Orang yang berilmu itu istimewa. Allah pun memberikan kedudukan yang khusus
dibandingkan orang yang belum atau enggan untuk menuntut ilmu. Seperti byg termaktub
dalam Al-Qur'an Surat Al-Mujadalah: 11
Bukan hanya di sisi Allah saja orang yang berilmu itu istimewa. Di sisi manusia pun mereka
pastinya mendapatkan keistimewaan yang khusus. Yakni diantaranya ;
Ada satu hal penting yang tak boleh kita abaikan dalam berilmu, yaitu adab. Maka penting
bagi kita untuk beradab sebelum berilmu. Maka bukan hal yang aneh lagi jika para ulama
banyak yg berpesan atas hal ini.
Mendahulukan adab dibandingkan ilmu. Seperti yang disampaikan Imam Malik rahimahullah
yang pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
Bahkan adab butuh waktu lebih banyak untuk dipelajari dibandingkan ilmu.
(Aku belajar adab 30 tahun lamanya, sedang aku belajar ilmu hanya 20 tahun lamanya).
Jama'ah sekalian..
Mana yang lebih nyaman untuk kita lihat, orang yang berilmu tapi adabnya kurang, atau
orang yang adabnya baik tapi ilmunya kurang. Cenderung bagi kita untuk mendahulukan
orang yang beradab karena akan ada kenyamanan bersamanya. Tapi tentu, dua pilihan tadi
bukanlah pilhan yang terbaik. Karena jauh lebih penting bagi kita untuk menjadi Insan yg
berilmu dan beradab. Tapi tentunya untuk berilmu butuh adab.
Tersebarnya ilmu, dipelajari pula dari adab. Maka Marilah Kita senantiasa mendahulukan
adab sebelum ilmu.
Pada masa generasi Thabi'in, terdapat seorang ulama yang sangat luas dan mendalam
keilmuannya. Sampai-sampai oleh para ulama lainnya digelari "Rabi'atur Ra'yi" (Logika
musim semi). Gelar untuk menggambarkan betapa jenius ulama ini.
Praktislah, Rabi'atur Ra'yi menjadi tujuan utama para penuntut ilmu untuk belajar. Tidak
terkecuali Malik bin Anas. Seorang remaja yang kelak akan dikenal sebagai Imam Malik
Rahimahullah, peletak dasar Madzhab Maliki.
Ada momen terpenting dalam kisah tersebut yang perlu kita garis bawahi, yakni ketika Malik
bin Anas akan belajar kepada Rabi'atur Ra'yi, yaitu nasehat sang Bunda. Yang berbunyi ;
"Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi'atur Ra'yi sebelum kau pelajari
ilmunya."
Sebuah pesan singkat, namun sangat mendalam maknanya. Sejatinya, ada pesan lain yang
tersirat dari pesan Bundanya Malik bin Anas, yaitu
"Nak, jika kau tak temui adab pada diri Rabi'atur Ra'yi, maka kau tak perlu buang-buang
waktu belajar ilmu kepadanya."
Mengapa? Sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun jika tiada adab di dalamnya.
Terlebih bila ilmu setitik nila, plus kehilangan adab.
Imam Asy-Syafi'i pernah memberikan nasihat kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya
anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid,
"Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah
adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh
paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan,
apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan."
Maka, sudahkah konsep adab sebelum ilmu ini kita terapkan dalam kehidupan kita?
Sudahkah kita belajar adab sebelum ilmu? Dan, sudahkah kita belajar ilmu kepada guru yang
memiliki adab mulia?