Anda di halaman 1dari 20

Makalah Hari : Kamis

MK.Kimia Pangan dan Gizi Tanggal : 18 Maret 2021

ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT

Disusun oleh :

Desna Rosella
P032013411011
DIII Gizi TK. 1A

Dosen Pengampu :
Lidya Novita, S.Si, M.Si

Lily Restusari, M.Farm, Apt.

Yuliana Arsil, M.Farm, Apt

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati ini, saya mengucapkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya
mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Analisa Kuantitatif Karbohidrat”.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari zaman jahiliyah
menuju jalan yang terang benderang.
Suatu kebanggaan bagi saya karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Meskipun demikian, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan akhir saya ini. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi saya selaku penulis dan khususnya bagi para pembaca.

Pekanbaru, Maret 2021

Desna Rosella
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1.2. Tujuan
Pratikum
1.3. Prinsip
Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Warga Indonesia sebagian besar menganggap nasi adalahmakanan pokok. Nasi banyak
memiliki kandungan senyawa kimia yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam nasi antara lain adalah karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Kandungan terbanyak dalam nasi adalah karbohidrat.
Karbohidrat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, yaitu salah satunya sebagai sumber
energi. Sumber energi ini akan diolah oleh tubuh sehingga dapat digunakan oleh manusia
untuk melakukan berbagai macam kegiatan sepanjang hari.

Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa gabungan unsur yaitu
unsur karbon, unsur oksigen,dan unsur hidrogen dengan perbandingan jumlah tertentu.
Rumus umum yang dimiliki oleh karbohidrat adalah C m(H2O)n. Karbohidrat berdasarkan
jumlah unit atau monomer gula yang dikandung di dalamnya dapat digolongkan menjadi
monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.Karbohidrat dibagi menjadi dua
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.

Karbohidrat setiap gramnya dapat menghasilkan 4 kkal. Energi hasil dari proses
pembakaran karbohidrat ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk menjalankan berbagai
macam fungsi yang dilakukan oleh tubuh. Fungsi-fungsi tersebut antara lain seperti
bernafas, melakukan aktivitas fisik seperti melakukan aktivitas olahraga ataupun bekerja,
fungsi kontraksi jantung serta kontraksi otot. Karbohidrat juga sangat berperan pada
sistem kerja saraf. Karbohidrat tidak hanya dapat langsung dimanfaatkan sebgai sumber
energi untuk beraktifitas, akan tetapi juga dapat berperan sebagai cadangan energi yang
tersimpan didalam tubuh.
Berdasarkan pentingnya peran karbohidrat pada tubuh makhluk hidup, maka dilakukan
percobaan analisis karbohidrat ini. Analisis karbohidrat yang dilakukan adalah analisis
karbohidrat secara kualitatif. Analisis karbohidrat pada suatu bahan makanan sangat perlu
untuk dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung didalamnya.
Analisa karbohidrat dalam percobaan pertama ini dilakukan dengan beberapa metode
analisis kualitatif, misalnya uji molisch, uji benedict, Uji barfoed, Uji iodin, dan hidrolisis
sukrosa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu karbohidrat?

2. Bagaimanakah cara mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan secara


kuantitatif?

1.3 Tujuan

Adapun tujun dari percobaan ini yaitu:

1. Mengetahui apa itu karbohidrat

2. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan


secara kuantitatif.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari percobaan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam


suatu bahan secara kuantitatif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang menjadi sumber energi


utama dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologi tubuh. Pada
tanaman, karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar
matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman berklorofil. Karbohidrat
disusun oleh tiga unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)
dengan rumus molekul umum Cx(H2O)y. Berdasarkan strukturnya karbohidrat
didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid dan polihidroksi keton.

Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat dengan


struktur yang sederhana (seperti monosakarida dan disakarida) dan dengan struktur
yang kompleks atau polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
Selain itu terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida) dan
dekstrin yang memiliki rantai lebih pendek dari polisakarida. Pati merupakan
polisakarida yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, sedangkan glikogen merupakan
polisakarida yang terdapat pada hewan. Pati atau glikogen apabila dihidrolisis akan
menghasilkan unit-unit glukosa.

2.2 Analisis Karbohidrat

1. Analisis total gula (Metode Anthrone)

Gula dapat bereaksi dengan sejumlah pereaksi menghasilkan warna spesifik. Intensitas
warna dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Intensitas warna yang terbentuk diukur dengan
spektofotometer. Pereaksi Anthrone (9,10-dihidro-9-oksoantrasena) 0,1% dalam asam
sulfat pekat. Pereaksi Anthrone bereaksii dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat
menghasilkan warna biru kehijauan. Intensitas absorbansnya diukur pada λ=630nm.
Metode ini digunakan untuk analisis total gula bahan padat atau cair.

a. Prinsip :

Prinsip dasar dari metode anthrone adalah senyawa anthrone akan bereaksi secara
spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru
kehijauan yang khas. Senyawa anthrone (9,10- dihydro-9- oxanthracene) merupakan
hasil reduksi anthraquinone.

b. Cara kerja

1. Pembuatan kurva standar :

a) Kedalam tabung reaksi bertutup, pipet larutan glukosa standar sebanyak


0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ml (glukosa standar 0,2 mg/ml), lalu encerkan
sehingga total volume masing-masing tabung 1,0 ml.

b) Buat larutan blanko dengan cara memipet 1 ml air destilata ke dalam tabung
reaksi lain.

c) Tambahkan pereaksi 5 ml Anthrone dengan cepat ke dalam larutan glukosa


standard an blanko kemudian tutup. Voertex dan kocok hingga merata.

d) Panaskan tabung reaksi di atas penangas air 100oC selama 12 menit.


Dinginkan

e) Pindahkan larutan ke dalam kuvet dan baca absorbans dengan UV-Vis


spektrofotometer pada 630 nm.

f) Buat plot kurva yaitu konsentrasi

g) glukosa standar pada sumbu x dan nilai absorbans pada sumbu y

2. Analisis contoh :

a) Lakukan pengenceran contoh


b) Masukkan sebanyak 1ml contoh kedalam tabung reaksi tertutup

c) Lakukan tahap seperti pada pembuatan kurva standar

3. Perhitungan Perhitungan metode ini adalah dengan menentukan konsentrasi gula


dalam contoh mengguanakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula
standar dengan absorbans) dan memperhitunkan pengenceran yang dilakukan.
Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut.

Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100

Dimana:

G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)

FP = faktor pengenceran

W = berat contoh (gram)

2. Analisis total gula (Metode Fenol)

Metode ini digunakan untuk menetapkan total gula semua bahan pangan. Sebelumnya
contoh harus disiapkan seperti pada persiapan contoh untuk analisis gula.

a. Prinsip Gula sederhana, oligosakarida, polisakarida, dan turunannya dapat bereaksi


dengan fenol dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna oranye kekuningan yang
stabil.

b. Prosedur

1. Pembuatan kurva standar :

a) Ambil sebanyak 2ml larutan pada beberapa konsentrasi

b) Tambahkan 1ml larutan fenol (5%), lakukan vortex

c) Tambahakan 5 ml larutan asam sulfat pekat dengan cepat secara tegak lurus
kepermukaan cairan
d) Diamkan selama 10 menit, vorteks, dan tempatkan dalam penangas air selama
15 menitUkur absorbansnya pada 490nm untuk hekstosa sedangkan untuk
pentosa dan asam uronat 480 nm.

e) Buat plot kurva standar. Lalu tentukan persamaan regresi linier.

2. Analisis contoh

a) Lakukan pengenceran contoh

b) Masukkan 2ml contoh ke dalam tabung reaksi dan lakukan tahap seperti pada
pembuatan kurva standar.

3. Perhitungan

Perhitungan menggunakan metode fenol adalah konsentrasi gula dalam contoh


ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula
standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Rumus perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut.

Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100

Dimana:

G = konsentrasi gula dari kurva standar (gram)

FP = faktor pengenceran

W = berat contoh (gram)

3. Analisis gula reduksi (Metode Lane-Eynon)

Gula pereduksi dalam bahan pangan dapat ditentukan konsentrasinya berdasarkan pada
kemampuannya untuk mereduksi pereaksi lain. Analisis gula pereduksi dengan metode
Lane-Eynon dilakukan secara volumetri dengan titrasi/titrimetri. Metode ini digunakan
untuk penentuan gula pereduksi dalam bahan padat atau cair seperti laktosa, glukosa,
fruktosa, maltosa.
a. Prinsip Metode Lane-Eynon didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi Fehling oleh
gula-gula pereduksi. Penetapan gula pereduksi dengan melakukan pengukuran
volume larutan gula pereduksi standar yang dibuthkan untuk mereduksi pereaksi
tembaga (II) basa menjadi tembaga (II) oksida (Cu2O). Udara yang mempengaruhi
reaksi dikeluarkan dari campuran reaktan dengan cara mendidihkan laruta selama
titrasi. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen blue yang warnanya akan hilang
karena kelebihan gula pereduksi di atas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi
semua tembaga

b. Prosedur

1. Standarisasi larutan fehling :

a) Masukkan 10 ml laruta campuran Fehling A dan B kedalam erlenmeyer dan


tambah 2-4 tetes metilen blue 0,2%.

b) Kemudian lakukan tahapan seperti pada analisis contoh.

2. Analisis contoh :

a) Campurkan larutan fehling A dan B dengan volume yang sama

b) Pipet 10 ml larutan dari hasil persiapan contoh kedalam erlemeyer

c) Tambahkan kedalam erlenmeyer 10 ml larutan campuran fehling A dan B


serta 2-4 tetes metilen blu 0,2 %.

d) Panaskan campura larutan di atas hot plate magnetic stirrer

e) Setelah mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula standart sampai warna
biru hilang

f) Titrasi dilakukan dengan cepat, maka perlu ditambahkan larutan glukosa


standar dengan volume tertentu.

3. Perhitungan

Gula pereduksi (%) = [(V0-Vs)xGxTsxFx100]/(TxW)


Dimana:

Vo = volume larutan glukosa standar untuk titrasi larutan Fehling (ml)

Vs = volume larutan glukosa standar untuk titrasi contoh (ml)

G = konsentrasi larutan glukosa standar (g/ml)

Ts = volume contoh total dari persiapan contoh (ml)

T = volume contoh yang diperlukan untuk titrasi (ml)

W = berat contoh (g)

F = faktor pengenceran

4. Analisis Gula Reduksi (Nelson-Somogyi)

Metode in digunakan unttuk mengetahui kadal gula pereduksi dalam sampel.

a. Prinsip Metode Nelson-Somogyi didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi tembaga


sulfat oleh gula-gula pereduksi. Gula pereduksi mereduksi pereaksi tembaga (II) basa
menjadi tembaga (I) oksida (Cu2O). Cu2O ini bersama dengan arsenomolibdat
membentuk senyawa komplek berwarna. Intensitas warna menunjukkan banyaknya
gula pereduksi dengan pengujian menggunakan λ=520 nm.

b. Prosedur Kerja

1. Pembuatan kurva standar

a) Siapkan 6 tabung reaksi masing masing diisi dengan 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1
ml larutan glukosa standar.

b) Tambahkan aquadest dalam tiap tiap tabung tersebut sehingga volume untuk
tiap-tiap tabung mencapai 1 ml

c) Tambahkan 1 ml reagensia Nelson pada tiap-tiap tabung dan panaskan dalam


air mendidih selama 20 menit
d) Dinginkan semua tabung dengan cara direndam dalam air dingin hingga suhu
mencapai 250C

e) Tambahkan 1 ml reagen Arsenomolibdat pada tiap-tiap tabung, kocok


homogen sampai semua endapan kuprooksida larut semua.

f) Tambahkan 7 ml aquadest,kocok homogen

g) Tera absorbansinya pada λ 540 nm dengan spektrofotometer

h) Buat kurva standar hubungan antara absorbansi dan konsentrasi

i) Tentukan persamaan kurva standarnya

2. Penentuan kadar gula reduksi sampel:

a) Ambil 1 ml larutan sampel jernih, lakukan prosedur yang sama dengan


pembuatan kurva standar mulai dari no. 3 – 7.

b) Tentukan kadar gula reduksi sampel dengan menggunakan persamaan kurva


standar.

3. Perhitungan

Perhitungan dalam metode ini adalah kandungan gula pereduksi dalam contoh
ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula
standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan gula non-
pereduksi dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula dengan kadar
gula pereduksi.

Total gula = gula pereduksi + gula non-reduksi

5. Analisis Total Pati, Amilosa, Amilopektin

Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan secara volumetrik/titrimetri atau
kolorimetri. Penentuan total pati adalah dengan cara menghidrolisis pati secara sempurna
menjadi glukosa. Hidrolisis pati menjadi gula dapat terjadi saat ada perlakuan asam yaitu
memecah ikatan glikosidik yang menghubungkan antar glukosa. Dapat juga terjadi secara
enzimatis (enzim α-amilase dan glukoamilase) yang memecah molekul-molekul amilosa
dan amilopektinn menjadi gula sederhana. Kandungan glukosa dapat ditentukan
menggunakan metode penetapan gula seperti metode Anthrone, metode fenol, metode
Lane-Eynon, metode Nelson-Somogyi. Kandungan pati ditentukan menggunakan fakor
pengali (0,9). Sehingga kandungan pati adalah kandungan glukosa x 0,9. Dapat
ditentukan untuk analisis kadar pati pada contoh padat atau cair.

a. Prosedur kerja

1. Persiapan sampel

a) Masukkan sebanyak 2 – 5 g contoh padat atau cair ke dalam gelas (untuk


contoh padat perlu dihaluskan dahulu)

b) Tambahkan ke dalam gelas piala sebanyak 50 ml alkohol 80%. Aduk selama 1


jam

c) Saring suspensi yang terbentuk dengan kertas saring dan cuci dengan air
sampai volume filtrat 250 ml (filtrat ini mengandung karbohidrat yang larut
dan dibuang)

d) Untuk menghilangakn lemak, cuci pati yang terdapat sebagai residu dengan 10
ml eter (sebanyak 5 kali). Saring setiap pencucian dengan kertas saring.
Biarkan menguap eter yang tersisa dalam residu.

e) Cuci lagi residu dengan 150 ml alkohol 10% untuk membebaskan lebih lanjut
karbohidrat yang terlarut.

f) Pindahkan residu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam gelas piala
dengan cara pencucian dengan 200 ml air. Tambahkan 20 ml HCl 25%. g)
Tutup suspensi residu di dalam gelas piala dengan pendinginan balik
(kondensor).

g) Setelah didinginkan, netralkan larutan yang terbentuk dengan larutan NaOH


45% dan masukkan ke dalam labu takar 500 ml secara kuantitatif.
h) Tepatkan larutan sampai tanda tera dengan menggunakan air destilat.

i) Saring kembali larutan dengan menggunakan kertas saring.

2. Pembuatan kurva standar

1. Timbang sebanyak 40 mg amilosa murni dan masukkan ke dalam tabung


reaksi.

2. Tambahkan ke dalam tabung reaksi 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N.

3. Panaskan tabung reaksi di dalam air mendidih sekitar 10 menit sampai semua
amilosa membentuk gel.

4. Setelah didinginkan, pindahkan campuran secara kuantitatif ke dalam labu


takar 100ml dan tepatkan dengan air sampai tanda tera

5. Pipet gel amilosa (beberapa seri konsentrasi) ke dalam labu takar 100ml

6. Tambahkan ke dalam masing – masing labu takar asam asetat 1N, kemudian
tambahkan masing – masing 2 ml larutan iod.

7. Tepatkan larutan iod dengan air hingga tanda tera.

8. Setelah didiamkan selama 20 menit, ukur absorbans dari intensitas warna biru
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

9. Buat kurva standar sebagai hubungan antara kadar amilosa (sumbu x) dengan
absorbans (sumbu y)

3. Analisis contoh :

1. Gunakan contoh tepung yang mengandung pati (apabila contoh mengandung


komponen lain maka pati perlu diekstrak dahulu)

2. Timbang sebanyak 100mg contoh dan masukkan ke dalam tabung reaksi

3. Tambahkan ke dalam tabung reaksi 1ml etanol 95% dan 9ml NaOH 1 N.
4. Panaskan tabung reaksi selama 10 menit untuk menggelatinisasi pati

5. Setelah didinginkan, masukkan pasta pati ke dalam labu takar 100ml dan
tepatkan hingga tanda tera dengan menggunakan air

6. Pipet larutan pati tersebut dan dimasukkan ke dalam labu takar 100ml, lalu
ditambahkan asam asetat 1N, 2 ml larutan iod, dan air hingga tanda tera

7. Setelah didiamkan selama 20 menit, ukur absorbansinya dengan


spektrofotometer pada 625 nm.

4. Perhitungan

Kandungan amilosa ditentukan berdasarkan kemampuan amilosa untuk bereaksi


dengan senyawa iod yang menghasilkan kompleks berwarna biru. Intensitas
warna biru tergantung pada kadar amilosa dan dapat ditentukan secara
spektofotometri. Kandungan amilopektin ditentukan sebagai selisih antara
kandungan pati dengan amilosa.

Pati = amilosa + amilopektin

Perhitungan dalam menentukan berat pati dalam contoh diperoleh dengan


mengalikan berat glukosa dengan 0,9. Angka 0,9 adalah faktor konversi untuk
pembentukan glukosa dari hidrolisa pati. Perhitungan kadar amilosa ditentukan
dengan menggunakan kurva standar, dengan menggunakan rumus:

Kadar amilosa (%) = (CxVxFPx100)/W

Dimana,

C= konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar (mg/ml)

V = volume akhir contog (ml)

FP = faktor pengenceran

W = berat contoh (mg) Kadar amilopektin (%) = Kadar pati (%) – Kadar amilosa
(%)
6. Analisis Karbohidrat Yang Tidak Dapat Dicerna

Analisis Karbohidrat Yang Tidak Dapat Dicerna yaitu meliputi Analisis serat kasar
(crude fiber) dan analisis serat makanan (dietary fiber).Serat kasar ditentukan dari residu
setelah contoh diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Serat makanan ditentukan
berdasarkan kadar acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergen fiber (NDF). ADF itu
sendiri terdiri dari sebagian besar selulosa dan lignin, dan sebagian kecil hemiselulosa
dan substansi pektat sehingga umumnya dianggap sebagai selulosa dan lignin. NDF
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Penetapan lignin yaitu dengan metode
klason. Sedangkan penetapan substansi pekat dengan metode spektrifotometer. Kadar
hemiselulosa diperoleh dengan menghitung selisih kadar NDF dengan kadar ADF. Kadar
selulosa diperoleh dengan menghitung selisih kadar ADF dan kadar Lignin. Total serat
makanan dihitung dengan menjumlahkan kadar NDF dengan kadar substansi pektat. Serat
kasar yaitu residu dari bahan makanan yang telah diperlakukan dengan asam dan alkali
mendidih. Terdiri dari selulosa, sedikit lignin dan pentose.

a. Prosedur Kerja

 Giling contoh sampai halus sehingga dapat melewati saringan berdiameter 1


mm. Bila contoh tidak dapat dihaluskan, maka digiling hingga homogen.

 Timbang sebanyak 2 gram contoh dan ekstrak lemaknya dengan


menggunakan soxhlet dengan pelarut petrolium eter.

 Pindahkan contoh yang sudah bebas lemak secara kuantitatif ke dalam


erlenmeyer. Tambahkan 0,5 g asbes yang telah dipijarkan dan 2 tetes zat anti
buih.

 Tambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 200 mL larutan H2SO4mendidih.

 Letakkan erlenmeyer di dalam pendingin balik.

 Didihkan contoh di dalam erlenmeyer selama 30 menit dengan sesekali


digoyang-goyangkan.
 Setelah selese saring suspensi dengan kertas saring.

 Cuci residu yang tertinggal dengan air mendidih. Pencucian dilakukan hingga
air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus).

 Pindahkan residu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam erlenmeyer


kembali.

 Cuci kembali sisa residu di kertas saring dengan 200 mL larutan NaOH
mendidih sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.

 Didihkan kembali contoh selama 30 menit dengan pendingin balik sambil


sesekali digoyang-goyangkan.

 Saring kembali contoh melalui kertas saring yang diketahui beratnya sambil
dicuci dengan K2SO4 10%.

 Cuci residu di kertas saring dengan air mendidih kemudian dengan alkohol
95%. • Keringkan kertas saring dalam oven 1100C sampai 1-2 jam.

 Setelah didinginkan dalam desikator, timbang conto

 Hitung berat residu serat kasar dengan menghitung selisih antara berat contoh
dan kertas saring dengan berat kertas saring.

b. Perhitungan

Kadar serat kasar (g/100 g contoh) = [(W2- W1)/W]/x100

Dimana:

W2= berat residu kertas saring yang telah dikeringkan (g)

W1 = berat kertas aring

W = berat contoh yang dianalisis.


2.3 Analisa Kuantitatif
Sedangkan uji kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
a. Metode luff school Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan
glukosa dalam bahan yang akan diuji (contohnya buah) berdasarkan pada reaksi
titrasi iodometri dari kelebihan Cu.
b. Metode dinitrosalisilat (DNS) Metode ini dapat digunakan untuk mengukur gula
pereduksi dengan teknik kolorimetri. Teknik ini hanya bisa mendeteksi satu gula
pereduksi, misalnya glukosa. Gugus aldehida yang dimiliki oleh glukosa akan
dioksidasi oleh asam 3,5 dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil.
c. Metode asam fenol sulfat Metode ini disebut juga dengan metode TS (total sugar)
yang digunakan untuk mengukur total gula. Metode ini dapat mengukur dua molekul
gula pereduksi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang menjadi sumber energi utama
dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologi tubuh.
2. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat dengan
struktur yang sederhana (seperti monosakarida dan disakarida) dan dengan struktur
yang kompleks atau polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
Selain itu terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida) dan dekstrin
yang memiliki rantai lebih pendek dari polisakarida.
3. Identifikasi uji kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
metode luff school, metode dinitrosalisilat (DNS), metode asam fenol sulfat.

3.2 Saran

Adapun saran untuk percobaan analisis karbohidrat adalah tiap tahapan pada pengujian
harus dilakukan secara tepat, cermat dan penuh dengan konsentrasi agar langkah kerja
yang dilakukan tidak salah. Penambahan reagen sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
dan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Estimasi waktu sangat
dibutuhkan saat praktikum, agar semua pengujian dapat dilakukan sesuai dengan yang
direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, H. 2004.Karbohidrat. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

Sudarmaji, B. dkk. 1982. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta

Yazid, Estien dan Lisda, Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk
Mahasiswa Analis. Andi Offset : Yogyakarta.

Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai