Anda di halaman 1dari 2

Agnes Monica_2540122445

Indonesia Dalam Pusaran Isu Palestina-Israel Pragmatis atau Liberalis?

Konflik antara Palestina dan Israel merupakan konflik yang paling menonjol dan susah untuk
dipecahkan permasalahannya. Palestina mendapatkan perlakuan special yaitu pada tanggal 29
November dimana merupakan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina, dan itu
hanya diberikan untuk palestina, tidak ada satupun negara yang mendapatkan perlakuan seperti
itu. Sistem mandat merupakan sebuah sistem yang dibuat setelah perang dunia pertama, para
negara yang kalah perang, wilayahnya akan dibagi, contohnya seperti Suriah dimandatkan
untuk Prancis, irak untuk inggris. Palestina dan Transjordan juga dimandatkan untuk Inggris.
Meskipun Britania adalah penguasa De facto di Palestina tetapi bentuk penguasa ini berbeda
dengan penjajahan sebelumnya, karena dia punya batasan waktu, Britania tidak bisa
menganggap tempat itu adalah miliknya, selain itu mereka belum siap untuk merdeka
sehingga meminta Inggris dan Prancis untuk menjamin stabilitasnya dulu, alasan terkahir
adalah Palestina bukan subjek kolonial sehingga statusnya tidak bisa diperlakukan semena-
mena. Kemerdekaan yang telah diberikan oleh Palestina tidak berhasil (tidak berbuah) karena
ada kasus unik di Britania (the holder of mandate) yaitu janjian dengan Arab untuk melawan
Turki Usmani dan akan memberikannya kemerdekaan. Pada waktu bersamaan Britania juga
menjanjikan dengan pihak Yahudi di Eropa untuk bantu mereka dimana mereka akan
menjanjikan suatu wilayah sebagai tanah airnya. Akhirnya mereka datang dengan jumlah yang
banyak, terutama dari Eropa, kemudian menimbulkan sebuah konflik di Palestina. Terjadilah
kemenangan pada Inggris atas pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939 sebagai bentuk
kemarahan atas kebijakan Inggris lebih mementingkan Yahudi daripada lokal Arab. Akhirnya
Inggris menciptakan sebuah kebijakan baru yaitu dalam 10 tahun kedepan Palestina akan
diberikan kemerdekaan untuk orang Arab dan juga Yahudi. Hal ini sangat membuat marah
orang Yahudi, karena mereka tidak bisa berada di satu negara dengan orang Arab yang
jumlahnya jauh lebih banyak daripada mereka. Mereka menolak hal tersebut dengan cara
melakukan aksi terorisme untuk menyerang Hotel Semiramis dan Hotel King David. Setelah itu
Britania mengembalikan mandat yang seharusnya menyatakan kemerdekaan mereka kepada
PBB dan mereka ingin meninggalkan Palestina karena merasa tidak berdaya. Akhirnya PBB
memberikan solusi yang disebut dengan Partition Plan pada 1947 dimana wilayah mandat
Inggris akan dibagi menjadi 3 wilayah diantaranya ada Yahudi, Arab dan Yerusalem. Tetapi
rencana ini tidak berhasil, akhirnya terjadi perang antara Arab dan Israel pada 1948 dan
perang ini dimenangkan oleh Israel. Para imigran Yahudi membentuk sebuah pola N, dimana
tempat tersebut tidak banyak orang Arab, stategi yang digunakan adalah Tower and Stockade
stategy, dimana dapat menjadi alasan yang kuat untuk mengklaim wilayah dijadikan
negaranya. Ada banyak settler kolonialisme yang terdapat di dunia ini salah satunya adalah
USA dan Australia, tetapi tidak banyak orang yang meributkan hal tersebut, melainkan lebih
mendukung untuk mempermasalahkan isu Palestina Israel. Alasannya adalah karena
kemampuan kolonial antara USA , Australia dan Kanada telah berhasil menyelesaikan
kewajiban mereka yang dimana tidak diselesaikan oleh Israel. Kasus ini disebut sebagi sui
generis dimana merupakan kasus yang sangat unik dan susah untuk dipecahkan. Jika
penderitaan Palestina tidak selesai, maka masalahnya akan merambah ke negara kita, dimana
akan mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi bahkan mempengaruhi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai