Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Desna Rosella
P032013411011
DIII Gizi TK. 1A
Dosen Pengampu :
Lidya Novita, S.Si, M.Si
Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati ini, saya mengucapkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya
mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Analisa Kuantitatif Karbohidrat”.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari zaman jahiliyah
menuju jalan yang terang benderang.
Suatu kebanggaan bagi saya karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Meskipun demikian, saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan akhir saya ini. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi saya selaku penulis dan khususnya bagi para pembaca.
Desna Rosella
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1.2. Tujuan
Pratikum
1.3. Prinsip
Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Warga Indonesia sebagian besar menganggap nasi adalahmakanan pokok. Nasi banyak
memiliki kandungan senyawa kimia yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam nasi antara lain adalah karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Kandungan terbanyak dalam nasi adalah karbohidrat.
Karbohidrat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, yaitu salah satunya sebagai sumber
energi. Sumber energi ini akan diolah oleh tubuh sehingga dapat digunakan oleh manusia
untuk melakukan berbagai macam kegiatan sepanjang hari.
Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa gabungan unsur yaitu
unsur karbon, unsur oksigen,dan unsur hidrogen dengan perbandingan jumlah tertentu.
Rumus umum yang dimiliki oleh karbohidrat adalah C m(H2O)n. Karbohidrat berdasarkan
jumlah unit atau monomer gula yang dikandung di dalamnya dapat digolongkan menjadi
monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.Karbohidrat dibagi menjadi dua
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.
Karbohidrat setiap gramnya dapat menghasilkan 4 kkal. Energi hasil dari proses
pembakaran karbohidrat ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk menjalankan berbagai
macam fungsi yang dilakukan oleh tubuh. Fungsi-fungsi tersebut antara lain seperti
bernafas, melakukan aktivitas fisik seperti melakukan aktivitas olahraga ataupun bekerja,
fungsi kontraksi jantung serta kontraksi otot. Karbohidrat juga sangat berperan pada
sistem kerja saraf. Karbohidrat tidak hanya dapat langsung dimanfaatkan sebgai sumber
energi untuk beraktifitas, akan tetapi juga dapat berperan sebagai cadangan energi yang
tersimpan didalam tubuh.
Berdasarkan pentingnya peran karbohidrat pada tubuh makhluk hidup, maka dilakukan
percobaan analisis karbohidrat ini. Analisis karbohidrat yang dilakukan adalah analisis
karbohidrat secara kualitatif. Analisis karbohidrat pada suatu bahan makanan sangat perlu
untuk dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung didalamnya.
Analisa karbohidrat dalam percobaan pertama ini dilakukan dengan beberapa metode
analisis kualitatif, misalnya uji molisch, uji benedict, Uji barfoed, Uji iodin, dan hidrolisis
sukrosa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gula dapat bereaksi dengan sejumlah pereaksi menghasilkan warna spesifik. Intensitas
warna dipengaruhi oleh konsentrasi gula. Intensitas warna yang terbentuk diukur dengan
spektofotometer. Pereaksi Anthrone (9,10-dihidro-9-oksoantrasena) 0,1% dalam asam
sulfat pekat. Pereaksi Anthrone bereaksii dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat
menghasilkan warna biru kehijauan. Intensitas absorbansnya diukur pada λ=630nm.
Metode ini digunakan untuk analisis total gula bahan padat atau cair.
a. Prinsip :
Prinsip dasar dari metode anthrone adalah senyawa anthrone akan bereaksi secara
spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru
kehijauan yang khas. Senyawa anthrone (9,10- dihydro-9- oxanthracene) merupakan
hasil reduksi anthraquinone.
b. Cara kerja
b) Buat larutan blanko dengan cara memipet 1 ml air destilata ke dalam tabung
reaksi lain.
2. Analisis contoh :
Dimana:
FP = faktor pengenceran
Metode ini digunakan untuk menetapkan total gula semua bahan pangan. Sebelumnya
contoh harus disiapkan seperti pada persiapan contoh untuk analisis gula.
b. Prosedur
c) Tambahakan 5 ml larutan asam sulfat pekat dengan cepat secara tegak lurus
kepermukaan cairan
d) Diamkan selama 10 menit, vorteks, dan tempatkan dalam penangas air selama
15 menitUkur absorbansnya pada 490nm untuk hekstosa sedangkan untuk
pentosa dan asam uronat 480 nm.
2. Analisis contoh
b) Masukkan 2ml contoh ke dalam tabung reaksi dan lakukan tahap seperti pada
pembuatan kurva standar.
3. Perhitungan
Dimana:
FP = faktor pengenceran
Gula pereduksi dalam bahan pangan dapat ditentukan konsentrasinya berdasarkan pada
kemampuannya untuk mereduksi pereaksi lain. Analisis gula pereduksi dengan metode
Lane-Eynon dilakukan secara volumetri dengan titrasi/titrimetri. Metode ini digunakan
untuk penentuan gula pereduksi dalam bahan padat atau cair seperti laktosa, glukosa,
fruktosa, maltosa.
a. Prinsip Metode Lane-Eynon didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi Fehling oleh
gula-gula pereduksi. Penetapan gula pereduksi dengan melakukan pengukuran
volume larutan gula pereduksi standar yang dibuthkan untuk mereduksi pereaksi
tembaga (II) basa menjadi tembaga (II) oksida (Cu2O). Udara yang mempengaruhi
reaksi dikeluarkan dari campuran reaktan dengan cara mendidihkan laruta selama
titrasi. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen blue yang warnanya akan hilang
karena kelebihan gula pereduksi di atas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi
semua tembaga
b. Prosedur
2. Analisis contoh :
e) Setelah mendidih, lakukan titrasi sengan larutan gula standart sampai warna
biru hilang
3. Perhitungan
F = faktor pengenceran
b. Prosedur Kerja
a) Siapkan 6 tabung reaksi masing masing diisi dengan 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1
ml larutan glukosa standar.
b) Tambahkan aquadest dalam tiap tiap tabung tersebut sehingga volume untuk
tiap-tiap tabung mencapai 1 ml
3. Perhitungan
Perhitungan dalam metode ini adalah kandungan gula pereduksi dalam contoh
ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula
standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan gula non-
pereduksi dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula dengan kadar
gula pereduksi.
Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan secara volumetrik/titrimetri atau
kolorimetri. Penentuan total pati adalah dengan cara menghidrolisis pati secara sempurna
menjadi glukosa. Hidrolisis pati menjadi gula dapat terjadi saat ada perlakuan asam yaitu
memecah ikatan glikosidik yang menghubungkan antar glukosa. Dapat juga terjadi secara
enzimatis (enzim α-amilase dan glukoamilase) yang memecah molekul-molekul amilosa
dan amilopektinn menjadi gula sederhana. Kandungan glukosa dapat ditentukan
menggunakan metode penetapan gula seperti metode Anthrone, metode fenol, metode
Lane-Eynon, metode Nelson-Somogyi. Kandungan pati ditentukan menggunakan fakor
pengali (0,9). Sehingga kandungan pati adalah kandungan glukosa x 0,9. Dapat
ditentukan untuk analisis kadar pati pada contoh padat atau cair.
a. Prosedur kerja
1. Persiapan sampel
c) Saring suspensi yang terbentuk dengan kertas saring dan cuci dengan air
sampai volume filtrat 250 ml (filtrat ini mengandung karbohidrat yang larut
dan dibuang)
d) Untuk menghilangakn lemak, cuci pati yang terdapat sebagai residu dengan 10
ml eter (sebanyak 5 kali). Saring setiap pencucian dengan kertas saring.
Biarkan menguap eter yang tersisa dalam residu.
e) Cuci lagi residu dengan 150 ml alkohol 10% untuk membebaskan lebih lanjut
karbohidrat yang terlarut.
f) Pindahkan residu secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam gelas piala
dengan cara pencucian dengan 200 ml air. Tambahkan 20 ml HCl 25%. g)
Tutup suspensi residu di dalam gelas piala dengan pendinginan balik
(kondensor).
3. Panaskan tabung reaksi di dalam air mendidih sekitar 10 menit sampai semua
amilosa membentuk gel.
5. Pipet gel amilosa (beberapa seri konsentrasi) ke dalam labu takar 100ml
6. Tambahkan ke dalam masing – masing labu takar asam asetat 1N, kemudian
tambahkan masing – masing 2 ml larutan iod.
8. Setelah didiamkan selama 20 menit, ukur absorbans dari intensitas warna biru
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
9. Buat kurva standar sebagai hubungan antara kadar amilosa (sumbu x) dengan
absorbans (sumbu y)
3. Analisis contoh :
3. Tambahkan ke dalam tabung reaksi 1ml etanol 95% dan 9ml NaOH 1 N.
4. Panaskan tabung reaksi selama 10 menit untuk menggelatinisasi pati
5. Setelah didinginkan, masukkan pasta pati ke dalam labu takar 100ml dan
tepatkan hingga tanda tera dengan menggunakan air
6. Pipet larutan pati tersebut dan dimasukkan ke dalam labu takar 100ml, lalu
ditambahkan asam asetat 1N, 2 ml larutan iod, dan air hingga tanda tera
4. Perhitungan
Dimana,
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh (mg) Kadar amilopektin (%) = Kadar pati (%) – Kadar amilosa
(%)
6. Analisis Karbohidrat Yang Tidak Dapat Dicerna
Analisis Karbohidrat Yang Tidak Dapat Dicerna yaitu meliputi Analisis serat kasar
(crude fiber) dan analisis serat makanan (dietary fiber).Serat kasar ditentukan dari residu
setelah contoh diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Serat makanan ditentukan
berdasarkan kadar acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergen fiber (NDF). ADF itu
sendiri terdiri dari sebagian besar selulosa dan lignin, dan sebagian kecil hemiselulosa
dan substansi pektat sehingga umumnya dianggap sebagai selulosa dan lignin. NDF
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Penetapan lignin yaitu dengan metode
klason. Sedangkan penetapan substansi pekat dengan metode spektrifotometer. Kadar
hemiselulosa diperoleh dengan menghitung selisih kadar NDF dengan kadar ADF. Kadar
selulosa diperoleh dengan menghitung selisih kadar ADF dan kadar Lignin. Total serat
makanan dihitung dengan menjumlahkan kadar NDF dengan kadar substansi pektat. Serat
kasar yaitu residu dari bahan makanan yang telah diperlakukan dengan asam dan alkali
mendidih. Terdiri dari selulosa, sedikit lignin dan pentose.
a. Prosedur Kerja
Cuci residu yang tertinggal dengan air mendidih. Pencucian dilakukan hingga
air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus).
Cuci kembali sisa residu di kertas saring dengan 200 mL larutan NaOH
mendidih sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.
Saring kembali contoh melalui kertas saring yang diketahui beratnya sambil
dicuci dengan K2SO4 10%.
Cuci residu di kertas saring dengan air mendidih kemudian dengan alkohol
95%. • Keringkan kertas saring dalam oven 1100C sampai 1-2 jam.
Hitung berat residu serat kasar dengan menghitung selisih antara berat contoh
dan kertas saring dengan berat kertas saring.
b. Perhitungan
Dimana:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang menjadi sumber energi utama
dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologi tubuh.
2. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat dengan
struktur yang sederhana (seperti monosakarida dan disakarida) dan dengan struktur
yang kompleks atau polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
Selain itu terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida) dan dekstrin
yang memiliki rantai lebih pendek dari polisakarida.
3. Identifikasi uji kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
metode luff school, metode dinitrosalisilat (DNS), metode asam fenol sulfat.
3.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan analisis karbohidrat adalah tiap tahapan pada pengujian
harus dilakukan secara tepat, cermat dan penuh dengan konsentrasi agar langkah kerja
yang dilakukan tidak salah. Penambahan reagen sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
dan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur. Estimasi waktu sangat
dibutuhkan saat praktikum, agar semua pengujian dapat dilakukan sesuai dengan yang
direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmaji, B. dkk. 1982. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta
Yazid, Estien dan Lisda, Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum BIOKIMIA untuk
Mahasiswa Analis. Andi Offset : Yogyakarta.