Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan perempuan terbagi dalam empat kurun waktu yaitu masa

kanak-kanak, remaja, reproduksi, dan pasca reproduksi. Termasuk dalam

pasca reproduksi adalah klimakterium (perimenopause), menopause, dan

pascamenopause. Keempat kurun waktu tersebut berlangsung secara

sekuental dan merupakan proses alamiah. Oleh karena itu tak seorang pun

dapat menghindar atau menyatakan tidak ingin melalui masa tersebut

(Sarwono, 2005, p.331).

Proses menuju tua merupakan peristiwa alamiah, tetapi dapat disertai

dengan keluhan-keluhan klinis yang mengganggu, apalagi bila disertai

dengan adanya misinformasi atau disinformasi. Adanya globalisasi yang

masuk, masuk pula budaya materialistik dan budaya yang mengagungkan

kecantikan serta kemudahan sehingga terjadi transformasi budaya yang

merugikan, termasuk dalam menanggapi masalah menopause (Sarwono,

2005, p.331). Secara semantik sebetulnya tidak ada masalah karena

menopause artinya “berhenti haid”. Yang menjadi masalah bagaimana

masyarakat mengartikan berhentinya haid itu. Apakah itu baik, buruk,

menyenangkan, mencemaskan, menggangu, atau tidak terhadap kesehatan,

kinerja, dan QOL. (Sarwono, 2005, p.336).

1
2

Menopause merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus

menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang di

hasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda

umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita

memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono, 2005, p.331). Kebanyakan

wanita mengalami perubahan ini antara usia 48 dan 52 tahun, beberapa yang

lain berhenti haid pada akhir 30-an atau awal 40-an, dan yang lain terus

mengalami haid hingga pertengahan 50-an (BKKBN, 2006).

Sindroma menopause banyak dialami perempuan hampir di seluruh

dunia, sekitar 70-80% perempuan Eropa, 60% di Amerika Serikat, 57% di

Malaysia, 18% di Cina, dan 10% di Jepang dan Indonesia. Perbedaan jumlah

tersebut disebabkan karena pola makan. Perempuan Eropa dan Amerika

mempunyai hormon estrogen yang lebih banyak daripada wanita Asia,

sehingga saat terjadi menopause estrogen menurun drastis, sehingga

menyebabkan tingginya sindroma menopause (Sri Kumalaningsih, 2008,

p.15).

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap

ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara.

Melalui pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan

salah satu pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang

untuk berperilaku sehat (Profil Kesehatan Indonesia, 2009, p.14).

Indikator pendidikan lainnya yang sejenis adalah Angka Melek

Huruf (AMH). Penggunaan AMH adalah untuk mengukur keberhasilan


3

program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di

Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah

bersekolah atau tamat SD, menunjukkann kemampuan penduduk suatu

wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, menunjukkan

kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka

melek huruf dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual.

Berdasarkan data BPS Indonesia pada tahun 2009, persentase terbesar

penduduk yang buta huruf berada dalam kelompok umur lebih dari 45 tahun

dengan persentase 18,58%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237,56 juta

jiwa dengan 118,04 juta orang perempuan. (Profil Kesehatan Indonesia 2009,

p.6). Tahun 2020 diperkirakan jumlah wanita yang hidup dalam usia

menopause adalah 30,3 juta orang (Sarwono, 2003). Menurut proyeksi

penduduk Indonesia tahun 2000-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah

perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 20,9 juta orang, dan tahun 2025

akan ada 60 juta perempuan yang mengalami menopause. (BKKBN, 2006).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RW 2 Kelurahan Tlogosari

Wetan diperoleh data jumlah wanita usia 45-55 tahun sebanyak 73 orang.

Rata-rata tingkat pendidikan di RW 2 adalah tamat SD. Mayoritas wanita di

RW 2 Kelurahan Tlogosari Wetan belum pernah mendapatkan informasi

tentang menopause, kalaupun ada yang tahu mereka mendapatkan informasi

dari keluarga, dan media massa. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan

sampel 10 orang ibu usia 45-55 tahun, yang diwawancarai tentang menopause
4

sebanyak 8 orang (80%) tidak mengetahui tentang menopause, dan 2 orang

(20%) mengetahui tentang menopause. Mayoritas ibu-ibu tersebut kurang

mengetahui tentang tanda-tanda dari menopause, bermasalah dengan gejala-

gejala fisik dari menopause, dan belum mengetahui cara mengatasi gejala-

gejala fisik yang ditimbulkan dari proses menopause itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang

menopause pada ibu usia 45-55 tahun di RW 2 Kelurahan Tlogosari Wetan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan ibu-ibu usia 45-55 tahun di RW

2 Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang, didapatkan

rata-rata tingkat pendidikan di RW 2 adalah tamat SD, mayoritas ibu belum

pernah mendapatkan informasi tentang menopause. Ibu-ibu menyatakan

kurang mengetahui tentang tanda-tanda dari menopause, bermasalah dengan

gejala-gejala fisik dari menopause, dan belum mengetahui cara mengatasi

gejala-gejala fisik yang ditimbulkan dari proses menopause.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pendidikan ibu

dengan pengetahuan tentang menopause pada ibu usia 45-55 tahun di RW 2

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang”


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan

pengetahuan tentang menopause pada ibu usia 45-55 tahun di RW 2

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat pendidikan ibu usia 45-55 tahun di RW 2

Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang

b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang menopause pada ibu

usia 45-55 tahun di RW 2 Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan

Pedurungan Semarang

c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan

tentang menopause pada ibu usia 45-55 tahun di RW 2 Kelurahan

Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan acuan memberikan asuhan terhadap ibu usia menopause

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas

wawasan mahasiswa tentang menopause dan dapat dijadikan sebagai

bahan penelitian selanjutnya.


6

3. Masyarakat

Menambah pengetahuan bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan

pada masa menopause.


7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Judul, Nama, Sasaran Variabel Jenis Hasil


Tahun Penelitian
Gambaran Ibu usia 40-50 Pengetahuan Deskriptif Mayoritas responden
Pengetahuan tentang tahun sebanyak tentang melalui memiliki tingkat
Menopause pada 55 orang Menopause survey dan pendidikan dasar (SD,
Wanita Pra wawancara SMP) sebanyak 45
Menopause di Desa dengan responden 81, 8%
GotPutuk Kecamatan menggunakan dengan tingkat
Ngawen Kabupaten pendekatan pengetahuan tentang
Blora tahun 2010. point time. menopause dalam
Chorina Putri .W kategori baik yaitu
sebanyak 31 responden
56,4%

Hubungan Tingkat Ibu usia 40-50 Variabel Analisis Adanya hubungan


Pengetahuan Ibu tahun sebanyak Independent: korelasional antara tingkat
dengan Sikap Ibu 90 orang pengetahuan dengan pengetahuan ibu dengan
Menghadapi tentang menggunakan sikap ibu menghadapi
Menopause di Desa menopause pendekatan masa menopause.
Slagi Kecamatan Variabel cross Responden yang
Mlonggo Kabupaten Dependent: sectional memiliki pengetahuan
Jepara 2008. Sikap kurang baik sebesar
Martha Sukarti menghadapi 43,33%, dan dengan
menopause tingkat pengetahuan baik
sebesar 56, 67% dan dari
sikap ibu didapatkan
36,7% responden
memiliki sikap negatif
terhadap masa
menopause dan 63, 3%
memiliki sikap positif
terhadap menopause

Hubungan Tingkat Ibu usia 45-49 Variabel Analitik Ada hubungan antara
Pengetahuan Tentang tahun sebanyak Independent: dengan tingkat pengetahuan
Menopause dengan 62 orang Tingkat metode tentang menopause
Tingkat Kecemasan pengetahuan pendekatan dengan tingkat
Menjelang tentang cross sectional kecemasan ibu saat
Menopause di Desa menopause menjelang menopause.
Krengseng Variabel Berdasarkan hasil
Kecamatan Dependent: kuesioner 61,2%
Gringsing Kabupaten Tingkat mempunyai tingkat
Batang 2009. kecemasan pengetahuan yang
Winda Teramisinta R ibu saat sedang dan tingkat
menjelang kecemasan ibu saat
menopause menjelang menopause
54, 8% mempunyai
tingkat kecemasan
dengan kategori cemas
8

berat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada lokasi
penelitian, sasaran dan variabel penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di RW 2
Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang. Sasaran penelitian
ini ditujukan pada ibu usia 45-55 tahun, dengan variabel independent adalah
tingkat pendidikan dan variabel dependentnya adalah pengetahuan tentang
menopause pada ibu usia 45-55 tahun.

Anda mungkin juga menyukai