Anda di halaman 1dari 10

1

KULIAH 7
PEMRAKIRAAN NILAI TUKAR

Dr. Sonang Sitohang, S.M.I, M.M.


---------------------------------------------------------

7.1 Latar belakang


Kegiatan ekonomi akhir-akhir ini sangat diwarnai dengan gejolak yang sering
terjadi secara beruntun. Krisis ekonomi yang terjadi di satu negara berdampak
pada negara lain. Saling ketergantungan perekonomian dunia menyebabkan yang
menyebabkan para decision maker dalam sebuah perusahaan sulit untuk membuat
keputusan dalam mencapai stabilitas harga dan full employment. Saling
ketergantungan oleh pengaturan moneter dan kurs yang dipakai oleh banyak
negara dan menunjukkan perlunya sistem moneter internasional.

7.2 Sejarah Sistem Moneter Internasional


Secara historis, Sistem Moneter Internasional mengalami evolusi mulai dijelaskan
secara berurutan sebagai berikut:
7.2.1 Sistem Standar Emas (1821-1914)
Konsep tradisional mengenai konvertibilitas mata uang mengajarkan bahwa
standar komoditi beroperasi atas dasar full-bodied coins artinya nilai mata uang
adalah sama dengan nilai logam pembuatnya. Dengan kata lain, nilai intrinsik
(nilai logam pembuat uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tertera pada
mata uang tersebut). Oleh karena itu system ini sering disebut gold specie
standard karena nilai uang logam emas persis sama dengan nilai intriksiknya.
Pada saat yang hampir bersamaan berlaku pula system emas batangan (gold
bullion standard) dimana tidak ada hubungan langsung antara emas dengan mata
uang: mata uang dapat berbentuk emas atau kertas, namun nilai nominal dapat
lebih besar disbanding nilai intrinsiknya.

Standar emas memiliki cirri-ciri penting yang dapat dilihat dari beberapa aturan
dasar :
Pertama adalah suatu Negara yang menganut standar emas menetapkan nilai mata
uangnya dalam nilai emas. Caranya, pemerintah di Negara tersebut menentukan
harga emas dalam mata uangnya dan siap membeli serta menjual emas pada
tingkat harga itu.
2

Aturan dasar yang kedua dari standar emas murni adalah bahwa aliran impor dan
ekspor emas dizinkan bebas (tanpa hambatan) antar Negara.
Aturan dasar ketiga menyebutkan bahwa otoritas moneter harus memegang
cadangan emas dalam kaitannya dengan uang kertas yang dikeluarkannya.
Cadangan emas ini memungkinkan otoritas moneter untuk membeli dan menjual
emas tanpa takut tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat.
Nilai emas terhadap harga barang maupun jasa relatif stabil dalam jangka panjang,
dan periode sebelum PD I merupakan masa dimana system gold standard ini
berjalan dengan baik dimana hampir semua Negara di dunia menetapkan nilai
tukar terhadap emas.
Pada masa setelah PD II Standar emas ini tidak dapat dipertahankan, karena
banyaknya inflasi yang terjadi di Negara-negara terkemuka di dunia serta
industrialisasi yang semakin berkembang. Arus konsumsi, investasi, ekspor-impor
maupun government spending semakin tidak dapat diimbangi oleh produksi emas,
dengan demikian kurs nilai tukar mata uang dunia menjadi semakin ‘volatile’.

7.2.2Non System (1914-1946)


Begitu dahsyatnya Perang Dunia I pada tahun 1914 terbukti ikut menggoncangkan
stabilitas standar emas. Begitu perang tersebut berakhir, SMI berada dalam
kondisi berantakan. Sebagian besar mata uang mengalami fluktuasi yang tajam
dan ekonomi Negara-negara Eropa rusak berat akibat perang.
Depresi besar tahun 1929 menyebabkan goncangan system perbankan di seluruh
dunia dan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap kemampuan menjaga
konvertabilitas mata uang mereka terhadap emas. Beban ini begitu berat dirasakan
oleh Inggris yang meninggalkan standar emas pada tanggal 21 September 1931.
System moneter dunia belakangan mengalami disintegrasi menjadi blok-blok
mata uang, seperti blok sterling atau blok dolar. Dalam setiap blok mata uang
terdapat beberapa Negara anggota yang tidak menganut system pengawasan
devisa, namun semua anggota secara bersama-sama menerapkan control devisa
terhadap Negara di luar blok. Suatu blok mata uang masih berdasarkan emas
dengan mengambangkan kurs mereka. Apa yang terjadi ternyata adalah
kekacauan moneter. Maka bermuncullanlah system kurs dirty float (mengambang
dengan campur tangan pemerintah), runtuhnya blok-blok mata uang, dan system
3

moneter yang disepakati pun hancur berantakan. Ini diperparah dengan


menjamurnya pengawasan devisa, tarif dan restriksi perdagangan lainnya.
Fenomena yang terakhir inilah yang dinamakan nonsystem dalam SMI di mana
nilai mata uang ditentukan secara arbitrer oleh penguasa dan mekanisme pasar.
Devaluasi sterling diikuti oleh 25 negara yang mendevaluasi mata uangnya untuk
mempertahankan daya saing produk perdagangannya. Perang perdagangan yang
dikenal dengan nama beggar-thy-neighbor (politik memiskinkan Negara tetangga)
terjadi, di mana semua Negara menurunkan nilai mata uangnya agar dapat
menaikkan ekspor dan menurunkan impor.

7.2.3 Sistem Bretton Woods (1946-1968)


Untuk mencegah kebijakan ekonomi yang destruktif di masa mendatang, pada
bulan Juli 1944 diadakan konferensi moneter internasional di Bretton Woods.
New Hampshire. Konferensi ini dihadiri 44 negara dan berhasil menciptakan dua
lembaga baru, yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (IBRD),
yang bertugas melaksanakan SMI baru yang dikenal dengan nama system Bretton
Woods. Hasil keseluruhan perjanjian:
 Semua Negara menetapkan nilai tukar mata uangnya terhadap emas, tetapi
tidak diwajibkan untuk mengkonversikannya terhadap emas.
 Hanya dollar yang tetap dapat dikonversikan terhadap emas (pada US$ 35 per
ons)
 Dengan demikian semua Negara dapat menentukan sendiri nilai tukarnya
terhadap dollar sehingga ‘par value’ dari mata uangnya terhadap emas dapat
ditentukan pada nilai yang dikehendaki.
 Semua Negara partisipasi sepakat untuk menjaga nilai tukar mata uangnya
agar berfluktuasi hanya 1% dari par, dengan cara menjual/belikan mata uang
atau emas dengan jumlah seperlunya.
 Devaluasi tidak boleh digunakan untuk meningkatkan daya saing
perdagangan internasional, kecuali apabila nilai mata uang Negara tersebut
terlalu lemah maka dapat didevaluasi sampai 10% tanpa persetujuan IMF
 Devaluasi lebih dari 10% memerlukan persetujuan Internastional Monetary
Funds (IMF).
4

 Pembentukan lembaga moneter internasional untuk membantu Negara


anggota di dalam masalah neraca pembayaran dan kebijakan nilai tukar,
terkenal dengan nama The International Monetary Fund (IMF). Lembaga lain
juga dibentuk untuk membantu Negara dalam membangun perekonomiannya,
terkenal dengan nama The International Bank for Reconstruction and
Development (IBRD/Word Bank).

7.3 Penentuan Nilai Tukar: Jalur Teoristis


Dari tiga kategori Dornbusch dengan beberapa aliran pemikiran tambahan
mengenai ini. Bagian berikut akan memberikan sekilas pandangan mengenai
berbagai teori yang berbeda namun berhubungan mengenai penentuan nilai tukar,
dan kegunaan relatif mereka dalam peramalan untuk tujuan bisnis.

7.3.1 Pendekatan paritas daya beli


Teori yang paling banyak diterima dari seluruh penentuan nilai tukar, yaitu teori
paritas daya beli (PPP), menyatakan bahwa ekuilibrium jangka panjang nilai tukar
ditentukan oleh rasio harga-harga domestik relatif terhadap harga-harga luar negeri.
 PPP adalah yang tertua sekaligus yang paling banyak diikuti dari seluruh teori
nilai tukar.
 Hampir seluruh teori penentuan nilai tukar memiliki elemen PPP yang
menempel didalam kerangka kerjanya.
 Namun, kalkulasi dan peramalan PPP, dapat diganggu oleh perbedaan
struktural di semua negara dan juga keraguan data yang signifikan dalam hal
perkiraan.

7.3.2 Pendekatan neraca pembayaran (Arus)


Pada Pendekatan neraca pembayaran (Arus), melibatkan penawaran dan
permintaan mata uang dalam pasar valuta asing. Arus nilai tukar ini
mencerminkan transaksi berjalan dan transaksi keuangan yang tercatat dalam
neraca pembayaran suatu negara.
 Pendekatan neraca pembayaran dasar beragumen bahwa ekuilibrium nilai
tukar ditemukan saat arus masuk bersih (arus keluar) valuta asing timbul dari
5

aktivitas transaksi berjalan yang cocok dengan arus keluar bersih (arus
masuk) valuta asing yang timbul dari aktivitas transaksi keuangan.
 Pendekatan neraca pembayaran terus menikmati daya tarik yang besar karena
transaksi neraca pembayaran adalah salah satu aktivitas ekonomi
internasional yang paling sering dicatat dan dilaporkan.
 Kritik terhadap pendekatan neraca pembayaran timbul dari penekanan teori
tersebut terhadap arus mata uang dan modal daripada stok uang atau aset-aset
keuangan.
 Stok uang atau aset-aset keuangan relatif tidak memiliki peranan dalam
penentuan nilai tukar. Dalam teori ini, satu kelemahan dieksplorasi dalam
pendekatan-pendekatan pasar moneter dan aset.
 Pendekatan neraca pembayaran sebagian besar ditolak oleh komunitas
akademis saat ini, sementara masyarakat praktisi-partisipan pasar, termasuk
pedagang mata uang sendiri masih tergantung pada variasi-variasi berbeda
dari teori tersebut untuk pengambilan keputusan mereka.

7.3.3 Pendekatan Moneter


Pendekatan moneter dalam bentuknya yang paling sederhana menyatakan bahwa
nilai tukar ditentukan oleh penawaran dan permintaan stok moneter nasional, dan
juga level masa depan yang diharapkan dan tingkat pertumbuhan stok meneter.
Aset-aset keuangan lainnya seperti obligasi tidak dianggap relevan untuk
penentuan nilai tukar, karena obligasi domestik dan luar negeri dipandang
sebagai subtitusi yang sempurna. Semuanya hanya mengenai stok uang.
 Perubahan dalam penawaran dan permintaan uang adalah determinan utama
dari inflasi.perubahan dalam tingkat inflasi relatif kemudian mengubah nilai
tukar melalui suatu pengaruh paritas daya beli yang diasumsikan.
 Pendekatan moneter juga mengasumsikan bahwa harga bersifat fleksibel dalam
jangka pendek dan juga jangka panjang, jadi mekanisme transaksi memiliki
dampak segera.
 Dalam model moneter penentuan nilai tukar, aktivitas ekonomi riil diturunkan
ke sebuah peran yang hanya mempengaruhi nilai tukar melalui perubahan
terhadap permintaan uang.
6

 Pendekatan moneter mengabaikan sejumlah faktor, yang secara umum


disetujui oleh ahli-ahli dalam subjek ini sebagai hal yang penting terhadap
penentuan nilai tukar, termasuk (1) kegagalan PPP untuk berlaku dalam jangka
pendek sampai jangka menengah; (2) permintaan uang terlihat relatif tidak
stabil sepanjang waktu; (3) tingkat aktivitas ekonomi dan jumlah uang beredar
terlihat saling terkait, bukannya independen.
7.3.4Pendekatan pasar aset (Harga relatif obligasi)
Pendekatan pasar aset terkadang disebut harga relatif obligasi atau pendekatan
keseimbangan portofolio, beragumen bahwa nilai tukar ditentukan oleh
penawaran dan permintaan untuk berbagai jenis aset keuangan/finansial.
 Pergeseran dalam penawaran dan permintaan untuk aset-aset keuangan
mengubah nilai tukar. Perubahan dalam kebijakan fisikal dan moneter
mengubah harapan pengembalian atau resiko aset keuangan relatif anggapan,
yang kemudian mengubah nilai tukar.
 Teori subtitusi mata uang, yaitu kemampuan investor individual dan
komersial untuk mengubah komposisi kepemilikan moneter dalam portofolio
mereka, mengikuti premis dasar yang sama mengenai kerangka kerja
keseimbangan dan keseimbangan ulang portofolio.

Analisis teknis
Ketidakmampuan peramalan teori-teori fundamental telah menyebabkan
pertumbuhan dan kepopuleran analisis teknis, kepercayaan bahwa studi perilaku
harga di masa lalu menyediakan pandangan ke dalam pergerakan harga di masa
depan.
 Fitur utama dari analisis teknis adalah asumsi bahwa nilai tukar, atau oleh
karenanya, setiap harga yang digerakkan pasar, mengikuti tren. Dan tren-tren
tersebut dapat dianalisis dan diproyeksikan untuk menyediakan pandangan ke
dalam pergerakan harga jangka pendek dan jangka menegah di masa depan.
 Sebagian besar teori analisis teknis membedakan nilai wajar dari nilai pasar.
Nilai wajar adalah nilai jangka panjang sebenarnya bahwa harga pada
akhirnya akan tercapai kembali. Nilai pasar terpapar ke berbagai perubahan
dan perilaku yang timbul dari persepsi dan kepercayaan partisipan pasar yang
tersebar luas.
7

7.3.5 Pendekatan Pasar Aset Terhadap Peramalan


Pendekatan pasar aset mengasumsikan bahwa kesediaan orang asing untuk
memegang klaim dalam bentuk moneter akan tergantung pada seperangkat
pertimbangan atau penggerak investasi yang ekstensif. Penggerak-penggerak ini
termasuk hal-hal berikut :
1) Tingkat bunga rill relatif adalah satu pertimbangan utama untuk investor
dalam obligasi asing dan instrumen pasar uang jangka pendek.
2) Prospek untuk pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas adalah determinan
yang penting dari investasi ekuitas lintas batas baik dalam sekuritas maupun
investasi asing langsung.
3) Likuiditas pasar modal sangat penting bagi investor institusi/lembaga asing.
Investor lintas batas tidak hanya tertarik dalam membeli aset, namun juga
harus mampu menjual aset tersebut dengan cepat pada nilai pasar wajarnya.
4) Infrastruktur sosial dan ekonomi suatu negara adalah satu indikator yang
penting mengenai kemampuan negara tersebut untuk bertahan dari kejutan
eksternal yang tidak terduga dan untuk menjadi makmur dalam lingkungan
ekonomi dunia yang berubah dengan cepat.
5) Keamanan politik sangatlah penting untuk investor asing, baik investor
portofolio maupun langsung. Pandangan mengenai keamanan politik biasanya
tercermin dari premi resiko politik untuk sekuritas suatu negara dan untuk
tujuan mengevaluasi investasi asing langsung di negara tersebut.
6) Kredibilitas praktik tata kelola perusahaan yang baik adalah hal yang penting
untuk investor portofolio lintas batas. Praktik tata kelola perusahaan yang
buruk dapat mengurangi pengaruh investor asing dan selanjutnya
menyebabkan hilangnya fokus perusahaan dalam tujuan meningkatkan
kekayaan pemegang saham.
7) Penularan didefinisikan sebagai penyebaran suatu krisis di sebuah negara ke
negara-negara tetangganya dan negara lain yang memiliki karakteristik
serupa, setidaknya dimata investos lintas batas. Penularan dapat
menyebabkan sebuah negara yang “tidak bersalah” untuk mengalami pelarian
modal dan menyebabkan depresiasi mata uangnya.
8

8) Spekulasi dapat menyebabkan suatu krisis mata uang atau menyebabkan


krisis yang sudah terjadi memburuk.

7.4 Peramalan Nilai Tukar Dalam Praktik


Periode Rezim Metode Peramalan yang Direkomendasikan
ramalan
1. Asumsikan nilai tukar tetap dipertahankan
2. Indikasi tekanan pada nilai tukar tetap
Nilai tukar 3. Kendali modal; nilai tukar pasar gelap
tetap 4. Indikator kemampuan pemerintah untuk mempertahankan nilai
tukar tetap
5. Perubahan dalam cadangan mata uang asing resmi
1. Metode teknis yang menangkap tren
Jangka 2. Nilai tukar forward sebagai ramalan
pendek
a) <30 hari; asumsikan suatu rangkaian kejadian acak
Nilai tukar b) 30-90 hari; nilai tukar forward
mengam 3. 90-360 hari; kombinasikan tren dengan analisis fundamental
bang 4. Analisis fundamental terhadap kekhawatiran inflasi
5. Deklarasi dan persetujuan pemerintah mengenai tujuan nilai
tukar
6. Persetujuan kerja sama dengan negara-negara lain
1. Analisis fundamental
2. Manajemen neraca pembayaran
Nilai tukar 3. Kemampuan untuk mengendalikan inflasi domestik
tetap 4. Kemampuan untuk menghasilkan cadangan mata uang utama
untuk digunakan mengintervensi
5. Kemampuan untuk mencapai surplus perdagangan
Jangka
panjang 1. Fokus pada fundamental-fundamental penyebab inlasi dan PPP
(paritas daya beli)
Nilai tukar 2. Indikator kesehatan perekonomian umum, seperti pertumbuhan
mengam ekonomi dan stabilitas
bang 3. Analisis teknis mengenai tren jangka panjang, riset baru
mengindikasikan kemungkinan “gelomang” teknis jangka
panjang

7.5 Faktor-faktor Penentu Nilai Tukar


Seperti halnya komoditi lainnya, mata uang pada dasarnya dapat dianggap
sebagai komoditi selain sebagai alat pembayaran. Dengan demikian harga atau
daya beli atau nilai tukar satu mata uang terhadap mata uang negara lain
ditentukan oleh hukum pasar melalui kekuatan permintaan dan penawaran. Oleh
karena itu perlu memahami faktor apa yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran satu mata uang. Mari kita perhatkan perubahan nilai tukar antara
Rupiah dan Dolar Amerika (US$) dimana Indonesia dan Amerika Serikat
melakukan transaksi ekspor dan impor.
9

Permintaan Rupiah ditentukan permintaan barang dan jasa buatan Indonesia oleh
orang Amerika. Semakin banyak impor Amerika dari Indonesia maka semakin
besar kebutuhan Rupiah untuk membayar impor dari Indonesia. Transaksi impor
dari Indonesia juga akan mempengaruhi penawaran US$, semain besar impor dari
Indonesia berarti penawaran US$ meningkat, karena semakin banyak US$ harus
ditukar/ditawarkan terhadap Rupiah untuk membayar impor tersebut.
Faktor kedua yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lain adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun
1998 mencapai 80% berarti terjadi kenaikan harga barang-barang secara umum
sebesar delapan puluh persen. Sementara itu inflasi di Amerika Serikat pada tahun
yang sama hanya sekitar 4% berarti daya beli US$ mengalami penurunan kurang
lebih empat persen. Akibat inflasi yang tinggi di Indonesia tersebut maa orang
Indonesia melihat bahwa barang-barang buatan Amerika Serikat menjadi relatif
lebih murah. Akibatnya orang Indonesia akan meminta atau pengimpor barang-
barang dan jasa buatan Amerika lebih banyak. Impor yang meningkat
mengakibatkan permintaan US$ meningkat untuk membayar impor tersebut.
Faktor yang ketiga yang berpengaruh terhadap nilai tukar adalah tingkat bunga.
Tingkat bunga secara teoritis mencerminkan tingkat keuntungan riil ditambah
dengan tingkat keuntungan premi risiko. Yang dimaksud dengan premi risiko
adalah tingkat keuntungan untuk menutup risiko seperti halnya risiko inflasi,
risiko likuiditas dan risiko-risiko lainnya.
Keempat adalah pengharapan pasar atau market expectation atau kondisi dimasa
datang. Apabila pasar berpengharapan inflasi akan tinggi di masa datang, maka
pemilik modal akan segera membelanjakan uangnya baik untuk barang-barang
durable yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga ataupun untuk
dibelanjakan/ditukarkan dalam bentuk mata uang lain yang nilainya stabil.
Reputasi bank sentral dipandang sebagai salah satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap stabilitas nilai tukar. Reputasi bank sentral sering diartikan
dengan kredibilitas pimpinan puncak bank sentral kemandirian atau independensi
pengelola bank sentral dari campur tangan pemerintah.
Faktor terakhir yang berpengaruh terhadap nilai tukar adalah intervensi bank
sentral di pasar valuta asing. Bank sentral sebagai pengendali pembayaran
10

pemerintah juga perlu melakukan invensi, baik melalui mekanisme tingkat bunga
ataupun melalui operasi pasar.
Kesimpulan
Pendekatan aset pada peramalan menyatakan bahwa apakah orang asing bersedia
memegang klaim dalam produk moneter sebagian tergantung pada tingkat bunga
rill relatif dan sebagian pada gambaran pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas
suatu negara.
Pada peramalan jangka panjang (lebih dari satu tahun) mengharuskan suatu
langkah kembali ke analisis dasar fundamental-fundamental nilai tukar seperti
neraca pembayaran, tingkat inflasi relatif, tingakat bunga reltif, dan properti
jangka panjang dari paritas daya beli.
Analisis teknis (pembuat grafik/charist) berfokus pada data harga dan volume
untuk menentukan tren masa lalu yang diharapkan lanjut ke masa depan.
Peramalan nilai tukar dalam praktik adalah perpaduan antara bentuk fundamental
dan teknis dari analisis nilai tukar.

Tugas Kuliah 7 :
Manajemen Keuangan Internasional tidak lepas dari para pelaku
aktivitas transaksi lintas negara (Ekspor – impor).
Pertanyaan:
Manajemen Keuangan Internasional tidak lepas dari para pelaku
aktivitas transaksi lintas negara (Ekspor – impor).
Pertanyaan:
Jelaskan berikut contoh bagaimana cara persiapan Ekspor
Impor dan hal hal apa saja yang perlu dipersiapkan agar
kegiatan ini berjalan lancar.
Petunjuk:
1. Makalah ditulis minimal 20 halaman, ketikan 1 spasi, Times New romance
2. Bahan makalah bebas dari buku apa saja yg penting tidak plagiator
3. Tugas soft copy dan hard copy dikumpulkan kkepada ketua kelas pada
pertemuan 8 (delapan) pkl. 15.30...

DAFTAR PUSTAKA
Eiteman, Stonehill dan Moffett, 2010, Manajemen Keuangan Multinasional, Edisi
Kesebelas, Jilid I, Jakarta : Penerbit Erlangga
Syaifuddin, Sarita dan Mahrani, 2015, Manajemen Keuangan Internasional,
Yogyakarta : Kurnia Global Diagnostika

Anda mungkin juga menyukai