Rangkuman Materi SKB
Rangkuman Materi SKB
- S (Situation) melaporkan situasi pasien, meliputi: nama pasien, umur, lokasi, masalah yang
ingin disampaikan, tanda-tanda vital pasien, kekhawatiran petugas terhadap kondisi pasien.
b. Penerima pesan Membacakan kembali instruksi lengkap tersebut kepada pemberi pesan
c. Pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesan dengan jawaban “Ya benar”
d. Pemberi pesan/ instruksi menanda tangani dan menulis tanggal dan jam penandatanganan
dalam kotak stempel KONFIRMASI dalam catatan perkembangan terintegrasi, dalam waktu 1 x
24 jam
4. Komunitas dll
a. strategi intervensi dalam keperawatan komunitas meliputi:
1. Dalam menggerakan masyarakat. Pembentukan kelompok dilakukan oleh masyarakat bersama
perawat. misalnya posbindu, kelompok tani lanjut usia, karang werdha.
2. Pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aktivitas yang dengan sengaja dirancang
untuk meningkatkan kesehatan atau mempelajari suatu masalah kesehatan.
3. Kemitraan (partnership). Konsep kemitraan bersifat terbuka, fleksibel dan mengutamakan
negosiasi serta menjadi bagian yang penting untuk difahami oleh setiap komponen yang
bekerjasama saling menguntungkan dalam bentuk kemitraan. Kemitraan dengan pihak lain
(Puskesmas, Dinas kesehatan, dan Balai pengobatan swasta,) serta sektor lain seperti Dinas
pertanian, Dinas sosial dan Pemerintah Kota. Kemitraan ini harus dapat meningkatkan partisipasi
aktif masyarakat dan mendukung keberhasilan program pembinaan kesehatan komunitas. Proses
kemitraan sebagai berikut: (1) Mencari mitra yang potensial dan diharapkan dapat terlibat dalam
masyarakat; (2) Mengundang mitra untuk mendiskusikan tugas, tanggungjawab, serta
kemungkinan risiko yang terjadi; (3) Pelaksanaan kemitraan, meliputi inisiasi untuk melakukan
tindakan bersama partner, bekerja sama dengan partner serta mengevaluasi bentuk kerja sama
secara keseluruhan.
4. Pemberdayaan masyarakat (empowerment). Strategi pemberdayaan merupakan strategi
penting yang harus digunakan karena berjalannya dan berkelanjutannya kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan bila masyarakat berdaya atau mampu melakukannya secara
mandiri. Pemberdayaan harus diawali dengan pendidikan kesehatan tentang masalah kesehatan
yang ada di daerah tersebut. Terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu model
pengembangan masyarakat (locality development), model perencanaan sosial (social planning),
dan model aksi sosial (social action).
b. Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas anda juga harus berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
3. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
c. Prioritas masalah dilakukan dengan mempertimbangkan empat kriteria yaitu;
1. Sifat masalah. diagnosa keperawatan keluarga dikategorikan menjadi diagnosa keperawatan
potensial diberi skor 1, diagnosa keperawatan resiko diberi skor 2 dan diagnosa keperawatan
aktual diberi skor 3.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, Pemberian skor pada kriteria ini dilakukan dengan
ketentuan bila kemungkinan masalah dapat diubah 3, sebagian maka diberi skor 2, sedangkan
bila kemungkinan masalah tidak dapat diubah, maka diberi skor 0.
3. Potensi masalah dapat dicegah, Pemberian skor dari kriteria ini yaitu skor 3 diberikan bila
potensi masalah untuk dicegah “tinggi”, skor 2 diberikan bila potensi masalah untuk dicegah
“cukup” dan skor 1 diberikan bila potensi masalah untuk dicegah “rendah”.
4. Menonjolnya masalah, Skor 2 diberikan bila masalah menonjol dan segera diatasi, skor 1
diberikan bila tidak perlu segera diatasi dan skor 0 diberikan bila masalah tidak dirasakan
keluarga.
5. Perawatan Luka
a. prinsip-prinsip perawatan luka:
1. Pembersihan & pencucian luka
a. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu
ditekan & digosok pelan2 menggunakan kasa steril atau kasa bersih yang dibasahi dengan
air steril atau NaCl 0,9%.
b. Luka basah (mudah berdarah) dibersihkan dengan teknik irigasi, yaitu di semprot
lembut dengan air steril atau NaCl.
2. Memilih pembalut Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit,
menyerap cairan yang berlebih, mencegah infeksi & membuang jaringan mati. Pembalut yang
dipakai disesuaikan dengan kondisi/keadaan luka. Contoh pembalut diantaranya:
a. Pembalut yang mengandung calsium alginate: berbahan rumput laut, menjadi gel jika
bercampur cairan luka, menyerap cairan luka, merangsang proses pembekuan darah,
mencegah kontaminasi bakteri pseudomonas. Hydarioactive gel dapat membantu proses
pelepasan jaringan mati
b. Hydariocoloid: mempertahankan kelembaban luka, menyerap cairan, menghindari
infeksi, bengkak atau mengalami infeksi
3. Tidak boleh membuat sebuah luka menjadi luka baru. Hindari tindakan menggaruk luka atau
kulit di sekitar luka.
4. Luka baru
a. Luka baru yang kotor dibersihkan dengan air & sabun & dikeringkan dengan kain
bersih atau kasa steril.
b. Bila luka dangkal & terdengan di bagian yang tidak bergerak dibiarkan terbuka agar
proses penyembuhan cepat
c. Bila luka bersih tidak usah pakai antiseptik atau salep antibiotik. Bila luka kotor
sebaiknya ditutup dengan kasa steril
d. Untuk mempercepat penyembuhan, luka operasi harus dijaga agar tidak terkena air
5. Luka Basah
a. Menghilangkan pus Membuka luka serta mengalirkan nanah. Untuk mengurangi
pembentukan nanah luka harus dibersihkan dengan cairan fisiologis dan apabila luka
basah bisa diganti balutan beberapa kali
b. Menjaga kelembaban luka
Mengganti balutan
Irigasi luka: menggunakan syringe 35 ml atau ukuran 19
Mengangkat Jahitan:
6. Hospitalisasi
Atraumatic care atau asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam
lingkungan oleh seseorang (personal) dengan melalui penggunaan intervensi yang
menghilangkan atau memperkecil distres psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak
dan keluarga mereka dalam sistem pelayanan kesehatan
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga maka anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurang kasih sayang sehingga gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak, diharapkan anak
mandiri dalam kehidupannya, anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal, serta pendidikan
terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.
c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering kali tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi,
relaksasi, imaginary.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak.
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak
e. Modifikasi lingkungan.
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga
anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
7. Case Finding
Pencarian kasus secara aktif ini ada dua macam :
a. Backward tracing (telusur kebelakang)
Tujuan utamanya adalah mencari sumber penularan. disini dikumpulkan data
tentang orang – orang yang pernah berhubungan dengan penderita sebelum penderita
tersebut jatuh sakit. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang reservoir penyakit,
masa inkubasi penyakit, cara penularan penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit
serta gejala – gejala khas penyakit yang sedang mewabah, dapat ditentukan sumber
penularan penyakit tersebut.
b. Forward tracing (telusur ke depan)
Tujuan utamanya mencari kasus baru. Disini dikulpulkan data tentang orang
– orang yang pernah berhubungan dengan penderita setelah penderita tersebut
terserang penyakit. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang masa inkubasi
penyakit, cara penularan penyakit, riwayat alamiah perjalanan penyakit serta gejala –
gejala khas penyakit yang sedang mewabah, dapat ditemukan kasus – kasus baru
penyakit tersebut.
c. Pasive Case Finding
Pada pencarian kasus yang pasif, pengumpulan data tentang masalah
kesehatan tidak dilakukan secara aktif, melainkan hanya menunggu penderita yang
dating berobat kesatu fasilitas kesehatan saja. Pencarian data hanya mengandalkan
laporan yang ada.
Contoh : Penjaringan tersangka TB paru dilaksanakan hanya pada penderita yang
berkunjung ke unit pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sehingga penderita yang
tidak datang masih menjadi sumber penularan yang potensial.
b. Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
1) Masa neonatal, umur 0-28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi
dua periode:
2) Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang
pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf.
c. Masa anak toddler (umur 1-3 tahun). Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun
dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi
ekskresi. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini.
d. Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun). Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil.
Aktivitas jasmani bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.
Pada masa ini selain lingkungan di dalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada lingkungan di
luar rumah.
e. Masa anak sekolah (6-12 tahun) Pada masa ini pertumbuhan dan pertambahan berat badan
mulai melambat. Tinggi badan bertambah sedikitnya 5 cm per tahun. Anak mulai masuk sekolah
dan mempunyai teman yang lebih banyak sehingga sosialisasinya lebih luas. Menunjukkan
kesukaan dalam berteman dan berkelompok dan bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin
yang sama tetapi mulai bercampur.
f. Masa anak usia remaja (12-18 tahun) Pada remaja awal pertumbuhan meningkat cepat dan
mencapai puncaknya. Karakteristik sekunder mulai tampak seperti perubahan suara pada anak
laki-laki dan pertumbuhan payudara pada anak perempuan. Pada usia remaja tengah,
pertumbuhan melambat pada anak perempuan. Pada usia ini identitas diri sangat penting
termasuk didalamnya citra diri dan citra tubuh. Mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan
jenis dan status emosi biasanya lebih stabil terutama pada usia remaja lanjut.
Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
dan berkembang secara umum digolongkan menjadi 3, yaitu:
a. Kebutuhan Fisik-Biomedik (asuh). Meliputi:
1) Pangan/gizi, yang merupakan kebutuhan terpenting.
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak secara teratur, pengobatan apabila sakit, dan sebagainya.
3) Papan/pemukiman yang layak.
4) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, hubungan
yang erat antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Kasih sayang dari orang
tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
c. Kebutuhan Stimulasi Mental (asah). Stimulasi mental merupakan cikal-bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental akan memupuk perkembangan
mental psikososial anak dalam hal kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,
moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
9. HAIs
1. Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infections (HAIs) ” apabila
memenuhi batasan/ kriteria sebagai berikut:
• Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
• Merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, setelah dirawat 3 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala
tersebut dan tidak dalam masa inkubasi.
• Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok
yang paling berisiko terjadinya HAIs
• HAIs adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke
rumah sakit atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit.
• HAIs adalah suatu infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal
dari alatalat medis, prosedur medis atau pemberian terapi.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
a. Conventional pathogens Penyebab penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya
kekebalan terhadap kuman tersebut, misalnyaStaphylococcus aureus, streptococcus,
salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya
tahan tubuh terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril,
misalnyapseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens Penyebab penyakit menyeluruh pada penderita dengan
daya tahan tubuh sangat menurun, misalnya mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
3. Jenis Risiko Infeksi Terkait Layanan Kesehatan “ Healthcare associaterd infections
(HAIs) Semua penderita rawat inap di rumah sakit berisiko untuk mendapatkan infeksi
dari pengobatan atau tindakan operatif yang diterimanya.
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
2) Infeksi aliran darah (IAD)
3) Infeksi saluran kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
4. Faktor risiko HAIs
1) Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita dengan penyakit
kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
• Kateter urine: meningkatkan infeksi saluran kemih (ISK)
• Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) “Surgical Site
Infection” (SSI)
• Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator associated
Pneumonia” (VAP)
• Kanula vena dan arteri: Plebitis
• Luka bakar dan trauma
4) Implantasi benda asing
• Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung
• “cerebrospinal fluid shunts”
• “valvular / vascular prostheses”
5) Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.
12. TAK
Terapi Aktifitas Kelompok Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada
sekelompok pasien dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
a. Manfaat TAK Secara umum terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
1) Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
Secara khusus tujuan terapi aktifitas kelompok adalah
1) Meningkatkan identitas diripasien .
2) Menyalurkan emosipasien secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu pasien didalam kehidupan
sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan pemecahannya.
b. Jenis Terapi Aktifitas Kelompok
1) TAK: Stimulasi Persepsi
a) Definisi: Terapi aktivitas kelompok (TAK): Stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan akivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok.
b) Tujuan TAK stimulasi persepsi Tujuan umum : pasien memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus yang diterimanya Tujuan
khususnya:
(1) Pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
(2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
c) Aktivitas dalam TAK terbagi dalam empat bagian
(1) Mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari yaitu: Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Stimulasi Persepsi yang dilakukan adalah: menonton televisi. membaca majalah/koran/artikel
dan melihat gambar.
(2) Stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan
Untuk TAK ini pasien yang mengikuti adalah pasien dengan halusinasi, dan pasien menarik diri
yang telah mengikuti TAKS, dan pasien dengan perilaku kekerasan.
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
• Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mengenal kekerasan yang bisa dilakukan
materi terapi ini meliputi penyebab, tAnda dan gejala, perilaku kekerasan; akibat perilaku
kekerasan.
• Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
• Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi
sosial asertif;
• Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui
kepatuhan minum obat;
• Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
ibadah.
(3) Stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan Aktivitas dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi :
mengenal halusinasi
2) Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi
Tujuan umum dari terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah meningkatkan kemampuan
sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien
b) Pasien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
c) Pasien dapat berlatih mematuhi peraturan
d) Pasien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain
e) Pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
f) Pasien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
g) Pasien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah
a) Pasien menarik diri yang cukup kooperatif
b) Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
c) Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain
d) Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat
e) Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
f) Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang
Tahapan terapi aktifitas kelompok (TAK) Terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4 fase
yaitu:
1) Fase Prakelompok: Fase ini dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan leader,
jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan serta media yang digunakan.
Jumlah anggota pada terapi kelompok biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10. Kriteria anggota yang da mengikuti terapi aktifitas kelompok adalah: sudah
terdiagnosa baik medis maupun keperawatan, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, serta tidak
terdiagnosa dengan waham.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditAndai dengan timbulnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran
baru. fase ini terbagi atas tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
a) Tahap orientasi Pada fase ini anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial
masingmasing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b) Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab
konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif
c) Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir
fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai
percaya diri dan kemandirian
4) Fase Terminasi
Fase ini ditAndai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir.
13. Manajemen
10. Pengorganisasian pelaksanaan pelayanan keperawatan
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan bahwa
pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi
pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di
tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan
sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana.
Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan
dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih
mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang
benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi staf Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.
Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang
berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu
ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu
memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan berada di tangan pimpinan.
Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Organisasi lini dan staf Merupakan pengembangan dari organisasi staf.
Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan
jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi
juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah
dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik.
Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan
kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya.
Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang biasa
dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini:
1. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh staf dibagi habis
sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar komunikasi baik dan
mendukung kegiatan srhari hari
3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara sukarela dan
optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan organisasi
2. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
3. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara perorangan dan
kelompok.
4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan struktur
organisasi yang baik
5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi.
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui
penyesuaian-penyesuaian yang penting.
2. Prinsip manajemen keperawatan
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf.
Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk
menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas,
tanggung jawab dan wewenang stafnya.
2. Pendelegasian, Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam
pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta
memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan
kemampuan terbatas
3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak
yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga
terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat
kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
1) membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan,
2) membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent),
3) melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan,
4) membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa
saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. pemanfaatan
waktu yang efektif dengan cara :
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan,
2) memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak mendesak/rutin,
4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan.
prinsip-prinsip manajemen tersebut.
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk
membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan
dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan .Dalam perencanaan, salah satu hal penting
yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya yang lain yang relevan.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu efektif
berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan
berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan
kegiatan perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur manajemen
memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang
dengan baik.
5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara
vertikal
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang
berbeda dari sebelumnya. Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan
prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani
2. Metode asuhan keperawatan:
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut
jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk
semua klien yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat
kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih
minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur
tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat
sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal
tersebut tetap bertahan sampai saat ini , khususnya di Indonesia. Contoh: Perawat A tugasnya
menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien.dan
Perawat C bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.
Supervisor secara terbuka menjelaskan tujuan supervisi bukan untuk mencari kesalahan
dan siap memberikan masukan dan arahan pada kegiatan supervisi pendokumentasian
asuhan keperawatan
Memberikan kesempatan pada staf mengungkapkan ide-ide dan permasalahan yang
dihadapi dalam pendokumentasian
3) Manggunakan teknik wawancara agar terjalin komunikasi dua arah
Supervisor melakukan supervisi dengan mengedepankan teknik diskusi. Artinya
supervisor siap memberikan arahan dan siap mendengarkan umpan balik dari staf yang
disupervisi
4) Mengumpulkana data secara terbuka dan obyektif (berdasarkan standar)
Supervisor menjelaskan setiap kegiatan supervisi pendokumentasian yang dilakukan
dan menggunakan format yang baku sehingga lebih obyektif
5) Menilai secara obyektif
6) Supervisor memberikan penilaian hasil supervisi berdasarkan format yang sudah
disosialisasikan dan memberikan kesempatan pada staf yang disupervisi memberikan
umpan balik terhadap hasil penilaian.
c. Tugas dan Tanggung jawab Supervisor
tugas penting yang harus dilakukan sebelum melakukan supervisi adalah
1. Merencanakan tugas sehari-hari
1) Pembagian tugas kerja
2) Perincian pengunaan waktu dam batas wewenang
2. Menggunakan wewenang dengan tepat
1) Bertindak efektif dan efisien dan mampu menganalisa masalah berkaitan dengan
kinerja pendokumentasian
2) Memimpin kelompok dengan kegiatan dan tujuan tertentu
3) Transformasi informasi baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan keatasan
yang meliputi : melaksanakan petunjuk, menyaring dan menyampaikan informasi bawahan
keatasan, merumuskan informasi atasan, mengusahakan hasil kerja maksimal sehingga kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan meningkat.
e. Kompetensi Supervisor Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang
harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi:
1. Knowledge Competencies, adalah kemampuan pengetahuan yang merupakan pintu masuk
seseorang untuk bekerja dengan baik. Seorang manager akan lebih sukses apabila dilandasi
dengan ilmu pengetahuan yang cukup.
2. Enterpreneurial Competencies, adalah kompetensi yang meliputi 2 bagian yaitu orientasi
efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah keinginan untuk mendapatkan dan
melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan dan menggabungkan semua sumber
daya yang ada. Produktif artinya memiliki inisiatif, menuliskan laporan, menyapa atau
menghubungi klien, memulai melakukan sesuatu.
3. Intelectual Competencies, meliputi 3 bagian penting yaitu: berfikir logis dengan mencari
penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan
dapat membedakan hal-hal di luar konsep; keterampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk
mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4. Sosio-emotional Competencies. Kompetensi ini meliputi 5 bagian penting yaitu: kepercayaan
diri, pengembangan, persepsi objektif, pengkajian diri akurat dan adaptasi stamina.
5. Interpersonal Competencies meliputi delapan bagian yaitu selain memiliki kepercayaan diri
yang kuat dan pengembangan lain, juga memiliki perhatian kepada dampak, kekuasaan satu sisi,
kekuasaan sosial, berpandangan positif dan mengelola proses kelompok.
LANGKAH SUPERVISI
1. Pra-supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder:
- Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
3. Pasca-Supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
b. Supervisor memberikan Feedback dan klarifikasi.
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam, bemafas dengan otot
tambahan)
Indikasi klinisnya:
Gagal nafas
Syok
Keracunan co
Tidal volume (VT ): jumlah udara yang diberikan pada pasien tiap napas (satuan: mL)
Minute ventilation (MVE): jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam 1 menit (satuan:
L/menit). Merupakan hasil perkalian tidal volume dan respiratory rate.
MV = Vt x RR
• Bila diketahui: RR = 15 x/min dan Vt 400 mL, maka MV = 15 x/min x 400 mL = 6000 mL/min
= 6 L/min
• Bila diketahui: MV = 6 L/min dan RR = 12 x/m, maka Vt = 6000 mL/min : 12 x/min = 500 mL
• Catatan:
– Vt : 8-10 mL/kg (pada ARDS : 6 ml/kg)
Mode Ventilator
Volume Control
• Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien, dengan target
flow (volume), inspirasi berakhir bila volume tidal tercapai
• Klinisi mengatur: frekuensi napas (RR), volume tidal, Ti, FiO2, PEEP
• Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur, setiap napas akan
memiliki Vt yang sama.
Pressure control
• Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien, dengan target
tekanan (pressure), inspirasi berakhir bila waktu inspirasi (Ti) tercukupi.
• Klinisi mengatur: frekuensi napas (RR), tekanan inspirasi (Pi), Ti, FiO2, PEEP
• Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur, setiap napas akan
memiliki Pi yang sama. Vt akan bervariasi tergantung resistance dan compliance
Pressure Support
• Semua napas di-trigger oleh pasien
• Aliran udara diberikan dengan target tekanan
• Setiap inspirasi di-akhiri dengan nilai flow inspirasi (flow cycle-off)
• Vt, Ti, dan RR ditentukan oleh pasien
• Harus diyakinkan bahwa upaya napas cukup
• Risiko hipoventilasi atau apnea
Alarm
• Pplateau < 30 cmH2O
• RR < 6 x/m > 30 x/m
• MV < 25 mL/kg > 125 mL/kg
• PEEP < 3 cmH20
Indikasi Weaning
• Penyakit dasar telah diobati dan membaik
• Fungsi respirasi
– RR < 35 x/m – FiO2 < 0.5, SaO2 > 90%, PEEP 5ml/kg
– Minute volume < 10 l/min
• Kardiovaskular stabil
• Cairan dan elektrolit cukup
Setting Dasar Ventilasi Mekanik
• Pressure : P Plateau < 30 mmHg
• Volume : 8 – 10 mL/kg
• Frekuensi : 10 – 16 x/m
• I:E ratio : 1 : 2 (Tinsp 1,0 – 1,5 detik)
• PEEP : 5 cmH2O (4 – 8 cmH2O)
• Trigger : -2 cmH2O