasi kinerja meningkat dari tahun lalu
■ = Belum mencapai target
Uraian ringkas hasil pengukuran dari delapan indikator kinerja BPKP tahun 2019
adalah sebagai berikut:
1) Sasaran strategis “Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan nasional",diukur berdasarkan indeks AP3N, telah mencapai target,
yaitu realisasi indeks AP3N berada pada skala 3, mencapai 100% dari target tahun
2019 sebesar skala 3.
2) Sasaran strategis“Meningkatnya maturitas SPIP dan Efektivitas SPI Korporasi”
diukur berdasarkan empat indikator kinerja sebagai berikut:
a) Maturitas SPIP K/L (Level 3) belum mencapai target target, namun mengalami
kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 79,55% dari target 85%, dengan
capaian kinerja 93,59%. Jumlah K/L yang mencapai SPIP level 3 mengalami
kenaikan sebanyak 20 K/L.
b) Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi(Level 3) belum mencapai target, nam un
m engalam i kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 79,41% dari target 85%,
dengan capaian kinerja 93,42%. Jumlah Pemprov yang mencapai SPIP level 3
m enga lam i kenaikan se b a n ya k 4 Pem prov.
c) Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3) belum mencapai target,
nam un m enga lam i kena ikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 55,51%, dari
target 70%, dengan capaian kinerja 79,30%. Jumlah Pemkab/Kota yang
mencapai SPIP level 3 m enga lam i kenaikan se b a n ya k 53 P em kab/K ota.
d) Efektivitas SPI Korporasi Level 3 belum mencapai target, yaitu realisasi 46%,
dari target 85%, dengan capaian kinerja 54,12%.
3) Sasaran strategis “Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pada
K/L/Pemda”diukur berdasarkan tiga indikator kinerja sebagai berikut:
a) Kapabilitas API P K/L (Level 3) belum mencapai target, namun mengalami
kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 68,97% dari target 85%, dengan
capaian kinerja 81,14%. Jumlah APIP K/L yang mencapai kapabilitas level 3
mengalami kenaikan sebanyak 20 APIP.
b) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3) belum mencapai target, namun
mengalami kenaikan dari tahun lalu, yaitu realisasi 70,59%, dari target 85%,
dengan capaian kinerja 83,05%.
Walaupun berbagai strategi dan upaya telah dilakukan BPKP untuk mencapai kinerja
tahun 2019, beberapa indikator kinerja belum dapat mencapai target, karena adanya
kendala-kendala sebagai berikut:
D. Kinerja Lain
Dalam rangka memperkuat kompetensi pengawasan intern yang berkelanjutan,
pada tahun 2019 BPKP membentuk Government Internal Auditor Corporate
University (GIA Corpu). Corporate University merupakan fungsi pembelajaran
yang mempunyai kedudukan strategis dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
induk. Dalam konteks tersebut, Corporate University menjalankan kegiatan
pendidikan dan pengembangan pegawai serta penciptaan pengetahuan bagi
organisasi. Pada tahun 2019 GIA Corpu telah melaksanakan kegiatan antara lain
yaitu: 1) penyusunan rancangan kebijakan GIA Corpu, 2) penyusunan rancangan
materplan GIA Corpu, 3) Penetapan kebijakan Corpu tentang pengembangan
sistem pembelajaran SDM di lingkungan BPKP, 4) grand launching GIA Corpu, 5)
pengembangan e-modul, dan pelaksanaan training need analysis.
Inovasi pengawasan yang dikembangkan pada tahun tahun sebelumnya yaitu Massive
Open Online Courses (MOOC) telah dijalankan di tahun 2019. MOOC adalah metode
pembelajaran baru yang sepenuhnya berbasis elektronik (Full E-Learning).
Pusdiklatwas BPKP memilih metode ini untuk memenuhi kebutuhan pengembangan
kompetensi bagi setiap PNS, minimal 20 jam pelatihan per tahun. Metode ini didesain
dengan memperhatikan tingkat kesibukan para pejabat dan keterbatasan dana BPKP.
Selama tahun 2019 telah diselenggarakan training dengan metode MOOC sebanyak 5
kali dengan total peserta 1.655 orang yang seluruhnya dari BPKP. Rencana ke depan,
MOOC akan menjadi model pembelajaran bukan hanya untuk pegawai BPKP, namun
juga seluruh APIP.
1) Penghargaan untuk K/L yang meraih opini WTP untuk Laporan Keuangan Tahun
2014 - 2018 dari Menteri Keuangan.
2) Anugerah Keterbukaan Informasi dengan kualifikasi "Menuju Informatif” pada
kategori Lembaga Negara dan Lembaga Negara Non Kementerian dari Komisi
Informasi Pusat (KIP).
3) Penghargaan dari Kementerian Keuangan berupa plakat atas pencapaian Kinerja
Terbaik Pengelolaan Anggaran Tahun 2018 dari Menteri Keuangan.
4) Penghargaan sebagai K/L dengan pengelolaan anggaran terbaik dengan kategori
pagu anggaran kecil dari Menteri Keuangan.
5) Bronze W inner Public Relations Indonesia Awards 2019 kategori Media Sosial
sub kategori Lembaga.
6) Silver W inner Insan PR Indonesia 2019.
7) Badan Kepegawaian Negara (BKN) Awards 2019 Kategori Penilaian Kompetensi
Tingkat Lembaga Pemerintah Non-Kementerian.
8) Penghargaan "The Most Innovative Institution” dalam penilaian instansi pembina
jabatan fungsional terbaik tahun 2019 dari Kementerian PAN dan RB.
Pada tahun 2019 telah dilakukan perbaikan dalam perencanaan kinerja yaitu:
1) Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi evaluasi SAKIP oleh Kementerian PAN
dan RB, pada tahun 2019, BPKP dengan bimbingan dari Kementerian PAN dan
RB telah menyusun Pohon Kinerja tahun 2020-2024.
2) Penyusunan profil indikator kinerja. Sebagai kelanjutan dari penyusunan Pohon
Kinerja, telah disusun profil indikator kinerja yang memuat rumus pengukuran,
target kinerja tahun 2020-2024, dan sumber data kinerja. Pohon kinerja dan profil
indikator kinerja tersebut telah digunakan dalam penyusunan Renstra BPKP
Tahun 2020-2024.
Dalam Renstra 2020-2024, BPKP bercita-cita menjadi Trusted Advisor bagi Presiden
dan Pemangku Kepentingan Utama Lainnya. Peran BPKP dalam assurance and
Consulting activities telah menempatkan BPKP sebagai mitra strategis K/L/Pemda/
Korporasi dalam mencapai tujuannya. Sebagai trusted advisor, BPKP berkomitmen
untuk terlibat aktif sebagai pemberi saran yang terpercaya melalui komunikasi yang
efektif, hubungan yang kuat, dan kemauan untuk berkembang bersama organisasi,
sehingga dapat mendorong perubahan yang positif dalam organisasi.
Demikian laporan kinerja ini, semoga dapat memberikan informasi bagi stakeholder
BPKP dan bahan evaluasi bagi BPKP guna merumuskan strategi yang tepat dalam
mendukung pencapaian kinerja BPKP.
JANUARI
B P K P d a n K e m e n te ria n P A N R B R a k o rn a s P e n g a w a s a n In te rn
L u n c u rk a n S IM D A S A K IP . P e m e r in ta h T a h u n 2 0 1 9 .
SIMDA SAKIP ini diluncurkan Rakornas dibuka oleh Wakil
Launching tig a in o v a s i te r b a ru sebagai upaya meningkatkan Presiden RI Jusuf Kalla yang
BPKP. akuntabilitas kinerja, efektivitas, diawali dengan arahan selaku
Kepala BPKP didampingi segenap dan efisiensi penggunaan Keynote Speech, serta
jajaran pimpinan melakukan anggaran di lingkungan pemerintah menghadirkan para narasumber
launching tiga inovasi terbaru BPKP, daerah. Menteri Dalam Negeri, Menteri
yaitu Library Cafe, Buku Kapita Keuangan, Menteri
Selekta CoE, dan Aplikasi Payklik MARET Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi, Menteri
Perencanaan Pembangunan
Nasional, serta Menteri
Komunikasi dan Informatika
APRIL
D ik la t A u d it In v e s tig a s i u n tu k W o r k s h o p S is te m In fo rm a s i B in a
A u d ito r In s p e k to r a t d i w ila y a h J a b a ta n A u d ito r B e rk u a lita s
P ro v in s i K a lim a n ta n T im u r. (S IB IJ A K ).
Pembukaan dihadiri oleh Deputi workshop ini diselenggarakan
Kepala BPKP Bidang Investigasi sebagai bentuk perwujudan fungsi
Iswan Elmi. Diklat dilaksanakan BPKP sebagai pembina JFA
selama 5 hari yang diikuti oleh berdasarkan p P No.11 Tahun
Peserta dari Inspektorat Provinsi/ 2017.
Kabupaten/ Kota di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur.
B P K P R a ih P e n g h a rg a a n a ta s
FEBRUARI P e r o le h a n S e r tifik a s i Q IA
T e rb a n y a k .
Yayasan Pendidikan Internal Audit
rakornas (YPIA) memberikan penghargaan
PflWSANMN kepada BPKP sebagai instansi
yang memperoleh Sertifikasi QIA
Terbanyak Tahun 2018/2019, yaitu
lima puluh orang berhasil
memperoleh sertifikat QIA
“ E v a lu a s i Im p le m e n ta s i S is te m
T a t a K e lo la K e u a n g a n D e s a
D e n g a n A p lik a s i S is k e u d e s V e r s i
2 .0 d i K a b u p a te n M a la n g ” .
B P K P m e ra ih P e n g h a rg a a n d a ri Narasumber dalam workshop
M e n te ri K e u a n g a n . tersebut, di antaranya Anggota
BPKP terbaik dalam Pengelolaan Komisi XI DPR RI Andreas Edy
Anggaran Tahun 2018 dalam Susetyo, Kepala BPKP Ardan Adi
kategori pagu kecil (< Rp 2,5 Triliun). Perdana, dan Kepala Perwakilan
BPK RI Provinsi Jawa Timur Harry
Purwaka.
R a p a t k e rja B P K P .
L a u n c h in g G IA C o rp u .
Dengan materi Evaluasi Kinerja
Peresmian dilakukan oleh Rektor Pengawasan sampai dengan Mei
GIA Corpu sekaligus Kepala BPKP 2019, Pohon Kinerja Renstra
B P K P A w a s i P ro s e s P e n g g a n tia n
Ardan Adiperdana. Inovasi GIA 2020-2024, Konvergensi
T o g o d a n K e lo n g d i P S N T e rm in a l
Corpu menjadi sebuah Perencanaan Program Tahun
K ijin g M e m p a w a h .
kebanggaan sekaligus tantangan 2020, dan Evaluasi Kinerja
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi bagi BPKP untuk menjadi salah
Kalimantan Barat Raden Suhartono Penyelenggaraan SPIP & RB di
satu Corpu terdepan di sektor BPKP.
beserta Koordinator Pengawasan publik pada tahun 2024.
(Korwas) Bidang Akuntan Negara
Husin Gasim dan rombongan JULI
mengunjungi Proyek Strategis JUNI
Nasional (PSN) Terminal Kijing,
Kabupaten Mempawah, guna
melakukan reviu atas rencana
penggantian Togo dan Kelong pada
PSN Pembangunan Terminal Kijing
Mempawah.
Rombongan didampingi Hardi
selaku Head of Project Terminal
Kijing PT. Pengembang Pelabuhan
Indonesia melakukan tinjauan awal W-'mA U.
dengan mengelilingi perairan di
M e d ia s i H K P
sekitar proyek Terminal Kijing dan B P K P m e ra ih o p in i W T P ke-11 P e m in d a h ta n g a n a n B M D K o ta
Pulau Temajuk s e c a r a b e rtu ru t-tu r u t. S o lo k d a n K a b . S o lo k .
Kepala BPKP Ardan Adiperdana Kepala Perwakilan BPKP Provinsi
menerima Laporan Hasil Sumatera Barat memimpin rapat
Pemeriksaan atas Laporan mediasi HKP. Hadir Walikota
Keuangan BPKP tahun 2018 Solok Zul Elfian dan Asisten
dengan Opini WTP dari Anggota III Koordinasi Bidang Ekbangkesra
BPK RI Akhsanul Qosasih. Pemkab Solok, Medison.
F in a l M e e tin g K e rja S a m a B P K P
d a n Korea Development Institute. R a p a t K e rja b e rs a m a K o m is i X I
F o r u m In v e s tig a s i, A ja n g D is k u s i
Menutup proyek kerja sama selama d a n E v a lu a s i B id a n g In v e s tig a s i. D P R RI di G e d u n g N u s a n ta r a I.
satu tahun bersama Korea Forum ini digelar sebagai sarana Komisi XI DPR RI menyetujui Pagu
Development Institute (KDI), BPKP diskusi dan evaluasi pelaksanaan Anggaran BPKP dalam RAPBN
menyelenggarakan final meeting di tugas-tugas keinvestigasian guna Tahun 2020.
Kantor Pusat BPKP. Sebelumnya, penguatan kelembagaan, proses
tim delegasi KDI menyempatkan bisnis, dan kompetensi di bidang
diri untuk bergabung dalam sharing keinvestigasian.
session yang sedang berlangsung
di Library Café BPKP.
B P K P R a ih P e n g h a rg a a n B K N
A w ard s 2019.
BPKP mendapatkan penghargaan
R a p a t D e n g a r P e n d a p a t (R D P ) BKN Awards 2019 Kategori
K o m is i IX D P R RI d e n g a n D e w a n Penilaian Kompetensi Tingkat
Kick Off M e e tin g Penyusunan P e n g a w a s (D e w a s ) B P J S Lembaga Pemerintah Non
R e n c a n a S tr a te g is B P K P T a h u n K e te n a g a k e rja a n (B P J S T K ), Kementrian (LPNK).
2 0 2 0 -2 0 2 4 . D JS N , dan B P K P .
Kegiatan tersebut diikuti oleh tim BPKP Beri Saran dalam RDP
penyusun Renstra BPKP dengan
OKTOBER
Pengawasan Pengelolaan
mengundang narasumber dari Investasi.
Kementerian PPN/Bappenas,
Kementerian PAN RB, dan
Kementerian Keuangan. SEPTEMBER
AGUSTUS
A u d it M e la lu i A p lik a s i Open
Source d i E ra D ig ita l 4 .0
13 Acara ini diadakan dengan tujuan
untuk mengenalkan kepada auditor
cara mengaudit data yang besar
B P K P R a ih P e n g h a rg a a n d ari melalui teknologi open source.
S o s ia lis a s i d a n U ji C o b a K e m e n te ria n K e u a n g a n .
S is w a s k e u d e s d i K a b u p a te n BPKP menerima penghargaan dari
B o y o la li. Kementerian Keuangan karena
Uji coba Aplikasi Sistem telah melakukan pengelolaan
Pengawasan Keuangan Desa ini keuangan dengan baik. Dalam hal
sejalan dengan rencana ini, laporan keuangan BPKP
Pemerintah Kabupaten Boyolali selama sebelas tahun berturut-turut
untuk melakukan pengawasan mendapatkan opini WTP.
keuangan desa yang akan
dilakukan oleh Inspektorat
Kabupaten Boyolali.
S e m in a r P S IA d a n D is e m in a s i
P u s b in J F A B P K P R a ih The Most
P e d o m a n P e n g a w a s a n In te rn
Innovative Institution.
B e rb a s is R is ik o .
Kementerian PANRB memberikan
BPKP bekerja sama dengan STAR
penghargaan kepada Pusbin JFA
BPKP dan Asian Development
BPKP sebagai instansi pembina
Bank (ADB) menyelenggarakan
jabatan fungsional terbaik.
Seminar Public Sector Internal
Audit (PSIA) dan Diseminasi
Pedoman Pengawasan Intern
Berbasis Risiko (PIBR).
KERJA
<QM!TE IV DPD Rf
S in e rg i B P K P D a la m M e n c a p a i
V is i P e m b a n g u n a n P re s id e n
2 0 2 0 -2 0 2 4
Rapat Kerja BPKP tentang
R a p a t K e rja K o m ite IV D P D RI
kebijakan pengawasan, akan
B ahas P engaw asan K euangan
dijadikan bahan penyempurnaan
D esa. dan penyelesaian kebijakan
BPKP dan Komisi IV DPD RI pengawasan BPKP tahun 2020.
menggelar rapat kerja membahas Pengawasan BPKP tahun 2020
pengelolaan keuangan desa secara tematik difokuskan kepada
melalui Siskeudes. 10 dari 25 program prioritas yang
menjadi concern Presiden
B P K P m e ra ih k u a lifik a s i B a d a n
P u b lik a s i M e n u ju In fo rm a tif.
BPKP menerima Anugerah
Keterbukaan Informasi Badan
Publik dengan Kualifikasi “Menuju
Informatif’ oleh Komisi Informasi
Pusat.
S a s a ra n D a n a (R p ) S D M (O H )
N o. S tra te g is /S a s a ra n In d ik a to r K in e rja U ta m a S a tu a n T arg e t R e a lis a s i C a p a ia n (% )
P ro g ra m A n g g a ra n (R p ) R e a lis a s i (R p ) % R encana R e a lis a s i %
S a s a ra n S tra te g is IK S S
i Meningkatnya Kualitas Indeks Akuntabilitas Pengelolaan
Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan
Pengelolaan Keuangan Program Prioritas dalam Nawa Cita
Skala 1-5 3,00 3,00 100,00 186.220.374.000 168.804.888.646 90,65 438.404 400.065 91,25
dan Pembangunan
Nasional
2 Meningkatnya
Maturitas SPIP dan Persentase K/L dengan Maturitas % 85,00 79,55 93,59
Efektivitas SPI SPIP Level 3
Korporasi Persentase Pemerintah Provinsi % 85,00 79,41 93,42
dengan Maturitas SPIP Level 3
44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24
Persentase Pemerintah % 70,00 55,51 79,30
Kabupaten/Kota dengan Maturitas
SPIP Level 3
Persentase Korporasi dengan % 85,00 46,00 54,12
Efektivitas SPI Level 3
3 Meningkatnya
Kapabilitas Persentase APIP K/L dengan % 85,00 68,97 81,14
Pengawasan Intern Kapabilitas Level 3
Pemerintah % 85,00 70,59 83,05
Persentase APIP Pemerintah
Kementerian, Lembaga 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23
Provinsi dengan Kapabilitas Level 3
dan Pemda
Persentase APIP Pemerintah % 70,00 55,31 79,01
Kabupaten/Kota dengan Kapabilitas
Level 3
Jumlah Pengawasan Utama (Sastra 1 s.d. 3) 251.256.377.000 231.490.515.060 92,13 593.097 515.670 86,95
4 Jumlah Dukungan Pengawasan (Pusat-Pusat dan Inspektorat) 209.196.811.000 194.785.379.059 93,11 64.898 64.802 99,85
J u m la h P ro g ra m P e n g a w a s a n In te rn A k u n ta b ilita s K e u a n g a n N e g a ra d a n P e m b in a a n P e n y e le n g g a ra a n
S is te m P e n g e n d a lia n In te rn P e m e rin ta h (S P IP ) 4 6 0 .4 5 3 .1 8 8 .0 0 0 4 2 6 .2 7 5 .8 9 4 .1 1 9 9 2 ,5 8 6 5 7 .9 9 5 5 8 0 .4 7 2 8 8 ,2 2
(P ro g ra m 0 6 )
TOTAL 1 .6 3 9 .8 1 1 .6 8 7 .0 0 0 1 .5 9 2 .5 7 9 .2 5 8 .1 3 3 9 7 ,1 2 7 3 3 .6 3 3 6 5 4 .7 8 3 8 9 ,2 5
Lampiran 11/1-1
PERBANDINGAN REALISASI DAN CAPAIAN OUTCOM E TAHUN 2019 DENGAN TAHUN 2018
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DAN ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA (DANA DAN OH)
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TAHUN 2019
P enggunaan P enggunaan
D ana (Rp) SDM (OH)
Dana SDM/OH
No. S asaran K egiatan In d ik a to r K in e rja K egiatan S atuan Target R ealisasi
S tra te g is /P ro g ra m (%)
0/ 0/ E fisie n / E fisie n /
Target R ealisasi /0 Target R ealisasi /0
T id a k E fisie n T id ak E fisien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Meningkatnya Kualitas Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.732 2.017 116,45 32.197.422.000 31.015.675.587 96,33 94.699 71.747 75,76
Akuntabilitas Hasil Pengawasan Pengawasan Proyek
Pengelolaan Proyek Strategis dan Strategis dan Prioritas
Keuangan dan Prioritas Presiden Presiden
Pembangunan
Nasional Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 4.280 4.967 116,05 122.666.453.000 107.368.732.658 87,53 284.327 287.588 101,15
Hasil Pengawasan Pengawasan Pembangunan
Pembangunan Prioritas Prioritas Nasional
Nasional Perwakilan
Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 257 260 101,17 10.000.000.000 9.739.301.111 97,39 15.619 10.542 67,49
Hasil Pembinaan Pembinaan Penerapan
Penerapan SIMDA SIM DA Integrasi
Integrasi
Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 538 555 103,16 13.750.000.000 13.349.824.912 97,09 27.512 19.586 71,19
Hasil Pengawasan Pengawasan Dana Desa
Dana Desa
Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 220 221 100,45 7.606.499.000 7.331.354.378 16.247 10.602 65,26
Hasil Pengawasan atas Pengawasan atas
Pengelolaan dan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
Keuangan Dana Pemilu Keuangan Dana Pemilu
Tahun 2019 Tahun 2019
Ju m la h S astra 1 7.027 8.020 114,13 186.220.374.000 168.804.888.646 90,65 438.404 400.065 91,25 E fisie n E fisien
2 Meningkatnya Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.541 1.707 110,77 44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24
Maturitas SPIP dan Hasil Penyelenggaraan Pembinaan SPIP BPKP
Efektivitas SPI SPIP
Korporasi
Ju m la h s a s tra 2 1.541 1.707 110,77 44.398.204.000 42.822.199.795 96,45 91.319 72.364 79,24 E fisie n E fisien
3 Meningkatnya Tersedianya Informasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 1.300 1.347 103,62 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23
Kapabilitas Hasil Pembinaan Peningkatan Kapabilitas
Pengawasan Intern Kapabilitas APIP APIP BPKP
Pemerintah
Kementrian Lembaga
dan Pemda
Ju m la h S astra 3 1.300 1.347 103,62 20.637.799.000 19.863.426.619 96,25 63.374 43.241 68,23 E fisie n E fisien
Ju m la h P engaw asan U tam a (S astra 1 s.d. 3) 9.868 11.074 112,22 251.256.377.000 231.490.515.060 92,13 593.097 515.670 86,95
Lampiran III/ 2 - 2
CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DAN ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA (DANA DAN OH)
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
TAHUN 2019
P enggunaan P enggunaan
D ana (Rp) SDM (OH)
Dana SDM/OH
No. S asaran K egiatan In d ik a to r K in e rja K egiatan S atuan Target R ealisasi
S tra te g is /P ro g ra m (%)
0/ 0/ E fisie n / E fisie n /
Target R ealisasi /0 Target R ealisasi /0
T id a k E fisie n T id ak E fisien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
4 Jumlah Dukungan Pengawasan (Pusat-Pusat dan Inspektorat) Layanan 1 1 100,00 209.196.811.000 194.785.379.059 93,11 64.898 64.802 99,85 E fisie n E fisien
5 Dukungan Manajemen (Kesettamaan) Layanan 1 1 100,00 1.179.358.499.000 1.166.303.364.014 98,89 75.638 74.311 98,25 E fisie n E fisien
PERBANDINGAN REALISASI DAN CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2018 DENGAN TAHUN 2019
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
H A S IL P E N G U K U R A N IN D E K S A P 3N
TA H U N 2019
2 Program Prioritas Peningkatan Pelayanan 60,92 22% 0,12 25% 0,135 15% 0,113 15% 0,107 23% 0,135
Kesehatan dan Gizi Masyarakat dengan
fokus pada Kegiatan Prioritas Percepatan
Penurunan S tu n tin g
3 Program Prioritas Peningkatan Konektivitas 67,86 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,107 15% 0,078 23% 0,158
dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
4 Program Prioritas Percepatan 59,82 22% 0,1325 25% 0,135 15% 0,0815 15% 0,1067 23% 0,1425
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Desa
dengan fokus pada Kegiatan Prioritas
Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah
Daerah dan Desa dalam Pengelolaan
Keuangan dan Aset Pemerintahan Desa
5 Program Prioritas Peningkatan Sistem 64,00 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,096 15% 0,078 23% 0,130
Logistik
6 Program Prioritas Percepatan Peningkatan 63,07 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,094 15% 0,078 23% 0,123
Ekspor dan Nilai Tambah Industri
Pengolahan
7 Program Prioritas Percepatan Peningkatan 63,67 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,093 15% 0,078 23% 0,130
Keahlian Tenaga Keria
8 Program Peningkatan Produksi, Akses dan 64,23 22% 0,136 25% 0,200 15% 0,098 15% 0,078 23% 0,130
Kualitas Konsumsi Pangan
R ata-rata 6 4,28 0,138 0,186 0,100 0,087 0,133
Lampiran VI/ 1 - 2
TINGKAT MATURITAS SPIP KEMENTERIAN/ LEMBAGA
Tahun 2019
Maturitas SPIP
Deputi Pembina/
No
Nama Pemerintah Kementerian/ Lembaga Blm Dinilai < Level 1 Level 2 > Level 3
Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Provinsi
Level 1 Level 2 Level 3
Sumatera 0 3 7
1 Provinsi Aceh V
2 Provinsi Sumatera Utara V
3 Provinsi Sumatera Barat V
4 Provinsi Riau V
5 Provinsi Kepulauan Riau V
6 Provinsi Jambi V
7 Provinsi Sumatera Selatan V
8 Provinsi Bengkulu V
9 Provinsi Bangka Belitung V
10 Provinsi Lampung V
Jawa 0 0 6
11 Provinsi Banten V
12 Provinsi DKI Jakarta V
13 Provinsi Jawa Barat V
14 Provinsi Jawa Tengah V
15 Provinsi DI Yogyakarta V
16 Provinsi Jawa Timur V
Kalimantan 0 0 5
17 Provinsi Kalimantan Barat V
18 Provinsi Kalimantan Tengah V
19 Provinsi Kalimantan Selatan V
20 Provinsi Kalimantan Timur V
21 Provinsi Kalimantan Utara V
Sulawesi 0 1 5
22 Provinsi Sulawesi Utara V
23 Provinsi Gorontalo V
24 Provinsi Sulawesi Barat V
25 Provinsi Sulawesi Tengah V
26 Provinsi Sulawesi Selatan V
27 Provinsi Sulawesi Tenggara V
Bali dan Nusa Tenggara 1 0 2
28 Provinsi Bali V
29 Provinsi Nusa Tenggara Barat V
30 Provinsi NTT V
Maluku dan maluku Utara 0 0 2
31 Provinsi Maluku V
32 Provinsi Maluku Utara V
Papua dan Papua Barat 0 2 0
33 Provinsi Papua V
34 Provinsi Papua Barat V
JUMLAH 1 6 27
Lampiran VIII/ 1 - 11
Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
I ACEH
1 Kab. Aceh Barat V
2 Kab. Aceh Barat Daya V
3 Kab. Aceh Besar V
4 Kab. Aceh Jaya V
5 Kab. Aceh Selatan V
6 Kab. Aceh Singkil V
7 Kab. Aceh Tamiang*) V
8 Kab. Aceh Tengah V
9 Kab. Aceh Tenggara V
10 Kab. Aceh Timur V
11 Kab. Bener Meriah V
12 Kab. Bireun*) V
13 Kab. Gayo Lues V
14 Kab. Nagan Raya V
15 Kab. Pidie V
16 Kab. Pidie Jaya V
17 Kab. Simeulue V
18 Kab.Aceh Utara V
19 Kota Banda Aceh V
20 Kota Langsa V
21 Kota Lhokseumawe V
22 Kota Sabang V
23 Kota Subulussalam V
Sub Jumlah 14 9
II SUMATERA UTARA
1 Kab. Asahan V
2 kab. Batu bara V
3 Kab. Dairi V
4 Kab. Deli Serdang V
5 Kab. Humbang Hasundutan V
6 Kab. Labuhan Batu V
7 Kab. Labuhan Batu Selatan V
8 Kab. Labuhan Batu Utara V
9 Kab. Langkat V
10 Kab. Mandailing Natal V
11 Kab. Nias V
12 Kab. Nias Barat V
13 Kab. Nias Selatan V
14 Kab. Nias Utara V
15 Kab. Padang Lawas V
16 Kab. Padang Lawas Utara V
17 Kab. Pakpak Barat V
18 Kab. Samosir V
19 Kab. Serdang Berdagai V
20 Kab. Simalungun V
21 Kab. Tanah Karo V
22 Kab. Tapanuli Selatan V
23 Kab. Tapanuli Tengah V
24 Kab. Tapanuli Utara V
Lampiran VIII/ 2 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
25 Kab. Toba Samosir V
26 Kota Binjai V
27 Kota Gunung Sitoli V
28 Kota Medan V
29 Kota Padang Sidempuan V
30 Kota Pematang Siantar V
31 Kota Sibolga V
32 Kota Tanjung Balai V
33 Kota Tebing Tinggi V
Sub Jumlah 5 22 6
III SUMATERA BARAT
1 Kab. Agam V
2 Kab. Dharmasraya V
3 Kab. Kepulauan Mentawai V
4 Kab. Lima Puluh Kota V
5 Kab. Padang Pariaman V
6 Kab. Pasaman V
7 Kab. Pasaman barat V
8 Kab. Pesisir Selatan V
9 Kab. Sijunjung V
10 Kab. Solok V
11 Kab. Solok Selatan V
12 Kab. Tanah Datar V
13 Kota Bukittinggi V
14 Kota Padang V
15 Kota Padang Panjang V
16 Kota Pariaman V
17 Kota Payakumbuh V
18 Kota Sawahlunto V
19 Kota Solok V
Sub Jumlah - 4 15
IV RIAU
1 Kab. Bengkalis V
2 Kab. Indragiri Hilir V
3 Kab. Indragiri Hulu V
4 Kab. Kampar V
5 Kab. Kuantan Singingi V
6 Kab. Meranti V
7 Kab. Pelalawan V
8 Kab. Rokan Hilir V
9 Kab. Rokan Hulu V
10 Kab. Siak V
11 Kota Dumai V
12 Kota Pekanbaru V
Sub Jumlah 1 2 9
V KEPULAUAN RIAU
1 Kab. Bintan V
2 Kab. Karimun V
3 Kab. Kep. Anambas V
4 Kab. Lingga V
5 Kab. Natuna V
6 Kota Batam V
7 Kota Tanjung Pinang V
Lampiran VIII/ 3 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
Sub Jumlah - - 7
VI JAMBI
1 Kab. Batanghari V
2 Kab. Bungo V
3 Kab. Kerinci V
4 Kab. Merangin V
5 Kab. Muaro Jambi V
6 Kab. Sarolangun V
7 Kab. Tanjung Jabung Barat V
8 Kab. Tanjung Jabung Timur V
9 Kab. Tebo V
10 Kota Jambi V
11 Kota Sungai Penuh V
Sub Jumlah 1 6 4
VII SUMATERA SELATAN
1 Kab. Banyuasin V
2 Kab. Empat lawang V
3 Kab. Lahat V
4 Kab. Muara Enim V
5 Kab. Musi Banyuasin V
6 Kab. Musi Rawas V
7 Kab. Musi Rawas Utara V
8 Kab. Ogan Ilir V
9 Kab. Ogan Komering Ilir V
10 Kab. Ogan Komering Ulu V
11 Kab. OKU Selatan V
12 Kab. OKU Timur V
13 Kab. Penukal A. Lematang Ilir V
14 Kota Lubuk Linggau V
15 Kota Pagar Alam V
16 Kota Palembang V
17 Kota Prabumulih V
Sub Jumlah - 8 9
VIII BENGKULU
1 Kab. Bengkulu Selatan V
2 Kab. Bengkulu Tengah V
3 Kab. Bengkulu Utara V
4 Kab. Kaur V
5 Kab. Kepahiang V
6 Kab. Lebong V
7 Kab. Mukomuko V
8 Kab. Rejang Lebong V
9 Kab. Seluma V
10 Kota Bengkulu V
Sub Jumlah 5 3 2
IX BANGKA BELITUNG
1 Kab. Bangka V
2 Kab. Bangka Barat V
3 Kab. Bangka Selatan V
4 Kab. Bangka Tengah V
5 Kab. Belitung V
6 Kab. Belitung Timur V
7 Kota Pangkal Pinang V
Lampiran VIII/ 4 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
Sub Jumlah 1 4 2
X LAMPUNG
1 Kab. Lampung Barat V
2 Kab. Lampung Selatan V
3 Kab. Lampung Tengah V
4 Kab. Lampung Timur V
5 Kab. Lampung Utara V
6 Kab. Mesuji V
7 Kab. Pesawaran V
8 Kab. Pesisir Barat V
9 Kab. Pringsewu V
10 Kab. Tanggamus V
11 Kab. Tulang Bawang V
12 Kab. Tulang Bawang Barat*) V
13 Kab. Way Kanan V
14 Kota Bandar Lampung V
15 Kota Metro V
Sub Jumlah 2 3 10
XI BANTEN
1 Kab. Lebak V
2 Kab. Pandeglang V
3 Kab. Serang V
4 Kab. Tangerang V
5 Kota Cilegon V
6 Kota Serang V
7 Kota Tangerang V
8 Kota Tangerang Selatan V
Sub Jumlah - - 8
XII DKI JAKARTA
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
23 Kab. Purwakarta V
24 Kab. Subang V
25 Kab. Sukabumi V
26 Kab. Sumedang V
27 Kab. Tasikmalaya V
Sub Jumlah 8 4 15
XIV JAWA TENGAH
1 Kota Magelang V
2 Kota Pekalongan V
3 Kota Salatiga V
4 Kota Semarang V
5 Kota Surakarta V
6 Kota Tegal V
7 Kab. Banjarnegara V
8 Kab. Banyumas V
9 Kab. Batang V
10 Kab. Blora V
11 Kab. Boyolali V
12 Kab. Brebes V
13 Kab. Cilacap V
14 Kab. Demak V
15 Kab. Grobogan V
16 Kab. Jepara V
17 Kab. Karanganyar V
18 Kab. Kebumen V
19 Kab. Kendal V
20 Kab. Klaten V
21 Kab. Kudus V
22 Kab. Magelang V
23 Kab. Pati V
24 Kab. Pekalongan V
25 Kab. Pemalang V
26 Kab. Purbalingga V
27 Kab. Purworejo V
28 Kab. Rembang V
29 Kab. Semarang V
30 Kab. Sragen V
31 Kab. Sukoharjo V
32 Kab. Tegal V
33 Kab. Temanggung V
34 Kab. Wonogiri V
35 Kab. Wonosobo V
Sub Jumlah 3 32
XV DIY
1 Kota Yogyakarta V
2 Kab. Bantul V
3 Kab. Gunung Kidul V
4 Kab. Kulon Progo V
5 Kab. Sleman V
Sub Jumlah 5
XVI JAWA TIMUR
1 Kota Batu V
2 Kota Blitar V
Lampiran VIII/ 6 - 11
Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
3 Kota Kediri V
4 Kota Madiun V
5 Kota Malang V
6 Kota Mojokerto V
7 Kota Pasuruan V
8 Kota Probolinggo V
9 Kota Surabaya V
10 Kab. Bangkalan V
11 Kab. Banyuwangi V
12 Kab. Blitar V
13 Kab. Bojonegoro V
14 Kab. Bondowoso V
15 Kab. Gresik V
16 Kab. Jember V
17 Kab. Jombang V
18 Kab. Kediri V
19 Kab. Lamongan V
20 Kab. Lumajang V
21 Kab. Madiun V
22 Kab. Magetan V
23 Kab. Malang V
24 Kab. Mojokerto V
25 Kab. Nganjuk V
26 Kab. Ngawi V
27 Kab. Pacitan V
28 Kab. Pamekasan V
29 Kab. Pasuruan V
30 Kab. Ponorogo V
31 Kab. Probolinggo V
32 Kab. Sampang V
33 Kab. Sidoarjo V
34 Kab.Situbondo V
35 Kab. Sumenep V
36 Kab. Trenggalek V
37 Kab. Tuban V
38 Kab. Tulungagung V
Sub Jumlah 8 30
XVII KALIMANTAN BARAT
1 Kota Pontianak V
2 Kota Singkawang V
3 Kab. Bengkayang V
4 Kab. Kapuas Hulu V
5 Kab. Kayong Utara V
6 Kab. Ketapang V
7 Kab. Kubu Raya V
8 Kab.Landak V
9 Kab. Melawi V
10 Kab. Mempawah V
11 Kab. Sambas V
12 Kab. Sanggau V
13 Kab. Sekadau V
14 Kab. Sintang V
Sub Jumlah 5 9
Lampiran VIII/ 7 - 11
Maturitas SPIP
No Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
XVIII KALIMANTAN TENGAH
1 Kota Palangkaraya V
2 Kab. Barito Selatan V
3 Kab. Barito Timur V
4 Kab. Barito Utara V
5 Kab. Gunung Mas V
6 Kab. Kapuas V
7 Kab. Katingan*) V
8 Kab. Kotawaringin Barat V
9 Kab. Kotawaringin Timur V
10 Kab. Lamandau V
11 Kab. Murung Raya V
12 Kab. Pulang Pisau V
13 Kab. Sukamara*) V
14 Kab. Seruyan*) V
Sub Jumlah 1 13
XIX KALIMANTAN SELATAN
1 Kota Banjarbaru V
2 Kota Banjarmasin V
3 Kab. Balangan V
4 Kab. Banjar V
5 Kab. Barito Kuala V
6 Kab. Hulu Sungai Selatan V
7 Kab. Hulu Sungai Tengah V
8 Kab. Hulu Sungai Utara V
9 Kab. Kota Baru V
10 Kab. Tabalong V
11 Kab. Tanah Bumbu V
12 Kab. Tanah Laut V
13 Kab. Tapin V
Sub Jumlah 1 12
XX KALIMANTAN TIMUR
1 Kota Balikpapan V
2 Kota Bontang V
3 Kota Samarinda V
4 Kab. Berau V
5 Kab. Kutai Barat V
6 Kab. Kutai Kartanegara V
7 Kab. Kutai Timur V
8 Kab. Mahakam Ulu V
9 Kab. Paser V
10 Kab. Penajam Paser Utara V
Sub Jumlah - - 1 9
XXI KALIMANTAN UTARA
1 Kota Tarakan V
2 Kab. Nunukan V
3 Kab. Malinau V
4 Kab. Bulungan V
5 Kab. Tana Tidung V
Sub Jumlah - 3 2
XXII SULAWESI UTARA
1 Kota Bitung V
2 Kota Kotamobagu V
Lampiran VIII/ 8 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
3 Kota Manado V
4 Kota Tomohon V
5 Kab. Bolaang Mongondow V
6 Kab. Bolaang Mongondow Selatan V
7 Kab. Bolaang Mongondow Timur V
8 Kab. Bolaang Mongondow Utara V
9 Kab. Sangihe V
10 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro V
11 Kab. Kep. Talaud V
12 Kab. Minahasa V
13 Kab. Minahasa Selatan V
14 Kab. Minahasa Tenggara V
15 Kab. Minahasa Utara V
Sub Jumlah 2 3 10
XXIII GORONTALO
1 Kota Gorontalo V
2 Kab. Boalemo V
3 Kab. Bone Bolango V
4 Kab. Gorontalo V
5 Kab. Gorontalo Utara V
6 Kab. Pohuwato V
Sub Jumlah 1 5
XXIV SULAWESI BARAT
1 Kab.Majene V
2 Kab.Mamasa V
3 Kab.Mamuju V
4 Kab.Mamuju Tengah V
5 Kab.Pasangkayu V
6 Kab.Polewali Mandar V
Sub Jumlah - 6
XXV SULAWESI TENGAH
1 Kota Palu V
2 Kab.Banggai V
3 Kab.Banggai Kepulauan V
4 Kab.Banggai Laut V
5 Kab.Buol V
6 Kab.Donggala V
7 Kab.Morowali V
8 Kab.Morowali Utara V
9 Kab.Parigi Moutong V
10 Kab.Poso V
11 Kab.Sigi V
12 Kab.Tojo Una-una V
13 Kab.Toli Toli V
Sub Jumlah 1 5 - 7
XXVI SULAWESI SELATAN
1 Kota Makasar V
2 Kota Palopo V
3 Kota Pare pare V
4 Kab.Bantaeng V
5 Kab.Barru V
6 Kab.Bone V
7 Kab.Bulukumba V
Lampiran VIII/ 9 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
8 Kab.Enrekang V
9 Kab.Gowa V
10 Kab.Janeponto V
11 Kab.Kepulauan Selayar V
12 Kab.Luwu*) V
13 Kab.Luwu Timur V
14 Kab.Luwu Utara V
15 Kab.Maros V
16 Kab.Pangkajene dan Kepulauan V
17 Kab.Pinrang V
18 Kab.Sidenreng Rappang V
19 Kab.Sinjai V
20 Kab.Soppeng V
21 Kab.Takalar V
22 Kab.Tana Toraja V
23 Kab.Tana Toraja Utara V
24 Kab.Wajo V
Sub Jumlah 1 10 13
XXVII SULAWESI TENGGARA
1 Kota Bau bau V
2 Kota Kendari V
3 Kab.Bombana V
4 Kab.Buton V
5 Kab.Buton Selatan V
6 Kab.Buton Tengah V
7 Kab.Buton Utara V
8 Kab.Kolaka V
9 Kab.Kolaka Timur V
10 Kab.Kolaka Utara V
11 Kab.Konawe V
12 Kab.Konawe Kepulauan V
13 Kab.Konawe Selatan V
14 Kab.Konawe Utara V
15 Kab.Muna V
16 Kab.Muna Barat V
17 Kab.Wakatobi V
Sub Jumlah 7 7 3
XXVIII BALI
1 Kota Denpasar V
2 Kab.Badung V
3 Kab.Bangli V
4 Kab.Buleleng V
5 Kab.Gianyar V
6 Kab.Jembrana V
7 Kab.Karangasem V
8 Kab.Klungkung V
9 Kab.Tabanan V
Sub Jumlah 9
XXIX NTB
1 Kota Bima V
2 Kota Mataram V
3 Kab.Bima V
4 Kab.Dompu V
Lampiran VIII/ 10- 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
5 Kab.Lombok Barat V
6 Kab.Lombok Tengah V
7 Kab.Lombok Timur V
8 Kab.Lombok Utara V
9 Kab.Sumbawa V
10 Kab.Sumbawa Barat V
Sub Jumlah - 10
XXX NTT
1 Kota Kupang V
2 Kab.Alor V
3 Kab.Belu V
4 Kab.Ende V
5 Kab.Flores Timur V
6 Kab.Kupang V
7 Kab.Lembata V
8 Kab.Malaka V
9 Kab.Manggarai V
10 Kab.Manggarai Barat V
11 Kab.Manggarai Timur V
12 Kab.Ngada V
13 Kab.Nagekeo V
14 Kab.Rote Ndao V
15 Kab.Sabu Ralijua V
16 Kab.Sikka V
17 Kab.Sumba Barat V
18 Kab.Sumba Barat Daya V
19 Kab.Sumba Tenga V
20 Kab.Sumba Timur V
21 Kab.Timor Tengah Selatan V
22 Kab.Timor Tengah Utara V
Sub Jumlah 3 17 2
XXXI MALUKU
1 Kab. Buru*) V
2 Kab. Buru Selatan V
3 Kab. Kepulauan Aru V
4 Kab. Maluku Barat Daya V
5 Kab. Maluku Tengah*) V
6 Kab. Maluku Tenggara V
7 Kab. Maluku Tenggara Barat V
8 Kab. Seram Bagian Barat V
9 Kab. Seram Bagian Timur V
10 Kota Ambon V
11 Kota Tual V
Sub Jumlah 4 2 - 5
XXXII MALUKU UTARA
1 Kab. Halmahera Barat V
2 Kab. Halmahera Selatan V
3 Kab. Halmahera Tengah V
4 Kab. Halmahera Timur V
5 Kab. Halmahera Utara V
6 Kab. Kepulauan Sula V
7 Kab. Morotai V
8 Kab. Pulau Taliabu V
Lampiran VIII/ 11 - 11
Maturitas SPIP
Level 0 Level 1 Level 2 Level 3
9 Kota Ternate V
10 Kota Tidore Kepulauan V
Sub Jumlah - 8 2
XXXIII PAPUA
1 Kab. Asmat V
2 Kab. Biak Numfor V
3 Kab. Boven Digoel V
4 Kab. Deiyai V
5 Kab. Dogiyai V
6 Kab. Intan Jaya V
7 Kab. Jayapura V
8 Kab. Jayawijaya V
9 Kab. Keerom V
10 Kab. Kepulauan Yapen V
11 Kab. Lanny Jaya V
12 Kab. Mamberamo Raya V
13 Kab. Mamberamo Tengah V
14 Kab. Mappi V
15 Kab. Merauke*) V
16 Kab. Mimika V
17 Kab. Nabire V
18 Kab. Nduga V
19 Kab. Paniai V
20 Kab. Pegunungan Bintang V
21 Kab. Puncak V
22 Kab. Puncak Jaya V
23 Kab. Sarmi V
24 Kab. Supiori V
25 Kab. Tolikara V
26 Kab. Waropen V
27 Kab. Yahukimo V
28 Kab. Yalimo V
29 Kota Jayapura V
Sub Jumlah - 17 11 1
XXXIV PAPUA BARAT
1 Kab. Fak Fak V
2 Kab. Kaimana V
3 Kab. Manokwari V
4 Kab. Manokwari Selatan V
5 Kab. Maybrat V
6 Kab. Pegunungan Arfak V
7 Kab. Raja Ampat V
8 Kab. Sorong V
9 Kab. Sorong Selatan V
10 Kab. Tambrauw V
11 Kab. Teluk Bintuni V
12 Kab. Teluk Wondama V
13 Kota Sorong V
Sub Jumlah 12 1
JUMLAH 5 60 161 282
T in g k a t/ L eve l
No B U M N /B U M D
1 2 3 4 5
BUMN
1 PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) V
2 PT Pelindo I V
3 PT Perkebunan Nusantara XII V
4 PT Hutama Karya (Persero) V
5 PT Semen Padang V
6 PT Semen Tonasa V
7 PT Timah V
8 PT Perkebunan Nusantara III V
9 PT Sang Hyang Seri (Persero) V
10 PT Perkebunan Nusantara IX V
11 PTPN VIII V
12 PT Pertani (Persero) V
JU M LA H 4 7 1
BUMD
13 PT MRT Jakarta Tahun V
14 Bank Kalsel V
15 PT Bank Lampung V
16 PT Prasarana Pembangunan Sumatera Utara (PPSU) V
17 PT Jamkrida Riau V
18 PT. Tambrauw Bersinar Abadi V
19 PT Mandiri Migas Pratama V
20 PT Flobamor V
21 PT Pembangunan Dumai V
JU M LA H 2 2 3 2
PD
22 Perusahaan Daerah (PERUSDA) Karimun V
23 PD lrian Bhakti V
24 PD Pasar Kota Kendari V
25 PD. Pasar Kota Medan V
26 Perusahaan Daerah Provinsi Bali V
JU M LA H 4 1
PDAM
27 PDAM Intan Banjar Kabupaten Banjar V
28 PDAM Tirta Manggar Kota Balikpapan V
29 PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung V
30 PDAM Giri Menang V
31 PDAM Kabupaten Bengkulu Utara V
32 PDAM Kabupaten Rejang Lebong V
33 PDAM Kota Salatiga V
34 PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara V
35 PDAM Jayapura V
36 PDAM Kabupaten Demak V
37 PDAM Kota Palopo V
38 PDAM Sleman V
39 PDAM Tirta Bumi Serasi Kabupaten Semarang V
40 PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul V
41 PDAM Tirta Nauli Sibolga V
42 PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo V
43 PDAM Tirta Sejiran Setason Kabupaten Bangka Barat V
44 PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar V
45 PDAM Kota Samarinda V
46 PDAM Kota Palangka Raya V
47 PDAM Apa Mening Kabupaten Malinau V
48 PDAM Kota Balikpapan V
49 PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulonprogo V
50 PDAM Tirta Kepri V
51 PDAM Tirta Manakarra Kabupaten Mamuju V
Lampiran IX/ 2 - 2
No B U M N /B U M D T in g k a t/ L eve l
1 2 3 4 5
52 PDAM Tirta Musi Kota Palembang V
53 PDAM Tirta Satria Kabupaten Banyumas V
54 PDAM Kota Magelang V
55 PDAM Kab. Nabire V
56 PDAM Kabupaten Belitung V
57 PDAM Kabupaten Bengkulu Selatan V
58 PDAM Kabupaten Bone Bolango V
59 PDAM Kabupaten Lingga V
60 PDAM Kabupaten Sumbawa V
61 PDAM Tirta Aneuk Laot Kota Sabang V
62 PDAM Tirta Bengi Kabupaten Bener Meriah V
63 PDAM Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa V
64 PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang V
65 PDAM Tirta Peusada Kabupaten Aceh Timur V
66 PDAM Tirta Segah Kabupaten Berau V
67 PDAM Tirta Sendawar Kab. Kubar V
68 PDAM Kab. Polewali Mandar V
69 PDAM Kota Pangkalpinang V
70 PDAM Tebingtinggi V
71 PDAM Kota Gorontalo V
72 PDAM Kabupaten Manokwari V
73 PDAM Tirta Ardhia Rinjani Kab. Lombok Tengah V
74 PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe V
75 PDAM Gunung Poteng Kota Singkawang V
76 PDAM Kab Fakfak V
77 PDAM Kab Kab Jaya Wijaya V
78 PDAM Kab Kepulauan Yapen V
79 PDAM Kab Manokwari V
80 PDAM Kabupaten Belitung Timur V
81 PDAM Timor Tengah Utara V
82 PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang V
83 PDAM Kabupaten Bengkayang V
84 PDAM Kabupaten Donggala V
85 PDAM Kabupaten Halmahera Selatan V
86 PDAM Kabupaten Kupang V
87 PDAM Kota Parepare V
88 PDAM Tirta Bangka Kabupaten Bangka V
89 PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang V
90 PDAM Way Guruh Kabupaten Lampung Timur V
91 PDAM Tirta Muaro Jambi V
92 PDAM Tirta Sejiran Setason Kabupaten Bangka Barat V
93 PDAM Tirta Berkah Pandeglang V
94 PDAM Kota Tidore Kepulauan V
95 PDAM Tirta Kelimutu Kabupaten Ende V
96 PDAM Batulanteh Kabupaten Sumbawa V
97 PDAM Kab. Majene V
98 PDAM Tirta Semerbak Kota Baubau V
99 PDAM Kabupaten Balangan V
JU M LA H 25 20 25 3
BLUD
100 BLUD-RSUD Tarakan Provinsi Kalimantan Utara V
JU M LA H 1
JU M LA H 31 23 32 13 1
Lampiran X/ 1 - 2
TINGKAT KAPABILITAS APIP K/L
Tahun 2019
Kapabilitas APIP
No NAMA KEMENTERIAN/LEMBAGA Level 3
Level 1 Level 2 Level 3
DC
Mitra Kedeputian PIP Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman
1 Kementerian Keuangan V
2 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian V
3 Bappenas V
4 LKPP V
5 BKPM V
6 PPATK V
7 Kementerian Kelautan dan Perikanan V
8 Kementerian Pertanian V
9 Kementerian ESDM V
10 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan V
11 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman V
12 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN V
13 Kementerian Perdagangan V
14 BMKG V
15 Kementerian Koperasi dan UKM V
16 Kementerian Perindustrian V
17 Kementerian Perhubungan V
18 Kementerian PU dan Perumahan Rakyat V
19 KPPU V
20 Kementerian Pariwisata V
21 BNP2TKI V
22 BPS V
23 Kementerian Ketenagakerjaan V
24 BP Batam V
25 Badan Ekonomi Kreatif V
26 Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya Madura V
27 Badan Pengusahaan Kawasan Sabang V
Sub Jumlah 3 3 15 6
Mitra Kedeputian Polhukam PMK
28 Kementerian Pertahanan V
29 Kementerian Kesehatan V
30 Kemenko Bid. Polhukam V
31 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak V
32 Badan Intelijen Negara V
33 Badan Siber dan Sandi Negara V
34 Dewan Ketahanan Nasional V
35 Perpustakan Nasional V
36 Kementerian Kominfo V
37 Lembaga Ketahanan Nasional V
38 BKKBN V
39 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme V
40 Badan Keamanan Laut V
41 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
V
42 Badan Pemeriksa Keuangan V
43 Setjen Dewan Perwakilan Rakyat V
44 Setjen Majelis Permusyawaratan Rakyat V
45 Setjen Dewan Perwakilan Daerah V
Lampiran X/ 2 - 2
Kapabilitas APIP
No NAMA KEMENTERIAN/LEMBAGA Level 3
Level 1 Level 2 Level 3
DC
46 Komisi Pemberantasan Korupsi V
47 Kementerian Hukum dan HAM V
48 Kepolisian Republik Indonesia V
49 Badan Narkotika Nasional V
50 Mahkamah Agung V
51 Kejaksaan Agung V
52 Mahkamah Konstitusi V
53 Ombudsman Republik Indonesia V
54 Komisi Yudisial V
55 Komnas HAM V
56 Kemenag V
57 Kemenko Bidang PMK V
58 Kemensos V
59 Badan Informasi Geospasial V
60 BPOM V
61 BASARNAS V
62 LAPAN V
63 Kemendikbud V
64 Kemenristekdikti V
65 BPPT V
66 LIPI V
67 BNPB V
68 BAPETEN V
69 BSN V
70 BATAN V
71 Kementerian Luar Negeri V
72 Kementerian Sekretariat Negara V
73 Sekretariat Kabinet V
74 Kementerian Pemuda dan Olahraga V
75 Komisi Pemilihan Umum V
76 Badan Pengawas Pemilu V
77 Lembaga Administrasi Negara V
78 Arsip Nasional Republik Indonesia V
79 Badan Kepegawaian Negara V
80 Kementerian PAN dan RB V
81 BPIP*) V
82 LPSK V
Sub Jumlah 4 17 12 22
Mitra Kedeputian Keuangan Daerah
83 Kementerian Dalam Negeri V
84 Kementerian Desa PDTT V
Sub Jumlah - - 1 1
Mitra Kedeputian Akuntan Negara
85 Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) V
86 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik
Indonesia (RRI) V
87 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik
Indonesia (TVRI) V
Sub Jumlah - - 1 2
Jumlah 7 20 29 31
Kapabilitas APIP
No Nama Pemerintah Provinsi Level 2 Level 3
Level 1 Level 3
DC Level 2 CDC
1 Provinsi Aceh V
2 Provinsi Sumatera Utara V
3 Provinsi Sumatera Barat V
4 Provinsi Riau V
5 Provinsi Kepulauan Riau V
6 Provinsi Jambi V
7 Provinsi Sumatera Selatan V
8 Provinsi Bengkulu V
9 Provinsi Bangka Belitung V
10 Provinsi Lampung V
11 Provinsi Banten V
12 Provinsi DKI Jakarta V
13 Provinsi Jawa Barat V
14 Provinsi Jawa Tengah V
15 Provinsi DI Yogyakarta V
16 Provinsi Jawa Timur V
17 Provinsi Kalimantan Barat V
18 Provinsi Kalimantan Tengah V
19 Provinsi Kalimantan Selatan V
20 Provinsi Kalimantan Timur V
21 Provinsi Kalimantan Utara V
22 Provinsi Sulawesi Utara V
23 Provinsi Gorontalo V
24 Provinsi Sulawesi Barat V
25 Provinsi Sulawesi Tengah V
26 Provinsi Sulawesi Selatan V
27 Provinsi Sulawesi Tenggara V
28 Provinsi Bali V
29 Provinsi Nusa Tenggara Barat V
30 Provinsi NTT V
31 Provinsi Maluku V
32 Provinsi Maluku Utara V
33 Provinsi Papua V
34 Provinsi Papua Barat V
JUMLAH 1 1 8 10 14
Lampiran X II/ 1 - 11