Sebagian Besar Responden Berpengetahuan Rendah Tentang Penyakit TB Paru Dalam Hal Ini Dibuktikan Dari Pasien Kurang Mengerti Tentang Pengertian
Sebagian Besar Responden Berpengetahuan Rendah Tentang Penyakit TB Paru Dalam Hal Ini Dibuktikan Dari Pasien Kurang Mengerti Tentang Pengertian
hal ini dibuktikan dari pasien kurang mengerti tentang pengertian, penyebab
Adapun hal ini didukung sebagaimana dari kuesioner bahwa penderita mendapat
yang dilakukan oleh Herawati (2015) yang mana diperoleh hasil bahwa
p-value = 0,000. Selain itu juga didukung oleh penelitian Hadifah dkk (2017)
maka semakin besar bahaya sipenderita sebagai sumber penularan penyakit, baik
sekitarnya. Demikian juga dengan penelitian Leung et al. (2013) yang menyatakan
bahwa potensi penularan tuberkulosis paru 2,5 kali lebih besar pada yang
penderita dikarenakan penderita tidak terlalu paham bahaya dari penyakit yang
diderita sehingga mereka kelihatan acuh. Rata-rata penderita masih bekerja dan
yang ditimbulkan oleh obat tersebut seperti mual, alergi, kencing-kencing, dll.
Pasien dengan Tuberculosis BTA positif merupakan sumber penularan penyakit
Tuberculosis. Batuk atau bersin dari pasien Tuberculosis akan menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Beberapa faktor yang
yang meludah sembarangan (Anton, 2008; Currie, 2005 dalam Suharyo, 2013). Selain itu,
yang kurang baik dalam pengaturan ventilasi. Kondisi lembab akibat kurang lancarnya
pergantian udara dan sinar matahari dapat membantu berkembangbiaknya virus (Guy,
2009; Talu, 2006 dalam Suharyo, 2013). Oleh karena itu orang sehat yang serumah
penyakit tersebut. Lingkungan rumah, lama kontak serumah dan perilaku pencegahan
baik oleh penderita maupun orang yang rentan sangat mempengaruhi proses penularan
pada kejadian penyakit TB (Fortun, 2005; Mitnick, 2008, Randy, 2011 dalam Suharyo,
2013).
dukungan dari keluarga serta informasi yang telah didapatkan oleh penderita tentang
upaya pencegahan penularan Tuberculosis. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau
kurangnya informasi yang diperoleh pasien akan mempengaruhi perilaku pasien untuk
melakukan upaya pencegahan penularan. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan
muncul jika penderita memiliki perilaku yang buruk adalah penularan Tuberculosis akan
Biografi
•
YR berpartisipasi dalam konsepsi dan desain penelitian,
melakukan analisis data, interpretasi hasil, dan
berpartisipasi dalam penyusunan naskah. MM
berpartisipasi dalam konsepsi dan desain penelitian dan
pengumpulan sampel. AO berpartisipasi dalam konsepsi
dan desain penelitian, pengumpulan sampel, dan dalam
penyusunan naskah. RS berpartisipasi dalam konsepsi
dan desain penelitian dan pengumpulan sampel. YM
berpartisipasi dalam konsepsi dan desain penelitian dan
pengumpulan sampel. CGP berpartisipasi dalam
menyusun naskah. LHK berpartisipasi dalam konsepsi
dan desain penelitian. MvdW berpartisipasi dalam
konsepsi dan desain penelitian dan pengawasan umum
penelitian. ET berpartisipasi dalam analisis data,
interpretasi hasil, dan berpartisipasi dalam penyusunan
naskah. BA berpartisipasi dalam konsepsi dan desain
penelitian, pengawasan umum penelitian, membantu
analisis data, interpretasi hasil, berpartisipasi dalam
penyusunan naskah, dan penyerahan naskah.
Latar Belakang : Terlepas dari penerapan strategi
Short-course Observed Treatment Short-course (DOTS)
di semua pusat kesehatan masyarakat di Provinsi Papua,
Indonesia, sejak 1998, tingkat mangkir (LTFU) selama
pengobatan tuberkulosis (TB) tetap tinggi ( di atas
16%).
Tujuan : Kami bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
yang terkait dengan ketidakpatuhan selama pengobatan
TB di antara pasien yang dirawat di puskesmas di
Jayapura, Papua.
Metode : Kami melakukan studi kasus-kontrol termasuk
pasien TB baru yang terdaftar di delapan puskesmas
dari 2007 hingga 2009. Kasus yang tidak patuh adalah
pasien TB dengan riwayat tidak minum obat anti-TB
selama> 2 minggu berturut-turut atau> 30 hari secara
kumulatif. Kontrol dipilih secara acak dari pasien yang
menyelesaikan semua dosis obat TB dalam waktu. Data
dikumpulkan dengan wawancara tatap muka
menggunakan kuesioner pra-terstruktur dan dianalisis
dengan model regresi logistik.
Hasil : Data tersedia untuk 81 dari 103 kasus yang
memenuhi syarat dan 183 dari 206 kontrol yang
memenuhi syarat. Akses yang sulit ke layanan
kesehatan (yaitu dilaporkan memiliki masalah dengan
jarak / biaya perjalanan dan riwayat pindah tempat
tinggal dalam satu tahun terakhir), kurangnya
pengetahuan TB (yaitu kurangnya pengetahuan tentang
penularan TB dan penyebab TB dan ketidaktahuan
tentang konsekuensi dari menghentikan pengobatan
TB), dan pengalaman pengobatan (yaitu kurangnya
pendidikan TB yang disediakan oleh perawat TB dan
penggunaan kombinasi yang longgar vs dosis tetap)
dikaitkan dengan ketidakpatuhan selama pengobatan TB
dalam model yang disesuaikan, seperti yang berusia di
bawah 35 tahun. tahun dan memiliki riwayat TB dalam
keluarga.