Pedoman Penyusunan Formularium
Pedoman Penyusunan Formularium
13
Ind
p
DIREKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BEKERJASAMA DENGAN
2010
PENGANTAR
CETAKAN KE II
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati beserta informasinya yang
harus ditprapkan di Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus di susun oleh Panitia
Farmasi dan Terapi / Komite Farmasi dan Terapi
Oleh karena itu kami menyambut baik atas terbitnya buku 'Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah Sakit' Cetakan ke II karena sangat membantu tenaga farmasi di rumah sakit dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.
Pada Cetakan ke II ini mengalami sedikit revisi berkaitan dengan terbitnya Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Japan International
Cooperat ion Agency (JICA) yang telah menfasilitasi dan membiayai terbitnya buku 'Pedoman
Penyusunan Formularium Rumah Sakit' yang nantinya akan dibagikan ke seluruh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit se Indonesia.
Jakarta, Februari2010
akan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengelolaan obat. Tenaga apoteker
yang bekerja di IFRS tentunya sangat membutuhkan pedoman untuk penyusunan formularium,
hanya saja sampai saat ini keberadaan pedoman tersebut belum ada.
a
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik yang bertanggung jawab terhadap peningkatan o
pelayanan kefarmasian di rumah sakit berinisiatif menyusun buku pedoman Penyusunan
o
Formularium Rumah Sakit. Diharapkan keberadaan buku ini akan dapat membantu apoteker
yang bekerja di IFRS dalam menyusun formularium. n
n
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada :
n
1. JICA yang memfasilitasi kegiatan
n
2. Sejawat dari Instalasi Farmasi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Fatmawati
Jakarta , RS Cibabat Cimahi, RS Hasan Sadikin Bandung , RS Margono Purwokerto, n
RS Soetomo Surabaya dan Direktorat Bina POR yang telah ikut aktif berdikusi n
menyempurnakan draft yang telah disiapkan oleh Direktorat Bina farmasi Komunitas
n
dan Klinik.
n
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Direktorat Bina Farmasi n
Komunitas dan Klinik yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
n
penyusunan buku ini.
n
n
Jakarta, Maret 2008
o
KEFARMASIAN
lunitas dan Kli|;^ik
DAN ALAT KESEHATAN
n
n
Drs. Abdul Muchid, Apt
n
n
11 Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit
n
(^AM BUTAN
DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARAAASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Assalamualaikum Wr.Wb.
Pertama •tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, bahwa atas rahman
rahim dan hidayah-Nya, kita dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Penyusunan
Formularium di Rumah Sakit.
Salah satu penyebab mahalnya blaya pengobatan adalah penggunaan obat yang tidak rasional.
Ketidakrasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan antara lain karena kesalahan pemilihan
obat.
Banyaknya jenis obat di pasaran membuat proses memilih sangat sulit. Unsur ketepatan
memilih obat dalam kelas terapi memerlukan penguasaan farmakologi, farmakokinetik,
farmakodinamik, farmakoekonomi sedangkan mengobati secara rasional memerlukan standar
profesi yang tinggi dalam bidang terapetik maupun diagnostik.
Dengan 1:elah disusunnya Pedoman Penyusunan Formularium di Rumah Sakit ini, diharapkan
rumah sakit dapat menggunakannya sebagai pedoman umum dalam menyusun formularium
di RS, khususnya dalam pedoman pemilihan obat di rumah sakit, memperbaiki pengelolaan
obat di rumah sakit, meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat, meningkatkan penggunaan
obat secara rasional, dan meningkatkan komunikasi antar profesi kesehatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
OOtEKTORAT JENOERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
Apt, M.App, Sc
in9^^ nip. 140 100 965
1. Nara Sumber:
Drs. Abdul Muchid, Apt.
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klim'k Ditjen Binfar dan Alkes
2. Rumah Sakit:
1. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta: Dra. YuUa Trisna, Apt, MPhram
2. Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta : Dra. Setyanti, Apt
3. Rumah Sakit Cibabat, Cimahi: Dra. Nine Ucu Rubiah, Apt
4. Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung : Dra. Pujiastuti K, Apt, MSi
5. Rumah Sakit Margono, Purwokerto : Drs. Deni Henandar, Apt
6. Rumah Sakit Soetomo, Surabaya : Dra. Worokarti, Apt, SpFRS
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Tujuan 2
C Sasaran 2
BAB IX PENUTUP 25
Daftar Pustaka 26
Halaman
LAMPIRAN 1 CONTOH FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS 28
OBAT NON FORMULARIUM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini, biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit semakin
mahal. Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan obat yang
tidak rasional. Dalam konteks pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat Indikasi,
tepat dosis, tepat waktu pemberian dan juga tepat harga obatnya. PlUhan ini mencakup
jenis obat dan ketepatan kondisi pasien, dosis, waktu pemberian, rute pemberian,
kombinasi obat, dan lamanya pengobatan. Pada kenyataannya, pasien seringkali menerima
obat ^ang kurang sesuai dengan keadaan pasien itu sendiri sehingga pengobatan menjadi
tidak efektif dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyembuhannya. Semakin
lama pasien dirawat di rumah sakit maka semakin besar pulalah biaya yang harus
dikeluarkan. Banyak juga kasus pasien yang mendapat pengobatan yang tidak perlu atau
penderita mendapat obat nama dagang yang sangat mahal padahal ada obat generik
yang ijiempunyai komposisi dan khasiat yang sama dengan nama obat dagang tersebut.
Ketidak rasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan antara lain karena kesalahan
i
pemilihan obat.
Banyaknya jenis obat di pasaran membuat proses memilih sangat sulit, karena untuk
profesional kesehatan pengetahuan tentang sifat-sifat semua obat ini sangat sulit
dipahami. Unsur ketepatan memilih obat dalam kelas terapi memerlukan penguasaan
farma^ologi, farmakokinetik, farmakodinamik, farmakoekonomi sedangkan mengobati
secara rasional memerlukan standar profesi yang tinggi dalam bidang terapetik maupun
diagnostik.
Sistem formularium agar berhasll harus mendapat dukungan dari pimpinan rumah
sakit, komite medik, staf medik fungsional (SMF) beserta anggotanya, dan berfurigsinya
KFT (Komite Farmasi Terapi). Sistem formularium harus tertera dalam kebijakan
internal rumah sakit.
B. TUJUAN
Umum
Sebagai pedoman dalam menyusun formularium di RS
Khusus
Pedoman pemilihan obat di rumah sakit
Memperbaiki pengelolaan obat di rumah sakit
Meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Meningkatkan komunikasi antar profesi kesehatan
C. SASARAN
Sasaran pedoman ini adalah pimpinan rumah sakit, staf medik, instalasi farmasi
rumah sakit, dan KFT.
1. Tujuan KFT
Tujuan utama dari Komite Farmasi dan Terapi ialah:
a) Memberi nasehat
Komite tersebut memberikan usulan penggunaan atau membantu di dalam
merumuskan kebijakan, metoda untuk evaluasi, pemilihan dan pemakaian
obat-obatan di rumah sakit.
b) Di bidang pendidikan
Komite tersebut memberikan usulan atau membantu di dalam merumuskan
program yang dibuat guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan profesional
(dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya) akan pengetahuan
yang terbaru dan lengkap berkenaan dengan obat-obatan dan penggunaannya.
3. Struktur Organisasi
Susunan dan tata kerja KFT mungkin berbeda-beda antara satu rumah sakit
dengan rumah sakit lain, tergantung situasi dan kesepakatan. Namun demikian
ada pola umum yang dapat dijadikan pedoman:
4. Tata Kerja
- KFT melakukan rapat rutin, agenda rapat harus disiapkan jauh hari
sebelumnya agar memungkinkan anggota untuk mempelajari masalah-
masalah yang akan dibahas dalam rapat.
- Anggota yang berhalangan hadir dapat menunjuk wakilnya.
- Notulen rapat harus selalu didokumentasikan dengan baik oleh Sekretaris KFT.
- Usulan-usulan KFT harus disampaikan kepada pimpinan rumah sakit dan
Komite Medik.
Keberadaan KFT yang efektif dan efisien akan memberi kemudahan dalam penyiapan
sikem formularium yang membawa perhatian staf medik pada obat yang terbaik dan
mjembantu mereka dalam menyeleksi obat untuk terapi yang tepat bagi pengobatan
pasien tertentu.
Dalam mendiskusikan penyusunan obat di rumah sakit ada beberapa terminologi yang
umum dikenal yaitu :
Daftar obat adalah daftar produk yang telah disetujui digunakan di rumah sakit.
Daftar obat ini adalah daftar sederhana tanpa informasi tentang tiap produk obat
hanya terdiri atas nama generik, kekuatan dan bentuk.
Formularium memuat ringkasan informasi obat yang mudah dipahami oleh profesional
kesehatan di rumah sakit. Pada umumnya, informasi itu mencakup nama generik,
indikasi penggunaan, kekuatan, bentuk sediaan, posologi, toksikologi, jadwal
pemberian, kontraindikasi, efek samping, dosis regimen yang direkomendasikan di
dispensing dan informasi penting yang harus diberikan pada pasien.
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu
rumah sakit yang bekerja melalui KFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari
berbagai zat aktif obat dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan
pasien.
Keberadaan formularium yang baik, sangat bermanfaat bagi rumah sakit, karena
rumah sakit hanya akan menyediakan jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan pasien.
Kebutuhan staf medik terhadap obat dapat terakomodasi, karena perencanaan dan
pengadaan kebutuhan obat di rumah sakit mengacu pada formularium tersebut.
Manfaat Formularium
Formularium yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat untuk rumah
sakit. Adapun manfaat dimaksud mencakup antara lain :
1. Meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit.
2. Merupakan bahan edukasi bagi profesional kesehatan tentang terapi obat
yang rasional.
|Tahapan pengkajian ini dilakukan apabila di rumah sakit belum ada standar
pengobatan.
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik rumah sakit
yang terhimpun dalam KFT, untuk mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai
zat aktif obat dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan penderita.
C. Pemilihan Obat
Tahap pemilihan obat merupakan tahap yang paling suUt dalam proses penyusunan
formularium karena keputusan yang diambll memerlukan pertlmbangan daii berbagal
faktor:
Sebelum memlUh obat diperlukan adanya suatu kriteria, contoh dibawah 1n1 adalah
kriteria yang digunakan oleh Tim Revlsl DOEN
a. MemlUkl raslo manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderlta.
b. Mutu terjamin, termasuk stablUtas dan bloavalblUty.
c. Praktis dalam penylmpanan dan pengangkutan.
d. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesualkan dengan tenaga,
sarana dan faslUtas kesehatan.
Penilaian terhadap usulan obat non formularium cukup dilakukan oleh pelaksana harian
KPT(ketua, sekretaris dan salah satu anggota)agar tidak menghambat proses penyediaan
obat non formularium.
B. Isi Fjormularium
Forn[|ularium berisi tiga bagian utama yaitu :
1. Ihformasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
(Lihat Lampiran)
- Kebijakan mencakup antara lain: tentang pembeiiakuan formularium, tatalaksana
obat (kebijakan umum dalam penulfsan resep, prosedur pelayanan obat,
kebijakan penulisan obat generik)
- Prosedur pengusulan obat untuk ditambahkan atau dihapus dari formularium
- SK tentang KFT
- Kebijakan dan prosedur mengenai substitusi generik dan terapetik, penghentian
permintaan secara otomatis, permintaan obat secara lisan, obat yang dibawa
penderita ke rumah sakit, konsumsi obat sendiri oleh penderita, penggunaan
sampel obat, kebijakan terhadap permintaan obat cito, standar waktu
penggunaan obat, MESO.
2. Daftar Obat
Bagian ini merupakan inti dan* formularium yang berisi informasi dari setiap obat
disertai satu atau lebih indeks untuk memudahkan penggunaan formularium.
Nama obat disusun dengan cara :
• Pembagian kelas terapi merujuk kepada DOEN yang berlaku
• Nama obat perkelas terapi dituliskan dalam nama generik berdasarkan abjad.
KLS TRP NO
& URUT BENTUK SEDIAAN DAN
NAAAA GENERIK
KAT OBAT KEKUAATAN DOSIS kETR.
FDA
1 2 3 4 5 6
1 ANALGESIK,
ANTIPIRETIK,
ANTI-REAAATIK
ANTIPIRAI
ANALGESIK
1.1
NARKOTIK
C 1 0.05 mg/ml; TTS
25 mcg/iam, 50 Fentanyl (inj.); +
mcg/jam Durogesic
Fentanll inj.; patch
Keterangan kolom :
Kolom 1. Diisi dengan Kelas terapi obat dan Kategori FDA
tentang resiko obat terhadap ibu hamil dan ibu
menyusui.Kolom
Kolom 2. Diisi dengan nomor urut obat
Kolom 3. Diisi dengan nama generik obat
Kolom 4. Diisi dengan nama sediaan dan bentuk sediaan obat
Kolom 5. Diisi dengan dosis lazim untuk dewasa dan anak, atau
ditulis "protokol khusus" untuk indikasi yang memerlukan dosis
3. Informasi khusus
A. Pemberlakuan Formularium
Kepatuhan penggunaan formularium memerlukan dukungan dari pimpinan rumah sakit
berupa surat keputusan tentang pemberlakuan formularium. Sosialisasi harus dilakukan
kepada seluruh profesional kesehatan, dengan cara: pertemuan/safari, bulletin, surat
edaran. Intranet, penyerahan buku formularium ke masing-masing SMF.
B. Distiibusi Formularium
Formularium didistribusikan kepada :
Unit pelayanan untuk penderita rawat inap, rawat jalan, rawat darurat.
Instalasi farmasi dan seluruh satelit/depo farmasi
Pimpinan rumah sakit
Pusat pelayanan informasi obat
Bagian/SMF/UPF/Departemen
Anggota staf medik dan apoteker
Perpustakaan
Bagian pengadaan
Bagian lain yang dianggap perlu
Jumlah formularium harus cukup memadai untuk semua yang tersebut di atas
dan buku pengganti harus selalu tersedia jika ada permintaan akibat buku yang
sudah diterima rusak atau hilang.
Biaya Penerbitan
KetJrsediaan jumlah formularium yang memadai sangat tergantung kepada dukungan
finaijicial. Dukungan financial ini dapat diperoleh melalui beberapa sumber antara
lain :
Anggaran rumah sakit
Bekerjasama dengan pihak donatur
Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan.
Evaluasi ^apat dilakukan secara menyeluruh atau sebagian tergantung pada sumber daya
yang tersjedia.
Indikator untuk menilai kepatuhan penggunaan formularium terdiri dari :
Kriteria :
liiklusi Obat-obat yang sudah ada d1 dalam formularium dan
obat-obat non formularium yang telah disetujul
E ksklusi
Penyampaian Hasil Tingkat kepatuhan penulisan resep pada bulan Juni dari
resep yang terpantau d1 IFRS adalah sebesar 50%.
Standar yang ditetapkan untuk tingkat kepatuhan
misalkan 55%. Artlnya ada kesenjangan antara standar
yang ditetapkan dengan kenyataan.
Kriteria:
Inklusi Obat-obat yang sudah ada di dalam formularium dan obat-
obat non formularium yang telah disetujui
Eksklusi
Rumus Perhitungan dan Jumlah item produk obat yans diadakan sesuai formularium X10O %
Jumlah seluruh item produk obat yang ada di formularium
Tujuan pengkajian untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost effective serta
meniijigkatkan mutu pelayanan kesehatan. Program ini mengevaluasi, menganalisis dan
menginterpretasikan pola penggunaan obat baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Tahapan proses pengkajian obat adalah sebagai berikut:
• Penetapan obat atau kelas terapi obat yang akan dikaji
• Pengumpulan data
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
retrospektif, konkuren dan prospektif. Pemilihan metode berdasarkan tersedianya
waktu dan sumberdaya. Metode prospektif lebih sulit dan makan waktu. Formulir
pengumpulan data perlu dirancang agar ringkas dan mudah digunakan oleh petugas
di lapangan. Pelaksana harus benar-benar memahami metode pengumpulan data.
Data yang akan dikumpulkan harus tersedia dan valid. Jumlah sampel harus
memungkinkan untuk analisis statistik.
Contoh data yang dikumpulkan:
• Demografi pasien, karakteristik pasien, sejarah pengobatan
• Indikasi penggunaan obat
RERAN APOTEKER
Reran apoteker dalam penyusunan formularium rumah sakit sangat besar. Apoteker selaku
sekretaris KFT bertindak sebagai motor penggerak dalam penyusunan formularium. Apoteker
IFRS harus berperan aktif dalam kegiatan yang menunjang sistem formularium.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker dalam menjalankan peran tersebut antara
lain:
® Merekapitulasi usulan obat yang akan dibahas dalam rapat penyusunan formularium
® Mengkaji Informasi dari pustaka ilmiah yang terkait dengan obat yang di usulkan
® Menyajikan data ketersedlaan dan harga obat
o Melakukan evaluasi terhadap usulan yang masuk
® Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam formularium
o Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan formularium
o Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium
o Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi formularium secara
berkesinambungan
o Melakukan pengkajian penggunaan obat
PENUTUP
Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dalam
menyusun formularium yang baik.
Formularium yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi merupakan pedoman pernilihan
dan penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien dan akan mendorong penggunaan
obat yang rasional d1 rumah sakit. Adanya formularium di rumah sakit diharapkan dapat
menyederhanakan penyediaan obat, membatasi penggunaan obat yang tidak perlu dan
meningkatkan efisiensi biaya pengobatan.
m,
CONTOH
RUMAH SAKIT
1. Namagenerik
2. Naina Dagang dan Pabrik
3. Bentuk sediaan dan kekuatan
4. Indikasi
5. Alasan pemintaan
Jakarta,
Mengetahui: Kepala Departemen
Dokter yang meminta,
C
NIP.: NIP.
Catalan
Formulir ini hams diisi dengan lengkap, dicap stempel Bagian/Departemen dan dikirimkan
kepada : Ketua Komite Farmasi dan Terapi R.S
□ Disetujui
D Tidak disetujui:
Alasan:
Jakarta,
Rumah Sakit
NIP.
1. Nama generik :
2. Namadagang :
3. Bentuk sediaan dan kekuatan :
4. Nama obat yang sudah tercantum dalam formularium sekarang yang dapat dibandingkan dengan
obat usulan:
n tidakada
I I ada, yaitu
5. Alasan pengusulan(berdasarkan efektifitas dan keamanan):
b.
c.
7. Apakah dengan penambahan obat yang diusulkan maka obat sebanding yang sudah tercantum
perlu dihapuskan? ya tidak
Alasan:
Jakarta,
Mengetahui: Yang mengusulkan,
Kepala Bagian/Departemen
C
NIP.: NIP.:
Catatan: Formulir ini hams diisi dengan lengkap, dicap stempel Bagian/Departemen dan dikirimkan
kepada : Ketua Komite Farmasi dan Terapi R.S
NIP.
CONTOH
FORMULIR PELAPORANEFEKSAMPING OBAT
KOMITE FARMASIDAN TERAPI R,S,
PASIEN
OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian Indikasi
(Nama dagang/ sediaan untuk obat yang penggu
Pabiik) dicuiigai rute dosis/ waktu tgl tgl naan
mula akhir
Apakah reaksi E.S.O. hilang setelah obat dihentikan ? Apakah reaksi E.S.O yang sama timbul
setelah obat yang dicurigai digunakan
kembali:
□ Ya □ Tidak □ Tidak tahu □ Ya □ Tidak □ Tidak tahu
PELAPOR
Nama
□ doktier □ perawat □ farmasis
Asal ruangan/ Poliklinik:
tanda tangan pelapor
KirimkanlFormulir yang sudah diisi kepada : Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi d/a Instalasi Farmasi RS
MEMUTUSKAN
DITETAPKAN DI
PADA TANGGAL
Direktur Utama
Rumah Sakit
NIP.
CONTOH
PETUNJUK PENGGUNMN BUKU FORMULARIUM
D. Warna kuning : berisi indeks kelas terapi dan indeks obat berdasarkan abjad.
Kolom KLS TRP dan KAT FDA, berisi:
Kode kelas terapi yang mengacu pada kode DOEN( Daftar Obat Esensial
Nasional) dengan modifikasi.
Katagori FDA, yaitu katagori obat berdasarkan tingkat keamanan penggunaannya pada wanita hamil
yang dikeluarkan oleh FDA:
Katagori A : Penelitian terkontrol menunjukan tidak ada rasio. Penelitian terkontrol
dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin
Katagori 8: Tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan menunjukan
adanya resiko tetapi penelitian pada manusia tidak, ATAU, penelitian pada hewan
menunjukan tidak ada resiko tetapi penelitian pada manusia belum memadai.
Katagori C : Resiko tidak dapat dikesampingkan. Penelitian pada manusia tidak
memadai, penelitian pada hewan menunjukan resiko atau tidak memadai.
Katagori D : Resiko pada janin terbukti positif, baik melalui penelitian atau post-
marketing study.
Katagori X : Kontraindikasi pada kehamilan . Penelitian pada hewan atau manusia,
atau data post marketing study menunjukkan adanya resiko pada janin yang secara
jelas lebih merugikan dibandingkan manfaatnya.
Kolom No. Urut, dimaksudkan adalah nomor urut obat dari subkelas terapi.
Nama dagang produk obat yang disetujui masuk dalam formularium adalah ; 1 (satu) orisinal product
(nama dagang yang memegang hak paten obat) dan 2 (dua) copy dru^s
l^\
/*N
/•s
/«s
/«\
/»\
Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit 32
LAMPIRAN 6
(T'
CONTOH
KEBIJAKAN UMUM DALAM PENULISAN RESEP
1. Semua instruksi pengobatan pasien ditulis oleh dokter pada lembar "Instruksi ^
Dokter" dalam buku rekam medik
2. Resep ditulis oleh dokter berdasarkan yang tertulis dalam buku rekam medik
(y\
3. Penulisan resep
Penulisan resep harus spesifik, dapat dimengerti, lengkap dan mudah dibaca untuk
menghindari kesalahan interpretasi.
i. Resep hanya boleh ditulis oleh dokter
ii. Format resep: ^
a. Pasien Umum dan Kontraktor menggunakan formulir resep RS
rangkap 2 ^
b. Pasien Askes menggunakan formulir resep Askes dengan mengikuti aturan
penulisan resep Askes rangkap 3 untuk pasien rawat inap dan rangkap 2
untuk resep rawat jalan
iii. Nama obat tidak boleh disingkat 'T
iv. Penulisan resep harus jelas dan berisi informasi berikut:
a. Tanggal resep, nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah obat, aturan
pakai dan rute pemberian
b. Nama pasien, nomor rekam medik, umur/ berat badan pasien, ruang/ poli
dan diagnosa serta tindakan _
c. Nama dan NIP dokter serta tanda tangan/ paraf dokter.
4. Jumlah/kadar obat yang ditulis dalam bentuk sistem metrik mengikuti satuan
berikut:
i. Volume < 1 liter Va ®m[(mililiter)
ii. Berat < 1 gram Va ® mg (miligram)
iii. Berat < 1 mg % ® meg (mikrogram)
iv. Sediaan TPN/ elektrolit Ya ® mEq (miliequivalen)
V. Obat-obat tertentu dengan satuan International Unit Ya ® Satuan Unit
Internasional ^
vi. Untuk dosis-dosis yang lebih kecil lagi dalam sediaan cairan Ya ® drops.
vii. Untuk takaran sediaan cair:
a. Sendok teh ® 5 ml
b. Sendok bubur 3/4 ® 10 ml
c. Sendok makan 3/4 ® 15 ml ^
-r
Batasan:
^ 1
Obat genprik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
untuk zat berkhaslat yang dikandungnya.
^ Ketentuan:
^ I
1. Semua dokter di RS harus menulis resep dengan nama generik.
2. Dokter yang kurang disiplin dalam penulisan resep obat generik akan dikenakan
^ sanksi:
a. Bag! dokter ahll (staf): dicantumkan dalam DP3, berpengaruh pada kenaikan
pangkat.
b. Dokter peserta Program Pendidikan Dokter Speslalls : mempengaruhi konduite
I pendidikan.
^ 3. l|enggunaan obat paten secara terbatas masih diizinkan, apabila obat tersebut
benar-benar diperlukan oleh pasien dan obat generiknya belum ada, dengan
persetujuan Direktur RS
4. Direktur RS membentuk Komite Farmasi dan Terapi.
(*N
/*N
Pedoman Penyusunan Formulahum Rumah Sakit 34
2. Mengadakan koordinasi dengan Kepala KSMF/ Koordinator Pendidikan S-2 untuk
melaksanakan sanksi bagi para dokter ahli/ staf dan peserta PPDS yang kurang
disiplin dalam menulis resep dengan nama generik. /T
3. Memimpin dan mengkoordinasikan kerja Komite Farmasi dan Terapi.
Lain-lain:
Tatalaksana pelayanan obat generik tidak berlaku untuk pasien peserta ASKES, yang sudah
diatur tersendiri.
LAMPIRAN 8
Pada dasarnya obat akan diresepkan bila memang diperlukan dan dalam setiap kasus,
pemberian obat hams dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan risikonya (cost-bebefit
ratio). Kebiasaan peresepan obat yang tidak rasional akan berdampak buruk bagi pasien
seperti kurangnya efektivitas obat, kurang aman, biaya pengobatan tinggi dan sebagainya.
Dalam bul^u suide to 3003 prescribins yang diterbitkan oleh WHO tahun 1994 telah dibuat
pedoman penggunaan obat secara rasional. Langkah-langkah pengobatan rasional tersebut
disusun sebagai berikut:
b. Penanganan famakologlk
Berdasarkan pemahaman patofisllologi penyakit serta famakodlnamlk obat
/«v
dllakukan pemlUhan jenis obat dengan mempertlmbangkan efektlfltas,
keamanan, kenyamanan dan harga obat.
f^\
CONTOH
PELAYANAN INSTALASI FARA^SI RUAAAH SAKIT
Sistem distribusi BMHP (Barang Medis Habis Pakai) yang diterapkan disesuaikan dengan
kondisi da^ kebutuhan pelayanan, meliputi:
1. Sisteip Floor Stock (FS), yaitu penyimpanan persediaan BHMP rumah sakit di ruangan
dalanji jumlah dan jenis terbatas untuk kebutuhan satu periode waktu digunakan untuk
keadaan diperlukan segera (cito) dan diutamakan untuk pasien tidak mampu.
2. Sisterji Individual Prescription (IP), yaitu penyiapan BMHP pasien sesuai resep atau
permintaan dokter
3. Sisterp Unit Dose Dispensing (UDD), yaitu penyiapan obat pasien per satuan dosis untuk
selania 24 jam
Contoh Jangkauan pelayanan farmasi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :
1 Depo Jangkauan Sistem Lokasi Depo
No Jml.TT Teipon
Farmasi Pelayanan Distribusi Farmasi
R. A
53
R. B
55
R. C
20
1. R. B R. D IP&FS R. B 4410
22
R. E
22
R. F
39
R.K.Nuklir
UDD, IP &
2. R. F R. F 43 R. F 5510
FS
3. R. Cempaka R. Cempaka 24 IP&FS R. Cempaka
R. G 75
R. Perinatologi 42 Ruang Tunggu
4. R. G IP&FS 6610
R. H 3 Pasien R. 17
R. 1 16
GICU 14
NICU 7
5. ICU IP&FS iCU 7710
PICU 4
GICU 9
Poliklinik 7 poll Askes Pusat, 8810
6. Rawat Jalan
R. Hemodlalisa OPD 1, 8820
IP&FS
Instalasi 4 OPD II, 8830
Penunjang Instalasi DFP 8840
Pelayanan Farmasi Klinik yang harus dilaksanakan oleh farmasi rumah sakit, diantaranya
pelayanan informasi obat, penggalian sejarah obat penderita, pembuatan profil pengobatan
penderita, pemantauan terapi obat, pendidikan dan konseling penderita, pemeliharaan
pengobatan penderita penyakit kronik; partisipasi dalam pelayanan gawat darurat, partisipasi
dalam program evaluasi penggunaan obat, dan Iain-lain.
Beberapa pelayanan farmasi klinik yang sudah dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi
RS diantaranya :
2. Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling dilakukan oleh Instalasi Farmasi RS diberikan terutama
kepada pasien rawat jalan yang menderita penyakit kronik dan pasien rawat inap yang
akan pulang untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat. Materi
yang diberikan dalam konseling, diantaranya tentang nama obat(nama dagang dan nama
generik); tujuan penggunaan; rute penggunaan; sediaan; dosis; jadual penggunaan obat;
petunjuk penyiapan obat; petunjuk penggunaan obat; hal-hal yang harus diperhatikan
selama menggunakan obat; efek samping umum yang sering terjadi; teknik untuk
memantau sendiri terapi obat; cara penyimpanan yang baik; interaksi obat(obat dengan
obat, obat dengan makanan); kontraindikasi; informasi tindakan yang harus dilakukan
jika terjadi satu dosis terlupa; informasi tentang pengulangan resep; dan informasi
khusus bagi pasien tertentu.
a. Cara Young :
b. Cara Fried
a. Cara Clark:
Penyesuaian dosis untuk gangguan fungsi ginjal berdasarkan klirens kreatinin terdiri atas
beberapa cara:
2. Jellife
CLcr = 98 - 0,8 (umur - 20)
Ccr
4. Giusti - Hayton
Ku 1 - f (1 - CLucr ) = G
Kn CL n cr
a>
LAMPIRAN13
Antasida Besi (Fe); Absorpsi obat 2 berkurang Pembentukan khelat yang sukar diabsorpsi
Hormon Tiroid
Kuinolon;
Tetrasiklin
Antasida Intrakonazol; Absorpsi obat 2 berkurang Peningkatan pH di saluran cerna oleh obat 2, sedangkan
ketokonazol obat 1 membutuhkan suasana asam untuk dapat
diabsorpsi Peningkatam pH urin (hanya terjadi jika
dosis salisilat tinggi)
Antasida Salisilat Klirens obat 2 meningkat Peningkatan pH urin (hanya terjadi jika dosis salisilat tinggi)
I
C
Obat yang mempengaruhi Obat yang dingaruhi
(obat 1) (obat 2)
Efek Mekanisme
3
Q Golongan beda blocker Peningkatan metabolisme obat 2
3
Barblturat; Efek obat 2 menurun
Fenitoin;
? Karbamazepin; Efek obat meningkat Penghambatan metabolisme obat 2
Calcium channel blocker
i
c
(cx): Verapanrril, Diltiazem, Nikardipin) Siklosporin
Fluvoksamin Antidepresan trisiklik Toksisitas obat 2 dapat terjadi Penghambatan metabolisme obat 2
(co: Amitriptilin, Imipramin,
Klomipramin, Maprotilin,
Trimipramin
4^
^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 ^ 3 d 3 ^ 3 ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^
3 > > > } } } } } } } } } } } } } } } } } } } } } } } )} } }
■b.
00
Lanjutan LAMPIRAN13
Golongan beta blocker (terutama Golongan Sulfonilurea Gejala hipoglikemia Tertutupi Penghambatan reseptor beta 2
yang non selektif, (kecuali berkeringat)
(co: Propanolol)
Golongan beta blocker (terutama Insulin Reaksi recovery kadar glukosa Penghambatan mobilisasi glukosa dari hepar
yang non selektif, co: Propanolol) darah terhambat jika terjadi
5- hipoglikemia
8- Golongan Fenotlazin Levodopa Efek obat 2 dihambat Antagonis efek obat 2
3 (co: Klorpromazin)
Q
3
Golongan Kuinolon Digoksin Toksisitas obat 2 dapat terjadi Penghambatan ekskresi obat 2;
;? Pergeseran dari ikatan protein plasma
1
C
Golongan Monoamine Oxidase
Inhibitor
Antidiabetes
(insulin, antidiabetes oral)
Dapat terjadi hipoglikemia Aditif
:3
Q
3 Golongan Monoamine Oxidase Simpatomimetik Dapat terjadi hipertensi krisis Penghambatan konversi Fenilefrin
Inhibitor yang non-selektif
? (co: Tranilsipromin, Fenelzin)
1
C Golongan Tiazid Litium Toksisitas obat 2 meningkat Penurunan ekskresi obat 2
Q
2 Hormon Tiroid Antikoagulan oral (Warfarin) Efek obat 2 meningkat Peningkatan katabolisme faktor pembekuan
C*
3
Kaolin-pektin Digoksin Efek obat 2 menurun Penghambatan absorpsi obat 2
c
3
Q
=r
Co
Q
&
3
Q
3 Lanjutan LAMPIRAN13
?
•§ Obat yang mempengaruhi Obat yang dingaruhi Efek Mekanisme
C
(obat 1) (obat 2)
3
C»
Karbamazepin Antikoagulan oral (Warfarin) Efek obat 2 menurun Penghambatan metabolisme obat 2
3
? Karbamazepin Calcium channel blacker; Efek obat 2 menurun Penghambatan metabolisme obat 2
Doksisiklin;
i
C
Estrogen;
Haloperidol
5* Kortikosteroid;
c Siklosporin;
Takrolimus
3
:d
c Klaritromisin Siklosporin Efek obat 2 meningkat Penghambatan metabolisme obat 2
3
Q Kalritromisin; Karbamazepin Efek obat 2 meningkat Penghambatan metabolisme obat 2
3-
Danazol;
1/1
O
Isoniazid
X-
Kloramfenikol Fenitoin; Efek obat 2 meningkat Penghambatan metabolisme obat 2
Sulfonilurea
Kothmoksazol Antikoagulan oral (Warfarin) Efek obat 2 meningkat Penghambatan enzim metabolisme;
Penggeseran dari ikatan protein plasma
NSAID Antikoagulan oral (Warfarin) Efek obat 2 meningkat Penghambatan fungsi platelet
NSAID (Aspirin, Ibuprofen, ACE Inhibitor Efek antihipertensi obat 2 Penghambatan COX-1 oleh obat 1
Indometasin) menurun
nO
} } } } } } } } } } )} } } } } } } } )} } } } } } } } } }
U1
o
Lanjutan-LAMPIRAN 13
Penghambatan pompa proton Intrakonazol; Efek obat 2 menurun Perubahan pH di saluran cerna yang menyebabkan
(co: Omeprazol, Lansopralzol, Ketokonazol obat 2 sulit diabsorpsi
Pantoprazol)
1. Alprazolam 43 Midazolam
2. Amfetamin 44 Naproksen
3. Amiodaron 45 Nifedipin
4. Amitriptilin 46 Nimodipin
5 Asam mefenamat 47 Norteiptilin
6 Astemizol 48 Oksikodon
7 Dehidrokodein 49 Omeprazol
8 Deksametason 50 Ondansentron
9 Dekstrometorfan 51 Papaverin
10 Desipramin 52 Paroksetin
11 Diazepam 53 Penbutolol
12 Dlfenhidramin 54 Perfenazin
13 Diklofenak 55 Pirokslkam
14 Diltiazem 56 Proguanil
15 Eritromisin 57 Propafenon
16 Etinil Estradiol 58 Propanolol
17 Felodipin 59 Ritanovir
18 Fenasetin 60 Ropinirol
19 Fenltoin 61 Siklosporin
20 Flekainid 62 Simvastatin
21 Fluoksetin 63 Sisaprid
22 Fluvastatin 64 Tamoksifen
23 Haloperidol 65 Teofilin
24 Hidrokodeon 66 Terfenadin
25 HIdrokortison 67 Timolol
26 Ibuprofen 68 Tioridasin
27 Imipramin 69 Tobutamid
28 Kafein 70 Triazolam
29 Kaptopril 71 Trimipramin
30 Karbamazepin 72 Venalfasin
31 Kinin 73 Verapamil
32 Klindamisin 74 Warfarin
33 Klomipramln 75 Yohimbin
34 Klonazepam
35 Klozapin
36 Kodein
37 Labetolol
38 Lovastatin
39 Maprotilin
40 Meprobarbitai
41 Metoprolol
42 Mexiletin
NO NAAAAOBAT KATEGORI
1 Adenosid C
2 Albuterol C
3 Alprazoran D
4 Amfoterisin B
5 Amilorid B
6 Aminofilin C
7 Amiodaro C
8 Amitripilin D
9 Amlodipin C
10 Amoksapin C
11 Amoksisilin B
12 Ampisilin B
13 Amrinon C
14 Antazolin C
15 Aprotinin C
16 Asam Nalidiksat B
17 Asam Valproat D
18 Asebutolol B
19 Asetaminofen B
20 Asetazolamid C
21 Asiklovir C
22 Asparaginase C
23 Aspirin C/D
24 Atenolol B/C
25 Atropin C
26 Azatadin B
27 Azatioprin D
28 Basltrasin C
29 Beklometason C
30 Beladonna C
31 Benazepril D
32 Benzatin penisilin B
33 Betaksolol B
34 Bisoprolol C
35 Bleomisin D
36 Bromokriptln C
37 Busulfan D
38 Danazol X
39 Daunorubisin D
40 Deferoksamin C
41 Deksametason C
42 Deksbromfeniramin C
43 Deksklorfeniramin B
44 Diazepam D
45 Dietilpropion B
46 Dietilstibestrol X
47 Difenhidramin C
48 Digoksin C
49 Dikilomin B
50 Diltiazem C
51 Dimenhidrinat B
52 Dimetinden C
53 Dimetotiazin C
54 Dipiridamol C
55 Disopiramid C
56 Disulfiran C
57 Dobutamin C
58 Doksazosin B
59 DoksUamin B
60 Doksorubisin D
61 Dokusat Kalslum C
62 Dopamin C
63 Efedrin C
64 Efinefrin C
65 Enalapril D
66 Epoetin Alfa C
67 ERgokalsiferol A/D
68 Ergotamin D
69 Eritromisin B
70 Estradiol X
71 Estrogen terkonjugasi X
72 Etambutol B
73 Fomotidin B
74 Felodipin C
75 Fenfluramin C
53
Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit
Lanjutan lampiran 15
76 Fenileprin C
77 Fenitoloksamin C
78 Feniramin C
79 Fenitoin D
80 Fenobarbital D
81 Fenoterol B
82 Flokonazol C
83 Fluorourasil D
84 Gliserin C
85 Furosemid C
86 Griseofulvin C
87 Guaifenesin C
88 Guanfasin B
89 Haloperidol C
90 Heksaklorofen C
91 Hidralazin C
92 Hidroksiprogesteron D
93 Hidroksiurea D
94 Hidroksizin C
95 Homatropin K
96 Idoksurin C
97 l-Hiossiamin C
98 Indapamid D
99 Indometasin B/D
100 Insulin B
101 Isoksuprin C
102 Isoniazid C
103 Isosopramid C
104 Isosorbid Dinitrat C
105 Kalsltonin B
106 Kalsitriol A/D
107 Kaolin/Pektin C
108 Kaptopril D
109 Karbamazepin C
110 Karbomazol D
111 Karbinoksamid C
112 Karteolol C
113 Katekonazol C
151 Meksiletin C
55
Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit
Lanjutan lampiran 15
152 Melfalan D
153 Mepenzolat C
154 Merkaptopurin D
155 Metaproterenol C
156 Metenamin C
157 MetUdopa C
158 Metoklopramid B
159 Metoprolol B
160 Metotreksat D
161 Metronidazol B
162 Midazolan D
163 Mikonazol C
164 Milrinon C
165 Minoksidil C
166 Minosiklin D
167 Misoprostol X
168 Nadolol C
169 Noproksen B/D
170 Neostigmin C
171 Niasin A/C
172 Nifedipin C
173 Nikardipin C
174 NiUdrin C
175 Ni modipin C
176 Nistatin . B
177 Nitrofurantoin B
178 Nitrogliserin C
179 Noretrindon X
180 Oksifenbutazon D
181 Oksimetazolin C
182 Oksitetrasiklin D
183 Oksprenolol C
184 Omeprazol C
185 Ondansetron B
186 Penisilin G B
187 Penisilin V B
188 Pentoksifillin
189 Pentraertritol Tetranitrat C
190 Peerfenazin C
191 Pilokarpin C
192 Pindolol B
193 PiperasUlin B
194 Piperazin B
195 Pirantel pamoat C
196 Pirazinamid C
197 Pirilamin C
198 Pirimetamin C
199 Piroksikam B/D
200 Polimiksin B
201 Povidon-lodin D
202 Prazosin C
203 Prednisolon B
204 Primidon D
205 Prokainamid C
206 Proklorperazin C
207 Prometazin C
208 Propafenon C
209 Propantelin C
210 Propranolol C
211 Pseudoefedrin C
212 Quinapril D
213 Ramipril D
214 Ranitidin B
215 Reserpin D
216 Rifampisin C
217 Ritrodin B/X
218 Sefadroksil B
219 Sefaklor B
220 Sefaleksin B
221 Sefalotin B
222 Sefamandol B
223 Sefazolin B
224 Sefoferazon B
225 Sefotaksim B
226 Sefradin B
227 Seftazidim B
228 Seftizoksim B
229 Seftriakson B
230 Sefuroksim B
231 Siklopiroks B
232 Siklosfosfamid D
233 Siklosporin Cm
234 Simetidin B
235 Simetikon C
236 Sinarizin C
237 Siprofloksasin C
238 Siproheptadin B
239 Sisplatin D
240 Sitarabin D
241 Skopolamin C
242 Satolol B
243 SDektinimisin B
244 Spiramisin C
245 Spironolakton D
246 Sukralfat B
im 247 Sulfasalazin B/D
248 Terazosin C
249 Terbutalin B
250 Terfenadin C
251 Tetrasiklin D
252 TikarsiUin B
253 Timolol C
254 Tioridazin C
255 Triazolan X
256 Trifluoperazin C
257 Trihaksifenidil C
258 Trimetoprim B
259 Tripenelamin B
260 Tripolidin B
/*i
261 Urokinase B
262 Vankomisin C
263 Vasoprossin B
264 Verapamil C
265 Viblatin D
266 Vikristin D
267 Zidovudin C
Keterangan:
Sudah diiakukan penelitian pada wanita hamil trisemester 1 (aman)serta pada trisemester
berikutnya tidak terdapat bukti timbulnya resiko yang merugikan
B. Penelitian pada binatang yang sedang hamil tidak terdapat bukti adanya resiko yang
merugikan, tetapi belum ada penelitian pada wanita hamil.
C. Penelitian pada binatang yang sedang hamil terdapat bukti adanya resiko yang
merugikan, tetapi belum ada penelitian pada wanita hamil. Pemakaiannya dapat
dibenarkan apabila manfaatnya lebih besar dari pada kerugian yang timbul.
D. Ada bukti resiko yang merugikan pada wanita hamil, tetapi obat masih dapat diterima
apabila manfaatnya lebih besar dari pada resikonya (contoh; obat diperlukan pada
kondisi serius; penyelamatan jiwa atau adanya penyakit yang lebih aman oleh obat
tersebut; adanya penyakit yang tidak efektif kecuali oleh obat tersebut.
X Penelitian pada binatang dan wanita hamil menyebabkan ketidaknormalan bayi. Obat
dikontraindikasikan untuk ibu hamil.
o
o
Lanjutan LAMPIRAN16
Anti kolinergik Belum ada studi, kondisi bayi harus dipantau
Indandion V
Antikoagulan Heparin V
Warfarin V
Kumarin V
Karbamazepin V V
Klonazepam V Tidak ada efek
Anti konvuisan Etosuksimida V Ada efek
Luminal V V Dosis rendah - sedanq
Fenitoin V
Primidon V V Dosis rendah - sedanq
Asam valproat V Tidak ada efek
Tripolidin V
Loratadin V
Klemastin V
Siproheptadin V
Anti Histamin Kromolin V
Beklometason V
Flinisolid V
Sediaan SR V
Kombinasi dgn V
Simpatomimetik
Diserap kecil melalui ASI, harus dilakukan pemantauan flora
Amikasin V usus
Gentamisin V
Anti infeksi Netilmisin V
Aminoglikosida Streptomisin V
^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 3 ^ ^ ^ ^ 3 9 ^ i ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 J a 3 J 3
I I > > > I
f?
&
3 Lanjutan LAMPIRAN16
-3-
penisilin
Sufonamida Menyebabkan definisi enzim G-6-PD pada bayi ikterus
Anti infeksi Sulfametoksazol
golongan sulfa Kotrimoksazol
Sulfisoksazol
Anti infeksi DDS V Untuk bayi baru lahir menyebabkan defisiensi enzim G-6-PD
sulfon
Anti infeksi Tetrasiklin V Hanya untuk 7-10 hari
Tetrasiklin
Siprofloksasin V Sedikit terkonsentrasi
Ofloksasin V
Asam nalidiksat V
Fluoroquinolon V
Metanamin hipurat V
Anti infeksi Metenamin V
Urinary germi Mendelat
cide Nitrofurantoin V Menimbulkan defisiensi G-6-PD
Azatiotropin •V
Busulfan V
Anti neoplastik Sisplatin V
dan imunosu Siklofosfamid V Menimbulkan depresi sumsum tulanq belakanq
presan Siklosporin V
Doksorubisin V
Hidroksiurea V
Metrotreksat V
Asiklovir V
Kloramfenikoi V Menimbulkan anemia aflasik
Antibiotik lain Kindamisin V Meruoakan Dilihan terbaik
Diskolorasi pd kulit dan hipermelanoik, kembali normal stelah 5
Klofazimin V bl
Eritromisin V
Mebendazoi V
Amiodaron V Diekskresikan dalam iumlah yq cukup dan dapat menimbulkan
resiko pada bayi
Disopiramid V
Belum ada data yang cukup. Dosis 400 mg/8jam per oral tidak
Anti aritmia Bretilium V ber - efek.
:o Untuk keperluan iv/iokal qunakan dosis rendah.
c
3 Lidokain V
tn
Q
i Meksiietin v
1 ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 '3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
I > > I >
&
3 Lanjutan LAMPIRAN16
Q
=3
Prokainamida V V
Anti Aritmia Kuinidin V V
Digoksin V
Mepindolol V
Bloking Agent Propanolol V
Metoprolol v
Labetolol V
Ca Chanel Diltiazem V
Blocking Nifedipin
Agent Verapamil V
Klonidin
Reserpin Menimbulkan sesak nasal dan meningkatkan sekresi tracheo
bronchial
Psilium V
Bismut subsalisilat V
Loperamid V
Turmesalamin Sulfasalazin V Ditemukan dalam ASI
Sulfafiridin V
Antrakuinon V
Katartik dan Psilium V
laksan Sena V Sebagai pilihan terakhir
Bisakodil V
Metklopramid V Setelah 3-4 hari setelah memakai obat
Gastrokinetik Domperidon V
Sisaprid V
Sukraifat V
Simetidin V Terkonsentrasi di ASI
Ranitidin V Terkonsentrasi di ASI, tetapi lebih kecil dari ranitidin
H2 Reseptor Diberikan dosis tunggal saat akan tidur
antagonis Famotidin V
Nizatidin V
Roksatidin V
Hormon dan Busereiin V
pengganti
sintetik
Hormon dan Estrogen V Pemakaian lama menimbulkan efek negatif
esterogen Levonorgestrel V
Prednison V Hindari penyusuan 3-4 hari setelah memakai obat
:o Prednisolon V
c
Kortikosteroid Metil Prednisolon V
3
.1
1
Deksametason i *
on
Q
X-
^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 3
> ) > > } ) > ! > >
§■
3 Lanjutan LAMPIRAN16
Beklometason V Pemakaian topikal
3 Diekskresi sejumlah kecil ke dalam ASI dan tidak diabsorbsi
1
C
Desmopresin V secara oral oleh bayi.
3
Q
3 Insulin V Dosis diturunkan sampai 75 %
MAO Inhibitor V
Lanjutan LAMPIRAN16
Sedatif Barbiturat V
dan Hipnotik Tiopental V Untuk induksi anestesi
Diazepam V Terakumulasi pada bay!
Benzodiazepin Alprazolam V Pernah dilaporkan adanya adanya symptom'withdrawal'
Lorazepam V Short Acting
Oksazepam V
Bromida V
Kloralhidrat V
Psikotropik lain Glutetimida V Terdeteksi 8-12 jam setelah pemberian
Meprobamat V Konsentrasi puncak pada 4 jam
Profol V Ada sejumlali kedl dalam AS!
Norefineprin V Menquranqj peiepasan proiaktin
Simpatomi Oksimetazolin V
Pseudoefedrin V Dikeskresj dalam jumlah cukup
Terbulaiin V Ada dalam jumlah kedl di ASI
Baklofen v Ada dalam jumlah kedl dl ASI
Fluorid V
Povidin lodin V
Levodopa V Mengurangj serum proiaktin pada ibu tidak menyusui, dapat
mempenqaruhi laktasi pada ibu menyusui
Maqnesium V
Laln-lain Neostiqmin V
Noskapin V
Pentoksipilln V
Pravastatin V
:o Piridoksin
I
V
c
3 Retlnold v
o
zr Teofilin V 1
1
LO
Q
X-
T ^ ^ ^ ^ ^ ^ 3 ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ J J J 3 J )>
I I > I > ) )) > )
;?
&
3
0
3
"XT
fO
3
1
c
3
Q
3
?
i
s* Lanjutan LAMPIRAN16
c*
3 V
Tolbutamid
3D
C V
Vaksin
3
Q Obat non Alkohol V
3-
medikal
O
X- Amfetamin V
Kafein V
Kokain V
Marijuana V
Rokok V
Radio Penyusuan dihentikan sementara
farmasetikal
o
00
LAMPIRAN17
|Asetosal
1 Asetazolamida Ringan
Berat
Hindari;asidosismetabolik
Hindari;retensi natrium dan air;fungsi ginjal
memburukjmeningkatkan resiko pendarahan
saiuran cema.
|Asiklovir Sedang sampai Kurangi dosisjkemungkinan peningkatan
1 berat sementara urea plasma
Atenolol Lihat Beta - bloker
Azatioprin Berat Kurangi dosis
Azitromlsin Sedang sampai Informasi tidak tersedia
berat
Aztreonam Sedang Kurangi dosis
Benzlipenisiiin Berat Maksimum 6 g perhari;neorotoksisitas;dosis
tinggi dapat menyebabkan keiang
Beta-bloker Sedang Mulai dengan dosis rendah;asebutolol (metabolit
aktif terakumulasijkurangi dosis
atenolol,nadoloi.pindoiolsotatoi) semua
diekskresikan utuh
Berat Mulai dengan dosis rendahjkadar plasma lebih
tinggi seteiah pemberian oral, dapat menurunkan
aliran darah renal dan sebaliknya mempengaruhi
fungsi ginjaipada gagaiginjal berat;disarankan
untuk menghindariseliproloi dan sotalol.
Tiazid dan Diuretik Sedang Hindari; tidak efektif (metalazon tetap efektif
sejenis tetapi ada risiko diuresis berlebihan)
Tobramisin Lihat Aminoglikosida
Tramadol Lihat Analgesik Opioid
Triamteren Lihat Diuretik rendah"kalium
Trimetoprim Sedang Kurangi dosis
Valasiklovir Seperti pada Asiklovir
Valsartan Sedang sampai Mulai dengan 40 mg sekali sehari
berat
■-J
CJ1
LAMPIRAN 18
?
1C
5"
2
c*
3
:*3
c
3
Q
3-
LO
Q
DAFTAR PUSTAKA