Tugas Makalah Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Ibadah
Praktis
Disusun Oleh :
Fiijar dafid
(20071021)
Dosen Pengampuh :
Jumahir, S.Ag.,MM.,M.Pd
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga makalah yang berjudul
“THARAH (WUDHU’ DAN TAYAMUM NABI)” dapat tersusun dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan dan penuh kejahiliaan
menuju zaman yang terang benderang dan penuh pengetahuan seperti sekarang
ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan, demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, dengan selesainya makalah ini saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1) Orang tua saya yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun
finansial juga dukungan motivasi sehingga saya selalu bersemangat
menyelesaikan makalah ini.
2) Pak JUMAHIR, S.Ag.,MM.,M.Pd yang telah memberikan semangat
pemikiran dan juga bimbingan kepada saya agar saya dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar.
3) Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada
kita semua, dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat
bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya.
Aamiin Ya Robbal ‘Alaamiin.
Luwuk, 25 Mei 2021
FIIJAR DAFID
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................1-2
II. PEMBAHASAN
A. Syarat Wajib Thaharah ....................................................................3-4
B. Bentuk Thaharah .............................................................................4-7
C. Fungsi Thaharah ..............................................................................7
D. Manfaat Thaharah ...........................................................................7-8
E. Macam-macam Air Dalam Thaharah ..............................................8-11
III. PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................12
B. Saran ................................................................................................12
iii
I. PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1) Apakah Syarat Wajib Tharah?
2) Bagaimana Bentuk-Bentuk Tharah?
3) Apakah Fungsi Tharah itu?
4) Apakah Manfaat dari Tharah?
5) Bagaimana Macam-Macam Air Dalam Tharah?
b. Rukun Wudhu’:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
1. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
2. Membasuh seluruh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
6. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir.
c. Sunah Wudhu’:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu di
perhatikan hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain
sebagai berikut.
1. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
2. Membacata’awuzdanbasmalah
3. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
4. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
5. Menyapu seluruh kepala
6. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
7. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
8. Membasuh anggota wudu tiga kali.
9. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam.
10. Membaca do’a sesudah wudu.
d. Hal yang membatalkan wudhu:
1. Wudhu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah
melakukan hal-hal seperti berikut.
2. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau
dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja,
darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
3. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
4. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
5. Tidur dengan nyenyak
6
6. Hilang akal
2) Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah)
yang suci karena tidak ada air atau adanya hal angan memakai air.
Tayamum menuruti istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci
kemuka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat dan
rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak
adanya air atau dilarang menggunakan air di sebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau dating dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci),
sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang
telah melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air,
maka tidak wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah sertahal-hal yang terkait dengan
tayamum adalah sebagai berikut.
a. Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
1. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib
dengan tayamum.
2. Sudah masuk waktu salat
3. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
4. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
5. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
b. Rukun Tayamum:
1. Niat
2. Mengusap debu kemuka
7
D. Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan
najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
8
2) Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan
untuk bersuci. Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh
seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekas di pakai
bersuci bias saja kemudian masuk lagi kedalam penampungan. Para ulama
sering kali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (- تعملNNاس
تعملNN )يسyang bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya
adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu
berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau
membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk
wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci
kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air
mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air
musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah.
Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah SAW
yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain
:
Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam
dalam keadaan junub. (HR. Muslim)
”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir,
kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”.
Dalam riwayat Abu Daud,”Jangan lah mandi janabah di dalam air itu. (HR.
Muslim). Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah
SAW melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah
laki-laki. Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air bekas mandi janabah
perempuan. Hendaklah mereka masing-masing menciduk air. (HR. Abu Dauddan
An-Nasa’i). Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air
bekas Maimunahra. (HR. Muslim). Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah
10
satu isteri Nabi telah mandi dalam satu ember kemudian dating Nabi dan mandi
dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi
SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.
3) Air Yang Tercampur Dengan Air Suci
Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci
atau barang yang bukan najis. Hukumnya tetapsuci. Seperti air yang
tercampur dengan sabun, kapu rbarus, tepung dan lainnya. Selama nama
air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari
karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun
tidak mensucikan. Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci
dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah
menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang
seperti ini tidak lagi bias dikatakan air mutlak, sehingga secara hokum
tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski
pun masih tetap suci.
4) Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau
benda yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bias memiliki
dua kemungkinan hukum, bias ikut menjadi najis juga atau bias juga
sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari
apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda
yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan
jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar
mandi, secara logika bila kemasukan kedalamnya bangkai anjing, kita
akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis
juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang
besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bias menilai apakah air yang kedalamnya kemasukan
benda najis itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama
membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya. Berubah Rasa,
11
Warna atau Aroma Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika
sejumlah air terkena atau kemasukan barang najis, maka hukum air itu
menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Munzirdan Ibnu
Mulaqqin. Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma Sebaliknya bila ketiga
krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan mensucikan.
Baik air itu sedikit atau pun banyak.
12
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umumya itu mengangkat
penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi
badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah
merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB
di atas tiap-tiap muka laki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah
beragama Islam dan sudah akilbaligh. Sarana yang digunakan untuk
melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain
yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan
tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan
benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan
istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utamaya itu membiasakan hidup bersih
dan sehat sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga
merupakan saran auntuk berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat
thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian,
dan tempat dari hadas dan naji sketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
B. Saran
Dari sumber yang diperoleh akhirnya penulis ingin menyampaikan saran
kepada pembaca bila akan menyampaikan :
1. Kita harus memahami sumber terlebih dahulu agar saat menyampaikan tidak
akan keliru.
2. Saat menyampaikan kita harus tahu banyak tentang Tharah dalam ajaran islam.
13
DAFTAR PUSTAKA
14