Anda di halaman 1dari 17

Makalah :

THAHARAH (WUDHU’ DAN TAYAMUM NABI)

Tugas Makalah Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Ibadah
Praktis

Disusun Oleh :
Fiijar dafid
(20071021)

Dosen Pengampuh :
Jumahir, S.Ag.,MM.,M.Pd

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga makalah yang berjudul
“THARAH (WUDHU’ DAN TAYAMUM NABI)” dapat tersusun dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan dan penuh kejahiliaan
menuju zaman yang terang benderang dan penuh pengetahuan seperti sekarang
ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan, demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, dengan selesainya makalah ini saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1) Orang tua saya yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun
finansial juga dukungan motivasi sehingga saya selalu bersemangat
menyelesaikan makalah ini.
2) Pak JUMAHIR, S.Ag.,MM.,M.Pd yang telah memberikan semangat
pemikiran dan juga bimbingan kepada saya agar saya dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar.
3) Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada
kita semua, dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat
bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya.
Aamiin Ya Robbal ‘Alaamiin.
Luwuk, 25 Mei 2021

FIIJAR DAFID

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................1-2

II. PEMBAHASAN
A. Syarat Wajib Thaharah ....................................................................3-4
B. Bentuk Thaharah .............................................................................4-7
C. Fungsi Thaharah ..............................................................................7
D. Manfaat Thaharah ...........................................................................7-8
E. Macam-macam Air Dalam Thaharah ..............................................8-11

III. PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................12
B. Saran ................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................13

iii
I. PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya
tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindar dari kotoran atau debu yang
menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan
rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja
bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-
rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam
yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari
hadas dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
sahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bias kita ambil dari
fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1) Apakah Syarat Wajib Tharah?
2) Bagaimana Bentuk-Bentuk Tharah?
3) Apakah Fungsi Tharah itu?
4) Apakah Manfaat dari Tharah?
5) Bagaimana Macam-Macam Air Dalam Tharah?

B. Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan dari penyusunan maklah ini yaitu sebagai berikut:
2

1. Mengetahui tentang syarat wajib thaharah.


2. Mengetahui pembagian bentuk-bentuk thaharah.
3. Mengetahui fungsi Thaharah.
4. Mengetahui manfaat dari Thaharah.
5. Mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
II. PEMBAHASAN

A. Syarat Wajib Thaharah


Thaharah menurut bahasa artinya “Bersih” Sedangkan menurut
istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas  dan najis. Selain itu
thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan
shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam
kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda:

ْ َّ‫وت َْحلِ ْيلُ َهاالت‬،


‫سلِ ْي ُم‬ َ
َ ‫ َوت َْح ِر ْي ُم َهاالتَّ ْكبِ ْي ُر‬،ُ‫صاَل ِةأَلطَّ َها َرة‬ :
ُ ‫قالعليهالصالةوالسالم ِم ْفت‬
َّ ‫َاحال‬

Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah


takbir dan perhiasannya adalah salam.”
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan
perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`andanhadistNabi
Muhammad saw, menganjurkan agar
kitasenantiasamenjagakebersihanlahirdanbatin.
Firman Allah Swt :
ُ‫يض َوالتَ ْق َربُو ُهنَّ َحتَّىيَ ْط ُه ْرنَفَإ ِ َذاتَطَهَّ ْرنَفَأْت‬ َ ِّ‫ضقُ ْل ُه َوأَ ًذىفَا ْعتَ ِزلُواالن‬
ِ ‫سا َءفِيا ْل َم ِح‬ ِ ‫سأَلُونَ َك َعنِا ْل َم ِحي‬
ْ َ‫َوي‬
)٢٢٢( َ‫و ُهنَّ ِم ْن َح ْيثُأ َ َم َر ُك ُماللَّ ُهإِنَّاللَّ َهيُ ِحبُّالتَّ َّوابِينَ َويُ ِحبُّا ْل ُمتَطَ ِّه ِرين‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobatdanmencintai
orang-orang yang sucilagibersih”. (QS Al Baqarh:222) 
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.
)‫النظافة من االيمان (رواه مسلم‬
Artinya : “Kebersihanituadalahsebagiandariiman.”(HR.Muslim)
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syaratsah-nya berthaharah
sebelum melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebutialah :
1) Islam
2) Berakal
3) Baligh
4

4) Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).


5) Tidak lupa
6) Tidak dipaksa
7) Berhenti darah haid dannifas
8) Ada air atau debu tanah yang suci.
9) Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

B.     Bentuk Thaharah


Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah
lahir adalah taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci
dengan air mutlak (suci-menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun.
Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa
dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa
macam bentuk yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1)     Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti
membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air
mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan
rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidahayat 6.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
solat, maka basuhlah mukamu, keduatanganmu sampaisiku, dan sapulah
kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
a. Syarat Wudu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Beragama Islam
2. Sudah mumayiz
3. Tidak berhadas besar dan kecil
4. memakai air suci lagi mensucikan
5. Tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air keanggota wudu,
seperti cat, getah dsb.
5

b. Rukun Wudhu’:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
1. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
2. Membasuh seluruh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
6. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir.
c. Sunah Wudhu’:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu di
perhatikan hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain
sebagai berikut.
1. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
2. Membacata’awuzdanbasmalah
3. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
4. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
5. Menyapu seluruh kepala
6. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
7. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
8. Membasuh anggota wudu tiga kali.
9. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam.
10. Membaca do’a sesudah wudu.
d. Hal yang membatalkan wudhu:
1. Wudhu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah
melakukan hal-hal seperti berikut.
2. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau
dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja,
darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
3. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
4. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
5. Tidur dengan nyenyak
6

6. Hilang akal

2) Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah)
yang suci karena tidak ada air atau adanya hal angan memakai air.
Tayamum menuruti istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci
kemuka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat dan
rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak
adanya air atau dilarang menggunakan air di sebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau dating dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci),
sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang
telah melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air,
maka tidak wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah sertahal-hal yang terkait dengan
tayamum adalah sebagai berikut.
a. Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
1. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib
dengan tayamum.
2. Sudah masuk waktu salat
3. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
4. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
5. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
b. Rukun Tayamum:
1. Niat
2.     Mengusap debu kemuka
7

3.     Mengusap debu kedua tangan sampai siku


4.     Tertib
c. Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya
memperhatikan sunah-sunah tayamum sebagai berikut.
1. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
2. Membaca ta’awuz dan basmalah
3. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
4. Merenggangkan jari-jari tangan
5. Menghadap kiblat
6. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
7. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)
d. Hal yang membatalkan Tayamum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
1. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan
(sebelumsalat)
2. Murtad (keluar dari agama Islam)

C.         Fungsi Thaharah


Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
1) Membiasakan hidup bersih dan sehat
2) Membiasakan hidup yang selektif
3) Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui
sholat
4) Sebagai sarana untuk menuju surga
5) Menjadikan kita d icintai oleh Allah SWT

D. Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan
najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
8

1) Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan


enak dilihat toleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai
kesucian dan kebersihan.
2) Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari
iman.
3) Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, atau pun
tempat tidak mudah terjangkit penyakit.
4) Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya,
maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan
disiplin.

E. Macam-Macam Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait
dengan hukumnya untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita
dapat di dalam kitab fiqh, mereka membaginya menjadi 4 macam, yaitu :
1) Air Mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses
apapun. Air itu masih asli, dalam arti belum digunakan untuk bersuci,
tidak tercampur benda suci atau pun benda najis. Air mutlaq ini hukumnya
suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan mandi
janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci
itu bias digunakan untuk mensucikan. Diantara air-air yang termasuk
dalam kelompok suci dan mensucikan ini antara lain adalah :
a. Air Hujan
b. Salju
c. Embun
d. Air Laut
e. Air Zam-zam
f. Air Sumur atau Mata Air
g. Air Sungai
9

2) Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan
untuk bersuci. Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh
seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekas di pakai
bersuci bias saja kemudian masuk lagi kedalam penampungan. Para ulama
sering kali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (- ‫تعمل‬NN‫اس‬
‫تعمل‬NN‫ )يس‬yang bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya
adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu
berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau
membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk
wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci
kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air
mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air
musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah.
Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW
yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain
:
Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam
dalam keadaan junub. (HR. Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir,
kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”.
Dalam riwayat Abu Daud,”Jangan lah mandi janabah di dalam air itu. (HR.
Muslim). Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah
SAW melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah
laki-laki. Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah
perempuan. Hendaklah mereka masing-masing menciduk air. (HR. Abu Dauddan
An-Nasa’i). Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air
bekas Maimunahra. (HR. Muslim). Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah
10

satu isteri Nabi telah mandi dalam satu ember kemudian dating Nabi dan mandi
dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi
SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.
3) Air Yang Tercampur Dengan Air Suci
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci
atau barang yang bukan najis. Hukumnya tetapsuci. Seperti air yang
tercampur dengan sabun, kapu rbarus, tepung dan lainnya. Selama nama
air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari
karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun
tidak mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci
dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah
menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang
seperti ini tidak lagi bias dikatakan air mutlak, sehingga secara hokum
tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski
pun masih tetap suci.
4) Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau
benda yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bias memiliki
dua kemungkinan hukum, bias ikut menjadi najis juga atau bias juga
sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari
apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda
yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan
jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar
mandi, secara logika bila kemasukan kedalamnya bangkai anjing, kita
akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis
juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang
besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bias menilai apakah air yang kedalamnya kemasukan
benda najis itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama
membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya. Berubah Rasa,
11

Warna atau Aroma Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika
sejumlah air terkena atau kemasukan barang najis, maka hukum air itu
menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Munzirdan Ibnu
Mulaqqin. Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma Sebaliknya bila ketiga
krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan mensucikan.
Baik air itu sedikit atau pun banyak.
12
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umumya itu mengangkat
penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi
badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah
merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB
di atas tiap-tiap muka laki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah
beragama Islam dan sudah akilbaligh. Sarana yang digunakan untuk
melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain
yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan
tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan
benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan
istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utamaya itu membiasakan hidup bersih
dan sehat sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga
merupakan saran auntuk berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat
thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian,
dan tempat dari hadas dan naji sketika hendak melaksanakan suatu ibadah.

B. Saran
Dari sumber yang diperoleh akhirnya penulis ingin menyampaikan saran
kepada pembaca bila akan menyampaikan :
1. Kita harus memahami sumber terlebih dahulu agar saat menyampaikan tidak
akan keliru.
2. Saat menyampaikan kita harus tahu banyak tentang Tharah dalam ajaran islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

[1] Djamal Murni, Ilmu Fiqh, Jakarta, 1983, hlm.9.


[2] Allubab Syarh al-Kitab (1/10); dan ad-Dur al-Mukhtar (1/79)
[3] kitab al-Mughni (II/12) karya Ibnu Qudamah dan kitab Taudhiihul Ahkam min
Buluughil Maraam karya Abdullah al-Basam (I/87)
[4] Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib
Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 7.
[5] Al-Ikhtiar jilid 1 halaman 7.
[6] Asy-Syarhushshaghir wal hasyiatu alaihi jilid 1 halaman 104.
[7] Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halaman 47.
[8] Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib
Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 13.
[9] Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib
Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 18.
[10] M. Abd. Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi'iyah Am. 1997: 382-383

14

Anda mungkin juga menyukai