Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang amat
pentingu n t u k   s e g e r a   d i w u j u d k a n   s e b a g a i   u p a y a   p e n i n g k a t a n   k u a l i t a s   h i d u p  
d a l a m   m a s y a r a k a t . Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari  badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiaporang hidup produktif secara sosial dan ekonomis ( UU RI No.23
Tahun 1992).
Manusia takkan mungkin bisa berkarya atau bekerja secara optimal jika ia dalam kondisi
yang sedang sakit.'engan demikian diperlukan upaya yang lebih memadai bagi
peningkatanderajat kesehatan dan pembinaan penyelengaraan upaya kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu melalui pembangunan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang
No.23 Tahun 1992 pasal 2 tentang kesehatan dijelaskan bahwa, Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berasaskan kemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, peri kehidupan dalam keseimbangan,
serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal.
Mutu pelayanan dalam banyak pengertian Azwar (2010:46) menyatakan bahwa mutu
pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesenpurnaan penampilan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan di pihak lain tata cara penyeleggaraannya sesuai kode etik profesi serta standart
yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah
dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam
pelayanan kebidanan bersifat multidimenional. Bagi penyelenggara pelayanan, mutu terkait
dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi
profesi sesui dengan kebutuhan klien. Bagi penyandang dana, mutu terkait dengan dimensi
efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tingkat orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda,. Sekalipun pelayanan

1
kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masalah banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar profesi dan kode etik.
Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di
tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian. Bidan
merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan kebidanan
dan kesehatan reproduksi kepada individu perempuan, keluarga dan masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan, klien maupun bidan apaperlu mendapat perlindungan hukum. Untuk itu
tenaga bidan perlu dipersiapkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menjalankan pekerjaan
sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi setiap tenaga bidan harus memiliki
kompetensi minimal yang diperlukan untuk dapat mendukung penyelenggaraan praktik
kebidanan secara aman dan tepat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa defenisi dari mutu pelayanan kebidanan ?
2. Bagaimana cara / langkah sistem mekanisme peningkatan mutu dalam pelayanan
kebidanan ?
3. Bagaimana cara mewujudkan peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan ?
4. Bagaimana bentuk program menjaga mutu pelayanan kebidanan ?
5. Bagaimana peran bidan dalam peningkatan mutu pelayanan dalam kebidanan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami rencana strategis dalam peningkatan mutu pelayanan
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui dan memahami mutu pelayanan kebidanan
b. Untuk mengetahui cara / langkah sistem mekanisme peningkatan mutu dalam
pelayanan kebidanan

2
c. Untuk mengetahui cara mewujudkan peningkatan mutu pelayanan yang
berkesinambungan
d. Untuk mengetahui bentuk program menjaga mutu pelayanan kebidanan
e. Untuk mengetahui peran bidan dalam peningkatan mutu pelayanan kebidanan

D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman dari hasil penelitian yang
dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan bisa digunakan sebagai bahan referensi perkembangan kurikulum manajemen
pelayanan kebidanan profesional, khususnya yang berhubungan dengan rencana strategis
mutu pelayanan kebidanan , dan bisa menggali lagi informasi dan acuan untuk
mahasiswa selanjutnya.

3. Bagi Penulis Lainnya


Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan dapat menggali wawasan serta
mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang rencana strategis mutu dalam
pelayanan kebidanan yang telah diberikan sesuai dengan teori atau wewenang bidan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Mutu Pelayanan Kebidanan


Menurut DIN ISO 8402 (1986) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu
barangatau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau
pemenuhankebutuhan para pengguna Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam
memberikankepuasan pada pengguna layanan.
Mutu Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan
kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan
masyarakat (Soepardan, 2007).
Mutu pelayanan kebidanan merupakan tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di
tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian. Mutu
pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
rasa puas pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan. Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan.
Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien terhadap suatu organisasi sebenarnya sangat
memegang peranan penting dalam persaingan disegmen pasar karena pasien/klien sebagai
pelanggan merupakan alat promosi yang paling efektif dan akurat untuk menarik perhatian
pelanggan lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang lain. Kepuasan pelanggan
pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterima ,dalam hal ini asfek
komunikasi memegang peranan penting.
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh petugas kesehatan .
3. Biaya (cost) , tingginya biaya pelayanan kesehatan dapat dianggap sebagai sumber moral
pasien dan keluarganya.
4. Penampilan fisik ( kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan.
5. Jaminan keamanan yang ditunjukan oleh petugas kesehatan.
6. Keandalan dan keterampilan( reability ) petugas kesehatan dalam memberikan perawatan

4
7. Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien.
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) perlu peningkatan standar dalam menjaga
mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatan
mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas
pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus
pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI masih terus menjadi perhatian yang sangat
besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Tingginya AKI di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
a) Faktor masyarakat
Masyarakat dalam hal ini merupakan pengguna jasa pelayanan kesehatan cenderung
masih kurang memahami:
1) Kesehatan reproduksi
2) Pentingnya pemeriksaan kesehatan selama masa kehamilan
3) Perilaku hidup sehat dan gaya hidup yang cenderung berubah dan sulit menerima
perubahan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang sangat minim.

b) Faktor tenaga kesehatan


Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berperan dalam pelayanan kebidanan dan
kurangnya keterampilan dan pengetahuan bidan dan menyebabkan hal yang sangat fatal
dalam penyelamatan nyawa seorang ibu karena bidan adalah tenga kesehatan yang paling
dekat pada masyarakat yang secara khusus memberi pelayanan kebidanan kepada ibu dan
sebagai pengambil keputusan terhadap seorang yang telah memercayakan dirinya berada
dalam asuhan dan penanganan bidan.
Kurangnya keterampilan bidan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1) Faktor usia bidan yang masih relative muda sehingga terkadang ragu dalam
mengambil keputusan dan kurang meyakinkan masyarakat
2) Kemampuan komunikasi dengan masyarakat yang masih relative rentan serta
keterbatasan dalam kemampuan penyesuaian diri dengan kondisi sosial budaya
setempat
3) Kebutuhan bidan yang masih banyak untuk seluruh Indonesia dalam rangka penurunan

5
AKI dan mengantisipasi pertolongan persalinan oleh dukun yang masih tinggi
4) Orientasi pendidikan kebidanan sebagai pencetak bidan masih belum mengarah
penuhnya pada kualitas lulusannya dan tidak mengarah pada paradigma baru yang
terus- menerus mengarah pada peningkatan kualitas.
5) Bidan senior yang memang telah berpengalaman di lapangan dalam menolong
persalinan kurang mempunyai minat untuk terus mengembangkan diri dan melatih
diri, meningkatkan pengetahuan, dan mengetahui perkembangan ilmu yang ada saat
ini ( up to date) sehingga cenderung masih lazim menggunakan praktik yang tidak lagi
didukung secaran ilmiah.
6) Terbatasnya fasilitas pengembangan keterampilan bidan itu sendiri karena biaya dan
waktu juga tenaga yang melatih terbatas.
7) Bidan sering lupa tentang prinsif pokok asuhan kebidanan dan konsep kebidanan itu
sendiri.
Kurangnya keterampilan bidan tentu dapat menyebabkan berbagai macam masalah
dalam memberi asuhan , sementra tujuan bidan didik dan ditempatkan ditengah masyarakat
adalah menurunkan AKI . kurangnya keterampilan dapat menyebabkan hal- hal yang sering kali
menjadi penyebab kematian ibu, seperti terlambat mendapat pertolongan , terlambat
merujuk,terlambat mengambil keputusan , terlambat mengenali risiko tinggi pada klien sehingga
penanganan kehamilan dan persalinan dengan risiko tinggi terlambat dilakukan.
Kurangnya keterampilan bidan berkomunikasi juga dapat mengakibatkan penggerakan
peran serta aktif masyarakat untuk pembangunan kesehatan dan kepedulian masyarakat terhadap
kesehatan diri dan keluarganya kurang maksimal. Penyuluhan kesehatan dan konseling untuk
mengubah perilaku masyarakat juga kurang memuaskan. Keterampilan berkomunikasi dan
beradaptasi juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pasien dan keinginan pasien untuk
menggunakan jasa yang diberikan oleh bidan. Untuk itu, diharapkan bidan juga mampu
melakukan komunikasi yang baik dan menguasai keterampilan berkomunikasi.

c) Pemerintah
Perhatian pemerintah pada pelayanan kebidanan masih berfokus pada kuantitas tenaga
kesehatan itu sendiri dan berorientasi pada distribusi atau penyebaran tenaga kesehatan tersebut
guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di tiap wilayah dan meningkatkan cakupan

6
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang tegas
terhadap penyebaran tenaga kesehatan agar bidan mau ditempatkan di pedesaan dan daerah
terpencil.

B. Langkah Sistem Mekanisme Peningkatan Mutu Dalam Pelayanan Kebidanan


 Siklus Deming
Siklus PDCA (Plan – Do – Action) yang dipopulerkan oleh Edwards Deming (14
Oktober 1900 – 20 Desember 1993), yaitu :
a) Plan (Perencanaan)
Bertujuan untuk mengidentifikasi atau analisa masalah.
b) Do (Kerjakan)
Mengembangkan dan menguji beberapa solusi yang potensial.
c) Action (tindak lanjut)
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan.

C. Cara Mewujudkan Peningkatan Mutu Pelayanan


Untuk meweujudkan peningkatan mutu pelayanan yang terus-menerus, ada beberapa cara yang
bisa dilakukan, diantaranya :
1. Visi manajemen dan komitmen
2. Tanggung jawab
3. Pengukuran umpan balik
4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan
5. Komunikasi
6. Pengembangan staff dan pelatihan
7. Penghargaan dan pengakuan
8. Keterlibatan dan pemberdayaan staff
9. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan

7
D. Bentuk Program Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
1. Penjamin mutu
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan
berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan peningkatan
mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai dengan standar
layanan kesehatan yang disepakati. Istilah jaminan mutu layanan kesehatan ini mencakup
semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu.
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut
untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016).
Menurut Herlambang (2016), menyatakan bahwa manfaat dari program jaminan
mutu adalah:
a) Dapat Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Kesehatan
Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan dapat
diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi ataupun standar yang
telah ditetapkan.
b) Dapat Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar ataupun yang berlebihan. Biaya
tambahan karena harus menangani efek samping atau komplikasi karena pelayanan
kesehatan dibawah standar dapat dihindari. Demikian pula halnya mutu pemakaian
sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang
berlebihan.
c) Dapat Meningkatkan Penerimaan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan

8
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
d) Dapat Melindungi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Kemungkinan Timbulnya
Gugatan Hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat, maka
kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk mencegah
kemungkinan gugatan hukum terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan, antara lain
karena ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya.

Dari uraian tersebut, mudah dipahami bahwa terselenggaranya program menjaga mutu
pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang besar dalam melindungi penyelenggara
pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin mutunya.

2. Total Quality Manajement (TQM)


Total quality management (TQM) atau manajemen mutu terpadu, continous quality
improvement atau peningkatan mutu berkesinambungan, quality management atau
manajemen mutu. Dengan demikian jaminan mutu layanan kesehatan mencakup
kegiatan:
a. Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat yang menjadi pelanggan
eksternal layanan kesehatan.
b. Menggunakan semua kemampuan dan bakat orang yang terdapat dalam instansi
pelayanan kesehatan.
c. Membuat keputusan berdasarkan fakta atau data, bukan perkiraan atau dugaan.
d. Bekerja dalam kelompok yang terdiri dari setiap orang yang terlibat dengan
pengakuan bahwa semua tenaga kesehatan merupakan sumber daya mutu dan
produktivitas sehingga setiap tenaga kesehatan akan merasa bahwa kontrbusinya
kepada instansi pelayanan kesehatan layanan kesehatan dihargai.
e. Menghindarkan pemborosan setiap bagian instansi pelayanan kesehatan layanan
kesehatan, termasuk waktu, karena waktu adalah uang.

9
f. Mengelola semua proses untuk menghasilkan apa yang dianggap penting, tetapi pada
saat yang sama harus mendorong orang menjadi inovatif dan kreatif.
g. Semua kegiatan itu harus selalu dikerjakan, karena mutu adalah doing the right
things all the times
Pada dasarnya tahapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan melalui :
1. Sadar mutu
2. Penyusunan standar
3. Mengukur apa yang dicapai
4. Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan.

Semua langkah dalam siklus jaminan mutu layanan kesehatan atau lingkaran mutu selalu
berulang dan berkesinambungan serta tidak pernah berhenti, seperti terlihat dalam gambar
lingkaran mutu.

Bentuk program lain dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan yaitu:


1. Lisensi
Adalah proses administasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwewenang
berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi
untuk pelayanan mandiri. Tujuan lisensi:
 Tujuan umum lisensi :
Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.
 Tujuan khusus lisensi :
Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.
2. Akreditasi
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan berdasarkan kriteria yang terbuka.
3. Standarisasi
Adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu menyangkut masukan
proses dari system pelayanan kesehatan.

10
E. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan
Berikut merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai strategi dalam peningkatan
mutu pelayanan :
1. Penataan organisasi
2. Regulasi peraturan perundangan
3. Pemantapan jejaring
4. Standarisasi
5. Pengembangan sumber daya manusia
6. Quality Assurance (Jaminan Kualitas)
7. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi
9. Peningkatan kontrol sosial

F. Peran Bidan Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan


Peran Bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, sebagai berikut :
1. Bidan harus mengakui bahwa mereka berada diposisi utama untuk menganjurkan dan
memelihara kualitas pelayanan kebidanan.
2. Mencoba dan mengorganisasikan diskusi tentang mutu pelayanan kesehatan.
3. Bidan harus mengerti managemen efektif baik dalam mengelola pelayanan kebidanan
maupun memberi asuhan langsung pada ibu dan bayi sebagai dasar perbaikan mutu.
4. Bidan harus setuju bahwa kualitas adalah bagian dari profesionalisme.
5. Bidan harus berinisiatif mengambil posisi perencanaan pelayanan kesehatan.
6. Bidan harus belajar, mengerti, dan bekerja untuk menghasilkan kualitas yang bagus.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Mutu pelayanan kebidanan merupakan tingkat kesempurnaan dan standar yang
telah di tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat
kematian. Mutu pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam
memberi kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai
profesi juga terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan.

B. SARAN
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah ini berguna
untuk menambah pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal
untuk melakukan proses pembelajaran pada mata kuliah manajemen profesi bidan ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://adoc.tips/download/2012-mata-kuliah-mutu-pelayanan-kebidanan-kode-mata-kuliah-
b.html

12
http://e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/kia/article/download/38/32/
https://www.academia.edu/24287604/Manajemen_Mutu_pelayanan_kesehatan_dan_kebidanan
https://www.academia.edu/16568153/MUTU_PELAYANAN_KEBIDANAN
ema ratnaningtyas, 2018. Manajemen mutu pelayanan kebidanan. Strada press. Kediri

13

Anda mungkin juga menyukai