Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

sekelempok untuk mempegaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk

mempergaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau

mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental di

dalam Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa

dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensi

jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan.1

Pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang tentang

sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 Ayat 1

mengemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.12.
2

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Definisi

yang dikemukakan dalam Undang-Undang ini dapat dikatakan sangat luas

karena mencakup tidak hanya proses belajar juga proses pembelajaran, dan

memiliki sasaran tidak hanya untuk pengembangan kepentingan individu

semata-mata di dunia, akan tetapi bagaimana individu tersebut dapat mencapai

keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Kata-kata pendidikan,

pengajaran, bimbingan dan pelatihan, sebagai istilah-istilah teknis tidak lagi

dibeda-bedakan, tetapi menjadi satu pengertian. Pengertian pendidikan tersebut

sejalan dengan konsep pendidikan dalam Islam.2

Menurut R. Gagne, belajar dapat didefiniskan sebagai suatu proses di

mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pemgalaman. Belajar

dan mengajar merupakan dua konsep ini menjadi terpadu dalam suatu kegiatan

di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa

pada saat pembelajaran berlangsung.3

Kreativitas guru adalah tahap pengalaman. Pada tahap ini kita

mengambil dan mempelajari sejarah, asal usul, cara, prakteknya, kebiasaan, dan

hambatan-hambatan yang ada. Tahap ini menuntut daya kerja, daya tempur,

daya juang yang tak kenal lelah. Tahap kreativitas-ide inovatif gagasan segar,

pemecahan jitu, penyelesaian fantastis, cara kerja baru ke masa depan yang akan

menciptakan sejarah.4

2
Rusmaini, Imu Pendidikan Islam, (Palembang: Grafika Terendo Press, 2016), hal.3.
3
Ahamad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenamedia
Group, 2013), hal.1.
4
David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta : Kanisius, 1986), hal. 75
3

Dalam proses pembelajaran dimana guru harus menggunakan berbagai

metode dalam proses pembelajaran terutama anak Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah

Dasar yang terkadang cendrung ingin belajar sambil bermain agar tidak ada

kejenuhan dalam proses pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 sudah

mengintegrasikan semua mata pelajaran menjadi satu tema disebut dengan

pembelajaran tematik.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang ditemukannya fakta bahwa dalam proses

pembelajaran pada anak kelas IV terutama pembelajaran tematik masih kurang

baik karena dalam proses pembelajaran kurangnya media yang tidak mendukung

dan disini juga guru berusaha membuat siswa aktif dalam pembelajaran

berlangsung dan guru menggunakan media yang ada sebagai bahan dalam proses

pembelajaran dan guru harus memiliki kreativitas dalam proses pembelajaran

dalam mengelola kelas dengan menggunakan metode yang tepat dan

memanfaatkan media yang ada di sekitar kelas. Dalam proses pembelajaran

tematik yang sudah diterapkan menurut penulis peserta didik kelas IV sudah

mulai mengerti, aktif dan sudah bisa membaca semua karena saja masalah yang

ada kurangnya media yang kurang mendukung.5

Dengan itu kreativitas guru juga menjadi motivasi siswa agar semangat

dalam proses pembelajaran, aktif dalam proses pembelajaran, dan tidak mudah

jenuh dalam proses pembelajaran berlangsung dengan itu guru harus

menyiapkan metode dan bahan ajar dalam pembelajaran sesuai dengan materi

5
Observasi awal, tanggal 27 Juni 2019 di MI Mahad Islamy Palembang, pukul 10:00 WIB.
4

pada tema 4, subtema 1-3 dan pembelajaran di berbagai subtema dalam

pembelajaran 1-6 di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut tentang “Kreativitas Guru dalam Mengelola Kelas pada

Tema 4 Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang”. Dengan itu

untuk mengetahui cara guru mengelola kelas pada Tema 4 di kelas IV dengan

baik sesuai dengan tujuan dan kurikulum 2013 dengan menggunakan berbagai

tema dalam proses pembelajaran. Disini upaya apa agar proses pembelajaran

agar menyenangkan bagi peserta didik agar peserta didik mudah mengerti apa

yang kita sampaikan dan kita sebagai guru harus mempunyai kreativitas alam

mengelola kelas saat proses pembelajaran berlangsung dengan menata kelas

sebaik mungkin.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara guru dalam mengelola kelas pada tema 4 kelas IV di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang?

2. Bagaimana peran guru untuk meningkatkan kreativitas dalam

mengelola kelas pada tema 4 di kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang?

3. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan

kelas pada Tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang?
5

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan peneliti memfokuskan pada :

1. Kreativitas difokuskan pada mata pelajaran Tematik Tema 4 pada kelas

IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

2. Mengelola kelas difokuskan pada cara guru menggunakan fasilitas

belajar seperti media, alat dan metode yang dipakai sesuai dengan materi

yang di ajarkan pada Tema 4 pada kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang

3. Tema 4 difokuskan pada subtema 1-3 Jenis-jenis Perkerjaan, Perkerjaan

di Sekitarku dan Perkerjaan Orang Tuaku dan terdiri dari Pembelajaran

1-6 disetiap subtema di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi cara guru dalam Mengelola Kelas pada Tema 4

kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

2. Untuk mengevaluasi peran guru untuk meningkatkan Kreativitas dalam

Mengelola Kelas pada Tema 4 di kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang.
6

3. Untuk memfaktorkan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pengelolaan kelas pada Tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian akan lebih baik jika tidak hanya bermanfaat bagi peneliti saja,

tetapi bermanfaat juga bagu pihak lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Berikut ini akan

diuraikan mengenai manfaat pendidikan secara teoritis dan praktis.

1. Kegunaan secara Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang bersifat teori. Manfaat

teoritis berguna supaya lebih memahami ilmu pengetahuan yang

terkait pada penelitian. Secara teori, penelitian bermanfaat untuk

mengembangkan konsep atau ilmu pengetahuan yang berguna bagi

pendidikan. Konsep dan ilmu pengetahuan tersebut khususnya

tentang teori kreativitas guru dalam mengelola kelas pada Tema 4

pada Siswa Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.

2. Kegunaan Secara Praktis

Manfaat Praktis adalah manfaat yamg bersifat terapan. Manfaat

praktis dapat dirasakan secara langsung. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi guru, sekolah dan peneliti.


7

a) Bagi Siswa

Memberikan suasana belajar yang bervariasi, kreatif dan

tidak membosankan dalam proses pembelajaran serta dapat

memberikan belajar yang berkesan.

b) Bagi Guru

Menambah wawasan tentang metode, media yang efektif

dan variatif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

c) Bagi Sekolah

Memberikan masukan dan saran dalam memilih metode dan

media yang kreatif dala proses belajar mengajar lebih menarik

dan tidak membosankan.

d) Bagi Peneliti

Mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan

mendapatkan metode dan media sesuai dengan materi yang

diajarkan.

F. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan pustaka, tujuannya yaitu untuk mengkaji dan meninjau

ulang agar mengetahui apakah permasalahan yang akan diteliti sudah ada atau

belum yang membahasanya. Setelah saya teliti ternyata belum ada yang

membahas permasalahan yang saya bahas. Walaupun ada hanya sedikit yang
8

berkaitan tetapi tidak secara keseluruhan judul pokok pada permasalahan yang

akan penulis bahas. Oleh sebab itu, saya berminat membahas tentang Kreativitas

Guru dalam Mengelola Kelas pada Tema 4 Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang.

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang saya bahas

serta untuk memberikan gambaran yang akan dipakai sebagai landasan

penelitian, berikut ini hasil penelitian tersebut :

Pertama, Esti dalam skripsinya yang berjudul Pengelolaan Kelas Di

Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta. Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2016.

Skripsi yang ditulis oleh Esti, Berdasarkan penelitian dan pembahasan

Guru menggunakan pendekatan elektis/pluralistik, sehingga terjalin

hubungan positif dan siswa aktif. Teknik pembinaan dan penerapan disiplin

yang diberikan guru berupa tindakan preventif berupa aturan. Pemeliharaan

dan peningkatan disiplin siswa, guru memberlakukan tindakan korektif yaitu

dengan menindaklanjuti aturan yang sudah ada untuk dibentuk kontrak

sosial/sanksi. Guru menciptakan iklim kelas yang kondusif dengan cara

berhitung arab “wahidun, isnaini, tsalatsatun”. Guru mengelola interaksi

belajar dengan menerapkan Kurikulum 2013 pendekatan saintifik, sekaligus

memberikan pendidikan karakter. Guru menerapkan hukuman berupa

tadarus/baca doa, mengerjakan tugas dan piket kelas, sedangkan hadiah

berupa bintang prestasi bahkan guru juga memberikan pin atau bingkisan.
9

Pengaturan tempat duduk dilakukan dengan bervariasi, seperti

bentuk tradisional, bentuk setengah lingkaran atau huruf U dan bentuk

berkelompok. Guru mengatur posisi duduk siswa berpindah-pindah,

menggeser kekanan dan kekiri agar siswa selalu berganti pasangan duduk.

Pengaturan media pembelajaran guru melakukan setahun sekali di awal

semester. Untuk menjaga kebersihan dan keindahan kelas, guru membimbing

siswa untuk melaksanakan piket setiap hari setelah pulang sekolah sesuai

dengan jadwal yang telah dibuat dan memasang gambar atau hasil karya

siswa yang mendukung proses pembelajaran di masingmasing dinding kelas.

Karakteristik anak berbeda-beda, artinya dari segi kemampuan juga

berbeda. Guru kesulitan memusatkan perhatian anak, apalagi jika melihat

jumlah rombel kelas IV reguler terlalu banyak. Upaya yang dilakukan

yaitu dengan mengelompokkan siswa ke kelompok belajar, sehingga guru

lebih mudah memusatkan perhatian siswa.

Masih ada siswa yang memilih-milih teman, kedisiplinan kurang,

dan mengganggu temannya, hal itu menghambat guru dalam proses belajar

mengajar sehingga pembelajaran kurang kondusif. Upaya yang dilakukan

yaitu dengan menegur, menasehati dan memberikan pembinaan, seperti

memindahkan tempat duduk siswa. Jika perlu guru mengkomunikasikan

dengan orangtua siswa bahkan memberikan layanan psikolog dari sekolah

mempunyai kesamaan yaitu membahas tentang pengelolaan kelas dalam proses


10

pembelajaran, tetapi terdapat perbedaannya, saudari Esti lebih ke pengaturan

kelas, hambatan dan upaya dalam proses pembelajaran.6

Kedua, Lely Afifaturohmah dalam skripsinya yang berjudul Strategi

Pengelolaan Kelas Di Sdn Gumulan Dan Sdn Pojokkulon Kecamatan Kesamben

Kabupaten Jombang. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Malang 2016.

Skripsi yang ditulis oleh Lely Afifaturohmah mempunyai kesamaan

yaitu membahas tentang faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola

kelas dan ada juga perbedaannya, saudari Lely juga membahas strategi dalam

mengelola kelas dan perbandingan strategi dan pengelolaan kelas.7

Ketiga, Dewi Sartika dalam skripsinya berjudul Peran guru dalam

pengelolaan kelas di sd negeri 44/1 padang kelapo kecamatan marose boulu

kabupaten batang hari. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas

jambi 2014.

Skripsi yang ditulis oleh Dewi Sartika mempunyai kesamaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru

dalam mengembangkan pembelajaran serta keterampilan dalam mengelola kelas

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran di SD Negeri

44/I Padang Kelapo Kecamatan Maro Sebo Ulu Kabupaten Batang Hari.

Dimana dengan pengelolaan kelas yang baik dapat merangsang minat belajar

siswa serta memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

6
Esti, “Pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta”
(Yogyajakarta: Skripsi : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta,2016), hal.64.
7
Lely Afifaturohmah, “Strategi Pengelolaan Kelas Di Sdn Gumulan Dan Sdn Pojokkulon
Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”, (Malang: Skripsi : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang 2016), hal. 43.
11

Dari siswa yang kurang disiplin dalam belajar dengan kemampuan dan

keuletan guru menggunakan metode dan teknik mengajar dapat mengubah siswa

menjadi disiplin dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Yaitu tentang

peran guru dalam pengelolaan kelas dan mempunyai perbedaannya, saudari

Dewi juga membahas tentang strategi pengelolahan kelas.8

Dari tinjauan kepustakaan diatas, terdapat perbedaan dan persamaan

penulis dan tinjauan pustaka diatas sama-sama mengkaji tentang mengelola

kelas dalam proses belajar mengajar. Artinya terdapat perbedaan yaitu penelitian

yang belum penulis bahas diteliti oleh orang lain. Hal ini lah yang membuat

penulis tertarik dan melanjutkan penelitian lebih luas lagi dengan kreativitas

guru dalam mengelola kelas pada Tema 4 di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang.

8
Dewi Sartika, “Peran guru dalam pengelolaan kelas di sd negeri 44/1 padang kelapo
kecamatan marose boulu kabupaten batang hari”, (Jambi: Skripsi: Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan universitas jambi 2014), hal.12
12

BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Kreativitas Guru

Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya,

pertama, Baru (novel) yaitu inovatif, belum ada sebelumnya, segar,

meanarik, aneh, dan mengejutkan. Kedua, berguna (useful) lebih enak, lebih

praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan,

mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi

kesulitan, mendatangkan hasil yang lebih baik atau banyak. Ketiga, dapat

dimengerti (understandable) hasil yang sama dapat dimegerti dan dapat

dibuat di lain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak daapt

dimengerti, tak dapat diramalkan, tak dapat di ulangi mungkin saja baru dan

berguna, tetapi lebih merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan

kreativitas.9

Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat,

minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan

sosialnya. Selain itu, setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam

belajar yang inheren (telah ada) dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif

dan produktif. Anak akan beraktivitas sesuai dengan minat dan potensi yang

dimiliki dirinya, pengembangan kreativitas anak harus diberikan stimulasi

dari mulai usia dini, sehingga anak akan terasa untuk berpikir kreatif, karena

9
David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta : Kanisius, 1986), hal. 11
13

dengan kreativitaslah memungkinkan manusia menjadi berkualitas dan

survive dalam hidupnya.

Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person),

proses (process), pendorong (press), dan produk (product), kreativitas dapat

pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong individu

berperilaku kreatif. Kreativitas mulai dengan kemampuan individu yang

kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas atau daya kreasi itu

dalam masyarakat yang progresif dihargai sedemikian tingginya dan

dianggap begitu penting, sehingga untuk memupuk dan

mengembangkannya.10

Ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yakni :

kelancaran, keluwesan, keaslian, penguraian dan perumusan kembali.

Pertama, yang dimaksud dengan kelancaran ialah kemampuan untuk

menghasilkan banyak gagasan. Kedua, keluwesan ialah kemampuan untuk

mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap

masalah. Ketiga, keaslian ialah kemampuan untuk memecahkan gagasan

dengan cara-cara yang asli tidak klise. Keempat, eloborasi atau penguraian

ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan perinci, secara jelas

dan panjang lebar. Kelima, perumusan kembali ialah kemampuan untuk

meninjau suatu persoalan berdasarkan persektif yang berbeda dengan apa

yang telah diketahui orang banyak.

10
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal.
112
14

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seorang yang dapat

dikembnagkan.dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor

yang dapat mendukung upaya dalam menumbuhkembangkan kreativitas.

Demikian juga Hurlock, mengemukakan beberapa faktor pendorong

yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu :11

a) Waktu, untuk menjadi kreatif. Kegiatan anak seharusnya jangan

diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi

mereka untuk bermain dengan gagasan, konsep, dan mencobanya

dalam bentuk baru dan orisional.

b) Kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapat tekanan

dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif.

c) Dorongan terlepas dari beberapa jauh prestasi anak memenuhi

standar orang dewasa. Untuk menjadi kreatif maka mereka harus

terbebas dari ejekan dan kritik yang seirng kali dilonntarkan pada

anak yang tidak kreatif.

d) Sarana. Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus

disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan

eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua aktivitas.

e) Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah

harus merangsang kreativitas. Ini harus dilakukan sendini

mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga nama sekolah

dengan menjadikan kreativitas, suatu pengalaman yang

menyenangkan dan dihargai secara sosial.


11
Ibid, hal.123
15

f) Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif. Orangtua yang

tidak terlalu melindungi atau teralu posesif terhadap anak,

mendorong anak untuk mandiri.

g) Cara mendidik anak. Mendidik anak secara demokratis dan

permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas,

sedangkan cara mendindik otoriter untuk mandiri.

h) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas tidak

muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang

diperoleh anak semakin baik dasar-dasar untuk mencapai hasil

yang kreatif.

Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai

hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat

mematikan kreativitasnya. Cropley dalam adhipura mengemukakan beberapa

karakteristik guru yang cendrung menghambat keterampilan berpikir kreatif dan

kesediaan atau keberanian anak untuk mengungkapkan kreativitas mereka :12 a)

penekanan bahwa guru selalu benar; b) penekanan berlebihan daripada hapalan;

c) penekanan pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah; d)

penekanan pada evaluasi eksternal; e) penekanan secara kreatif, meskipunj

masing-masing orang tersebut dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda sesuai

dengan potensi yang dimilikinya masing-masing.

12
Ibid, hal.125
16

Ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif ini dapat ditingkatkan,

makanya perlu dipupuk sejak dini, yang diperlukan sekarang bagaimanakah cara

meningkatkan kreativitas tersebut.

Sebagai gambaran konkret, bahwa seseorang memiliki kreativitas yang

tinggi itu ditandai dengan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut, antara lain: a)

selalu ingin tahu; b) memiliki percaya diri yang kuat; c) memiliki sifat mandiri;

d) berani mengeluarkan pendapat; dan e) berani mengambil risiko.

Guru merupakan komponen penting pembelajaran, oleh sebab itu

memperbaiki kualitas harus difokuskan kepada upaya perbaki kualitas guru

dalam pembelajaran. Tugas guru dalam pembelajaran merupakan perbuatan

yang kompleks, yaitu pengunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk

menyampaikan pesan pembelajaran dengan harapan kesan pembelajaran dapat

diterima peserta didik sehingga terjadi perubahan perilaku pada dirinya.

Pengintegrasian keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori

dan diarahkan oleh suatu wawasan, sedangkan aplikasinya terjadi sangat unik

karena dipegaruhi oleh semua komponen pembelajaran. Oleh karena itu,

pemahaman guru dan pembelajaran menjadi penting.

Guru memainkan peran penting dalam transportasi budaya melalui

sistem persekolahan khususnya dalam menata interaksi peserta didik dengan

sumber belajar untuk mencapai prestasi yang diinginkan. untuk itu diperlukan
17

guru yang memiliki kemampuan akademik dan profesional dan memadai, mutu

kepribadian yang mantap, serta menghayati profesinya sebagai guru.13

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan kreativitas merupakan

kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa produk

atau gagasan baru yang diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai

kemampuan untuk melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Pengembangan kreativitas sangat penting, karena berkreativitas seorang dapat

mewujudkan atau mengaktualisasikan dirinya yang merupakan kebutuhan pokok

tertinggi dalam hidup manusia dan juga guru mempunyai peranan yang sangat

penting dalam menata interaksi peserta didik dengan sumber belajar untuk

mencapai prestasi yang diinginkan.

2. Ciri-ciri Kreativitas

Pengembangan kreativitas dapat dilakukan apabila sudah memahami

ciri-cirinya. Kreativitas seseorang dapat membedakan orang yang satu dengan

yang lain dari kekhasannya atau ciri-cirinya.14

Menurut Campbell berpendapat bahwa ciri-ciri orang kreatif dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu : a) ciri-ciri pokok yang terdiri dari kunci untuk

melahirkan ide, gagasan, pemecahan, cara baru, penemuan, b) ciri-ciri yang

memungkinkan yaitu yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif

sekali sudah ditemukan tetap hidup, c) ciri-ciri sampingan yaitu tidak langsung

13
Karmono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran, (Depok: Raja Walipres, 2018), hal.2-
3.
14
Yuyun Annafia, Skripsi : “Kreativitas Guru dalam Menciptakan Gerak Tari Bertema”,
(Semarang, UNNES,2016), hal.41-42
18

berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah

ditemukan tetap hidup, tetapi mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.

Menurut Abdurachaman dan Rusliana beberapa sifat yang disebut

sebagai ciri tingkah laku orang-orang kreatif yaitu a) orisinilitas, keiginan tahu,

dan kecerdikan, b) fasih dalam ide-ide dan image-image, c) keterlibatan,

motivasu dan penghayatan yang dalam, d) kemampuan membedakan dan

memilih serta keberanian menolak untuk yang tidak penting, e) keterampilan,

ketahanan, dan ketetapan hati (keyakinan), f) jujur dalam keputusan pribadi, dan

g) memiliki kapasitas untuk mengevaluasi diri.

Berdasarkan uraian ciri-ciri yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa ciri orang yang kreatif adalah ide gagasan yang diungkapkan orisinil

dengan rasa ingin tahu yang tinggi, dari keyakinan sendiri dapat mengevaluasi

diri dengan baik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap orang

memiliki daya kreativitas masing-masing dengan kadar yang berbeda. Jika ingin

berkembang dengan baik maka harus dilatih agar kemampuannya dapat terasah

dengan maksimal. Kreativitas lahir dari orang-orang yang memiliki pribadi yang

positif. Namun, pada kenyataanya banyak yang tidak menyadari bahwa potensi

kreatif semakin berkurang setiap hari apabila tidak diasah sebaik mungkin.

3. Pengembangan Kreativitas oleh Guru

Pendidikan dapat digunakan sebagai proses pengembangan diri untuk dapat

menjadi lebih baik, sehingga dapat menjadi manusia dewaa yang bisa

bermasyarakat. Menjadi pribadi yang kreatif merupakan salah satu cara

mengembangan diri untuk dapat bersaing di dunia dengan perkembangan ilmu


19

pengetahuan, seni dan teknologi yang semakin canggih. Kreativitas dapat dilihat

dari 4 aspek yaitu pribadi, pendorong, proses dan produk.15

a) Dimensi kepribadian meliputi ciri fleksibilitas, toleransi terhadap

keanekaragaman, dorongan untuk dapat berprestasi dan mendapat

pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan

resiko yang berat.

b) Pendorong atau press. Pada setiap orang ada kecendurungan atau

dorongan untuk mewujudkan ptensinya. Dorongan merupakan motivasi

primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan

baru dengan lingkungannya.

c) Proses kreatif, teori Wallas (1926) dalam Piirto (1992) yang menyatakan

bahwa proses kreatif meliputi empat tahap 1) persiapan, 2) inkubasi, 3)

iluminasi, 4) verifikasi.

d) Produk keratif, yaitu hasil yang diperoleh dari pemikiran atau ide yang

dilakukan oleh seseorang. Produk kreatif yang dihasilkan menujukkan

kreativitas dari individu. Produk yang dihasilkan tentunya yang

merupakan hal yang baru dan bisa diterima oleh orang banyak.

Berdasarkan penjelasan, disimpulkan bahwa kreativitas dapat dilihat

melalui empat aspek pendekatan yaitu aspek pribadi orang tersebut, aspek

pendorong atau motivasi, aspek penciptaan ide, dan aspek hasil produk sendiri.

Pengembangan kreativitas berkaitan dengan perwujudan diri melalui

peningkatan kemampuan atas daya pikirnya. Kualitas diri akan semakin

15
Ibid, hal. 43-45
20

meningkat apabila seseorang itu dapat mengembangkan dirinya dengan segala

potensi kreatif yang di miliki. Sekolah sangat berperan dalam pengembangan

kreativitas siswa, sehingga dibutukan tenaga pengajar yang memiliki kompetensi

kreativitas.

Kreativitas guru dapat diarahkan pada dua komponen, yaitu :

a) Kreativitas dalam manajemen kelas. Manajemen kelas adalah

aktivitas yang ada serta menyusun perencanaan aktivitas yang

dilakukan di kelas untuk diarahkan dalam proses pembelajaran yang

baik. Dalam hal manajemen kelas, kreativitas guru dan manajemen

kelas diarahkan untuk membantu siswa di kelas dapat belajar secara

kolaboratif dan kooperatif dan menciptakan lingkungan akademik

yang kondusif dalam proses belajar.

b) Kreativitas guru dalam penggunaan media pembelajaran. Media

belajar adalah alat bantu atau benda yang dapat mendukung proses

pembelajaran di kelas.16

4. Indikator Kreativitas Guru

a) Terampil dalam mengembangkan strategi yang digunakan dalam pembelajaran

tematik

b) Terampil dalam mengembangkan media pembelajaran yang menarik

c) Terampil dalam mengembangkan bahan ajar yang baik dan bervariasi

16
Ifni Oktiani, Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik, Purwokerto, Vol.5,
No.2, 2017, hal.228
21

d) Terampil dalam menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan

kebutuhan

e) Menyiapkan fasilitas pendukung penggunaan metode pembelajaran

f) Guru dapat menumbuhkan antusias belajar siswa

g) Memberikan tugas individual atau kelompok kepada siswa

h) Terampil membuat instrumen soal yang baik

i) Melakukan evaluasi terhadap penggunaan metode pembelajaran.

B. Pengeloaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya,

namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda.

Pengajaran (Instruction) mencakup semua kegiatan yang secara langsung

dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran menentukan

(entry behavior) peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi

informasi, bertanya, menilai, dan sebagainya), maka pengelolaan kelas

menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan

kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan raport,

penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian

kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh

penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya). Dengan kata

lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapatdibedakan adanya dua

kelompok masalah, yaitu masalah pengelolaan kelas.17


17
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 143-144
22

Sebagai pemberian dasar serta menyiapkan kondisi bagi terjadinya

proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan

orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas.

Fasilitas di sini mencakup pengertian luas mulai dari ventilasi, penerangan,

tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar mengajar yang

tepat.

Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka

acuan pendekatan-pendektan kelas, sebab di dalam penggunannya ia harus

terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk

menangani suatu kasus pengelolaan kelas alternatif yang terbaik sesuai dengan

hakikat masalahnya. Artinya, seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan

bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah

yang ditanggulangi. Ini tentu dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang

guru yang akan berhasil setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas.

Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga

apabila alternatif tindakannya yang pertama masih mampu melakukan analisis

ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada altenatif pendekatan yang

kedua, dan seterusnya.

Ada sejumlah konsep tentang pengelolaan kelas, sebagaian di antaranya

tidak lagi dianggap memandai, misalnya pandangan otoritas yang melihat

pengelolaan kelas semata-mata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib,

atau pandangan permisif yang memusatkan pada perhatian pada usaha untuk

memaksimalkan kebebasan peserta didik. Di dalam uraian ini akan


23

dikemukakan tiga pandangan yang tampaknya memberi harapan, baik dari

penalarannya maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui

penelitian-penelitian.

Dari bahan uraian tadi tampaklah bahwa kewenangan penanganan

masalah pengelolahan dapat kita klasifikasikan ke dalam tiga kategori :

a) Masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi;

b) Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai suatu lembaga

pendidikan;

c) Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.18

Mengelola kelas suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicaapi

kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan.

Dalam pelaksanaannya fungsi manajemen tersebut harus disesuaikan

sengan dasar filosofis dari pendidikan di dalam kelas. Fungsi-fungsi yang harus

dilakukan oleh guru meliputi:19

a) Merencanakan

b) Mengorganisasikan

c) Memimpin
18
Ibid, hal.178
19
Ayu Nur Wahyuni, “Implementasi pengelolaan kelas dalam meningkatkan efektifitas”, Vol.4,
No.2. 2015,hal.5.
24

d) Mengendalikan

e) Mengevaluasi

Pada umumnya pengeloaan kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Pengelolaan secara akademik meliputi kegiatan perencanaan

pembelajaran, evaluasi pembelajaran.

b) Pengelolaan secara non akademik meliputi pengelolaan siswa,

pengelolaan fasilitas dan pengelolaan kelas secara fisik.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan pegelolaan kelas merupakan

pengajaran yang menentukan peserta didik, menyusun pelajaran, memberi

informasi, bertanya dan menilai. Pengelolaan kelas bertujuan untuk menciptkan da

mempertahankan kondisi yang optimal di dalam kelas dalam proses pembelajaran.

Guru berperan sebagai acuan dalam menentukan pendekatan-pendekatan yang

sesuai saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru sudah mempunyai tujuan. Guru

menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tanpa mengelola kelas secara efektif maka

kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan akan sulit untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan yakni ada perubahan baik sisi kognitif, afektif dan

psikomotoriknya atau ada perubahan tingkah laku dari siswa dari tidak tahu

menjadi tahu dan mengerti, dari tidak baik menjadi baik dan sebagainya.

Secara umum pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-

macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosial dan intelektual
25

dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan

berkerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasaan, suasana disiplin,

perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. Tujuan

pengelolaan kelas antara lain yaitu :20

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta

didik mengembangkan kemampuannya secara optimal.

b. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga

bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dieliminir.

c. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang

dapat merintangi terwujudnya belajar mengajar.

d. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan

peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan

intelektual peserta didik dalam kelas.

e. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik.

Sedangkan tujuan pengelolaan kelas bagi siswa diantaranya adalah :

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu

terhadap tingka lakunya

b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan

tata tertib kelas dan memahami teguran guru merupakan suatu

peringatan dan bukan kemarahan

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta

bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.


Dwi Fitriah Nurngaeni, Skripsi : “Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas pada
20

Pembelajaran Tematik Kelas IV” (Purwokerto, IAIN, 2018), hal. 29


26

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan pengelolaan kelas memiliki

tujuan untuk menata atau merubah baik dari sisi afektif, kognitif dan

psikomotoriknya peserta didik dan menjadikan peserta didik dari yang tidak

tahu menjadi tahu dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

3. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

a. Pendekatan Kekuasaan

Pendekatan kekuasaan dalam pengelolaan kelas dapat dipahami

sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa di dalam

kelas. Peranan guru disini adalah untuk mempertahankan situasi disiplin

dalam kelas. Kedisiplinan akan menciptakan ketaatan dari siswa di dalam

kelas.

b. Pendekatan Ancaman

Pendekatan ancaman dalam pengelolaan kelas merupakan salah

satu pendekatan untuk mengontrol perilaku siswa dalam kelas.

Pendekatan ancaman di dalam kelas diimplementasikan melalui papan

larangan, sindiran saat belajar, dan paksaan terhadap siswa yang

membantah, yang semuanya ditunjukkan agar siswa mengikuti apa yang

diinstruksikan oleh guru.

c. Pendekatan Kebebasan

Pendekatan kebebasan dalam pengelolaan kelas dipahami sebagai

suatu proses untuk membantu siswa agar merasa memiliki kebebasan

untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ia pahami dan ia

inginkan, tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat.


27

d. Pendekatan Konsep

Pendekatan Resep (cook book) dalam pengelolaan kelas

dilaksanakan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan

apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam

mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di dalam kelas.

e. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan pengajaran dalam pengelolaan kelas didasarkan atas

suatu anggapan bahwa pengajaran yang baik akan mampu mencegah

munculnya masalah yang disebabkan oleh siswa didalam kelas.

Pendekatan pengajaran menganjurkan guru untuk bertingkah laku

sebagai pengajar pembelajaran dalam rangka mencegah dan

menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik di kelas.

f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas

diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa dalam

kelas.

g. Pendekatan Sosio Emosional

Pendekatan sosio emosional dalam pengelolaan kelas akan

tercapai secara optimal apabila hubungan antar pribadi yang baik dan

berkembang dalam kelas. Sosio emosional yang baik dalam arti

hubungan inter personal yang harmonis antar guru dengan guru, guru
28

dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang

memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar efektif.

h. Pendekatan Kerja Kelompok

Pendekatan kerja kelompok dalam pengelolaan kelas memandang

peran guru sebagaai pencipta terbentuknya kelompok belajar yang ada di

kelas.

i. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) dalam pengelolaan kelas

menekankan pada potensi, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas

untuk memilih berbagai pendekatan yang tepat dalam berbagai situasi

yang dihadapi di kelas.

j. Pendekatan Teknologi dan Informasi

Pendekatan teknologi dan infiormasi dalam pengelolaan kelas

berasumsi bahwa pembelajaran tidak cukup hanya dengan kegiatan

ceramah dan transfer pengetahuan, bahwa pembelajaran yang modern

perlu memanfaatkan pengunaan teknologi dan infirmasi di dalam kelas.21

Berdasarkan uraian di atas terdapat pendekatan-pendekatan untuk

mengelola kelas dengan menggunakan konsep-konsep yang berbeda disetiap

pendekatan dan sebagai guru harus memilih pendekatan yang sesuai dengan

permasalahan yang dialami saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

21
Ibid, hal.30-33
29

Dalam sebuah kelas, pasti akan selalu timbul permasalahan yan

menganggu keberlangsungan proses pembelajaran. Guna mengurangi

permasalahan tersebut, dipergunakanlah prinsip-prinsip pengelolaan kelas.

Di samping itu prinsip pengelolaan kelas berfungsi sebagai motivasi peserta

didik untuk belajar secara sungguh-sungguh. Hal ini didominasi dengan

penataan kalas yang nyaman dan tidak menetap atau perlu terus

dikembangkan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Syaiful Djamarah Aswan Zain sebagai

berikut :22

a. Hangat dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam belajar

mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan peserta didik selalu

menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasya akan

berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-

bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk

belajar.

c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media atau alat bantu, gaya

mengajar guru, pola interaksi antara guru dengan peserta didik akan

mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian

peserta didik.

22
Siti Rizqia Nurmala, Skripsi : “Pengelolaan kelas dalam pembelajaran Tematik pada peserta
kelas II”, ( Jakarta: UIN,2018), hal. 15-16
30

d. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan

peserta didik serta menciptkan iklim belajar mengajar yang efektif.

e. Penekanan pada hal-hal positif. Megupayakan hal-hal yang positif

bagi peserta didik dan menghindari sejauh mungkin kesalahan yang

dapat memancing para peserta didik untuk bersikap negatif kepada

guru.

f. Pemahaman disiplin guru. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah

peserta didik dapat mengembangkan disiplin diri. Karena itu guru

sebaiknya selalu mendorong peserta didik untuk melaksanakan

disiplin diri sendiri dan guru hendaknya menajadi teladan mengenai

pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus

disiplin dalam segala hal bila ingin peserta didik disiplin dalam

segala hal.

Prinsip-prinsip tersebut digunakan agar suasana di kelas serta interaksi

yang terjadi antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan

peserta didik dapat berjalan dengan baik. Selain itu, berbagai prinsip

pengelolaan kelas mampu menciptakan rasa nyaman peserta didik selama

mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan prinsip yang telah diuraikan prinsip bertujuan untuk

membuat suasana kelas serta interaksi antara guru dan siswa serta siswa

dengan siswa berjalan dengan baik dengan menggunakan prinsip dalam proses

pembelajaran membuat siswa termotivasi belajar dengan sungguh-sungguh.


31

Guru harus mengelola kelas menjadi nyaman saat proses pembelajaran

berlangsung.

5. Jenis-jenis Pengelolaan Kelas

Menurut Nurhadi dalam buku Faizal Djabidi, upaya untuk menciptakan

dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi belajar atas dasar

yang tinggi dapat dilakukan secara preventif maupun kuratiff.

a. Pengelolaan Kelas yang Bersifat Preventif

Pengelolaan kelas dikatakan secara preventif apabila upaya apa

yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk menciptakan kondisi

baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan

kelas yang bersifat preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau

pemberian informasi yang dapat diberikan pada peserta didik

sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi

yang baik itu tidak akan ditandai oleh tindakan peserta didik yang

menyimpang sehingga menganggu proses pembelajaran di kelas.

b. Pengelolaan Kelas yang Bersifat Kuratif

Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang

dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku peserta

didik sehingga menganggu jalannya proses pembelajaran. Dalam hal

ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah

laku yang menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan

tercapainya tingkah laku peserta didik yang mendukung

terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik.


32

Guru harus mengetahui pusat persetujuan peserta didik pada

waktu mengikuti pelajaran dalam kelas. Apakah peserta didik di

kelas tekun mengikuti dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau

tidak. Dar sorot mata atau gerak-gerik peserta didik dapat diketahui

apakah mereka sudah tertuju dan mengikuti dengan baik proses

pembelajaran ataukah menganggu proses kegiatan pembelajaran.23

Berdasarkan jenis-jenis pengelolaan kelas yang telah diuraikan terdapat

dua jenis yaitu pengelolaan kelas bersifat preventif dan pengelolaan kelas

bersifat kuratif. Kedua jenis pengelolaan kelas ini mempunyai upaya yang

berbeda-beda. Pengelolaan kelas bersifat preventif untuk menciptakan kondisi

baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar sedangkan

pengelolaan kelas bersifat kuratif yang dilaksanakan karena terjadi

penyimpangan pada tingkah laku peserta didik sehingga menganggu jalannya

proses pembelajaran.

6. Indikator Mengelola Kelas

a. Guru dapat menggunakan metode dan media yang dapat membuat

anak bersemangat belajar dan mudah mengerti

b. Guru harus mengetahui perbedaan antara prosedur kelas dengan

rutinitas kelas

c. Memiliki rasa empatik terhadap peserta didik

d. Memahami peserta didik secara mendalam

23
Ibid, hal.19-20
33

e. Guru harus memahami masalah yang ada di dalam kelas yaitu

masalah individu dan masalah kelompok

f. Guru harus mengelola kelas dengan mengatur orang (kondisi

emosional) seperti tingkah laku, kedisiplinan, perhatian dan gairah

belajar

g. Guru harus mengelola kelas dengan mengatur fasilitas belajar

mengajar (kondisi fisik) seperti letak tempat duduk, kenyamanan

dan penempatan siswa

h. Menerapkan teknik atau pendekatan untuk memecahkan masalah

i. Lakukan penilaian yang berbeda dari setiap siswa mulai dari aspek

afektif, kognitif dan psikomotorik.

C. Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013 SD/MI

1. Elemen Perubahan dalam Kurikulum 2013

Merujuk pada Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 19, kurikulum diartikan

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.24 Di era

saat ini kebanyakan sekolah-sekolah telah mengunakan Kurikulum 2013

dengan pembelajaran tematik. Dalam pembelajaran tematik mencakup tema,

subtema dan pembelajaran yang semua mata pelajaran diintegrasikan

menjadi satu dalam pembelajaran.


24
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Jakarta : KENCANA, 2016), hal. 121
34

Pembelajaran tematik terpadu yang diterapkan di SD/MI dapat juga

disebut pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Pembelajaran tersebut diterapkan dari kelas 1-6 khusus untuk mata pelajaran

selain mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Dengan kata lain,

pembelajaran tematik terpadu diterapkan pada mata pelajaran: a) Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, b) Matematika, c) Bahasa Indonesia, d)

Ilmu Pengetahuan Alam, e) Ilmu Pengetahuan Sosial, f) Pendidikan Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan, g) Seni Budaya dan Prakarya.25

Adapun daftar tema untuk pembelajaran tematik terpadu SD/MI yang

telah disusun oleh pemerintah terutama pada kelas sebagai berikut :

a) Perkembangan hewan dan Tumbuhan

b) Perkembangan Teknologi

c) Perubahan alam

d) Peduli lingkungan

e) Permaianan tradisonal

f) Indahnya persahabatan

g) Energi dan perubahannya

h) Bumi dan alam semesta

Langkah-langkah yang di terapkan guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan sainstifik adalah sebagai berikut :

a) Mengamati

25
Ibid, hal.130.
35

Kegiatan mengamati juga dapat dilakukan dengan berbagai cara,

bukan hanya mengamati papan tulis, namun dapat mengamati buku,

atau objek yang berhubungan dengan pembelajaran.

b) Menanya

Kegiatan menanya ini biasanya terjadi antara siswa dengan siswa

dan siswa dengan guru.

c) Mengasosiasi

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, observasi

dan wawancara.

d) Mengkomunikasikan

Kegiatan mengkomunikasikan ini biasanya terletak di akhir

pembelajaran, kegiatan ini bisa di lakukan satu arah, dua arah, atau

bisa juga di lakukan banyak arah.26

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran tematik terpadu ada pada

kurikulum 2013 dengan perubahan kurikulum 2013 setiap sekolah sudah

memakai 2013 dengan pembelajaran tematik mencakup tema, subtema, dan

pembelajaran. Pada pembelajaran tematik disebut dengan pendekatan yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran

menjadi tema.

2. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema

dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan


26
Ririn Zauharoh Tunaffisa, dkk, Problematika Guru dalam menerapkan pendekatan sainstifik
di MvI Nurul Qomar Palembang, Vol.5, No.1, 2019, hal.23
36

pengalaman bermakna bagi siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan

pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan

memberikan banyak keuntungan, di antaranya :27

a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada sesuatu tema tertentu

b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang

sama

c. Pemahaman materi terhadap mata pelajaran lebih mendalam dan

berkesan

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa

e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena

materi disajikan dalam konteks tema yang jelas

f. Siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam

satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat disiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua

atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

3. Menentukan tema

27
Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Tematik di MI/SD, Ponorogo, Vol. 10, No.1,
2012, hal.109
37

Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara

pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan

menentkan tema yang sesuai. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu

tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengindentifikasi

kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema

yang ada. Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa

prinsip :28

a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

b. Dari yang termudah menuju yang sulit

c. Dari yang sederhana menuju kompleks

d. Dari yang konkret menuju yang abstrak

e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses

berpikir pada diri siswa

f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan

siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak perlu luas atau

terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema

atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau

subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi atau

isi pembelajaran.

28
Ibid, hal.114
38

Berdasarkan pengertian tematik dan tema yang telah diuraikan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema di setiap

tema terdapat subtema dan pembelajaran yang berbeda. Dengan menggunakan

tema pembelajaran lebih mudah dimegerti dan bermakna bagi siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
39

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang yang beralamat di Jalan Faqih Usman Kelurahan 1 Ulu Kecamatan

Seberang Ulu 1 Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini

berseberangan dengan Masjid Al-Kautsar dan Puskesmas 1 Ulu, dan subjek pada

penelitian ini adalah siswa-siswi di Madrasah Ibtida’iyah Mahad Islamy

Palembang.

Dalam proses pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang sudah menggunakan Kurikulum 2013 dan ada juga yang

menggunakan KTSP. Dalam proses pembelajaran terutama pada pembelajaran

tematik yaitu kurikulum 2013 baru diterapkan untuk beberapa kelas saja dan

belum semuanya menggunakan kurikulum 2013 yaitu menggunakan

pembelajaran tematik. Tematik merupakan pembelajaran yang menggabungkan

semua mata pelajaran menjadi tema, subtema dan pembelajaran. Oleh karena itu

akan diamati proses pembelajaran tematik dan kreativitas guru dalam mengelola

kelas pada tema 4 dan untuk mengetahui cara guru dalam mengelola kelas baik

menggunakan metode, media, dan mengkondisikan kelas agar tercapainya suatu

proses pembelajaran yang baik dan tidak membosankan pada siswa kelas 4 di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-

kata atau gambar dari pada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-
40

kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi.

Data tersebut mencakup transkip wawancara, cataxxtan lapangan, fotografi,

dokumen. Data merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta maupun

angka. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif, yaitu data yang tidak

dapat diukur secara langsung. Seperti kreativitas guru dalam mengelola kelas

pada tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan

tertentu.29

Metode Kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena

popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena

berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai

metode aristik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan

disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan

dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai

insttrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2018), hal.3
41

data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.30

Pada penelitian kualitatif mempunyai tahap-tahap dalam penelitian

sebagai berikut :

1. Tahap Orientasi atau Deskripsi

Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,

didengar, dirasakan dan ditanyakan.

2. Tahap Reduksi/ Fokus

Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah

diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap reduksi ini, peneliti

mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan

pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data

dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan

baru.

3. Tahap Selection

Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan

menjadi lebih rinci. Pada penelitian tahap ini peneliti melakukan

analisis yang mendalam terhadap data dan infromasi yang diperoleh,

maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara

mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan

pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.

30
Ibid, hal.13-29
42

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Penelitian ini adalah guru kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,

penyajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

Dalam penelitian deskriptif ini, peneliti menggambarkan fenomena yang

apa adanya, tidak memberikan perilaku, manipulasi, atau pengubahan pada

objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengambarkan

kreativitas guru dalam mengelola kelas pada tema 4 Kelas IV di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang. Adapun teknik pengumpulan data yang

dlakukan ada beberapa ketegori yang sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian

tentunya bersifat kualitatif diantaranya sebagai berikut :

1. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi

penerimanya dan masih memerlukan suatu pengolahan. Data bisa

berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika,

bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan

sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek dan kejadian

ataupun suatu konsep.31 Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah jenis data kualitatif yaitu jenis data yang berupa non

angka atau dalam bentuk kalimat meliputi observasi yang

31
Eka Iswandy, Sistem penunjang keputusan untuk menentukan penerimaan dana santunan
sosial anak nagari dan penyalurannya bagi mahasiswa dan pelajar kurang mampu, Padang, Vol.3, No.2,
hal.73
43

berhubungan dengan penelitian dan teori yang akan di bahas

bagaimana kreativitas guru dalam mengelola kelas pada tema 4

kelas IV, melalui wawancara dengan beberapa pihak yaitu kepala

sekolah, guru dan siswa.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka. Adapun sumber data dalam penelitian ini

yaitu :

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.32 Dalam hal ini

yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini

adalah :

a) Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

b) Guru Wali Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang

c) Guru lain Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

d) Siswa Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang.

1) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekuder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data.33 Data


32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2018), hal.193
33
Ibid, hal,193
44

bisa diperoleh melalui dokumen seperti absen siswa, jadwal

pelajaran, jumlah siwa, visi dan misi sarana dan prasarana dan

buku tematik kelas IV tema 4. Jadi sumber data sekunder

merupakan data pendukung sumber data primer.

c. Informan data

Dalam penelitian tidak digunakan istilah populaso, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang akan ada

pada situasi tertentu. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber/ informan.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti

mulai memasuki lapangan dan selama penelitian kualitatif masih

bersifat sementara.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan masalah langkah yang paling

utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
45

observasi (pengamatan) interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan

ketiganya.34

Teknik pengumpulan data merupakan masalah langkah yang paling

utama dalam penetian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), apabila laboratorium dengan metode

eksperimen, di sekolah tanpa tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah

dengan dengan berbagai responden, pada seminar, diskusi, di jalan dan lain-

lain.35 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasi, dokumentasi, dan wawancara.

1. Metode Wawancara

Pada teknik non-tes untuk mengukur ranah afektif, dimungkinkan

untuk menggunakan teknik wawancara kepada siswa dalam

mengumpulkan informasi keberhasilan belajar pada ranah tersebut.

Teknik ini menggunakan wawancara yang bersifat lisan sepihak,

berhadapan muka dengan tujuan hasil tes belajar yang telah ditentukan

sebelumnya.36 Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan,

peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur. Jenis wawancara ini

34
Ibid,hal.308
35
Sugiono, Op.,Cit, hal.308-310
36
Fajri Ismail, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri,
2016),hal.155.
46

bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka sehingga

peneliti dapat menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk

mengungkap pendapat dan ide dari informasi.

Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi

tentang penerapan kreativitas guru dalam mengelola kelas dalam proses

belajar mengajar di dalam kelas. Instrument yang digunakan berupa

rancangan pedoman wawancara (kerangka pertanyaan). Metode ini

digunakan untuk mengetahui secara langsung kreativitas guru dalam

mengelola kelas pada tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang.

2. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan terhadap objek (benda, peristiwa) diikuti dengan pencatatan

secara cermat. Observasi dilaksanakan dengan berpegang pada sejumlah

kriteria, diantaranya jenis data, indikator-indikator yang relevan,

prosedur perekaman data yang sesuai, dan kemungkinan pemanfaatan

data dalam analisis dan refleksi.37

Observasi ini mengamati dari dekat tentang kreativitas guru

dalam mengelola kelas pada tema 4, instrumen yang digunakan adalah

pencatatan observasi dan lembaran pengamatan. Observasi yang

digunakan sebagai pelengkap data yang diperoleh melalui studi

dokumentasi dan wawancara. Dalam observasi ini, peneliti berperan

37
Ridwan Abdullah Sani, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Refleksi Guru,
(Tangerang: Tsmart Printing, 2017), hal.71
47

sebagai partisipan observasi. Hasil observasi tersebut akan digunakan

sebagai pelengkap hasil studi dokumentasi, wawancara, dan observasi ini

dideskripsikan dan setelah itu dianalisa.

3. Metode Dokumentasi

Gottschalk juga menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi)

adalah proses pembuktian yang didasarkan pada atas jenis sumber

apapun, baik berisfat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.38

Dokumentasi ini seperti struktur organisasi, sarana prasarana, dan

prestasi-prestasi siswa. Instrumen yang digunakan berupa bagan bagan

organisasi dan tabel.

D. Teknik Analisis Data

Pada metode kualitatif peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif

dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dalam

penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskritifkan secara

menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama yang

menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan

informan. Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat transkip hasil

wawancara dengan cara menuliskan kata-kata yang sesuai dengan apa yang ada.

Setelah peneliti menulis hasil wawancara kedalam transkip, selanjutnya peneliti

38
Natalia Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen dalam Penelitian Kuantitatif”, Vol. XIII, No.2,
2014,hal.178.
48

membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai

dengan konteks penelitian.39

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data. Untuk melakukan analisis data, maka

diperlukan beberapa proses sebagai berikut :

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum

peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian ini yaitu kreativitas guru

dalam mengelola kelas pada tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang.

2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles and Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Miles and Huberman mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Untuk melakukan analisis di lapangan dengan menggunakan

model Miles and Huberman, maka diperlukan beberapa proses yaitu

sebagai berikut :
39
Aan Praboowo, dkk, Analisis pemanfaatan buku elektronik e-book, Vol.2, No.2, 2013, hal.5-6
49

a) Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b) Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

sejenisnya. Dengan melakukan penyajian data ini, maka akan

mempermudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

c) Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti


50

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan...,hal.336-341
51

Hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang,

peneliti akan memaparkan data-data yang diperoleh melalui metode observasi,

wawancara dan dokumentasi. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan

yang telah peneliti rumuskan pada Bab I, maka dalam data ini peneliti membagi

pemaparan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Bagaimana cara guru dalam mengelola kelas pada tema 4 kelas IV di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang?

b. Bagaimana peran guru untuk meningkatkan kreativitas dalam

mengelola kelas pada tema 4 di kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang?

c. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pengelolaan kelas pada Tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang?

Untuk lebih jelasnya dari tiga tersebut dijelaskan dalam penyajian

berikut yang sesuai dengan hasil data telah dikumpulkan dari lapangan.

1. Cara Guru dalam Mengelola Kelas pada Tema 4 Kelas IV di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

Pengelolaan kelas adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya,

namun dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Pengajaran

(Instruction) mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan

untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran menentukan (entry behavior)

peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya,

menilai dan sebagainya.


52

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang, diketahui bahwa cara guru dalam pengelolaan

kelas dapat dilihat dari tiga aspek yaitu perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi yang terdapat dalam pengelolaan kelas itu sendiri.

a. Aspek Perencanaan dalam Mengelola Kelas

Dalam pengelolaan kelas tentunya memiliki perencanaan dalam

pembelajaran dengan adanya perencanaan membantu guru untuk

mencapai tujuan dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran

pada merupakan suatu ide dari seorang guru dan dirancangnya

dengan menerapkan suatu ide tersebut dalam proses pembelajaran.

Gambar 4.1 Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I Wali Kelas IV


Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

Dalam mengelola kelas adalah suatu perencanaan yang dilakukan oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal dapat

terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil


53

wawancara peneliti dengan Wali kelas IV Ibu Wahyuni, S.Pd.I tentang cara

guru mengelola kelas dalam aspek perencanaan pada tema 4 kelas IV di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang, beliau menyatakan :

“Cara saya dalam mengelola kelas pastinya saya memiliki tujuan atau
rencana apa yang harus diajarkan dan perencanaan apa yang harus
disiapkan. Dalam perencanaan pembelajaran tentunya saya menyiapkan
RPP, metode, media dan cara menerapkan hal tersebut. Terutama RPP
karena RPP merupakan rencana pelaksaan pembelajaran yang harus
dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan sistematis dan
mencapai tujuan pembelajaran dan metode, media disesuaikan dengan
materi pembelajaran tetapi dalam proses pembelajaran tentunya
menggunakan metode belajar sambil bermain dan media yang ada di
sekitar”41
Guru juga harus menyusun rancangan perencanaan pembelajaran (RPP),

untuk hal itu rata-rata guru Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

telah menyusun perencanaan pembelajaran, bahkan telah tersusun di setiap

materi pembelajaran dari tema ke subtema dan ke pembelajaran. Pada wali

kelas IV yang saya teliti sudah menerapakan RPP saat mengajar dan pada

saat saya observasi sudah menerapkan tema 4 tentang Jenis-jenis perkerjaan

dalam tema 4 terdapat tiga subtema yang mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, IPA, IPS, PPKn, SBdP dalam setiap pembelajaran.

Penerapan RPP sudah dilaksanakan dengan baik di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang sesuai dengan indikator, tujuan, materi, dan penilaian

apa yang telah disusun dan sesuai dengan apa yang telah dibuat dalam proses

pembelajaran. Dalam penerapan RPP tentunya disetiap subtema memiliki materi

41
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I, sebagai wali kelas IV MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 22 November 2019
54

yang berbeda, disini selaku wali kelas IV Ibu Wahyuni, S.Pd.I sudah

menerapkan berbagai metode agar siswa tidak menoton dalam pembelajaran

dengan cara bermain sambil belajar, menggunakan berbagai metode, dan

memanfaatkan media yang ada di sekolah maupun di sekitar kelas.

b. Aspek Pelaksanaan Guru dalam Mengelola Kelas

Proses pelaksanaan pembelajaran dikelas tidak lepas dari apa yang telah

dirancang sebelumnya. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah untuk membantu

peserta didik mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Proses

pembelajaran yang dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti serta penutup jangan

sampai membuat peserta didik tertekan dan merasa takut dengan aktivitas di

kelas dan pembelajaran di kelas diharapkan dapat dijadikan sebagai penanaman

sikap peserta didik.

Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru mengenai

pelaksanaan pengajaran dalam mengelola kelas, menurut Ibu Munawwarah,

S.Ag selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy, beliau menyatakan

bahwa :

“Proses pelaksanaan pembelajaran dikelas tidak terlepas dari apa yang


telah dirancang sebelumnya. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah
untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi yang ada dalam
diri peserta didik. Proses pembelajaran yang dimulai dari pendahuluan,
kegiatan inti, serta penutup jangan sampai membuat peserta didik
tertekan dan merasa takut dengan aktivitas di kelas dan pembelajaran di
kelas diharapkan dapat dijadikan sebagai pemahaman sikap peserta
didik.”
55

Gambar 4.2
Wawancara dengan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy
Palembang

Bukan hanya itu saja, melaksanakan pembelajaran guru harus

menciptakan belajar yang kondusif, dalam hal ini yang dilakukan guru dalam

upaya menciptakan belajar yang kondusif dengan cara memahami kondisi siswa

dan juga materi yang akan dijabarkan, dengan itu guru dapat menciptakan

belajar yang kondusif. Untuk itu sebelum memulai pembelajaran guru

diharapkan telah memahami tentang materi dan metode yang akan digunakan,

serta urutan dalam pembelajaran juga harus dipahami agar bisa menciptakan

belajar yang kondusif.

Dalam pembelajaran guru juga menemukan kesulitan belajar peserta

didik. Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru, Sebagaimana yang

telah disampaikan oleh Ibu Vera Wali Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang, beliau mengatakan bahwa :

“Mengelola kelas juga harus memahami karakter peserta didik dengan


memperhatikan sikap, perilaku dan tutur kata siswa dan juga harus
memahami permasalahan di setiap individu dengan melakukan
pendekatan yang bersifat dari hati ke hati dengan cara melakukan
serangkaian langkah-langkah untuk memahami karakter peserta didik
56

serta memperhatikan peserta didik yang sudah paham dengan


pembelajaran atau yang kesulitan dalam pembelajaran.”42

Ga
mbar 4.3 Wawancara dengan Ibu Vera Wali Kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

Gambar 4.4 Wawancara dengan Topan Ali sebagai siswa kelas IV


Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

c. Aspek Evaluasi dalam Mengelola Kelas

Dalam tahap awal guru merancang dan menentukan aspek-aspek proses

dan hasil belajar yang sesuai dengan karakteristik. Cara yang dilakukan guru

menentukan aspek-aspek dan proses hasil belajar sesuai dengan tema dan

Wawancara dengan Ibu Vera, sebagai wali kelas III MI Mahad Islamy Palembang, tanggal 22
42

November 2019
57

subtema yang akan diajarkan. Yang dimana aspek-aspek tersebut diambil dari

proses pembelajaran, buku panduan, silabus serta RPP.

Selain itu juga, guru harus memahami prinsip-prinsip evaluasi.

Pemahaman yang dimiliki guru mengenai prinsip-prinsip evaluasi yaitu

bagaimana guru tersebut bisa mengetahui hasil belajar baik secara keseluruhan

ataupun berkesinambungan. Misalnya ketika keseluruhan maka dari awal

pembelajaran, proses pembelejaran hingga akhir pembelajaran atau evaluasi, dan

ketika berkesinambungan maka evaluasi hasil belajar dilaksnakan secara

berkesinambungan dari waktu ke waktu.

Sebagai guru profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan

pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaanya ia harus terlebih

dahulu menyakinkan pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus

pengelolaan kelas menjadi alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat

masalahnya. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh siswa kelas IV Tomi

Ali, menyampaikan bahwa :

“Cara guru kami dalam mengelola kelas yaitu dengan menggunakan


metode yang sesuai dengan pembelajaran atau tema disini juga kami
menggunakan media yaitu yang sering digunakan adalah buku cetak atau
buku tematik sesuai dengan tema, guru juga sering memberikan tugas
baik tugas kelompok maupun individu dan kami belajar sambil bermain
agar kami tidak mudah jenuh di dalam kelas.”43
Guru berperan sebagai acuan dalam menentukan pendekatan-pendekatan

yang sesuai saat proses pembelajaran berlangsung dengan mewujudkan situasi

dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mengembangkan

43
Wawancara dengan Tomi Ali, sebagai siswa kelas IV MI Mahad Islamy Palembang, pada
tanggal 25 November 2019
58

kemampuan optimalnya dan mempertahankan keadaan yang stabil dalam

suasana kelas.

2. Peran Guru untuk Meningkatkan Kreativitas dalam Mengelola Kelas

pada Tema 4 di Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang

Pada rumusan masalah yang kedua, tentang peran guru dalam

meningkatkan kreativitas dalam mengelola kelas pada tema 4 di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang. Kreativitas merupakan potensi yang

dimiliki seorang yang dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas yang

dimilikinya guru berperan sebagai komponen penting dalam proses

pembelajaran, oleh sebab itu memperbaiki kualitas harus difokuskan kepada

upaya memperbaiki kualitas guru dalam pembelajaran. Tugas guru dalam

pembelajaran merupakan perbuatan kompleks, yaitu secara integratif sejumlah

keterampilan untuk menyampaikan pesan pembelajaran dengan harapan kesan

pembelajaran dapat diterima peserta didik terjadi perubahan perilaku pada

dirinya.
59

Ga
mbar 4.5
Proses Pembelajaran di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Wali Kelas IV Ibu

Wahyuni, S.Pd.I beliau menyatakan bahwa perannya sebagai guru untuk

meningkatkan kreativitas dalam mengelola kelas pada tema 4 dengan berbagai

cara sesuai dengan kebutuhan peserta diidk dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan media yang ada di sekolah.

“Iya selaku ibu wali kelas IV mata pelajaran tematik cendrung membuat
siswa lebih aktif dari pada ibu, memahami peserta didik secara
mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan
kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan disini ibu
hanya berperan sebagai pendidik membantu agar siswa mudah mengerti
apa yang sudah dipelajari. Dengan itu ibu menyiapkan pembelajaran
dengan baik, media yang ada, dan berbagai metode dalam proses
pembelajaran sesuai dengan materi atau di setiap tema dalam
pembelajaran tematik. Dengan itu ibu untuk meningkatkan kreativitas
dalam pengelolaan kelas dengan menerapkan beberapa strategi
pembelajaran yang menarik, menggunakan alat peraga, buku siswa tema
4 dan buku guru tema 4, mengajak siswa menghafal, menganalisis
60

dengan menggunakan fasilitas yang ada disekolah agar tercapainya


tujuan pembelajaran.”44
Selain itu, seorang guru juga berperan harus memahami peserta didik

dengan memanfaatkan perkembangan kognitif. Dimana pada anak kelas IV

sudah termasuk kelas galongan tinggi yang sudah bisa berpikir logis, namun

akan lebih mudah mereka memahami dengan menggunakan fasilitas seperti

buku, media, dan metode belajar. Dengan demikian seorang guru memahami

peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya untuk membantu

seorang guru memahami peserta didik.

Setelah guru memahami perkembangan peserta didik melalui

perkembangan kognitifnya, maka guru akan menentukan apa saja yang

dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengajar. Sebelum memulai pembelajaran

seorang guru harus mempunyai bekal awal mengajar, hal tersebut bertujuan agar

pembelajaran lebih terarah dan membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif

dan menyenangkan agar membuat siswa tidak mudah bosan dalam proses

pembelajaran. Dengan demikian seorang guru bisa melihat bagaimana

pencapaian dalam memahami peserta didik secara mendalam.

Selanjutnya guru juga harus menyusun rancangan perencanaan

pembelajaran (RPP) dengan itu guru melakukan penerapan rancangan yang

dibuatnya, penerapan RPP dilaksanakan sesuai dengan tema 4 sesuai dengan

pembelajaran. Dengan menggunakan RPP memudahkan guru untuk

mengajar di kelas agar proses pembelajaran lebih teratur dan kondusif. Akan

44
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I, sebagai wali kelas IV MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 25 November 2019
61

tetapi, berdasarkan observasi di di kelas IV sepertinya kekurangan media dan

mereka hanya memanfaatkan buku guru dan buku siswa tanpa adanya media

yang mendukung suatu proses pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat Wali Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy diatas, menurut Ibu Munawwarah, S.Ag selaku Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy, beliau menyatakan bahwa :

“Hal yang utama dilakukan adalah menerapkan prosedur kelas guru


harus melakukan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar
misalnya membaca doa masuk dan keluar, menyiapkan prosedur
kelas contohnya penggunaan ruangan, perabotan, dan perlengkapan
dalam ruangan. Guru juga mengatur siswa dengan kehangatan atau
antusias, penataan ruangan kelas, pastikan guru tetap fokus,
mengantisipasi kondisi kelas, disiplin waktu, bersemangat dalam
pembelajaran, posisi berdiri ketika mengajar dan juga mengecek
fasilitas yang ada seperti papan tulis. Guru juga harus memahami
permasalahan yang ada di dalam kelas melihat siswa yang nakal dan
malas, siswa yang kurang perhatian terhadap minat belajar,
kelemahan emosional siswa yang kurang aman, fasilitas belajar
siswa yang tidak mampu membeli buku paket dengan itu guru harus
melakukan pendekatan kepada siswa, konsul secara pribadi dengan
cara memberi motivasi dan dorongan, menunjukkan sikap rama
kepada anak, siswa yang malas harus diperhatikan dan diberikan
motivasi dan untuk siswa yang nakal adalah siswa yang tidak
terkontrol dengan cara melakukan pendekatan secara terus
menerus.”45

45
Wawancara dengan Ibu Munawwarah, S.Ag, sebagai Kepala MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 6 November 2019
62

Gam
bar 4.6 Siswa Kelas IV Aktif dalam Mengikuti Proses
Pembelajaran

Sejalan dengan pendapat Wali Kelas IV dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy diatas saya juga mewawancarai Ibu Vera selaku Wali Kelas III,

beliau menyatakan bahwa :

“Peran guru dalam meningkatkan kreativitas dalam mengelola kelas guru


mampu mengelola seluruh kegiatan belajar mengajar dan meciptakan
kondisi belajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dan efisien dan
disini juga guru merupakan fasilitator, motivator, demostrator dan
mediator dalam pengelolaan kelas guru juga harus mengatur tata ruang
kelas seperti mengatur meja dan tempat duduk.”46

Wawancara dengan Ibu Vera, sebagai wali kelas III MI Mahad Islamy Palembang, tanggal 25
46

November 2019
63

Sebagai guru mengelola kelas mampu memimpin jalannya proses belajar

mengajar, menangani masalah atau hambatan yang terjadi selama proses

pembelajaran, berusaha memberikan fasilitas yang diperlukan siswa selama

proses belajar mengajar sehingga siswa mudah menerima materi secara optimal,

pengaturan tempat duduk yang nyaman untuk siswa yang memudahkan siswa

mengikuti proses pembelajaran, guru mampu membangkitkan semangat belajar

siswa misalnya dengan mengajak siswa belajar sambil bermain, guru juga harus

memperagakan penggunaan media dan alat yang digunakan dalam proses

pembelajaran dan guru mampu membangkitkan semangat belajar peserta didik

misalnya memberikan reward kepada peserta didik yang sudah bisa menjawab

dan membuat peserta didik yang lainnya semangat bertanya.

Gam
bar 4.7 Wawancara dengan Siswa Kelas IV

Sejalan dengan pendapat Wali Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy diatas, menurut Rena sebagai murid di kelas IV, menyatakan bahwa :

“Dalam proses pembelajaran Ibu Wahyuni selalu memberikan rasa


empatik terhadap kami, selalu memperhatikan misalnya dalam proses
pembelajaran kadang membuat tempat duduk kami perkelompok dengan
64

belajar sambil bermain, dengan itu membuat kami tidak mudah jenuh
dalam proses pembelajaran, selalu memberikan tepuk tangan setiap kami
benar menjawab pertanyaan dengan itu membuat kami giat untuk
menjawab pertanyaan ataupun bertanya.”47

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Kelas

pada Tema 4 Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang

Berdasarkan observasi dan wawancara dan observasi yang telah

dilakukan dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat dalam pengelolaan kelas baik dari dalam kelas maupun di luar

kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Munawwarah, S.Ag selaku

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang, beliau menyatakan

bahwa :

“Sebagai faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan kelas


terdapat dua yaitu kurikulum dan sarana prasarana kelas. Pertama
kurikulum 2013 ini sangat besar pengaruhnya terhadap pengelolaan kelas
dalam proses belajar mengajar yang berguna untuk rancangan
pembelajaran yang ditetapkan sebagai acuan dalam mengajar dengan
tujuan untuk membentuk pendidikan yang tepat dengan perkembangan
zaman. Sedangkan sarana dan prasarana kelas yang menunjang dapat
mendukung seseorang guru dalam mewujudkan kenerjanya secara
profesionalitas, karena sarana merupakan alat bantu seorang pendidik
dalam memberikan informasi atau sebagai alat tunjang dalam menambah
wawasan dan faktor penghambatnya terbagi menjadi faktor guru dan
faktor peserta didik dimana keduanya memiliki peranan sangat penting
untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran faktor guru dimana guru juga
bisa menjadi faktor penghambat dalam menciptakan suasana yang
nyaman dalam proses belajar mengajar. Sedangkan murid misalnya tidak
memperhatikan guru saat menjelaskan, menggangu temannya yang
sedang belajar, tidak membuat tugas atau pr, dan murid yang mempunyai
masalah.”48
47
Wawancara dengan Rena, sebagai murid kelas IV MI Mahad Islamy Palembang, tanggal 25
November 2019
48
Wawancara dengan Ibu Munawwarah, S.Ag, sebagai Kepala MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 6 November 2019
65

Sejalan dengan pendapat Ibu Munawwarah, S.Ag Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy diatas, menurut Ibu Wahyuni sebagai Wali Kelas

IV, menyatakan bahwa :

“Faktor pendukung dan penghambat menurut saya dalam pengelolaan


kelas terbagi menjadi dua yaitu murid dan guru. Murid merupakan unsur
kelas dan guru memiliki peranan yang penting untuk menentukan
kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid
dalam suatu kelas dan faktor penghambatnya yaitu faktor guru itu sendiri
dan siswa dan yang menjadi faktor pendukungnya adalah dengan adanya
kurikulum dan sarana prasarana yang membantu berjalannya proses
pembelajaran.”49

B. Pembahasan

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang di peroleh

dari wawancara, observasi dan dokumentasi maka selanjutnya peneliti akan

melakukan analisa data untuk menjelaskan lebih lanjut dari hasil penelitian.

Sesuai teknik analisa data yang dipilih oleh peneliti yaitu peneliti menggunakan

analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dengan menganalisa data yang telah

dikumpulkan selama mengadakan penelitian dengan lembaga yang terkait. Data

yang telah diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisa sesuai dengan

hasil penelitian yang mengaacu pada beberapa rumusan masalah diatas.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kreativitas guru dalam mengelola kelas

pada tema 4 kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang. Bahwa

pelaksanaan kreativitas guru mengelola kelas sudah dikatakn sudah baik jika

dilihat dari proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang.
49
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I, sebagai wali kelas IV MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 6 November 2019
66

Di bawah ini adalah hasil dari analisa peneliti tentang kreativitas guru

dalam mengelola kelas pada tema 4 di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang :

1. Cara Guru dalam Mengelola Kelas pada Tema 4 Kelas IV di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif

apabila diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang

terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar,

dikenal dengan masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan

dapat meursak iklim belajar mengajar, dikuasainya berbagai pendekatan

dalam pengelolaan kelas dan dikitahui pula kapan dan masalah mana suatu

pendekatan digunakan.

Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai

pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian

dianalisis, akibatnya secara sistematis diharapkan agar setiap guru akan

dapat mengelola proses belajar mengajar secara lebih baik. Kondisi yang

menguntungkan di dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi terjadinya

proses belajar mengajar yang efektif.50

Pada rumusan masalah pertama, cara guru mengelola kelas dilakukan

melalui berbagai macam cara. Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang merupakan salah satu sekolah yang ada di kecamatan Seberang

Ulu I yang terletak di Jalan Faqih Usman yang mudah diakses siswa dalam

menjalankan tugasnya sebagai pelajar, sekolah ini sudah menerapkan


50
Ahamad Rohani, Pengelolaan Kelas, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015), hal. 142-143
67

kurikulum 2013 dengan pembelajaran sudah menggunakan buku tematik

yang terdiri tema-tema, subtema dan pembelajaran.

Tujuan diterapkannya kurikulum 2013 memudahkan guru dan membuat

guru lebih kreatif dalam mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

mengikuti perkembangan zaman dan menjadikan siswa agar menjadi

generasi penerus bangsa yang baik dan cerdas di masa yang akan datang.

Cara saya dalam mengelola kelas pastinya saya memiliki tujuan atau rencana

apa yang harus diajarkan dan perencanaan apa yang harus disiapkan.

Dalam perencanaan pembelajaran tentunya saya menyiapkan RPP,

metode, media dan cara menerapkan hal tersebut. Terutama RPP karena RPP

merupakan rencana pelaksaan pembelajaran yang harus dibuat agar kegiatan

pembelajaran berjalan dengan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran

dan metode, media disesuaikan dengan materi pembelajaran tetapi dalam

proses pembelajaran tentunya menggunakan metode belajar sambil bermain

dan media yang ada di sekitar51

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan observasi di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang, cara guru kelas IV

mengelola kelas sudah diterapkannya perencanaan sebelum mengajar yaitu

dengan menyiapkan RPP, metode, media yang akan diterapkan dalam proses

pembelajaran. Pada penerapan RPP di kelas IV Tema 4 tentang Jenis-jenis

perkerjaan sudah sesuai denngan apa yang direncanakan dengan baik dengan

cara dalam proses pembelajaran.

51
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I, sebagai wali kelas IV MI Mahad Islamy Palembang,
Tanggal 22 November 2019
68

Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru sudah merancang

tujuan pembelajaran melalaui RPP juga menggambarkan berjalan proses

pembelajaran adanya indikator, tujuan pembelajaran pendahuluan, kegiatan

inti, penutup dan penilaian. Nilai-nilai yang dapat dikuatkan dalam RPP

seperti nilai religius, nasioanlisme, kemandirian, gotong royong, dan

integritas.

Selain RPP guru juga menyiapkan metode dan media yang akan dipakai

saat proses pembelajaran, tujuannya untuk mendorong siswa lebih aktif,

semangat belajar, dan tidak menoton dalam pembelajaran dengan

menerapakn metode belajar sambil bermain dan memanfaatkan media yang

ada di sekolah mauapun di sekitar.

Fasilitas yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang hanya menggunakan buku cetak yaitu buku guru dan buku siswa

saat saya melakukan observasi pertama. Jika adanya fasilitas lain akan

memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Misalnya, alat peraga dan

infokus dengan adanya fasilitas tersebut bisaa dimanfaatkan agar

pembelajaran lebih bervariasi, menarik agar di senangi anak-anak dan

pembelajaran lebih efektif dan efisien bertujuan membiasakan siswa dengan

teknologi dan akan tercapainya tujuan pembelajaran.

Sebagaimana yang diungkapkan Ibu Munawwarah, S.Ag selaku Kepala

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Hal yang utama dilakukan adalah

menerapkan prosedur kelas guru harus melakukan langkah-langkah dalam

kegiatan belajar mengajar misalnya membaca doa masuk dan keluar,


69

menyiapkan prosedur kelas contohnya penggunaan ruangan, perabotan, dan

perlengkapan dalam ruangan. Guru juga mengatur siswa dengan kehangatan

atau antusias, penataan ruangan kelas, pastikan guru tetap fokus,

mengantisipasi kondisi kelas, disiplin waktu, bersemangat dalam

pembelajaran, posisi berdiri ketika mengajar dan juga mengecek fasilitas

yang ada seperti papan tulis. Guru juga harus memahami permasalahan yang

ada di dalam kelas melihat siswa yang nakal dan malas, siswa yang kurang

perhatian terhadap minat belajar, kelemahan emosional siswa yang kurang

aman, fasilitas belajar siswa yang tidak mampu membeli buku paket dengan

itu guru harus melakukan pendekatan kepada siswa, konsul secara pribadi

dengan cara memberi motivasi dan dorongan, menunjukkan sikap rama

kepada anak, siswa yang malas harus diperhatikan dan diberikan motivasi

dan untuk siswa yang nakal adalah siswa yang tidak terkontrol dengan cara

melakukan pendekatan secara terus menerus.52

Dalam pelaksanaan pembelajaran dalam mengelola kelas di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang di Kelas IV sudah terlaksana dengan

baik. Dimana guru sudah menerapkan pelaksanaan pembelajaran sesuai apa

yang sudah dirancang sebelumnya. Langkah-langkah untuk mengajar

misalnya mengajak anak berdoa sebelum pelajaran di mulai,mengkondisikan

siswa, memotivasi anak dahulu sebelum belajar, bernyanyi sebelum belajar

mengecek kehadiran, menyiapkan buku cetak, penataan ruang kelas agar

52
Wawancara dengan Ibu Munawwarah, S.Ag, sebagai Kepala MI Mahad Islamy Palembang,
tanggal 6 November 2019
70

terlihat nyaman, mengatur siswa duduk atau posisi duduknya, mengecek

fasilitas seperti papan tulis dan lain sebagainya.

Selain itu guru juga mengadakan evaluasi dan mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh peserta didik. Berdasarkan observasi dan wawancara yang

dilakukan peneliti bahwa aspek yang dinilai sesuai dengan karakteristik

pembelajaran yang harus direncanakan dari awal sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Dan juga bentuk instrumen penilaiannya yang dipilih harus

sesuai dengan teknik penilainya, setelah teknik penilainya sudah ditentukan

dengan tepat, maka selanjutnya dapat dikembangkan menjadi instrumen

penilaian dari itulah selanjutnya didapatkan hasil sesuiai dengan tujuan yang

ditetapkan.

2. Peran Guru untuk Meningkatkan Kreativitas dalam Mengelola Kelas

pada Tema 4 di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang

Pada permasalahan kedua, tentang peran guru untuk meningkatkan

kreativitas dalam mengelola kelas pada tema 4. Guru menurut UU no. 14

Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Peran guru ialah sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, nasehat, pendorong kreativitas, evaluator bagi peserta

didik. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wahyuni selaku Wali Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang. Hal yang utama dilakukan


71

adalah menerapkan prosedur kelas guru harus melakukan langkah-langkah

dalam kegiatan belajar mengajar misalnya membaca doa masuk dan keluar,

menyiapkan prosedur kelas contohnya penggunaan ruangan, perabotan, dan

perlengkapan dalam ruangan. Guru juga mengatur siswa dengan kehangatan

atau antusias, penataan ruangan kelas, pastikan guru tetap fokus,

mengantisipasi kondisi kelas, disiplin waktu, bersemangat dalam

pembelajaran, posisi berdiri ketika mengajar dan juga mengecek fasilitas

yang ada seperti papan tulis.

Guru juga harus memahami permasalahan yang ada di dalam kelas

melihat siswa yang nakal dan malas, siswa yang kurang perhatian terhadap

minat belajar, kelemahan emosional siswa yang kurang aman, fasilitas

belajar siswa yang tidak mampu membeli buku paket dengan itu guru harus

melakukan pendekatan kepada siswa, konsul secara pribadi dengan cara

memberi motivasi dan dorongan, menunjukkan sikap ramah kepada anak,

siswa yang malas harus diperhatikan dan diberikan motivasi dan untuk siswa

yang nakal adalah siswa yang tidak terkontrol dengan cara melakukan

pendekatan secara terus menerus.53

Peran guru di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

guru mempunyai peranan bagi peserta didik dalam mencapai tujuannya.

Dengan menerapkan prosedur kelas setiap harinya contohnya penggunaan

ruangan, perabotan, dan perlengkapan dalam ruangan seperti meja guru dan

siswa. Selain itu sebagai guru harus memperhatikan kebutuhan siswa saat

53
Wawancara dengan ibu Munawwarah, S.Ag, Sebagai Kepala MI Mahad Islamy Palembang,
Tanggal 6 November 2019
72

belajar di dalam kelas dan membuat bahan ajar sesuai dengan kurikulum

kalaupun tidak atau sulit diperoleh maka membuat bahan ajar sendiri

referensinya bisa dari berbagai sumber baik pengelaman, pengetahuan

sendiri, dari guru lain, internet, buku, majalah, dan sebagainya disesuaikan

dengan karakteristik siswa.

Sebagaimana telah diungkapkan oleh Ibu Wahyuni sebagai Wali Kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang, Iya selaku ibu wali kelas

IV mata pelajaran tematik cendrung membuat siswa lebih aktif dari pada ibu,

memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran

termasuk memahami landasan kepentingan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran dan disini ibu hanya berperan sebagai pendidik membantu

agar siswa mudah mengerti apa yang sudah dipelajari. Dengan itu ibu

menyiapkan pembelajaran dengan baik, media yang ada, dan berbagai

metode dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi atau di setiap tema

dalam pembelajaran tematik. Dengan itu ibu untuk meningkatkan kreativitas

dalam pengelolaan kelas dengan menerapkan beberapa strategi pembelajaran

yang menarik, menggunakan alat peraga, buku siswa tema 4 dan buku guru

tema 4, mengajak siswa menghafal, menganalisis dengan menggunakan

fasilitas yang ada disekolah agar tercapainya tujuan pembelajaran.54

Selain itu, peran guru ialah memahami peserta didik secara mendalam

dan memberikan rasa empatik terhadap peserta didik dengan membiasakan

bersikap sopan dan mengajarkan berteman tanpa membeda-bedakan satu

54
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, sebagai Wali Kelas IV MI Mahad Islamy Palembang,
Tanggal 25 November 2019
73

sama lain. Dengan memahami peserta didik secara mendalam dapat

dilakukan dengan cara memperhatikan dan menganilisa sikap, perilaku, dan

tutur kata siswa. Ketiga indikasi tersebut dapat mengambarkan secara jelas

karakteristik sesungguhnya peserta didik, untuk itu seorang guru harus

secara seksama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik

dalam setiap aktivitas belajar. Dengan memahami peserta didik secara

mendalam guru juga dapat mengetahui potensi yang dimiliki peserta didik

berupa minat dan bakat.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti saat

melakukan penelitian di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang peran guru sudah sangat baik dan berjalan dengan baik guru

menggunakan media buku cetak saat belajar, mengajak siswa bermain

sambil belajar dengan menerapkan berbagai metode yang ada sesuai dengan

materi yang diajarkan. Selain itu juga guru melakukan penilaian atau

evaluasi dengan menilai siswa mulai dari aspek afektif menggunakan metode

observasi dapat dilihat dari perbuatan atau tingkah laku, kognitif

menggunakan laporan diri berasumsi bahwa pengetahuan siswa mudah

mengerti dalam proses pembelajaran,pemahaman setelah dijelaskan guru

melalui tes pertanyaan lisan, tertulis, ganda, uraian, jawaban singkat,

menjodohkan dan lain sebagainya dan psikomotoriknya menggunakan

observasi mengamati saat melakukan praktek di dalam kelas maupun di luar

kelas.
74

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Kelas

pada Tema 4 Kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang

Pada rumusan masalah yang ketiga, faktor pendukung dan penghambat

dalam pengelolaan kelas pada tema 4 Pada kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang yaitu : Faktor pendukung dalam mengelola kelas

pada tema 4 kelas IV memiliki dua macam yaitu berkaitan dengan

kurikulum, sarana dan prasarana yang ada dan faktor penghambat dalam

mengelola kelas pada tema 4 kelas IV terdapat tiga macam yaitu faktor guru,

faktor peserta didik, faktor keluarga.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Munawwarah, S.Ag selaku

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang bahwa Sebagai faktor

pendukung dan penghambat dalam pengelolaan kelas terdapat dua yaitu

kurikulum dan sarana prasarana kelas. Pertama kurikulum 2013 ini sangat

besar pengaruhnya terhadap pengelolaan kelas dalam proses belajar

mengajar yang berguna untuk rancangan pembelajaran yang ditetapkan

sebagai acuan dalam mengajar dengan tujuan untuk membentuk pendidikan

yang tepat dengan perkembangan zaman. Sedangkan sarana dan prasarana

kelas yang menunjang dapat mendukung seseorang guru dalam mewujudkan

kenerjanya secara profesionalitas, karena sarana merupakan alat bantu

seorang pendidik dalam memberikan informasi atau sebagai alat tunjang

dalam menambah wawasan dan faktor penghambatnya terbagi menjadi

faktor guru dan faktor peserta didik dimana keduanya memiliki peranan
75

sangat penting untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran faktor guru

dimana guru juga bisa menjadi faktor penghambat dalam menciptakan

suasana yang nyaman dalam proses belajar mengajar. Sedangkan murid

misalnya tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, menggangu temannya

yang sedang belajar, tidak membuat tugas atau pr, dan murid yang

mempunyai masalah.55

Selain itu yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

pengelolaan kelas sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Wahyuni sebagai Wali

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang bahwa faktor

pendukung dan penghambat menurut saya dalam pengelolaan kelas terbagi

menjadi dua yaitu murid dan guru. Murid merupakan unsur kelas dan guru

memiliki peranan yang penting untuk menentukan kedudukannya sebagai

pemimpin pendindikan diantara murid-murid dalam suatu kelas dan untuk

faktor penghambanya terbagi menjadi dua yaitu faktor keluarga dimana

tingkah laku peserta didik merupakan cerminan keadaan keluarganya

misalnya kebiasaan yang kurang baik, tidak patuh atau tidak disiplin,

kebebasan yang berlebihan, malas di dalam kelas dan faktor fasilitas

keterbatasan menggunakan fasilitas, media yang digunakan dalam

pembelajaran menjadi penghambat dalam mengelola kelas.56

55
Wawancara dengan Ibu Munawwarah, S.Ag, sebagai Kepala MI Mahad Islamy Palembang,
Tanggal 6 November 2019
56
Wawancara dengan Ibu Wahyuni, S.Pd.I, sebagai Wali Kelas IV MI Mahad Islamy
Palembang, Tanggal 6 November 2019
76

a) Faktor Pendukung dalam Mengelola Kelas Tema 4 kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

1) Kurikulum

Merujuk pada Undang-undang RI tentang Sistem

Pendidikan Nasioanal Nomor 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1

Ayat 19, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahkan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum terdiri dari beberapa komponen dari beberapa.

Poewati dan Amri mencatat bahwa secara umum ada empat

komponen kurikulum, yaitu :

(a) Tujuan yaitu arah atau sasaran yang hendak dituju oleh

proses penyelenggaraan pendidikan.

(b) Isi kurikulum yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid

disekolah. Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan

diorganisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang

diperoleh murid sesuai dengan tujuan.

(c) Metode proses belajar mengajar yaitu cara peserta didik

memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

(d) Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang

dituju dapat tercapai atau tidak.57

57
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Jakarta: Kencana, 2016), hal.121
77

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang sudah menerapkan kurikulum

2013 dengan baik untuk mencapai tujuan baik tujuan Kepala

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy maupun guru-guru yang

mengajar di setiap kelasnya. Semua kelas di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang sudah memakai kurikulum 2013 dengan

pembelajaran tematik, dengan kurikulum 2013 guru di Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang di kelas IV sebelum mengajar

guru sudah membuat rancangan pembelajaran dengan menyiapkan

RPP, metode, media yang akan digunakan sesuai dengan materi

pembelajaran. Dilihat dari kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang media yang digunakan saat pembelajaran adalah

buku cetak yaitu buku guru dan siswa.

Dalam proses pembelajaran disini siswa sudah lebih aktif

daripada guru dan disini guru memang membuat siswa lebih aktif

dengan cara menghapal, menganalisis, menanya, diskusi, dan

praktek.

2) Sarana dan Prasarana

Dari hasil observasi peneliti di kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang keadaan sarana dan

prasarana sudah cukup baik seperti tersedianya alat-alat

pengajaran, kelas yang bersih dapat membuat suasana kelas yang

nyaman, buku cetak seperti buku guru dan buku siswa, hiasan
78

dalam kelas seperti kaligrafi, atau gambar warna-warni, dan

tempat duduk yang rapi dan bervariasi.

Dari uraian di atas dapat diketahui kondisi kelas yang baik

dengan gambaran-gambaran yang menarik dan warna-warna

yang cerah serta pengaturan posisi tempat duduk yang bervariasi

atau berubah-ubah dan tidak kaku dapat membantu siswa tidak

merasa bosan, dan kelas yang sejuk tidak panas membuat siswa

nyaman berada di dalam kelas.

Tabel 4.1
Keadaan Sarana dan Prasarana Kelas IV di Madrasah
Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

Keadaan

No Sarana dan Prasarana Jumlah Baik Rusak

1 Meja dan kursi guru 1 


2 Meja siswa 20 
3 Kursi siswa 20 
4 Lemari buku 1 
5 Papan tulis 1 

Sarana dan prasarana kelas sangat diperlukan dalam mendukung proses

pembelajaran seperti: meja, kursi, papan tulis, mistar, buku tulis, pensil, dan

lain sebagainya. Karena dengan adanya sarana dann prasarana yang cukup

baik akan membantu mempermudah guru dalam pengelolaan kelas dan

pengeloaan pembelajaran. Administrasi kelas yang berjalan dengan baik

seperti absensi atau mengecek kehadiran siswa, memberikan tugas/ PR guna

menambah nilai siswa dengan itu pengelolaan kelas yang baik dan menarik
79

akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik, yang memungkinkan

terjadinya hasil yang baik pula dan meningkatkan mutu pendidikan secara

maksimal.

b) Faktor Penghambat dalam Mengelola Kelas Tema 4 Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang

1) Faktor Guru

Guru pun bisa menjadi faktor penghambat dalam

melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam

proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari

guru juga berupa tipe kepimpinan guru, format belajar mengajar

yang menoton, pengetahuan guru, pemahaman tentang peserta

didik.

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti pada kelas

IV di Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang guru sudah

berperan sangat baik dalam proses belajar mengajar sudah

menerapkan sikap empatik terhadap siswa dan hanya saja tipe

kepimpinan guru dalam mengelola kelas dalam proses belajar

mengajar kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif dan

agresif pada peserta didik dan kesulitan guru memahami tingkah

laku peserta didik dan latar belakangnya, mungkin karena tidak

tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang luas

batas kemampuannya dan guru juga harus mengetahui masalah

pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya


80

teoritis maupun pengalaman praktis. Guru juga perlu

mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan

membantu untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan kelas

dalam proses belajar mengajar.

2) Faktor Siswa

Di dalam kelas guru harus memperhatikan perbedaan

individual diantara siswa. Karena perbedaan-perbedaan itu

menyebabkan hasil belajar mereka berbeda-beda dan waktu yang

diperlukan untuk memahami pelajaran yang ditentukan akan

berbeda pula. Demikian pula halnya di Madrasah Ibtidaiyah

Mahad Islamy Palembang, menurut ibu Wahyuni, S.Pd.I selaku

wali kelas IV menjelaskan bahwa latar belakang keluarga sangat

dipegaruhi tingkah laku siswa disekolah. Anak yang didik dengan

disiplin terbiasa dengan datang tepat waktu, selalu mengejarkan

PR dan memakai atribut yang sekolah yang lengkap, serta selalu

memperhatikan pelajaran dengan baik di dalam kelas.

Pelaksanaan pengelolaan kelas di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang sudah diterapkan dengan baik seperti menyiapkan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru sudah menyusun Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menerapkannya saat proses pembelajaran.

Dengan RPP membantu guru agar mengelola kelas dengan baik dengan adanya

pedoman dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan,

inti dan penutup. Selain itu juga guru harus menyiapkan berbagai macam metode
81

agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan dan juga dalam proses

pembelajaran guru juga menerapkan rasa empatik kepada peserta didik dan

memperhatikan siswa saat proses pembelajaran dengan memahami karakter

siswa agar memudahkan guru untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang harus

disiapkan dalam proses pembelajaran.

Dalam menerapkan pembelajaran khususnya pembelajaran tematik pada

tema 4 dengan mengenal jenis-jenis perkerjaan yang sangat bermanfaat bagi

siswa untuk menambah pengetahuannya mengenai macam-macam perkerjaan.

Guru juga berperan dalam meningkatkan kreativitas juga sudah melakukan

berbagai cara seperti penggunaan metode, memahami karakter siswa mulai dari

sikap dan tutur katanya sebagai guru berperan sebagai mediator, fasilitator,

motivator bagi peserta didik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga mempunyai faktor

pendukung dan penghambat yang terjadi saat proses pembelajaran. Pada faktor

pendukung adalah kurikulum dan sarana prasarana yang ada di sekolah karena

kurikulum dan sarana prasarana sangat menjadi faktor pendukung agar dalam

pengelolaan kelas berjalan sesuai dengan tujuan yang menjadi dasar agar

pembelajaran lebih baik. Sedangkan faktor penghambatnya adalah guru dan

siswa itu sendiri, guru mengalami kesulitan untuk menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan dan siswa yang memiliki perbedaan karakter di setiap

orang dan membuat guru sulit untuk memahami karakter siswa tersebut dan

membutuhkan waktu untuk memahami karakter siswa.


82

BAB V
83

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan judul

Kreativitas Guru dalam Mengelola Kelas pada Tema 4 Kelas IV di

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy Palembang. Dapat diambil dari

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Cara guru dalam mengelola kelas pada tema 4 di kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasinya sudah berjalan dengan baik

sesuai dengan kurikulum yang sudah diterapkan seperti sudah

menggunakan RPP, metode, dan media dalam proses

pembelajaran di kelas.

2. Peran guru dalam meningkatkan kreativitas dalam mengelola

kelas di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang dilihat dari peran guru saat mengajar di kelas

sebagai mediator, fasilitator, motivator bagi peserta didik dan

guru juga mempunyai pedoman RPP mulai dari kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup. Di Madrasah Ibtidaiyah Mahad

Islamy Palembang guru mengajar dengan cara belajar sambil

dengan tujuan agar peserta didik tidak mudah jenuh saat di

dalam kelas. Hanya saja dalam proses pembelajaran


84

terbatasnya media yang dibutuhkan, tetapi disini guru

memanfaatkan media yang ada di sekolah dan di sekitar kelas.

3. Faktor pendukung dalam kreativitas guru dalam pengelolaan

kelas adalah faktor kurikulum dan sarana prasarana.

Sedangkan faktor penghambat dalam kreativitas guru dalam

pengelolaan kelas adalah faktor guru dan siswa.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran

sebagai berikut :

1. Kepada Kepala Madrasah agar selalu memperhatikan guru-

guru mengajar serta memberikan arahan juga kepada siswa

untuk belajar semakin rajin sehingga mendapatkan hasil

belajar dengan baik.

2. Kepada guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Mahad Islamy

Palembang untuk dapat memberikan pembelajaran yang

bervariasi dalam artian mempunyai kreativitas dalam

mengelola kelas sehingga dalam proses pembelajaran dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa dan dapat menciptakan

suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

3. Kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah khususnya siswa kelas IV

selalu berupaya semaksimal mungkin meningkatkan minat dan

motivasi belajar terutama dalam pembelajaran tematik dengan


85

pembelajaran yang menyenangkan dengan berbagai kreativitas

yang diciptakan saat pembelajaran di kelas.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian

yang lebih mendalam tentang kreativitas guru dalam

mengelola kelas dengan menemukan berbagai kreativitas yang

diberikan guru saat proses pembelajaran berlangsung seperti

dalam menerapkan metode, media dan cara guru mengelola

kelas.

Anda mungkin juga menyukai