NIM/KELAS : A1C019043/ A
MATKUL : TEORI AKUNTANSI
Ada beberapa variasi langkah-langkah/ tahap dalam laporan yang terkait atau
berkelanjutan dengan produksi suatu lingkungan sosial. Dalam pelaporan berkelanjutan tahap
pertama adalah pada saat sebuah perusahaan memutuskan tujuan organisasi secara garis umum
untuk melakukan pelaporan sosial dan lingkungan. Hal ini praktek tanggungjawab sosial dan
lingkungan yang biasa disebut dengan Corporate Social Responsibility/ CSR).
Ketika sebuah organisasi telah menentukan apa tujuan utamanya dalam
mempublikasikan laporan sosial dan lingkungan (CSR) tahap berikutnya yang akan dilakukan
dalam proses pelaporan adalah mengidentifikasikan siapa (stakeholders) yang membutuhkan
informasi atas laporan tersebut. Tahap yang selanjutnya yang harus dilakukan perusahaan dalam
pelaporan yang berkelanjutan adalah memastikan apa saja informasi yang dibutuhkan oleh para
stakeholders, dengan kata lain masalah (isu-isu) apa yang dituju dalam pelaporan sosial dan
lingkungan perusahaan.
Ketika suatu perusahaan telah menentukan tujuan dari proses pelaporan (mengapa
melaporkan), stakeholders yang dituju dengan adanya proses pelaporan ini ( untuk siapa laporan
tersebut dimaksudkan), dan informasi apa saja yang diminta oleh stakeholders ( apa masalah
yang dipertanggungjawabkan oleh para stakeholders entitas, atau apa masalah yang seharusnya
dicover), maka tahap terakhir dalam proses pelaporan sosial dan lingkungan adalah
menghasilkan sebuah laporan (mungkin dalam bentuk lebih dari satu macam) mengenai suatu
isu/ masalah (informasi yang dibutuhkan para stakeholders). Hal ini merupakan langkah umum
yang melibatkan lebih banyak hal-hal yang lebih detail mengenai bagaimana laporan tersebut
akan disusun. Pada tahap ini beberapa elemen dari proses pelaporan sosial dan lingkungan akan
sangat jauh menyimpang dari proses pelaporan keuangan yang diwujudkan dalam kerangka
konseptual akuntansi keuangan, meskipun beberapa masalah (seperti reliability information)
masih dianggap penting pada kedua proses tersebut.
Tanggungjawab Bisnis
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Gray, Owen dan Adam (1996, hal 38) tanggungjawab
dapat didefinisikan sebagai :
“Tugas untuk menyediakan sebuah akun (tidak berarti selalu akun finansial) atau
perhitungan dari tindakan-tindakan untuk pihak yang bertanggungjawab”
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua tugas atau tanggungjawab yang
termasuk di dalam akuntabilitas :
1. Tanggungjawab untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu (atau menahan diri dari
melakukan tindakan tertentu)
2. Tanggungjawan untuk menyediakan sebuah akun bagi tindakan-tindakan tersebut.
Sebuah identifikasi yang lebih luas dari para stakeholder sesuai dengan cabang etika teori
stakeholder
Adanya tanggungjawab perusahaan dan pelaporan berkelanjutan dalam organisasi
dimotivasi oleh pertimbangan etika yang lebih luas untuk mengurangi dampak negatif
(memaksimalkan dampak positif), dimana setiap orang atau entitas yang kemungkinan terkena
dampak dari operasi organisasi merupakan stakeholder. Organisasi bertanggungjawab kepada
siapa operasi mereka bisa berdampak, baik kepada generasi manusia saat ini dan generasi
mendatang (dengan tidak mempedulikan seberapa jauh asal orang-orang tersebut dari
organisasi), juga pada hewan dan unsur alam yang berpotensi terkena dampak operasi organisasi
tersebut.
Berdasarkan teori ini, organisasi memiliki motivasi secara etis untuk memperhitungkan
pandangan dan kebutuhan semua stakeholder (sekarang dan masa depan) kepada siapa operasi
mereka berpotensi berdampak namun dalam prakteknya, pada kebanyakan organisasi yang
operasinya cenderung memiliki beberapa bentuk dampak pada orang, hewan dan unsur alam
lainnya mencoba untuk memperhitungkan semua potensi dampak dan berusaha untuk
berkomunikasi dengan semua orang yang berpotensi terkena dampak adalah hal yang mustahil.
Mengidentifikasi bagian stakeholder prioritas dalam cabang etika teori stakeholder
Implikasi praktis dari pendekatan teoritis ini kepada stakeholder prioritas ( sesuai dengan
cabang etika teori stakeholder ) adalah bahwa organisasi dimana tanggungjawab sosial
perusahaan dan pelaporan sosial dan lingkungan dimotivasi oleh keinginan untuk
meminimalkan dampak negatif sosial dan lingkungan dari operasinya akan memprioritaskan
kebutuhan stakeholder sesuai dengan sejauh mana operasi organisasi berdampak dalam
kehidupan stakeholder tersebut.
Tuntutan stakeholder untuk, dan reaksi terhadap informasi sosial dan lingkungan
Segala bentuk pelaporan publik agar menjadi berguna perlu ada sebuah permintaan
eksternal untuk, atau reaksi terhadap informasi tertentu yang diungkapkan. Deegan dan Rankin
(1997) menunjukkan kemampuan untuk membentuk persepsi melalui laporan tahunan atau
pengungkapan laporan sosial dan lingkungan hanya mungkin jika anggota masyarakat benar
benar menggunakan informasi yang dilaporkan.
Bagi banyak organisasi komersial, stakeholder yang kuat akan sering berlokasi di negara
negara maju (atau akan menjadi bagian dari elit kaya di negara-negara berkembang) dan akan
dapat diakses melalui media massa komersial seperti televisi / radio, surat kabar artikel dan
internet. Mereka bahkan mungkin membaca laporan keuangan tahunan melalui media tersebut.
Namun, Unerman dan Bennet (2004) berpendapat, karena akses internet tidak tersedia untuk
semua orang yang berpotensi terkena dampak kegiatan organisasi (khususnya di banyak negara
berkembang) maka harus dilengkapi denga saluran komunikasi lainnya, misalnya pertemuan
tatap muka dengan berbagai stakeholder, survey kuesioner, jajak pendapat, fokus kelompok dan
undangan untuk menulis kepada perusahaan tentang isu-isu tertentu. Menurut Downey (2005)
bahwa saluran komunikasi apapun yang digunakan untuk melibatkan stakeholder dalam dialog,
agar menjadi efektif saluran komunikasi tersebut perlu disesuaikan dengan perbedaan budaya
yang dihadapi antara berbagai kelompok stakeholder.
Perspektif Teoritis Pada Beberapa Prosedur Pelaporan Sosial dan Lingkungan - Tahap
“Bagaimana”
Karena ada kurangnya regulasi di bidang pelaporan sosial dan lingkungan, serta tidak
adanya kerangka kerja konseptual yang diterima untuk pelaporan sosial dan lingkungan, ada
begitu banyak variasi bagaimana pelaporan ini dilakukan dalam praktek.
Inisiatif pelaporan global - kerangka kerja konseptual untuk pelaporan sosial dan
lingkungan?
Sebagai upaya untuk menyusun praktek pelaporan terbaik, beberapa badan telah aktif
dalam mengembangkan pedoman untuk pelaporan sosial dan lingkungan. Pada tingkat
internasional, pedoman utama dalam lingkup pelaporan sosial dan lingkungan adalah Global
Reporting Initiative’s Sustainable Reporting Guidelines (Sering disebut sebagai GRI).