Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pengampu: Fadilah Sabri, S.T., M.Eng

Oleh:
Kelompok 2
Novitawati (170141273)
Rilia Ayuni (170141266)
Ferina Desiria (170141272)
Haznah Dwiana (170141279)
Bella Putri Agustiarasari (170141275)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah Nya.
Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad Saw. beserta para sahabat
yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan indahnya
iman.MakalahinidisusununtukmemenuhitugasmatakuliahKeterampilanMembacad
anMenulis.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Fadilah Sabri, S.T., M.Eng selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Bangka Belitung serta selaku Dosen Pengampu.
2. Bapak Romadhon, S.T., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Seluruh dosen dan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Bangka
Belitung.
4. Rekan-rekan kelompok yang telah membantu proses penyelesaian makalah.
Tentu saja dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kekurangan untuk
itu penulis mengharapkan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Pangkalanbaru, 8 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A.Latar Belakang........................................................................... 1
B.Rumusan Masalah...................................................................... 1
C.Tujuan Penulisan........................................................................ 2
D.Manfaat Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A.Agama........................................................................................ 3
B.Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 3
C.Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan..................................
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
A.Simpulan.................................................................................... 11
B.Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dipungkiri lagi bahwa pengetahuan merupakan sumber utama
peradaban suatu bangsa, maju dan tidaknya suatu bangsa bermula dari perhatian
bangsa tersebut terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini sudah dibuktikan oleh
berbagai peradaban dunia yang karena pemikiran tokoh-tokoh yang hidup pada
masanya, sehingga membuat bangsanya menjadi lebih maju dan berperadaban.
Maka, pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat vital yang harus mendapatkan
perhatian agar dapat mengantarkan kepada kehidupan yang yang lebih baik.
Apabila ditelisik, pengetahuan yang sedang berkembang akhir-akhir ini
merupakan produk Barat yang tentunya mempunyai orientasi yang jauh berbeda
dengan Islam. Sains cenderung menjadi otonom sehingga karenanya ia lebih
sering dipandang sebagi satu-satunya jalan menuju kebenaran, sehingga sebagai
akibatnya kita sering menghadapi benturan antara sains dan agama. Persoalannya
sains sebenarnya hanya berbicara tentang realitas obyektif tentang alam dan
manusia, padahal sesungguhnya agama berbicara tentang manusia seutuhnya yaitu
tubuh, ruh dan alam seluasnya (alam nyata dan alam gaib). Sebenarnya terdapat
titik temu antara keduanya.
Namun dalam perjalanan sejarahnya beberapa abad setelah renaisans,
revolusi sains diikuti revolusi industry dan revolusi informasi, pengetahuan ilmiah
kita tentang diri dan alam lingkungan kita telah berubah secara tajam, sayangnya
gambaran yang baru itu untuk banyak orang cenderung menegaskan gambaran
yang diberikan oleh agama-agama dunia yang manapun, karena itulah agama
makin ditinggalkan. Hal ini terjadi jika kita hanya melihat pada tataran permukaan
saja, padahal seharusnya kita melihat bahwa sebenarnya teologi hanyalah
merupakan konstruksi intelektual manusia yang mencoba memahami pesan-pesan
religius para nabi.
Dengan demikian, kita harus berani menghadapkan teologi dengan sains
dan membuat keduanya berkembang secara dialektis dan komplemen teruntuk
memecahkan permasalahan umat manusia yang ditimbulkan oleh penerapan sains
yang semakin maju itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, akan dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan mengenai agama ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana hubungan agama dan ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, diperoleh tujuan sebagai
berikut yaitu:
1. Mengetahui tentang penjelasan mengenai agama.
2. Mengetahui tentang penjelasan mengenai ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui tentang hubungan agama dan ilmu pengetahuan.

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan tersebut, diperoleh manfaat dari penulisan makalah
yaitu sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Memberikan bukti konkrit tentang isi dari makalah dan cara dosen dalam
mendidik, serta memberikan pertimbangan dan masukan kepada dosen dalam
meningkatkan cara mendidik sehingga motivasi belajar mahasiswa dapat tercapai
dengan baik.
2. Secara Praksis
a. Untuk Dosen
Makalah ini dapat dijadikan masukan untuk membimbing mahasiswa
dalam mengembangka nusaha-usaha belajar yang efektif dan efisien
b. Untuk Mahasiswa
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
meningkatka nmotivasi belajar mahasiswa serta dapat lebih membantu
mahasiswa dalam mempelajari materi untuk kepentingan ujian seperti
pelaksanaan UTS dan UAS serta penelitian lanjutan mengenai masalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agama
1. Pengertian Agama
Menurut Yusuf al-Qaradhawy (2000:15) agama merupakan seperangkat
pedoman atau petunjuk bagi setiap penganutnya. Sedangkan menurut Syamsul
Rijal (2004:82), ia mendefinisikan agama sebagai : tuntutan dan tatanan ilahiyah
yang diturunkan Allah melalui seorang rasul untuk umat manusia yang berakal
guna kemaslahatannya di duniadan akhirat. Fungsi agama salah satunya adalah
sebagai penyelamat akal.
Menurut Hasnah Nasution (2006:18) Agama berasal dari bahasa
Sansekerta yang dalam bahasa Indonesia berarti :peraturan. Disamping itu kata
Agama dalam bahasa Sansekerta itu asalnya terdiridari dua sukukata, yaitu suku
”a” yang berarti tidak, dan suku “Gama” yang berarti kacau. Jadi agama berarti:
“Tidak Kacau”.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa, apabila kita mengkaji ad-Din dalam
ayat-ayat Alquran, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa perkataan ad-Din
mengandung empat makna. Keempatnya saling berjalin-berkelin dan,tak dapat
dipisahkan antara makna yang satu dengan makna lain yang saling menjelaskan.
Sehingga, empat makna itu menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat. Makna
tersebut adalah :
Pertama, Ad-Din bermakna „kekuasaan Yang Maha Mutlak‟.Yaitu
kekuasaan Allah secara mutlak yang harus dipatuhidan ditaati oleh makhlukNya,
baik yang berada di langit maupun di bumu, sukarela maupun terpaksa. Firman
Allah Swt: “Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
Padahal kepadaNya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.” (QS. Ali Imran:83)
Kedua, Ad-Din berarti „penyerahan diri secara total dari pihak yang lemah
kepada pihak yang berkuasa mutlak‟ yakni supaya manusia menyembah secara
ikhlas dan murni kepada AllahSwt. Serta tunduk dan pasrah hanya kepadaNya.
Firman Allah swt: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama. dan aku diperintahkansupaya menjadi orang yang pertama-
tama berserah diri".(QS.Azzumar :11-12)
Ketiga, Ad-Din berarti Iman dan amal atau teori dan praktik dalam
pengawasan Yang Maha Kuasa.Allah swt.berfirman: “Kamu tidak menyembah
yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatuketeranganpun
tentang Nama-nama itu.keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Diatelah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yanglurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(QS. Yusuf: 40).
Keempat, Ad-Din berarti pengadilan, perhitungan amal baik dan buruk,
atau pertanggung jawaban amal seorang hamba kepada Tuhannya atau suatu vonis
hukum dari Allah untuk amalperbuatan hamba. Allah Swt. berfirman: “Dan
Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz Dzariyaat) Pengertian
ini meliputi akan segi-segi I‟tiqad (kepercayaan), budi pekerti (akhlaq) danama
shali (amal kebajikan). Dan memberi pengertian bahwa kepercayaan bathin yang
dianutseseorang tidak berguna baginya jika tidak disertai oleh amal-amal
kebajikan sebagaimana jugasebaliknya amal-amal kebajikan akan menjadi sia-sia
saja baginya bila tidak didasarkan ataskepercayaan bathin yang luhur dan murni.
2. Ruang Lingkup Agama
Menurut Syamsu Yusuf (2003:25) Secara garis besar ruang lingkup Islam
terbagi atas tiga bagian yaitu:
a. Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT), sebagaimana Firman
Allah: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu” (QS. Az Zariyat: 56). Selain itu firman Allah:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat danmenunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
b. Hubungan manusia dengan manusia, Seluruh konsep kemasyarakatan yang
ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara sesama manusia.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosadan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amatberat siksa-Nya.”
(QS. Al Maidah: 2).
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya, Alam raya
ini berwujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi diciptakan oleh Allah
dengan sengaja dan dengan hak. “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa
Sesungguhnya Allah telahmenciptakan langit dan bumi dengan hak?” (QS.
Ibrahim; 19).
3. Fungsi Agama
Menurut Smit dan Husto (2005:46) agama diperlukan dalam kehidupan
masyarakat. Adapun fungsi agama dalam kehidupan individu dan masyarakat
antara lain:
a. Fungsi Edukatif
Penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.
b. Fungsi Penyelamat
Keselamatan yang meliputi bidang luas adalah keselamatan yang diberikan
oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu
dunia dan akhirat.
c. Fungsi sebagai Perdamaian
Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntutan agama.
d. Fungsi Sosial Kontrol
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat
batin kepada tuntunan agama tersebut, baik secara pribadi maupun secara
kelompok.
e. Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan: Iman dan kepecayaan.
f. Fungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan keperibadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
kehidupan baru yang diterimanya berdasar ajaran agama yang dipeluknya itu
kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan
yang dianutnya.
g. Fungsi Kreatif
Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup
yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan
baru.
h. Fungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja yang
bersifat agama ukhrawi melainkan juga bersifat duniawi.

B. Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Kata “ilmu” dan “pengetahuan” atau “ilmu pengetahuan” dalam bahasa
Indonesia terkadang dipergunakan sebagai arti dari kata ‘ilm dalam bahasa Arab.
Sedangkan untuk kata ma’rifah dari bahasa Arab seringkali hanya diterjemahkan
sebagai “pengetahuan”. Dalam terjemahan yang menyangkut definisi, kata ‘ilm
diterjemahkan sebagai “ilmu” atau “ilmu pengetahuan” (science) sedangkan kata
ma’rifah sebagai “pengetahuan biasa’ atau singkatnya “pengetahuan”
(knowledge). Sementara secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman
tentang hakikat sesuatu. Ia juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya.
Sedangkan menurut Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud (2015: 15)
menyatakan pengetahuan (ilmu) dalam Islam adalah sampainya jiwa yang aktif
dan kreatif pada makna sesuatu yang bersumber dari Allah sehingga
menghasilkan kebenaran dan realitas melalui indera, akal maupun aktivitas ilmiah.
Menurut Pudjawidjana dan Notoatmodjo dalam Suriasumantri (2001: 35),
pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar
melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan
hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
Jadi dapat disimpulkan ilmu pengetahuan adalah pemahaman akan sesuatu
yang bersumber dari Allah melalui panca indera (segala sesuatu yang diketahui
yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu,
pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar,
merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak),
akal, dan aktivitas ilmiah.
2. Sumber Pengetahuan
Islam memandang sumber utama ilmua dalah Allah. Selanjutnya Allah
memberikan kekuatan-kekuatan-Nya kepada manusia. Menurut Izzatur Rusuli
dan Zakiul Fuady M. Daud (2015: 15) ada pun sumber urutan pengetahuan yaitu:

Allah dzat yang alim

ayat-ayat kauniyah ayat-ayat qur’aniyah

interprestasi manusia

ilmu pengetahuan

Dengan uraian bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui


(al-‘Alim) (QS. Saba’:1-2, QS. Al-Taghabun: 4, QS. Al-A’raf: 88-89, QS. Al-
Mujadilah: 7) sehingga ilmunya tak terhingga banyaknya (QS. Al-Kahfi:109).
Diantara kesekian banyak ilmu-Nya, ada yang diberikan kepada manusia, akan
tetapi hanya sebagian kecil saja yang dibeberkan melalui ayat-ayat Qur’aniyah
(QS. Al-Isra’:85) dan ayat-ayat kauniyah (QS. Al-An’am: 38) (Muhaimin &
Mujib, 1993: 83). Kedua ayat tersebut memberikan motivasi pengarahan yang
dapat diinterpretasikan oleh manusia dengan kemampuan yang dimilikinya
dalam bentuk ilmu pengetahuan.
Menurut Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud (2015: 15) menyatakan
sumber pengetahuan dalam Islam menjadi dua, yaitu (1) sumber Ilahi, berupa
wahyu atau berita yang benar (al-khabar al-shadiq), yang terdiri dari al-Qur’an
dan al-Sunah serta intuisi (ilham); (2) sumber insani yang terdiri dari akal pikiran
yang sehat (al-’aql al-salim); dan panca indera (al-hawwas al-khamsah).
Menurut Suriasumantri (2010: 50) pada dasarnya manusia menggunakan
dua cara dalam memperoleh pengetahuan yang benar, pertama melalui rasio dan
kedua melalui pengalaman. Paham yang pertama disebut sebagai rasionalisme
sedangkan paham yang kedua disebut dengan empirisme. Menurut Akhyar Yusuf
Lubis (2011: 41) rasionalisme adalah sebuah paham yang menekankan pikiran
sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi penentu
kebenaran. Menurut Suriasumantri (2010: 51) adapun cara kerja rasio adalah
melalui berfikir deduktif, menurutnya bahwa manusia awalnya mengetahui segala
sesatu itu bersifat apriori,yang prinsip-prinsipnya sudah ada sebelum manusia
berusaha memikirkannya, karenanya bukanlah ciptaan pikiran manusia.
Sedangkan empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman
indrawi adalah satu-satunya sumber dan penjamin kepastian kebenaran.Adapun
metode yang digunakan adalah pengamatan induktif. Seperti besi jika dipanaskan
akan memuai, demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan membuahkan
pengetahuan.
Menurut Amsal Bakhtiar (2011: 107) selain dua hal di atas ada sumber
pengetahuan lain yaitu Intuisi dan wahyu. Intuisi intuisi merupakan evolusi
pengalaman tertinggi manusia di mana menitik beratkan pada pengetahuan yang
langsung yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Sedangkan wahyu
adalah pengetahuan yang diterima para utusan Tuhan tanpa upaya dan usaha yang
payah. Pengetahuan mereka atas kehendak Tuhan, Tuhan mensucikan jiwa
mereka untuk memperoleh kebenaran.
3. Batas Pengetahuan
Persoalan pengetahuan tidak sebatas yang dikaji oleh epistimologi dan
ilmu pengetahuan.Ada dua cabang filsafat lainnya yang masih berada di wilayah
pengetahuan dalam sistematika filsafat, yakni logika dan metodologi.
Logika merupakan cabang filsafat yang memusatkan kajiannya pada
problema formal spesifik keteraturan penalaran. Hubungan logika dengan filsafat
pengetahuan terletak pada konteks penemuan ilmu pengetahuan dan konteks
pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan. Keduanya memerlukan ketertiban
penalaran untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, dan logika yang digunkan adalah
logika induksi dan deduksi.
Menurut Akhyar Yusuf Lubis (2011: 18) Sedangkan metodologi
mempunyai kajian berupa langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah. Cabang ini muncul karena kompleksitas problematika seputar metode
memerlukan penelaahan filosofis, kritis dan mendalam. Logika mengatur tertib
nalar dalam mendapatkan pengetahuan yang ilmiah sedangkan metodologi
berurusan dengan langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Ilmu membatasi penjelajahannya pada pengalaman manusia, karenanya
ilmu memulai pada penjelajahan pada pengalaman manusia itu sendiri dan
berhenti pada pengalaman dalam artian kemampuan berfikir manusia tersebut, dan
itu lah batas ilmu. Diluar itu maka bukan dari batasan ilmu. Juga ilmu hanya
berwenang dalam menetukan benar dan salahnya sesuatu, tentang baik dan buruk,
indah dan jelek semua kembali pada sumber moral dan estetika (Suriasumantri,
2010: 91).
4. Kebenaran Pengetahuan
Berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang telah disebutkan,
kebenaran suatu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi tiga (Arif dalam
Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud, 2015: 16), yaitu: Pertama, yang sudah
jelas otensitasnya, takdir agukan atau dipersoalkan lagi sumbernya maupun
makna serta maksudnya. Contohnya tentu saja al-Qur’an. Ia dzabit secara qat’I
sebab telah diakui, dibuktikan dan dipastikan kemutawatirannya. Dan sudah
menjadi kesepakatan umum bahwa kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran yang
mutlak.
Kedua, yang sudah dibuktikan keaslian dan kebenaran sumbernya namun
belum atau tidak dapat dipastikan makna dan maksud yang dikandungnya.
Contohnya sunah Nabi saw. yang mutawatir yang berimplikasi ganda atau
bahkan lebih. Ketiga, yang bukan hanya otensitas dan kebenaran sumbernya
masih dipersoalkan, tetapi juga makna dan maksudnya pun masih
diperdebatkan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua pengetahuan
yang datangnya selain dari yang di atas, yaitu pengetahuan yang bersumber dari
manusia; akal (rasio) dan panca indera.
Akan tetapi, kebenaran yang datangnya dari akal yang sehat memiliki
tingkatan yang lebih tinggi daripada kebenaran yang datangnya dari panca indera
manusia. Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh panca indera
itu sendiri yang tidak bisa menjangkau di luar batas kemampuannya.

C. Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan


Ada empat tipologi hubungan sains dan agama menurut Ian G. Barbour
dalam TsurayaSyarif Zain (2017: 35):
1. Konflik
Dalam tipologi konflik antara agama dan ilmu saling bertentangan,
keduanya saling memaksakan kebenarannya masing-masing. Salah satu contoh
peristiwa sejarah yang menunjukan hubungan konflik antara ilmu dan agama
adalah peristiwa pengadilan Galileo pada tahun 1633. Pada saat itu menggunakan
teori Copernicus, Galileo menegaskan bahwa Matahari menjadi pusat dan Bumi
beserta planet-planet lain berputar mengelilingi Matahari. Teori ini bertentangan
dengan apa yang dikatakan dalam Kitab Suci. Karena teori ini bertentangan
dengan Kitab Suci maka Galileo dihukum. Jika digambarkan hubungan
pertentangan itu sebagai berikut:

Agama Ilmu

Agama berkuasa
Ilmu Agama

Ilmu berkuasa
2. Independensi
Dalam tipologi independen agama dan ilmu tidak memiliki hubungan
namun tidak mengalami konflik karena keduanya bersifat independen. Agama
tidak bergantung pada ilmu dan ilmu juga tidak bergantung pada agama. Tipologi
independensi memisahkan agama dan ilmu dalam tiga hal:
a. Masalah yang ditelaah
b. Bidang yangdirujuk
c. Metode yang digunakan

Agama Ilmu

3. Dialog
Dalam tipologi ini antara ilmu dan agama berdialog. Sadar atau tidak sadar
agama telah menjadi inspirasi bagi perkembangan ilmu di Barat, dan ilmu juga
telah menjadi inspirasi bagi pemikiran-pemikiran teologis. Model ini mencegah
peleburan, konflik dan pemisahan yang tegas antara ilmu dan agama. Model ini
menekankan dialog yang saling mempengaruhi antara ilmu dan agama.

Agama Ilmu

4. Integrasi
Integrasi dibedakan menjad reintegras idanunity. Reintegrasi berate
penyatuan kembali antara ilmu dan agama yang sudah terpisah. Unity berarti ilmu
dan agama merupakan kesatuan primordial, kebenaran ilmu dan agama adalah
satu namun berbeda dalam ruang lingkup pembahasan.

Agama Ilmu

Dalam perkembangannya, pengembangan ilmu pengatahuan empiris


(sains) dan ilmu agama oleh masing- masing ahlinya ditemukan hubungan antara
keduanya bersifat dikotomis, dialogis, paralel, harmonis, bahkan konflik atau
integrasi. Kesemuan yaitu sangat tergantung pada sikap dan kedalaman suatu
paradigma yang digunakan. Jika pengembangan suatu ilmu itu rigid dan tidak
menoleh kearah ilmu yang lain, tidak saling tegur sapa, maka hubungan keduanya
akan cenderung bersifat kaku dan dikotomis. Tetapi jika pengembangan keduanya
dapat saling tegur sapa, saling memahami, maka akan terjadi bentuk dialog,
paralel, dan harmoni, bahkan integrasi (Wasim dalam Hidayatulloh, 2016: 903).
Ada tiga pola pendekatan yang melahirkan model hubungan antara ilmu
dan agama, yaitu: model single entity, model isolated entities, model
interconnected entities. Pertama, model single entity, dalam arti pengetahuan
agama berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan metodologi yang digunakan oleh
ilmu lain, dan sebaliknya. Kedua, model isolated entities, dalam arti masing-
masing rumpun ilmu berdiri sendiri, tahu keberadaan rumpun ilmu yang lain
tetapi tidak bersetuhan, tidak tegur sapa secara metodologis. Ketiga,model
interconnected entities, dalam arti masing-masing sadar akan keterbatasanny
adalam memecahkan persoalan manusia, lalu menjalin kerjasama setidaknya
dalam hal yang menyentuh persoalan pendekatan (approach), metode berpikir,
dan penelitian (process and procedire) (Abdullah dalam Hidayatulloh, 2016:
903).

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu penetahuan adalah pemahaman akan sesuatu yan bersumber ari Allah
melalui panca indera, yan diperoleh dari persentuhn panca indera terhadap objek
tertentu, pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan dan berfikir yang menjadi dasar manusia menjadi bersikap
atau bertindak.
Sumber pengetahuan di dalam agama islam dibagi menjadi 2 yaitu sumber
illahi berupa wahyu atau berita yang benar (Al-Khabar, Al-Shadiq), yang terdiri
dari Al Quran dan Sunah serta intuisi (ilham), yang kedua sumber insani yang
terdiri yang terdiri dari akal pikoran yang sehat (Al-aql Al-Salim) dan panca
indera (Al Hawwas Al-Khamsah).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan
baik dari isi dan cara penulisan. Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis
megharapkan kritik dan saran dari pembaca atau pihak yang menggunakan
makalah ini. Dengan kerendahan hati penulis mohon maaf apabila banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dengan senang hati kritik dan saran
dari berbagai pihak menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Yusuf Lubis, 2011, Pengantar Filsafat Pengetahuan, Depok: Penerbit
Koekoesan.

Bahktiar Amtsal, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Grafindo Persada .

Hasnah Nasution. 2006. Filsafat Agama. Medan: Istiqomah Mulya Press.

Hidayatulloh. 2016. ‘Relasi Ilmu Pengetahuan dan Agama’, Proceeding of


ICECRS, 1, hlm. 902-903.

Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud.2015, ‘IlmuPengetahuan Dari John


Locke Ke Al-Attas’.Jurnal Pencerahan, 9 (1) hal. 12-22.

Smit dan Husto. 2015.Agama-Agama Manusia. Jakarta: PT. Serambi Ilmu


Semesta.

Suriasumantri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 2010), hal 50.

Syamsu Yusuf. Psikologi Belajar Agama. Bandung:Pustaka Bani Qurais.

Syamsul Rijal. 2004. Filsafat, Agama dan Realitas Sosial. Banda Aceh: Fakultas
Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.

Tsuraya Syarif Zain. 2017. ‘Hubungan Antara Agama dan Ilmu dalam Pandangan
Al Farabi’, Jurnal Ilmiah Agribisnis, 1, hlm. 35-36.

Yusuf al-Qaradhawy.2000. Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif


tentang Pilar-Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan
Islam. Jakarta: Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai