Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PPKn

“PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”

Disusun Oleh:

INDRYANTI SYAM 50900121074


RIZKY AMALIAH BELLA 50900121070
YUSRIANTO 50900121042
NURAFIFAH 50900121063

KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI


UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anungrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam dan
menjadi anugrah bagi seluruh alam semesta.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Haeruddin, S.Pd., M.Pd selaku dosen PPKn
yang telah memberikan tugas ini untuk memperdalam ilmu dan wawasan kami. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak
kekurangan.

24 September 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2
C. TUJUAN ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT.......................................................................................... 3
B. SISTEM FILSAFAT..................................................................................................... 4
C. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT.................................................................................... 9
D. NILAI NILAI PANCASILA BERWUJUD DAN BERSIFAT FILSAFAT .............. 10
E. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ....................................................................... 11
F. KARAKTERISTIK FILSAFAT PANCASILA.......................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun
tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.
Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah
mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk
Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan.
Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan
kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit
manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul
masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu
kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social Paradoks antara kekuasaan
global dengan kekuasaan nasional ditambahkomplik internal seperti gambaran di atas,
mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati
diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun objektif, serta
terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam-
prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah
ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila
Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari luar dan
pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat
suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-
masing, yang berbeda dengan bangsa lain didunia. Inilah yang disebut sebagai local
genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan
local) bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesia
merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang
fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jawaban

1
atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa
ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-
nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan pengkajian
lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari kelima sila
pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian filsafat?
b. Bagaimana Sistem Filsafat?
c. Apa Aliran Aliran Filsafat?
d. Apa Nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filsafat?
e. Bagaimana Pancasila Sebagai Filsafat?
f. Apa Karakteristik Filsafat Pancasila?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian filsafat
b. Mengetahui Sistem Filsafat
c. Mengetahui Aliran Aliran Filsafat
d. Mengetahui Nilai-nilai Pancasila berwujud dan bersifat filsafat
e. Mengetahui Pancasila Sebagai Filsafat
f. Mengetahui Karakteristik Filsafat Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein” yang
artunya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan” atau “wisdom”.
Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya
hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan yang sebelumnya dibawah
naungan filsafat. Namun demikian jika kita membahasa pengertian filsafat dalam
hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan
antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat yang
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik, social, hukum,
bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu lainnya.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu
secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung us aha
mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untukpertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 - 496 SM). Dia
adalah seorang ahli piker dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan
hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian
filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf
itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
b. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan
titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari
bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan

3
alam sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan
bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan
filsafat dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan
filsafat sebagai pandangan hidup. Di samping itu, dikenal pula filsafat dalam arti
teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa
Indonesia Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan
konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,
sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah
berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan
kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar
filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.Pancasila pada
hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang
berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa
dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang
disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan
hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa
Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta
perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah
maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan
apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari

4
sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas
dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk
pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup
bagi bangsa Indonesia harusditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa
Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan
nilainilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh
masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan
bangsa sejak lahirnya. Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap
baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial
dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan
suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Jadi
nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai
utama yaitu : a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak,
dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan
ajaranajaran agama dalam kitab suci b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif
nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya
masyarkat (inti kesatuan adatistiadat yang baik) yang tersebar di seluruh
nusantara
2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

5
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,
fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu
kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila
3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis Isi sila-sila
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti,
setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila.
Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk
tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas
dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak
saling bertentangan. Kesatuan si;a-sila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia
sebagai pendukungdari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia
”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani,
sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi
berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan
suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.
4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang
digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal
urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-
sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya
dari silasila sebelumnya atau diatasnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang
kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan
suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya. Secara

6
ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu
: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus
selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan
demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai
dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu;
silakeempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat
rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk
pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi
dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal,
hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng
mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai
keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila
senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan
kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah
sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
dan berkeadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia
6. Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian pancasila sebagai
system filsafat. Pancasila sebagai system filsafat adalah pengungkapan.
Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup
hakikat pancasila sebagai suatu system pengetahuan. Pancasila sebagai

7
system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan
hidup “atau filsafat Negara republic Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan
pancasila. Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani
dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang
dominan. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi
yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti
kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar
adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada
manusia sendiri. Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat
kita bias menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,
mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta
gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
intelektual (Bagir, 2005). Menurut kamus Webster New World Dictionary,
kata scienceberasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara
bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil
dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau
kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan
makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11
observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk
menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam
bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui.
Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal
dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan
science (sains). Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau
sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani
yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti

8
teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang
membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology.
7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas
beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan
inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa
Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
C. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Aliran Materialisme
Mengajarkan bahwa haklkat realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup,
manusia ialah materi. Semua realitas ditentukan oleh materi (Ex: benda-
ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu sebab akibat
(kausalisme) yang bersifat objektif.
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme
Aliran idealisme atau spiritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit
manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia
sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan, karena ada akal budi dan
kesadaran rohani.

9
3. Aliran Realisme
Menggambarkan bahwa kedua aliran di atas, materialisme dan idealisme yang
bertentangan dan tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Realitas
adalah perpaduan antara benda (materi dan jasmaniah) dengan non materi
(spiritual, jiwa, dan rohaniah) khusus pada manusia tampak dalam gejala daya
pikir, cipta, dan budi.

D. NILAI NILAI PANCASILA BERWUJUD DAN BERSIFAT FILSAFAT

Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang


Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui
sila-sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila, kita mencari intinya. Setelah kita
mengetahui hakikat tersebut, selanjutnya kita mencari inti dan pokok-pokok yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berarti bahwa nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila itu dijadikan sebagai tuntutan dan pegangan dalam
mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia, dalam hubungannya dengan
Tuhan, masyarakat, dan alam semesta.
1. Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata
kehidupan bernegara, seperti yang diatur oleh UUD 1945.
2. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan uraian terinci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
3. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kebulatan yang utuh.
4. Jiwa pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamsi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
5. Berdasarkan penjelasan autentik, Undang-undang Dasar 1945 menciptakan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada
pasal-pasalnya.

10
6. Kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan pada
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
7. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia yang
belum tertampung dalam pembukaan dalam pembukaan UUD 1945 perlu
diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD1945.
8. Pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 melahirkan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan
dari jiwa Pancasila.
Secara filosofis, nilai Pancasila merupakan pandangan hidup yang diakui oleh
bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai pedoman bertingkah
laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, yang meliputi bidang ekonomi,
politik, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

E. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip norniatif yang berlaku bagi


NKRI dan bangsa Indonesia secara keseiuruhcm, namun filsafat Pancasila akan
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja di tujukan pada
bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya.manusia adalah
mahluk yang khas yaitu dilengkapi rasio dan kehendak bebas, maka etika atau
filsafat moral merupakan bagian yang penting. Wawasan filsafat meliputi
bidang-bidang penyelidikan yaitu:
1. Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes ialah teori tentang adanya keberadaan atau
eksistensL Menurut aristoteles, sebagai filsafat pertama, merupakan ilmu
yang menyelidiki hakekat sesuatu dan disamakan dengan metafisika.
Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib, seperti rohani
dan kehidupan sesudah kematian Dasar Ontologis/Antropologis sila-sila
Pancasila yaitu:
a. Menyangkut juga hakikat dasar sila-sila Pancasila, yaitu manusia
sebagai monopluralis.

11
b. Pancasila merupakan filsafat negara, adapun pendukung pokok negara
adalahrakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga
tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar
antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia.
c. Hal-hal mutlak manusia sebagai pendukung pokok Pancasila: susunan
kodrat,sifat kodrat dan kedudukan kodrat.
d. Sebab akibat: landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu,
rakyat dan adil adalah sebagai sebab, adapun negara adalah sebagai
akibat.

2. Aspek Epistimologi
Menurut Runes epistimologi adalah bidang atau cabang filsafat yang
menyelidiki asai, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistimologi menjadi sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya
pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi dapat dikatakan
ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu. Dasar Epistemologis sila-sila
Pancasila ialah:
a. Pancasila merupakan sistem pengetahuan yaitu pedoman Bangsa
Indonesia yang memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup.
b. Landasan praksis: sistem cita-cita dan keyakinan
c. Erat kaitannya dengan dasar ontologis, oleh karena itu
banguanan
epistemologinya yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia
Tiga persoalan niendasar dalam epistemologi: sumber pengetahuan
manusia, teori kebenaran manusia, dan watak pengetahuan manusia yaitu:
a. Sumber pengetahuan Pancasila: nilai-nilai yang ada pada diri
bangsa Indonesia sendiri.
b. Teori kebenaran: kebenaran rasio yang bersumber pada akal
manusia, kebenaran empiris, akal, rasa dan kehendak manusia.
c. Watak pengetahuan: tidak bebas nilai.

12
3. Aspek Aksiologi
Menurut Runes aksiologi berasal dari istiiah Yunani, axios yang
berarti nilai, manfaat, fikiran atau ilmu/teori. Menurut Prof Bramed,
aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang
menyelidiki:
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika.
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan.
c. Sosio-politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia dipeengaruhi oleh nilai alamiah dan jasmaniah (tanah
subur, udara bersih, air bersih, cahaya, dan panas matahari, tumbuh-
tumbuhan dan hewan demi kehidupan). Kemudian ada puia nilai
psikologis seperti berfikir, rasa, karsa, einta, estetika, etika, logika, dan
cita-eita bahkan ada pula nilai ketuhanan dan agama. Jadi bidang
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber,
nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakiki nilai termasuk estetika, etika,
ketuhanan dan agama.

F. KARAKTERISTIK FILSAFAT PANCASILA


Sebagai filsafat Pancasila memiliki karakerisik system filsafat tersendiri yang
berbed dengan system filsafat lainnya. Pertama, karakteristik filsafat Pancasila
yaitu bahwa sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan system yang utuh
dan bulat (integral sebagai suatu totalitas). Dengan kata lain, Pancasila dalam
sistematikanya bersifat integral saling menjiwai dan dijiwai satu sama lain. Kedua,
karakteriatik Pancasila bersifat horizontal dan vertical ( sila 1 adalah relasi vertical
antara manusia dengan Tuhannya, sila 2,3,4,5 meruakan relasi antara manusia yang
satu dengan yang lainnya dalam tata pergaulan hidup. Ketiga, Pancasila sebagai
suatu substansi merupakan yang berasal dari diri sendiri yang berada dalam diri
setiap manusia, teristimewa bagi manusia Indonesia. Keempat, Pancasila sebagai
suatu filsafat merupakan sebuah realita. Artinya, sebagai satu kenyataan kehidupan
bangsa Indonesia yang tumbuh,hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-
hari.

13
a. Filsafat Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan sebagai arah tujuan bangsa
maka sangat diperlukan falsafah hidup bangsa. Dengan pandangan hidup
bangsa ini suatu bangsa akan memandang segala permasalahan dan
memecahkannya dengan merujuk kepada filsafat Pancasila. Tanpa memiliki
suatu pandangan hidup maka sebuah bangsa akan terombang-ambing dalam
menghadapi segala persoalan bangsa ini baik dalamruang lingkup kecil maupun
besar. Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana harus memecahkan masalah baik
ekonomi,politik social,budaya dan agama. Dengan berpedoman pada
pandangan hidupnya sebuah bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai
pembangunan yang dicitacitakan. Pada akhirnya, pandangan hidup suatu bangsa
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa tersebut yang
digali berdasarkan suasana budaya, psikologis, agama. Filsafat pancasila adalah
hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah dipercaya serta
diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling dianggap benar,
adil, bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan
sebagai pandangan hidup dalam kegiatan praktis. Dalam pengertian lain, filsafat
Pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman atau
pandangan hidup bernegara, pada prinsipnya Pancasila sebagai filsafat yakni
perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi berkembang
menjadi produk filsafat (falsafah). Menyusul hal tersebut, filsafat Pancasila
berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap dan tingkah laku yang merupakan bentuk perbuatan dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk bangsa Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila memiliki sistem
nilai yang di dapat dari pengertian nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa
Indonesia. Dari unsur-unsur kebudayaan tersebut berakar dan mengalir
sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi hasil dari perenungan jiwa

14
mendalam yang dilakukan oleh para tokoh pendiri bangsa (Founding Father)
bangsa Indonesia dan merumuskannya ke dalam suatu sistem dasar negara, dari
situlah muncul Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara
c. Filsafat Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
d. Filsafat Pancasila sebagai Alat Pemersatu bangsa
e. Filsafat Pancasila sebagai Kepribadian bangsa

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat adalah
berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa
inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

16
DAFTAR PUSTAKA
Pigliucci, M. (2009, April 9). Philosophy never ends. Retrieved October 20,2020
from https://www.psychologytoday.com/us/blog/rationally-
speaking/200904/philosophy-never-ends

Veit, W. (2019, April 16). What is science? What is philosophy?. Retrieved October
20,2020 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/science-and-
philosophy/201904/what-is-science-what-is-philosophy

Mandailing, M. T. (2013). Mengenal Filsafat Lebih Dekat. Yogyakarta: UIN Suka


[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga] Press. Tersedia secara online juga
di: http://digilib.uin-suka.ac.id/33343/2/Muhammad%20Taufik%20-
%20Mengenal%20filsafat.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai