Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPNBM)
Tugas / Makalah ini kami selesaikan untuk memenuhi tugas Perencanaan Perpajakan
Disusun Oleh:
Dosen pengampuh :
PRODI AKUNTASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) ini dengan baik untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perencanaan Perpajakan.
Dalam penulisan jurnal ini, penulis menyampaikan banyak terimaksih yang
sebesarbesarnya kepada :
- Bapak dosen Pegampu : Hendrik Samosir, S.E., Ak., M.Ak. dan juga
- Teman teman yang juga membantu dalam mengerjakan makalah ini.
Dalam makalah ini, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca dalam meningkatakan
pemahaman tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPNBM). Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari segi
bahasa, penyusunan, maupun penulisan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
(Kelompok III)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
ISI.............................................................................................................................................................5
2.1 Landasan Teori...............................................................................................................................5
2.1.1 Definisi Pajak...........................................................................................................................5
2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN).......................................................................................................6
2.2.1 Dasar Hukum PPN....................................................................................................................6
2.2.2Pengertian Pajak Pertambahan Nilai........................................................................................6
2.2.3Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai.....................................................................................6
2.2.4 Subyek Pajak Pertambahan Nilai.............................................................................................7
2.2.5 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.............................................................................7
2.2.6 Tarif Pajak Pertambahan Nilai..........................................................................................8
2.2.7 Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPN...........................................................................9
2.3 Perencanaan Pajak.........................................................................................................................9
2.3.1 Motivasi Perencanaan Pajak..................................................................................................11
2.3.2 Langkah-Langkah dalam Tax Planning...................................................................................12
2.4 Kompensasi..................................................................................................................................14
2.5 Restitusi........................................................................................................................................15
2.6 Laporan Arus Kas..........................................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................................17
1.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................17
3.2 SARAN..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak
Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualandirasa sudah tidak relevan lagi
dengan perkembangan zaman. Dan banyak aspek-aspek yang terbuka celahnya sehingga dapat
menimbulkan penyelundupan yangtidak dapat teratasi. Selain itu, Pajak Penjualan mempunyai
beberapa kelemahanlainnya seperti, mempunyai bermacam-macam tarif yang menyulitkan para
Subjekdan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya, dan adanya pajak
berganda.Faktor-faktor inilah yang menyebabkan Pajak Penjualan mengalami perubahan
dariwaktu ke waktu.
Pemerintah pun menyadari akan kekurangan Pajak Penjualan tersebut, olehkarena itu
diadakanlah revisi secara berkala pada Pajak Penjualan itu sendirisehingga namanya dirubah
menjadi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN sendirimemiliki beberapa forte (kelebihan) yang
menutupi Pajak Penjualan pendahulunyatersebut. Di antaranya seperti, menghilangkan pajak
berganda, menggunakan tariftunggal, netral dalam persaingan dalam negeri, perdagangan
internasional, polakonsumsi dan juga dapat mendorong ekspor. Oleh karena itu, sebagai
akademisiyang bergerak di bidang Ekonomi yang suatu saat nanti, perlu untuk
mempelajarimateri perpajakan ini.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang
atau produsen sehingga mun$ul istilah Pengusaha &ena Pajak yang disingkat P&P. Dalam
perhitunganPPN yang harus disetor oleh P&P, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaranadalah PPN yang dipungut ketika P&P menjual produknya, sedangkan
pajak masukan adalah PPNyang dibayar ketika P&P membeli, memperoleh, atau membuat
produknya.Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari
Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi
memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum men$apai sasaran kebutuhan
pembangunan, antaralain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan
pemerataan pajak.
yang berlaku.
BAB II
ISI
2.1 Landasan Teori
Definisi pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 16Tahun 2009
sebagaimana tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengartikan pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan
Ada beberapa macam penyimpulan definisi menurut beberapa ahli yang dikutip
Undang-undangPajak Pertambahan Nilai telah beberapa kali diubah dan terakhir diubah
“ Pajak Pertambahan Nilai adalah “Pajak atas konsumsi barang dan jasa di
Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi”.
menyerahkan barang atau jasa sebagai yang membayar pajak, sedangkan pihak yang
2. Pajak objektif
Pajak Pertambahan Nilai sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif
tidak dipertimbangkan.
3. Multistage Tax
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan secara bertahap pada jalur produksi dan distribusi.
4. Nonkumulatif
Pajak Pertambahan Nilai tidak bersifat kumulatif walaupun PPN memiliki karakteristik
Menurut UU No.42 Tahun 2009 yang wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau
Dasar pengenaan pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah harga jual,
penggatian, nilai impor, nilai ekspor, nilai lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang. Dasar pengenaan pajak ada beberapa macam yaitu :
4. Harga jual
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
5. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena
Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang- undang dan
6. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif
PPN atas ekspor Barang Kena Pajak (BKP) adalah 0%.Pengenaan tarif 0% bukan berarti
pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Akan tetapi, Barang ekspor
tersebut yang telah dibayar, pajak masukannya dapat dikreditkan. Berikut contoh
PPN sebesar Rp 3.000.000 merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak
ABC, sedangkan bagi Pengusaha Kena Pajak XYZ PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
Sesuai UU No.42 Tahun 2009 pasal 15A pasal 1 dan 2 menyebutkan bahwa
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat dideteksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan.Pada Umumnya
Pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi terkait dengan konsekuensi potensi
pajak, pajak yang dapat mengifisiensikan jumlah pajak yang ditransfer ke Pemerintah.Tujuan
Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden)serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-Undang
maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya
berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham
1. Tax saving, yaitu upaya Wajib Pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan jalan menahan
diri untuk tidak membeli produk-produk yand ada Pajak Pertambahan Nilainya dengan
2. Tax avoidance, yaitu upaya Wajib Pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan
pajak atau upaya yang masih dalam kerangka ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Tax Evasion, yaitu upaya Wajib Pajak dengan penghindaran pajak terhutang secara ilegal
resiko (tax risk) yang berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak.
Karena itu, sebaiknya Wajib Pajak menghindari hal tersebut karena dapat sangat
merugikan
jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan
(accounting treatment).
suatu perencanaan pajak, namun semua itu bersumber dari adanya 3 (tiga) unsur
perpajakan yaitu :
Agar tidak mengganggu atau tidak memberatkan cashflow perusahaan, perlu adanya
perencanaan pajak yang baik agar bisa menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak apa
dan perlu
dana berapa sehingga dapat diketahui berapa penghasilan bersih setelah pajak
Dalam kenyataannya, tidak ada Undang-Undang yang mengatur setiap permasalahan dengan
sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal Pajak),
maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang-Undang itu
sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan
lain yang ingin dicapainya. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi Wajib Pajak
untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan perencanaan
Indonesia merupakan negara yang begitu luas dan begitu banyak penduduknya, dan sebagai
melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun
pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fiskus dengan Wajib Pajak dari
begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum
efektif
Tahap pertama dari proses tax planning adalah menganalisis komponen- komponen dari
laporan keuangan sehingga dapat diketahui apa saja yang mempengaruhi besarnya
pajak.
2. Memperkirakan Besarnya Pajak Terhutang
melihat, yang pertama jika rencana tersebut tidak dilaksanakan. Kedua, jika rencana
Suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tergantung dengan apa yang
kita lakukan, dan semua itu harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kadang suatu
pajak (tax saving) yang bisa diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena
Meskipun suatu rencana pajak sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu
mungkin terjadi, seorang manager akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari
adanya perubahan tersebut, dan saat bersamaan dapat mengambil kesempatan untuk
2.4 Kompensasi
Pengertian kompensasi ini adalah kelebihan pembayaran pajak tersebut tidak
diminta kembali oleh Wajib Pajak, melainkan diperhitungkan ke masa pajak PPN
berikutnya, hal ini telah diatur dalam pasal 9 ayat 4 UU PPN No. 42 Tahun 2009.
2.5 Restitusi
Pengertian restitusi adalah caraWajib Pajak untuk meminta kembali dan
mendapatkan cash inflow atas kelebihan pajak yang dibayar.Hal ini diatur dalam
pasal 9 ayat 4a UU PPN No.42 tahun 2009. Menutut Sukardji (2005: 305), sebab
a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
Pertambahan Nilai;
Tidak Berwujud
laporan arus kas agar dapat mengetahui jumlah arus kas yang masuk maupun yang keluar.
Definisi dari arus kas sendiri adalah “ Arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas “.
(IAI;2007.2.2). Menurut PSAK no.2 laporan arus kas adalah bagian dari suatu laporan
keuangan yang dihasilkan dalam suatu periode akuntansi yang merujuk pada arus kas masuk
dan keluar suatu perusahaan. Disamping itu, arus kas juga berguna sebagai bentuk
dihubungkan dengan laporan lainnya, laporan arus kas ini dapat memberikan informasi bagi
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih dan struktur keuangan
entitas tersebut. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas berguna sebagai
Menurut Kieso (2002:374), laporan arus kas terdiri dari beberapa kegiatan
Arus kas yang masuk dalam aktivitas operasi adalah perubahan arus
kas dari seluruh transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba usaha, seperti
Arus kas yang masuk dalam aktivitas dalam aktivitas investasi adalah perubahan kas
dari seluruh transaksi yang mempunyai pengaruh pada investasi dalam aktiva tidak
lancar atau jangka panjang, seperti membeli atau menjual investasi dalam bentuk
Arus kas yang masuk dalam aktivitas pembiayaan adalah perubahan kas dari seluruh
aktivitas yang melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta
termasuk dalam perolehan kas dari kreditor atas pembayaran kembali pinjaman dan
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan analisis pada penelitian yang berjudul Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) dapat disimpulkan :
1. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Daya Beli Konsumen, namun Pajak Penjualan atas Barang
Konsumen;
2. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya
Beli Konsumen;
1,01% terhadap Daya Beli Konsumen sedangkan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) berpengaruh sebesar 0,3660 atau 36,60% terhadap Daya Beli
Konsumen;
4. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh sebesar 37,6% terhadap Daya Beli
Konsumen (Y), sedangkan sisanya sebesar 62,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Mulyo. 2009. “Perpajakan Indonesia Seri PPN, PPnBM, dan PPh Badan, Teori dan Aplikasi”.
Edisi 2. Mitra Wacana Media.
Adelina, Rima. 2012. “Analisis Efektifitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Terhadap Pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik”. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Bhuono, Agung Nugroho. 2005 “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”.
Yogyakarta : ANDI.
http://repository.unair.ac.id/3418/5/5.%20BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585
http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-barang-mewah/
http:// populerkan.blogspot.com/2010/11/makalah-pajak-penghasilan.html