Anda di halaman 1dari 18

MINAT DAYA LITERASI TERHADAP CARA BERBAHASA DI

KALANGAN PEMUDA

“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bahasa Indonesia Program Studi
Pendidikan Agama Islam”

Oleh :

Kelompok : 6

1. Rizal (20071024)
2. Fiijar dafid (20071021)

Dosen Pengampuh :
Yusniati N, Sabata, S.s, M.Hum

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHLUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Manafaat Penelitian ............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tingkat minat baca ............................................................. 4


B. Perbandingan minat baca ................................................................... 5
C. Kualitas berbahasa ............................................................................ 7

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode penilitian ............................................................................... 12


B. Jenis penelitian .................................................................................. 12
C. Metode pengumpulan data ................................................................. 12
D. Lokasi pengumpulan data .................................................................. 12
E. Objek penelitian ................................................................................. 12
F. Metode analisis data .......................................................................... 12

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................. 14
B. SARAN .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

i
KATA PENGANTAR

Bismillahi rrohmani rrrohim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu. Pertama-tama marilah kita


panjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas hidayah, karunia serta
limpahan rahmatnya sehingga laporan ini dapat tersusun sebagai mana mestinya,
dan saya ucapkan terimkasih atas kerja sama dari teman-teman yang berpartisipasi
dalam pembuatan laporan ini, hingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
dengan tepat waktu sebagaimana yang di tugaskan pada kami dalam Mata Kuliah
Bahasa Indonesia. Tak lupa pula kita senantiasa mengucapakan shalawat serta
salam, yang selalu terlimpahkan kepada Nabi kita, Nabi Allah, Nabi Muhammad
SAW. Karena berkat ia lah yang membawa peradaban manusia dari zaman
jahiliyah hingga zaman terang-benderang yang kita rasakan saat ini, dan
mendapatkan syafaatnya kelak di yaumul qiamah nanti, Aaamiiin.
Kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah
Bahasa Indonesia, Ibu Yusniati N, Sabata, S.s, M.Hum yang telah membina dan
membimbing kami dalam pembuatan laporan ini, hingga kami dapat
menyelesiakan laporan ini pada tepat waktu.
Sebelumnya kami mungucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam laporan kami, banyak di temukan kekeliruan dan kesalahan, karena
kami sadar kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa.
Untuk itu kami meminta kritikan dan saran dari pembaca, agar kami bisa lebih
teliti dan cermat dalam membuat laporan.

Salakan, 29 April 2021

Penyusun,
RIZAL dan FIIJAR. D

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebiasan membaca.
Karena apabila para pemuda atau siswa membaca tanpa mempunyai minat baca
yang tinggi maka siswa tersebut tidak akan membaca dengan sepenuh hati.
Apabila siswa tersebut membaca atas kemauan atau kehendaknya sendiri maka
siswa tersebut akan membaca dengan sepenuh hati. Apabila siswa sudah terbiasa
dengan membaca, kebiasaan tersebut akan dilakukan secara terus-menerus. Selain
itu. Kegemaran membaca memberikan dampak yang positif untuk siswa tersebut.
Karena minat baca yang sangat tinggi menjadikan minat belajarnyapun juga
tinggi. Siswa yang senang membaca akan mempunyai pengetahuan yang luas dari
buku yang dibacanya. Sangat disayangkan, apabila siswa tidak suka membaca
atau mempunyai minat membaca yang rendah karena pengetahuan siswa akan
sempit.
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Perkembangan
literasi menjadi penting untuk diperhatikan, karena literasi merupakan
kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani
kehidupan di masa depan. Pembelajaran literasi akan mendapatkan hasil optimal
apabila diberikan sejak anak usia dini sehingga disebut literasi awal. Hal ini
dikarenakan pada usia dini terjadi masa golden age, yaitu masa keemasan anak
dimana pada masa itu anak mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat dan
masa golden age ini terjadi pada masa prasekolah, menurut Hurlock (2012)
prasekolah terjadi pada usia anak 2-6 tahun.
Seperti sekarang ini, minat baca siswa yang rendah membuat mutu
pendidikan juga semakin menurun. Karena minat baca siswa berpengaruh

1
terhadap mutu pendidikan. Rendahnya minat baca menyebabkan merosotnya
kualitas lulusan siswa karena siswa tersebut malas membaca atau mempunyai
minat baca yang rendah sehingga siswa tersebut juga malas untuk belajar. Padahal
dengan membaca siswa menjadi tahu apa yang sebelumnya belum diketahui. Dan
secara umum untuk meningkatkan pengertian,pemahaman dan pengetahuan.
Tentang pelajaran dalam menguasai informasi dan perkembangan teknologi
adalah dengan kegiatan membaca. Apabila siswa tersebut sudah malas untuk
membaca maka hal tersebut juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
tersebut.
Agar pelaksanaan gerakan literasi di sekolah berjalan dengan baik harus
ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung komponen
penting yang terkait dengan literasi di sekolah. Secara umum, sarana dan
prasarana yang harus ada di sekolah adalah ruangan perpustakaan yang memiliki
jadwal rutin dan memiliki aksesibilitas yang baik; adanya Majalah Dinding; dan
terdapat pojok baca di kelas. Namun pada kualitas pengajar dan fasilitas sarana
dan prasarana kegitan literasi tidak cukup hanya hal-hal tersebut saja dan harus
disesuaikan dengan keadaan siswa, salah satu saran yang dapat digunakan
yaitu metode visualisasi yang biasanya diterapkan kepada pembelajaran literasi
siswa reguler saja, hal ini di gunakan agar kegiatan literasi dapat menjadi rutinitas
dan di terima dengan baik oleh peserta didik. Karena, kebanyakan peserta didik
kurang menyukai literasi hal ini di sebabkan oleh keadaan yang menjadikan
mereka bosan dan letih, dan pada akhirnya mereka akan meninggalkan literasi.
Pengajar atau pengerak untuk menerapkan budaya litrasi ini juga di perlukan
keahlian dan memiliki banyak pengetahuan, agar peserta didik dan
pengajar/penggerak untuk menerapkan budaya literasi mampu bersinergi dan
berinteraksi di dalamnya.
Berbahasa merupakan tolak ukur peserta didik untuk menyampaikan
intelektual/pengetahuannya, hal ini sering menjadi perbandingan oleh para
pengajar peserta didik dalam membedakan tingkat kecerdasan peserta didik.
Dengan membaca para pelajar akan lebih kreatif dan mendapatkan ide-ide

2
cemerlang. Berbahasa dan pengetahuan menciptakan keselarasan terhadap sudut
pandang dalam berargumen atau menyampaikan pengetahuannya.
Bahasa yang baik dan benar akan mengikat pada peserta didik dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga penempatan bahasa akan mengalami
ketepatan/pas dan kekeliruan terkait interaksi yang mereka lakukan. Ini akan
menjadi persoalan yang mendasar terhadap peserta didik.
Berbahasa yang tepat Di zaman milenial ini, rata-rata peserta didik akan
mengalami banyak kekeliruan bahasa dan banyak istilah-istilah baru yang akan
muncul sehingga mereka akan terganggu dan mengalami kesulitan dalam
berbahasa yang benar. Sementara bahasa merupakan jembatan untuk berinteraksi,
jika peserta didik tidak cerdas dalam mengambil sikap, maka akan banyak
kesalahan mendasar dalam penerapan yang akan merujuk pada kesulitan dalam
berkarya atau berkomunikasi dan berinteraksi dengan akademisinya mendatang.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh aktivitas literasi terhadap proses pembelajaran siswa
dan penalaran siswa di lingkungannya, terkait dengan literasi, serta
kualitas berbahasa?
C. Tujuan Pnelitian
1. Analisis minat baca di kalangan peserta didik.
2. Melihat perbandingan minat baca di kalangan peserta didik.
3. Menambah informasi terkait dengan minat literasi peserta didik.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat di jadikan referensi awal untuk pembelajaran di
kemudian hari, terhadap solusi dengan minat literasi di kaum pemuda yang
menjadi cikal bakal agen of control dan agen of change.
2. Menjadi tolak ukur dan acunan, agar dapat mempersiapkan calon-calon
penerus bangsa dengan mengembangkan minat literasi.

3
BAB II

DASAR TEORI

A. Tingkat Minat Baca


Berdasarkan poin di atas, kami mengambil beberapa padandangan terhadap
tinjauan tingkat minat baca, di antaranya adalah :
1. BPS (2008) menyatakan bahwa “fakta menunjukkan Indonesia belum
menjadikan membaca sebagai informasi mereka lebih memilih TV dan
mendengarkan radio yang kenaikan hampir 211,1 persen”. BPS (2006)
menyatakan bahwa “masyarakat Indonesia yang memilih membaca untuk
mendapatkan informasi baru 23,5 persen dari total penduduk,sedangkan
yang memilih menonton TV untuk mendapatkan informasi sebanyak 85,9 %
dan radio 40,3 %”.
2.Rendahnya minat baca selain disebabkan oleh factor diatas, juga
disebabkan factor lain, yaitu masih rendahnya kemahiran membaca siswa di
sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan Tim Program of International
Student Assessment (PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa “kemahiran membaca anak usia 15
tahun di Indonesia sangat memprihatinkan.Sekitar 37,6 persen hanya bisa
membaca tanpa bisa menangkap maknanya dan 24,8 persen hanya bisa
mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan”.
3.Minat Baca para siswa di Indonesia sangat rendah dilihat dari data.
Muchlas (2000) menyatakan bahwa “Minat baca para siswa betul-betul
jeblok yaitu siswa SD menduduki urutan ke 38 dan siswa SLTP urutan ke
34 dari 39 negara”. Rendahnya minat baca siswa disebabkan oleh
banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang
mengalihkan perhatian siswa dari buku. Dengan adanya hiburan, permainan
dan tayangan TV menyebabkan waktu yang seharusnya bisa digunakan
untuk membaca habis digunakan untuk bermain dan menonton TV.
4.Wikpedia(2008) menyatakan sebagai berikut

4
Rendahnya minat baca para siswa menyebabkan perpustakaan yang ada di
sekolah-sekolah akan jarang dimanfaaatkan secara optimal oleh siswa.
Demikian pula dengan perpustakaan umum yang ada disetiap kota atau
kabupaten juga akan jarang dikunjungi para siswa,karena siswa tersebut
tidak mempunyai minat baca yang tinggi.
5.Dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya minat baca yang sangat
besar. Jika dibandingkan dengan Negara-negara lain Indonesia mempunyai
minat baca yang rendah. Hamijaya (2008) menyatakan bahwa “ fakta dan
hasil penelitian menunjukkan rendahnya minat baca masyarakat kita
merupakan dampak dari kebijakan nasional pembangunan politik
pendidikan (budaya) yang tidak memberi ruang kreatif bahkan
membelenggu berkembangnya minat baca masyarakat”.
B. Perbandingan Minat Baca
Penelitian PISA menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia
dibanding negara-negara di dunia. Ini adalah hasil penelitian terhadap 72 negara.
Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540
ribu anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3 skor.
Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2
negara lainnya yakni Malaysia dan Kazakhstan tak memenuhi kualifikasi
penelitian). Indonesia masih mengungguli Brazil namun berada di bawah
Yordania. Skor rata-rata untuk sains adalah 493, untuk membaca 493 juga, dan
untuk matematika 490. Skor Indonesia untuk sains adalah 403, untuk membaca
397, dan untuk matematika 386.
Menurut Anna Yulia (Kholianti, 2011: 33-34), tantangan atau hambatan
dalam menumbuhkan minat baca adalah:
1.Budaya membaca rendah Menurut penelitian dari ASEAN Libraries
(Anna Yulia Blogs, 2011), masyarakat negara-negara sedang berkembang masih
kental dengan budaya mengobrol dibandingkan dengan budaya membaca. Hal ini
bisa kita lihat misalnya di tempat-tempat umum, ketika mereka antri untuk
sesuatu, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengobrol atau

5
melamun dibandingkan dengan membaca buku. Kesadaran masyarakat untuk
menggunakan waktu yang berharga untuk membaca masih rendah.
2.Pengaruh televisi Televisi sangat besar pengaruhnya untuk orang dewasa
maupun anak-anak. kebanyakan mereka menghabiskan waktu luangnya di depan
televisi apakah itu untuk menonton film anak, sinetron maupun 22 liputan
kriminal. Meskipun program televisi itu tidak salah tapi, jika mengkonsumsinya
terlalu banyak dapat menyita waktu yang berharga yang seharusnya bisa
dialokasikan untuk hal-hal yang bermanfaat yaitu membaca sebuah buku.
3.Buku bukan prioritas Pada umumnya di negara berkembang,
masyarakatnya masih berjuang dalam masalah ekonomi sehingga fokus
kehidupannya lebih pada pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan
dan papan. Barulah mereka merambat pada kebutuhan-kebutuhan sekunder.
Tetapi masyarakat pada umumnya belum mempunyai kesadaran yang tinggi
terhadap pendidikan dan buku.
4.Kurangnya fasilitas Kondisi lingkungan/ masyarakat memang sangat
mempengaruhi budaya baca. Di negara sedang berkembang yang masalahnya
masih berkutat diseputar masalah ekonomi atau politik seperti di indonesia,
seringkali pendidikan ditempatkan diurutan kesekian, sehingga perpustakaan
merupakan suatu hal yang langka dimasyarakat. Kalaupun ada biasanya jumlah
bukunya masih kurang lengkap.
5.Keluarga
Menurut Rubin (Farida Rahim, 2008: 18), orang tua yang hangat,
demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi
pada pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak
untuk mandiri merupakan orang tua yang 23 memiliki sikap yang dibutuhkan
anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar disekolah. Rumah juga
berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar
membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca dan senang membacakan
cerita pada anak-anak umumnya menghasilkan anak yang gemar membaca pula.
Dari keterangan di atas jelas menjelaskan bahwa rendahnya minat baca
peserta didik di mana menurut penelitian kami dan evaluasi yang kami lakukan

6
kebanyakan peserta didik lebih memilih bermain dan bersenang-senang, hal ini di
karenakan peserta didik hidup zaman milenial di mana teknologi berkembang
pesat dan melngalami kemajuan yang signifikan.
program GLS masih cukup besar. yakni perpustakaan dan tenaga
pengelola perpustakaan sekolah masih jauh dari memadai. Jumlah perpustakaan
SD terdata sekitar 61,45 persen dari seluruh jumlah sekolah, tetapi hanya 19
persen di antaranya dalam kondisi baik; SMP sebanyak 76,25 persen dan hanya
22 persen dalam kondisi baik; SMA sekitar 76,40 persen dan hanya 33 persen
dalam kondisi baik; SMK sejumlah 60,34 persen dan hanya 27 persen dalam
keadaan baik (Statistik Pendidikan Dasar dan Menengah 2016/2017,
Kemendikbud). Hal ini karena kondisi sarana dan prasarana untuk mendukung
program GLS,
C. Kualitas Berbahasa
Bahasa Indonesia sebagai salah satu lambang negara yang menunjukkan
identitas bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak
diperlukan setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin berkembang
dan dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia
pergaulan dengan bangsa lain.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami
perkembangan menjadi bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa kenegaraan,
bahasa dalam hubungan yang bersifat formal baik dalam lembaga pemerintahan
maupun swasta, bahasa yang dipergunaan dalam sekolah-sekolah sebagai bahasa
formal dan penyampaian ilmu dan penyebaran pengetahuan.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan
penggunaan bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945.
Sejak saat itu bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Selanjutnya, Bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara juga dibuktikan dengan pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan 2 dari taman kanak-
kanak hingga perguruan tinggi, baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta,
sehingga materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa

7
Indonesia. Selain buku ajar yang ditulis oleh penulis dalam negeri, berbagai buku
yang ditulis menggunakan bahasa asing dialihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia. Cara ini sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (IPTEK).
Penggunaan dan memanfaatkan bahasa yang digunakan untuk merencakan
dan membagikan ilmu pengetahuan dilakukan dengan bahasa resmi yaitu Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia jug digunakan dalam penulisan karya tulis dan
penulisan serta melakukan pengalihbahasaan dalam buku yang berkaiatan dengan
ilmu pengetahuan dalam lembaga pendidikan formal dan informal. Sehinga dari
fungsi-fungsi tersebut bahasa dapat menggunakan bahasa Indonesia dan tidak
hanya selalu berfokus dengan penggunaan bahasa asing.
Pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi harus
menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia harus
memiliki rasa kebangaan dalam menggunakan Bahasa Indonesia, dan berusaha
untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap
kesempatan sehingga akan timbul suatu rasa enggan jika menggunakan Bahasa
Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing. Demikian pula dengan Bahasa
Indonesia yang berbelit-belit yang seakanakan menimbulkan kesan elit
sesungguhnya menandakan bahwa pengguna 3 bahasa belum sepenuhnya
memahami Bahasa Indonesia. Sebaliknya, seseorang yang menggunakan
bahasa dengan teratur, jelas, dan bersistem, menunjukkan cara berpikir yang
teratur dan jelas pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap orang Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah sehingga
menunjukkan jalan pikiran dan jati diri orang Indonesia sebagai pemilik dan
penutur bahasa.
Penggunaan bahasa yang memunculkan sikap negatif, tidak menggunakan
tata bahasa yang baik dan benar berdampak pada pemakaian bahasa yang kurang
baik. Bahasa hanya digunakan sebagai media komunikasi yang bertujuan “asal
orang mengerti”, artinya sebatas kesepahaman antara penutur dan mitra tutur
tanpa memperhatikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Umumnya bahasa
yang digunakan berbeda dengan Bahasa Indonesia, sehingga muncullah jenis

8
bahasa lain merupakan akibat dari penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik
dan tidak baku.
Pemakaian jenis-jenis bahasa tersebut tidak mendukung dan tidak
mempedulikan pembinaan Bahasa Indonesia. Ungkapan “bahasa menunjukkan
bangsa”, berarti bahwa apa yang ada dipikirkan oleh pengguna bahasa akan
terlihat pada saat berututr kata dalam bahasa tertentu. Dalam hal ini apabila
munculik ketidak teraturan dan kekacauan dalam berbahasa, berarti pengguna
bahasa tersebut juga sedang mengalami kekacauan dan ketidak teraturan dalam
berpikir. Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung mengacu
pada dua pemahaman.
Di satu sisi, bahasa Indonesia diharapkan mampu menjadi bahasa yang
mengikuti perkembangan zaman dan menjadi media 4 dalam merekam ilmu serta
teknologi global. Akan tetapi, pilihan ini secara tidak langsung akan membuat jati
diri bahasa sebagai identitas bangsa perlahan luntur karena bahasa asing lebih
diapresiasi sebagai bahasa ilmu dan teknologi global. Bahasa asing lebih populer
sehingga lebih banyak dipilih dan digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-
hari. Kecenderungan penggunaan bahasa asing dan ragam bahasa lain selain
bahasa Indonesia terutama terjadi di kalangan anak-anak dan remaja.
Perlu diketahui bahwa cekatan/ketepatan berfikir di ukur oleh intelektualnya
dan proses berfikirnya, hal ini akan selaras dengan kemampuan peserta didik
dalam berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik dan tepat. Dengan
adanya literasi hal ini akan menambah wawasan para pelajar dalam menganalisis
dan berargumen, kurangnya wawasan akan berpengaruh pada gaya berbicara dan
berbahasa para peserta didik.
Dari penjelasan di atas, sangat disayangkan karena sedikitnya antusias
peserta didik Dengan kegiatan membaca, padahal jika para pelajar menjadikan
membaca sebagai rutinitasnya, dengan ini siswa bisa mendapatkan informasi-
informasi yang juga belum mereka ketahui dan buku adalah sumber atau
gudangnya segala ilmu. Apabila semakin lama kita memupuk minat baca yang
kurang maka akan mengakibatkan dampak yang sangat besar. Seperti,
menurunnya prestasi para siswa dan berpengaruh pada menurunya kualitas atau

9
mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang seharusnya membaik tetapi
malah menurun disebabkan oleh rendahnya minat baca siswa.
Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan
meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas,
dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran
buku tersebut.
1. Adapun peranan pengajar dalam meningkatkan minat baca anak adalah
sebagai:
a) motivator, guru menjadi seseorang yang selalu mendorong dan memotivasi
anak untuk mewujudkan minat baca yang tinggi.
b) dinamisator, guru mengatur dan mengelola semua kegiatan membaca anak
dengan mendinamiskan seluruh sumber bacaanada.
c) supervisor, guru mengawasi proses membaca anak, baik dalam jarak dekat
maupun jarak jauh agar anak merasa selalu ada yang mengawasinya.
d) konselor, guru memberikan petunjuk-petunjuk untuk menciptakan susana
psikologis yang kondusif demi terwujudnya jiwa, semangat, dan motivasi
dalam membaca yang optimal.
e) evaluator, guru memberikan respons terhadap seluruh kegiatan membaca
anak dan menilai hasil bacaan anak dengan memberikan kesempatan untuk
menyampaikan hasil pemahaman terhadap yang dibacanya.

2. Siswa juga perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan


selanjutnya meningkatkan minat bacanya, dengan cara :
a) Yakin bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat
bersaing di era global.
b) memiliki niat yang tulus untuk membaca.
c) clibrary visit, sering mendatangi perpustakaan setiap ada waktu luang.
d) menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk membeli buku,
minimal satu buku setiap bulannya,bukan membeli pulsa.
e) memulai membaca sebuah buku dengan membaca daftarisinya terlebih
dahulu.

10
f) mencatat setiap ada informasi penting dari buku yang Anda baca, dan
having funs with book, bersenang-senang dengan buku, dan memahamimya.
g) Book talks, atau menceritakan atau menyampaikan informasi yang telah
diperoleh setelah membaca buku kepada teman, begitu juga sebaliknya.

3. Orang tua juga harus turun meningkatkan dan dalam menumbuhkan


minat baca dengan cara :
a) Menyediakan waktu luang untuk membacakan buku untu kanak anda setiap
hari
b) Mengelilingi anak-anak anda dengan berbagai buku bacaan
c) Membuat waktu membaca bersama keluarga
d) Memberika dukungan pada berbagai aktivitas membaca mereka.
e) Membiasakan pergi ke perpustakaan.
f) Terus mengikuti perkembangan membaca anak anda
g) Lebih perhatian pada anak, apakah mereka dapat membaca dengan lancar
atau tidak
h) Mencari pertolongan secepatnya jika ada masalah dalam membaca
i) Memakai cara yang bervariasi untuk membantu anak anda
j) Memperlihatkan antusias kita saat anak membaca buku bacaannya.
a)

11
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam hal ini kami menggunakan metode penelitian dengan analisis,


A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif, yaitu
dengan fokus pada pengamatan mendalam mengenai minat daya literasi terhadap
cara berbahasa di kalangan pemuda.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dari buku atau
karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mengamati dan mempelajari data yang
bersifat kepustakaan atau tela’ah yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah
mengenai minat daya literasi terhadap cara berbahasa di kalangan pemuda.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kualitatif atau mengumpulkan data
yang lebih dalam dan konteksual. Kami melakukan studi dokumen dengan
mengkaji dokumen-dokumen terkait topik penelitian ini.
D. Lokasi Pengumpulan Data
Karena penelitian ini merupakan penelitian literatur kepustakaan dari
berbagai sumber terkait minat daya literasi terhadap cara berbahasa di kalangan
pelajar, maka penelitian ini dilakukan di tempat tinggal tingal penyusun.
E. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam proposal ini yaitu minat daya literasi cara berbahasa
di kalangan pemuda.
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi adalah suatu
teknik penelitian yang membuat kesimpulan (inferensi) yang dapat ditiru
(replicable) dan dengan data yan valid, dengan memperhatikan konteksnya.
Metode ini menganalisis seluruh pembaahasan mengenai minat daya literasi

12
terhadap cara berbahasa di kalangan remaja secara lebih mendalam, penulis
memulainya dari tahapan seperti berikut :
1. Merumuskan masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan spesifik mengenai ruang
lingkup masalah yang akan diteliti. Berdasarkan topik yang kami teliyi
beberapa rumusan masalah kami ajukan mengenai minat daya literasi cara
berbahasa di kalangan pemuda.
2. Membuat kerangka berpikir
Untuk memudahkan penyususnan proposal ini kami membut beberapa
poin kerangka berpikir terlebih dahulu.
3. Menentukan metode operasional data
Dalam penyusunan proposal ini kami menentukan untuk menggunakan
studi literatur/pustaka karena keterbatasan lingkup penelitian di masa
pandemi Covid-19 sekarang ini.
4. Tahap interprestasi makna
Selanjutnya kami melakukan interprestasi makna untuk mengembangkan
ide-ide yang telah kami sususn sebelumnya.
G.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Minat baca masyarakat Indonesia kususnya siswa sangat rendah. Karena
mereka lebih senang mencari hiburan pada acara TV, bermain, pergi ke mall atau
pergi ke tempat hibutran lainya, dibandingka denngan membaca di perpustakaan.
Dampak rendahnya minat baca siswa adalah menurunnya mutu pendidikan dan
menurunnya prestasi siswa.
Kegiatan membaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangun
pemahaman baik dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan belajar siswa.
Hal ini berarti kegiatan membaca berkaiatan erat dengan bahan-bahan bacaan,
fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa
terdapat hubungan Untuk meningkatkan minat baca, siswa membutuhkan
dorongan, rangsangan, dan motivasi.
Dengan adanya motivasi membaca pada siswa akan memberikan dampak
positif yaitu membuat siswa terdorong untuk membaca lagi secara berulang-ulang.
Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara motivasi membaca dengan
minat baca pada siswa.

B. Saran

Sebaikan, kita sebagi pelajar yang merupakan pewaris atau penerus bangsa
Sepatutnya kita sadar akan hal itu, dimana literasi sangat berperan penting
terhadap pendidikan dan gaya berbahasa kita. Karena kita di katakan sebagi agen
of change dan agen of control, hal ini perlu di evaluasi kembali dan menyadarkan
pada diri seorang pelajar, terutama kepada pengajar/guru dan dosen, orang tua dan
pembimbing lainnya, agar dapat lebih bersinergi dan bekerjasama dalam interaksi,
entah itu di lingkungan rumah, sekolah, teman sebaya, kampus, atau gerakan
komunitas dan sebagainya.

14
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Program of International Student Assessment (PISA) Badan Penelitian dan


Pengembangan Depdiknas (2003)

[2]. Minat Baca para siswa di Indonesia sangat rendah berdasarkan data,
Muchlas (2000)
[3]. Hamijaya (2008) Dan Wikpedia(2008), minat baca

[4]. Suryobroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124)

[5]. Anna Yulia (Kholianti, 2011: 33-34), tantangan atau hambatan dalam
menumbuhkan minat baca.

[6]. Asean Libraries (Anna Yulia Blogs, 2011)

[7]. Rubin (Farida Rahim, 2008: 18)

[8]. BPS (2008) “fakta menunjukkan Indonesia belum menjadikan membaca


sebagai informasi”

[9]. (Statistik Pendidikan Dasar dan Menengah 2016/2017, Kemendikbud),


program GLM.

[10]. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan


Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

[11]. Purwanto. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan


Pendidikan. Surakarta: Pustaka Belajar.

[12]. Sri Wahyu Ningsih, R. Achmad Yusuf, Rika Rismayati, Panduan Gerakan
Literasi.

15

Anda mungkin juga menyukai