Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PERSAINGAN USAHA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu :

YULIA HAFIZAH, S.H.I M.E.I

Oleh:

Auliya Rahman :190105020265

Khifyati Zaukiah Putri A.N : 190105020244

Muhammad Abdul Hanif : 190105020286

Pravangastha S.L.R : 190105020277

Bahtiar : 190105020302

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul: “Etika Persaingan Usaha dalam prespektif islam”. Salawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis Syariah dan semoga segala
yang tertuang dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi
para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini di
sajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang
membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik
dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan
langkah- langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT semata.

Banjarmasin, 15 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Persaingan Bisnis .............................................................................. 3


B. Persaingan Bisnis Dalam Islam .......................................................................... 4
C. Persaingan Usaha Yang Sehat ............................................................................ 7
D. Pelanggaran Dalam Persaingan Usaha................................................................ 8

PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, pada saat ini kegiatan bisnis khususnya
dalam bidang pemasaran akan selalu semakin meningkat. Persaingan dalam dunia
bisnis pun semakin kuat, sehingga akan membuat pelaku bisnis mencari strategi-
strategi yang tepat untuk memasarkan produknya dan memenangkan persaingan
untuk memaksimalkan pendapatan atau laba.
Pemasaran memiliki peranan yang sangat penting bagi pelaku bisnis. Sebagai
seorang pebisnis muslim, kita harus memahami kalau dalam ajaran Islam dianjurkan
agar para umatnya untuk melakukan perlombaan dalam mencai kebaikan di sela hal
berbisnis.
Terlihat jelas bahwa konsep persaingan bisnis berbasis Al-Qur’an adalah
sebuah konsep persaingan yang menganjurkan para pebisnis untuk bersaing secara
positif dengan memberikan konstribusi yang baik dari bisnisnya bukan untuk
menjatuhkan pebisnis lainnya dan menganjurkan pebisnis untuk tidak merugikan
dan memudharatkan pebisnis lainnya. Selain itu, Al-Qur’an juga memberikan
konsep untuk tidak melakukan persaingan dalam hal mendapatkan kekayaan
sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan nilai-nilai Islami. Karena hal itu akan
membuatnya lalai hingga lupa dengan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Oleh karena itu, walaupun sedang mengalami kondisi persaingan penting
sekali bagi pebisnis Muslim untuk memahami konsep persaingan yang dianjurkan
dalam islam agar tidak merugikan orang lain serta terjatuh persaingan yang tidak
sehat kemudian mewajibkan kepada umatnya untuk senantiasa bekerja dalam
memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Persaingan dalam usaha menurut
syari’at Islam bahwasannya bersaing haruslah secara sehat, adil dan jujur serta
menjalin silatuhrahmi agar dapat mempererat ikatan persaudaraan. Jadi, kebebasan
individu dalam hal persaingan dibatasi oleh kaidahkaidah Islam dan akhlak, atau
dengan kata lain masih dikendalikan oleh aqidah, karena dengan aqidahlah
seseorang bisa merekflesikan persaingan yang sesuai dengan ajaran Islam(Stefhani,
2019, hlm. 1–5)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persaingan bisnis?
2. Bagaimana persaingan bisnis dalam islam?
3. Bagaimana persaingan usaha yang sehat?
4. Apa saja pelanggaran dalam persaingan usaha?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian persaingan bisnis
2. Mengetahui bagaimana persaingan bisnis dalam islam
3. Mengetahui bagaimana persaingan usaha yang sehat
4. Mengetahui apa saja pelanggaran dalam persaingan usaha

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persaingan Bisnis


Persaingan berasal dari bahasa inggris yaitu (competition) yang artinya
persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, kompetisi. Sedangkan
dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha dari dua pihak atau lebih
perusahaan yang masingmasing bergiat memperoleh pesanan dengan menawarkan
harga atau syarat yang paling menguntungkan. Persaingan ini terdiri dari beberapa
bentuk termasuk pemotongan harga, iklan dan promosi penjualan, variasi kualitas,
kemasan, desain dan segmentasi pasar.
Kemudian kata usaha dalam kamus manajemen yaitu kegiatan yang dilakukan
secara terorganisasi dan terarah untuk mencapai sasaran yang sudah ditentukan
secara tetap, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Persaingan
yang wajar dengan mematuhi aturan main tertentu disebut persaingan sehat dan
memberi dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, aitu adanya motivasi untuk
lebih baik. Namun jika persaingan sudah tidak sehat, maka persaingan akan
memberi dampak buruk bagi kedua belah pihak.(BAB II B5.pdf, t.t., hlm. 1)
Seiring dengan adanya perebutan di antara para pengusaha dalam
memperebutkan pengaruhnya kepada konsumen maka akan timbulah persaingan.
Semakin banyak pengusaha yang terjun dan bersaing dalam suatu produk atau bisnis
tertentu akan semakin mempertinggi atau mepertajam tingkat persaingan yang
terjadi. Sebaliknya apabila sedikit jumlah pengusahayang bersaing tentu saja akan
memperingan taraf persaingannya.
Persaingan sering juga disebut dengan “Perang Harga”. Perang harga ini yang
pada umumnya tidak disenangi oleh para pengusaha karena dengan semakin
menurunnya harga jual tentu saja tingkat margin keuntungannya juga akan semakin
kecil. Bahkan apabila sudah terjadi perang harga yang semakin menghebat maka
pengusaha banyak yang berani menjual produknya dengan harga jual di bawah
harga pokok atau biaya produksinya. Berdasarkan uraian tersebut persaingan adalah
keadaan ketika pengusaha berperang atau berlomba untuk mencapai tujuan yang

3
diinginkan oleh konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang
dibutuhkan sehingga bisa dikatakan dengan persaingan bisnis. Dalam mengenal
bisnis kita perlu memahami definisi bisnis itu sendiri, oleh sebab itu penting untuk
diketahui apa yang dimaksud dengan bisnis tersebut. Bisnis adalah suatu organisasi
yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk
mendapatkan laba. Dalam arti luas bisnis adalah istilah umum yang menggambarkan
semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan
seharihari.
Persaingan bisnis dapat disebabkan oleh kesalahan strategi yang mana
kesalahan tersebut dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh pelaku bisnis lainnya
sebagai peluang yang mampu mencuri perhatian konsumen. Akan tetapi, diluar itu
semua persaingan menjadi hal yang wajar dalam dunia bisnis dan pelaku bisnis pun
sudah sadar penuh akan resiko tersebut. Untuk itu, tidak heran jika sudah
sewajarnya pelaku bisnis mengerti, memahami dan menyusun strategi dengan hati-
hati serta bijak. Dengan demikian, persaingan bisnis dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan bersama atau bertanding diantaranya pengusaha atau pebisnis yang satu
dengan pengusaha atau pebisnis yang lain di dalam memenangkan pangsa pasar dan
mencari keuntungan, dalam upaya melakukan, menawarkan produk barang dan jasa
kepada konsumen dengan berbagai strategi pemasaran yang diterapkan.(Stefhani,
2019, hlm. 16–18)

B. Persaingan Bisnis Dalam Islam


Seorang muslim bila menjual barang, harus dengan senang hati, gembira,
ikhlas dan memberikan kesan baik terhadap pembeli. Begitu pula bila seorang
muslim membeli suatu barang haruslah bersikap sopan dan tidak membuat kesal si
penjual. Usahakan agar terjadi transaksi secara harmonis, suka sama suka, tidak
bersitegang dengan penjual. Persaingan dalam usaha menurut syari’at Islam
bahwasannya bersaing haruslah secara sehat, adil dan jujur serta menjalin
silaturahmi agar dapat mempererat ikatan persaudaraan. Jadi, kebebasan individu
dalam hal persaingan dibatasi oleh kaidahkaidah Islam dan akhlaq, atau dengan kata

4
lain masih dikendalikan oleh aqidah, karena dengan aqidahlah seseorang bisa
merefleksikan persaingan yang sesuai dengan ajaran Islam.

َ ‫اَّللُ إِىٍَْلَ ۖ َو ََل تَبْغِ ْاى َف‬


ً‫سادَ ِف‬ ‫سَِ ه‬َ ْ‫َصٍ َبلَ ٍَِِ اىدُّ ّْ ٍَا ۖ َوأَحْ س ِِْ َم ََا أَح‬ َ ْْ َ ‫هاز ْاَ ِخ َسة َ ۖ َو ََل ت‬
ِ ّ‫س‬ ‫َوا ْبت َغِ ِفٍ ََا آتَاكَ ه‬
َ ‫اَّللُ اىد‬
ٌَِِ‫اَّللَ ََل ٌ ُِحبُّ ْاى َُ ْف ِسد‬ ِ ‫ْاْل َ ْز‬
‫ض ۖ إِ هُ ه‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS AlQashash: 77).

Dari pengertian diatas, bahwa dalam melakukan sesuatu hal kepada


manusia haruslah dengan cara yang baik dan jangan berbuat yang tidak baik atau
kerusakan, agar Allah memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.(BAB II
B5.pdf, t.t., hlm. 12–13)
Strategi bersaing atau persaingan dalam pandangan Islam dibolehkan
dengan kriteria bersaing secara baik. Salah satunya dijelaskan dalam Al-Qur’an
Surat Al-Mulk ayat 15:

‫ىز‬
ُ ‫ش‬ُ ُّْ‫شىاْ فًِ ٍََْا ِم ِب َها َو ُميُىاْ ٍِِ ِ ّز أشقِ ِۖۦه َوإِىَ أٍ ِه ٱى‬
ُ ‫ىَل فَٱٍأ‬ َ ‫ه َُى ٱىهرِي َجعَ َو ىَ ُن ٌُ أٱْل َ أز‬
ٗ ُ‫ض ذَى‬

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-
Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk:15).
Setelah ditegaskan bahwa Allah adalah Maha luas pengetahuanNya, kini
diuraikan kembali tentang Kuasa-Nya. Dialah Allah yang menjadikan bumi untuk
kamu yang mudah dijelajahi untuk melakukan aneka aktifitas yang bermanfaat,
maka jelajahilah di segala penjurunya, berkelanalah ke seluruh pelosoknya, dan
makanlah sebagian dari rezekiNya yang disediakan untuk kamu, serta bersyukurlah
dengan segala karunia-Nya itu. Dan karena pada akhirnya, hanya kepada-Nyalah
kamu kembali setelah dibangkitkan.

5
Keyakinan bahwa rezeki semata mata dari Allah SWT akan menjadi
kekuatan dasar bagi seorang pebisnis muslim. Keyakinan ini menjadi landasan
sikap tawakal yang kokoh dalam berbisnis. Selama berbisnis, ia akan senantiasa
menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah semata. Bila bisnisnya
mengalami kemenangan dalam persaingan, ia akan bersyukur. Sebaliknya jika
sedang mengalami kegagalan dalam bersaing, ia akan bersabar. Intinya, segala
keadaan iahadapi dengan sikap positif tanpa meningggalkan halhal prinsip yang
telah Allah perintahkan kepadanya. Dalam hal ini, seorang muslim akan
memandang berbisnis sebagai pelaksanaan perintah Allah untuk bertebaran di muka
bumi dalam mencari karunia-Nya. Karena itu, tidak terpikir olehnya untuk
menghalalkan segala cara untuk sekedar memenangkan persaingan. Baginya, yang
disebut dengan persaingan adalah berebut menjadi yang terbaik. Terbaik di hadapan
Allah yang dicapai dengan sekuat tenaga untuk tetap setia menaati setiap aturan-
Nya dalam berbisnis, sedangkan terbaik di hadapan manusia dengan menjalankan
bisnis dengan produk yang bermutu, harga bersaing, dan dengan pelayanan
total.(Stefhani, 2019, hlm. 19–20)
Dalam semua hubungan, kepercayaan adalah unsur dasar. Kepercayaan
diciptakan dari kejujuran. Kejujuran adalah satu kualitas yang paling sulit dari
karakter untuk dicapai didalam bisnis, keluarga, atau dimanapun gelanggang tempat
orang-orang berminat untuk melakukan persaingan dengan pihak-pihak lain. Selagi
kita muda kita diajarkan, di dalam tiap-tiap kasus ada kebajikan atau hikmah yang
terbaik. Kebanyakan dari kita didalam bisnis mempunyai satu misi yang terkait
dengan rencana-rencana. Kita mengarahkan energi dan sumber daya kita ke arah
tujuan keberhasilan misi kita yang kita kembangkan sepanjang perjanjian-
perjanjian. Para pemberi kerja tergantung pada karyawan, para pelanggan
tergantung pada para penyalur, bank-bank tergantung pada peminjam dan pada
setiap pelaku atau para pihak sekarang tergantung pada para pihak terdahulu dan ini
akan berlangsung secara terus menerus.
Oleh karena itu kita menemukan bahwa bisnis yang berhasil dalam masa
yang panjang akan cenderung untuk membangun semua hubungan atas mutu,
kejujuran dan berinteraksi dengan orang-orang yang jujur dalam melaksanakan

6
strategi bisnis. Dalam dunia bisnis kepercayaan sangat penting artinya. Tanpa
didasari atas rasa saling percaya, maka transaksi bisnis tidak akan bisa terlaksana.
Akan tetapi, dalam dunia bisnis juga kita dilarang untuk terlalu cepat percaya pada
orang lain, karena hal ini rawan terhadap penipuan. Maka, kita dianjurkan untuk
melihat track record lawan binis kita sebelumnya. Dalam ajaran Islam, setiap
muslim yang ingin berbisnis maka dianjurkan untuk selalu melakukan persaingan
yang sehat, jujur, berprilaku baik, simpatik dan adil.(Latif, 2017, hlm. 163–164)

C. Persaingan Usaha Yang Sehat


Persaingan usaha yang sehat adalah persaingan usaha yang adil dan jujur saat
melaksanakan usaha, baik itu dalam bentuk tidak diperbolehkan menawar barang
yang sedang ditawar oleh orang lain, tidak diperbolehkan membeli barang pedagang
yang dari kampung yang belum tahu harga pasar, Tidak diperbolehkan pura-pura
menawar barang dengan harga tinggi untuk mengelabui pembeli yang lain. Hal ini
telah ditegaskan dalam firman Allah:
َُ‫اْلثْ ٌِ َوأَ ّْت ُ ٌْ تَ ْع َي َُى‬ ِ ‫اط ِو َوتُدْىُىا بِ َها إِىَى ْاى ُح هن ِاً ِىت َأ ْ ُميُىا فَ ِسٌقًا ٍِ ِْ أ َ ٍْ َىا ِه اىْه‬
ِ ْ ِ‫اس ب‬ ِ َ‫َو ََل ت َأ ْ ُميُىا أ َ ٍْ َىاىَ ُن ٌْ َب ٍْ َْ ُن ٌْ بِ ْاىب‬

Artinya: Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil,
dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan
maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui.

Selain itu juga, berbeda dengan sistem kapitalisme dan komunisme yang
melarang terjadinya monopoli, di dalam ajaran Islam siapapun boleh berbisnis
tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual atau pembeli, asalkan dia tidak
melakukan ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal
dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi atau dalam
istilah ekonominya monopoly’s rent.(Latif, 2017, hlm. 164)

Persaingan usaha yang sehat akan menjamin keseimbangan antara hak


produsen dan konsumen. Indikator dari persaingan yang sehat adalah tersedianya
banyak produsen, harga pasar yang terbentuk antara permintaan dan penawaran
pasar, dan peluang yang sama rari setiap usaha dalam bidang industri dan

7
perdagangan. Adanya persaingan yang sehat akan menguntungkan semua pihak
termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsan sendiri, karena akan
menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha
tertentu. Dalam dunia yang penuh persaingan sang pelaku bisnis tidak boleh
terlambat dalam bertindak, tetapi tidak boleh bermain kotor dengan sesama pelaku
bisnis. Maksudnya adalah, dalam berbagai kiat ataupun strategi yang
dikembangkan di dalam bisnis tidak akan pernah merugikan apalagi mematikan
pelaku bisnis yang lain. Yang besar memayungi yang kecil, yang kuat mengangkat
yang lemah. Inilah arti kebersamaan yang saling menunjang dan saling
menguntungkan antara pelaku bisnis yang ada di pasar bebas. Dan yang terbaik
adalah menawarkan kerjasama “win-win solution” dengan pelaku bisnis yang
bersedia bekerja sama. Sikap sejati inilah yang disebut dengan brotherhood
economic. Artinya menjalankan ekonomi dengan penuh persaudaraan. Mungkin di
era-globalisasi dengan ciri utama pesaing bebas “free fight liberalisme”, banyak
pelaku bisnis yang memincingkan mata namun dalam sejarah cukup banyak bukti
yang menyatakan bahwa kemenangan sejati adalah kemenangan dalam melawan
keserakahan (hawa nafsu) Di sinilah makna jihad yang paling besar, yaitu menang
melawan hawa nafsu.(Latif, 2017, hlm. 174)

D. Pelanggaran Dalam Persaingan Usaha

Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan sebaiknya harus memperhatikan


benar tentang etika dalam berbisnis pada perusaaan tersebut. Sebuah bisnis yang
baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial sesuai dengan fungsinya. Pada
sistem ekonomi pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Akan tetapi dalam mencapai tujuan
tersebut perusahaan yang menjalankan bisnis kerap menghalalkan segala cara
sehingga tidak perduli apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau
tidak, dan juga tanpa melihat dampak yang ditimbulkan apakah negatif atau postif
terhadap lingkungan sekitar.

Saat ini banyak pelanggaran etika bisnis dan persaingan yang tidak sehat dalam
upaya penguasaan pangsa pasar semakin memberatkan para pengusaha kalangan

8
bawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing dengan perusahaan-perusahaan
yang besar. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai pelanggaran etika bisnis yang
terjadi, agar dapat mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam dunia
usaha. Berdasarkan undangundang No. 5 Tahun 1999 tentang laranagan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dinyatakan bahwa:

Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha (Pasal 1 angka 1).

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha
(Pasal 1 angka 6).

Berikut ini beberapa pelanggaran etika bisnsis dalam dunia usaha adalah:

1. Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya seorang produsen
tunggal, atau menahan barang untuk tidak beredar di pasar supaya naik
harganya. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopolis tidak ada
barang substitusinya. Dengan monopoli maka dapat menyebabkan tidak
adanya persaingan dalam bisnis. Kondisis pasar ditentukan oleh satu
perusahaan (monopolis) yang memiliki kekuatan pasar (market power) yang
amat tinggi. Dari sisi struktur pasar, jenis pasar monopoli ini jarang ditemui
terutama di negara-negara maju yang menganut ekonomi pasar dan memiliki
peraturan anti rust.

2. Oligopoli, adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil perusahaan
yang memproduksi hampir semua output industri dan mempunyai keputusan
yang saling mempengaruhi. Adanya ketidaksempurnaan dan hambatan dalam
memperoleh informasi mengenai produk, Adanya kemampuan pengendalian
harga tetapi sedikit. Sebagian produk didiferensiasikan tetapi sedikit sehingga
adanya sedikit perbedaan produk antara produsen. Dalam praktek oligopoli
pasar dikuasi oleh segelintir pengusaha, bukan karena ada kolusi dengan

9
pemerintah melainkan karena kolusi diantara segelintir pengusaha untuk
menguasai dan mendikte pasar
3. Persaingan usaha tidak sehat dapat dipahami sebagai kondisi persaingan
diantara pelaku usaha yang berjalan secara tidak fair. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran
bahwa persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum, implikasinya akan
menghambat persaingan usaha secara sehat. Persaingan usaha tidak sehat
merupakan dampak dari praktek persaingan usaha. Kondisi persaingan usaha
dalam beberapa hal memiliki juga aspek-aspek negatif, salah satunya apabila
suatu persaingan dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur,
bertentangan dengan kepentingan publik. Resiko ekstrim dari persaingan ini
tentunya adalah kemungkinan ditempuhnya praktek-praktek curang (unfair
competition) karena persaingan dianggap sebagai kesempatan untuk
menyingkirkan pesaing dengan cara apapun.(Latif, 2017, hlm. 169–170)

Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.18 Dan sebelum diberlakukan peraturan perundang-undangan
terkait dengan larangan monopoli dan persaingan tidak sehat, syariah telah
menetapkan beberapa prisnsip dasar larangan transaksi yang kedepan harus
dijadikan sebagai kerangka rujukan dalam perumusan hukum ini. Ruang
lingkup larangan tersebut baik disebabkan oleh faktor keharaman zatnya (haram
li dzatihi) maupun keharaman selain zatnya (haram li ghairihi) yang langsung
terkait dengan prilaku usaha.(05.2 bab 2.pdf, t.t., hlm. 21–22)

10
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persaingan bisnis dapat disebabkan oleh kesalahan strategi yang mana


kesalahan tersebut dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh pelaku bisnis lainnya
sebagai peluang yang mampu mencuri perhatian konsumen. Akan tetapi, diluar
itu semua persaingan menjadi hal yang wajar dalam dunia bisnis dan pelaku
bisnis pun sudah sadar penuh akan resiko tersebut. Untuk itu, tidak heran jika
sudah sewajarnya pelaku bisnis mengerti, memahami dan menyusun strategi
dengan hati-hati serta bijak. Dengan demikian, persaingan bisnis dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan bersama atau bertanding diantaranya pengusaha atau
pebisnis yang satu dengan pengusaha atau pebisnis yang lain di dalam
memenangkan pangsa pasar dan mencari keuntungan, dalam upaya melakukan,
menawarkan produk barang dan jasa kepada konsumen dengan berbagai strategi
pemasaran yang diterapkan.

Dalam semua hubungan, kepercayaan adalah unsur dasar. Kepercayaan


diciptakan dari kejujuran. Kejujuran adalah satu kualitas yang paling sulit dari
karakter untuk dicapai didalam bisnis, keluarga, atau dimanapun gelanggang
tempat orang-orang berminat untuk melakukan persaingan dengan pihak-pihak
lain. Selagi kita muda kita diajarkan, di dalam tiap-tiap kasus ada kebajikan atau
hikmah yang terbaik. Kebanyakan dari kita didalam bisnis mempunyai satu misi
yang terkait dengan rencana-rencana. Kita mengarahkan energi dan sumber daya
kita ke arah tujuan keberhasilan misi kita yang kita kembangkan sepanjang
perjanjian-perjanjian. Para pemberi kerja tergantung pada karyawan, para
pelanggan tergantung pada para penyalur, bank-bank tergantung pada peminjam
dan pada setiap pelaku atau para pihak sekarang tergantung pada para pihak
terdahulu dan ini akan berlangsung secara terus menerus.

Oleh karena itu kita menemukan bahwa bisnis yang berhasil dalam masa
yang panjang akan cenderung untuk membangun semua hubungan atas mutu,

11
kejujuran dan berinteraksi dengan orang-orang yang jujur dalam melaksanakan
strategi bisnis. Dalam dunia bisnis kepercayaan sangat penting artinya. Tanpa
didasari atas rasa saling percaya, maka transaksi bisnis tidak akan bisa
terlaksana. Akan tetapi, dalam dunia bisnis juga kita dilarang untuk terlalu cepat
percaya pada orang lain, karena hal ini rawan terhadap penipuan. Maka, kita
dianjurkan untuk melihat track record lawan binis kita sebelumnya. Dalam
ajaran Islam, setiap muslim yang ingin berbisnis maka dianjurkan untuk selalu:
melakukan persaingan yang sehat, jujur, berprilaku baik, simpatik dan adil.

Persaingan usaha yang sehat akan menjamin keseimbangan antara hak


produsen dan konsumen. Indikator dari persaingan yang sehat adalah
tersedianya banyak produsen, harga pasar yang terbentuk antara permintaan dan
penawaran pasar, dan peluang yang sama rari setiap usaha dalam bidang industri
dan perdagangan. Adanya persaingan yang sehat akan menguntungkan semua
pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil, dan produsan sendiri, karena
akan menghindari terjadinya konsentrasi kekuatan pada satu atau beberapa usaha
tertentu. Dalam dunia yang penuh persaingan sang pelaku bisnis tidak boleh
terlambat dalam bertindak, tetapi tidak boleh bermain kotor dengan sesama
pelaku bisnis. Maksudnya adalah, dalam berbagai kiat ataupun strategi yang
dikembangkan di dalam bisnis tidak akan pernah merugikan apalagi mematikan
pelaku bisnis yang lain.

Yang besar memayungi yang kecil, yang kuat mengangkat yang lemah.
Inilah arti kebersamaan yang saling menunjang dan saling menguntungkan
antara pelaku bisnis yang ada di pasar bebas. Dan yang terbaik adalah
menawarkan kerjasama “win-win solution” dengan pelaku bisnis yang bersedia
bekerja sama. Sikap sejati inilah yang disebut dengan brotherhood economic.
Artinya menjalankan ekonomi dengan penuh persaudaraan. Mungkin di era-
globalisasi dengan ciri utama pesaing bebas “free fight liberalisme”, banyak
pelaku bisnis yang memincingkan mata namun dalam sejarah cukup banyak
bukti yang menyatakan bahwa kemenangan sejati adalah kemenangan dalam

12
melawan keserakahan (hawa nafsu) Di sinilah makna jihad yang paling besar,
yaitu menang melawan hawa nafsu.

Dalam menjalankan suatu bisnis, perusahaan sebaiknya harus


memperhatikan benar tentang etika dalam berbisnis pada perusaaan tersebut.
Sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial sesuai
dengan fungsinya. Pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaan diarahkan
untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Akan
tetapi dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan yang menjalankan bisnis
kerap menghalalkan segala cara sehingga tidak perduli apakah tindakannya
melanggar etika dalam berbisnis atau tidak, dan juga tanpa melihat dampak yang
ditimbulkan apakah negatif atau postif terhadap lingkungan sekitar.

Saat ini banyak pelanggaran etika bisnis dan persaingan yang tidak sehat
dalam upaya penguasaan pangsa pasar semakin memberatkan para pengusaha
kalangan bawah yang kurang memiliki kemampuan bersaing dengan
perusahaan-perusahaan yang besar. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai
pelanggaran etika bisnis yang terjadi, agar dapat mengurangi terjadinya
pelanggaran etika bisnis dalam dunia usaha.

13
DAFTAR PUSTAKA

“05.2 bab 2.pdf.” Diakses 31 Oktober 2021.


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2344/05.2%20bab%20
2.pdf?sequenc e=8&isAllowed=y.
“BAB II B5.pdf.” Diakses 31 Oktober 2021.
http://repository.uinbanten.ac.id/1549/4/BAB%20II%20B5.pdf.
Latif, Abdul. “Etika Persaingan Dalam Usaha Menurut Pandangan Islam.” Islamic
Economics Journal 3, no. 2 (20 Desember 2017): 161–77.
Stefhani, Putri Wita. “(Studi Kasus Pedagang Sayur Keliling dan Warung Sayur
di Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur),”
t.t., 118.

14

Anda mungkin juga menyukai