FeyzarDefanA Asn 3
FeyzarDefanA Asn 3
TUGAS 2
DIGITAL CAMERA
SETTING UP
Oleh:
Feyzar Defan Andrian
(03311840000087)
Dosen :
Agung Budi Cahyono ST., M. Sc., DEA
Agar lebih memahami pengaruh ISO, Aperture, dan Shutter Speed terhadap tingkat exposure,
maka dilakukan percobaan pengaturan exposure menggunakan aplikasi web digital camera
simulator seperti berikut:
a) Good Exposure
2
Gambar di atas merupakan hasil pemotretan dengan exposure yang baik dan tepat.
Pengaturan ISO, Aperture, dan Shutter Speed seimbang, yaitu ISO 800, Aperture 6.7, dan
Shutter Speed 1/125. Berdasarkan Exposure Triangle, ISO yang tinggi menghasilkan
gambar yang semakin terang, Aperture yang kecil menghasilkan gambar yang semakin
terang, dan Shutter Speed yang rendah menghasilkan gambar yang semakin terang. Dengan
demikian, untuk memperoleh hasil gambar dengan exposure yang baik, kombinasi ISO,
Aperture, dan Shutter Speed harus diatur sedemikian rupa agar seimbang dan tepat.
b) Very Overexposed
Gambar di atas merupakan hasil pemotretan dengan exposure yang terlalu tinggi
atau very overexposed. Gambar tersebut diambil dengan pengaturan ISO 25600, Aperture
2.8, dan Shutter Speed ½. Gambar dengan exposure yang terlalu tinggi akan tampak terlalu
terang bahkan hanya terlihat putih, hal ini disebabkan karena pengaturan Aperture yang
terlalu kecil, ISO yang terlalu besar, dan Shutter Speed yang terlalu rendah.
c) Very Underexposed
Gambar di bawah ini merupakan hasil pemotretan dengan exposure yang terlalu
rendah atau very underexposed. Gambar tersebut diambil dengan pengaturan ISO 200,
Aperture 13.0, dan Shutter Speed 1/180. Gambar dengan exposure yang terlalu rendah akan
tampak gelap atau bahkan terlihat hitam. Pada situasi pencahayaan di dalam ruangan yang
ditunjukkan seperti gambar di bawah, pengaturan ISO yang rendah, Aperture yang tinggi
dan Shutter Speed sedang menghasilkan gambar yang tampak sangat gelap. Antara ISO,
Aperture, dan Shutter Speed harus diatur secara seimbang, karena jika shutter speed diubah
3
gambar bisa menjadi blur dan apabila ISO terlalu tinggi maka gambar akan tampak efek
grainy.
2) Frame
Frame merupakan istilah dalam fotografi yang mengacu pada bingkai atau jendela yang
mengitari (mendasari) suatu objek atau gambar. Penggunaan frame dalam fotografi biasanya
ditujukan untuk menutupi ruang kosong ataupun menutupi objek yang mengganggu. Dalam
pengaturan frame dilakukan dengan teknik framing dengan memperhatikan komposisi-
komposisi framing. Teknik framing akan dijelaskan kemudian.
3) Aperture
Aperture merupakan istilah dalam fotografi yang memungkinkan kita mengontrol jumlah
cahaya yang memasuki lensa. Apabila aperture dilebarkan (diperbesar), maka semakin banyak
cahaya yang bisa masuk, dan sebaliknya. Nilai numerik dalam perbedaan ukuran aperture,
dikenal sebagai f-number. f-number standar yang umum ada pada kamera yaitu: f/1.4, f/2, f/2.8,
f/4, f/5.6, f/8… dll. Melebarkan aperture akan mengurangi f-number, sedangkan menyempitkan
aperture akan menambahnya. Apabila f-number berubah, maka yang berubah bukan hanya
jumlah cahaya yang memasuki kamera, melainkan juga ukuran area dalam gambar yang
tampak dalam fokus. Semakin kecil f-number, semakin kecil pula area gambar dalam fokus.
Sebaliknya, semakin besar f-number, semakin besar pula area gambar dalam fokus. f-number
besar menghasilkan foto yang tajam seluruhnya hingga ke latar belakang. Pada f-number
terkecil, diperoleh "aperture maksimum". Hal ini memungkinkan masuknya sejumlah cahaya
dengan jumlah besar.
4
Gambar 5. Aperture Range
Agar lebih jelas, dilakukan percobaan pengaturan Aperture dengan digital camera simulator:
Gambar 6 menunjukkan foto hasil pemotretan dengan mengatur nilai aperture terendah
dan Gambar 7 menunjukkan foto hasil pemotretan dengan mengatur nilai aperture tertinggi.
5
Jika dibandingkan, terlihat bahwa Gambar 6 memiliki background yang tampak lebih blur
sedangkan Gambar 7 tampak sangat jelas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aperture
mempengaruhi tingkat blur dari background gambar. Semakin kecil aperturenya maka akan
dihasilkan gambar dengan background yang semakin blur, dan sebaliknya.
4) ISO
Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya.
Semakin tinggi setting ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Pengaturan
pada ISO menjadi sangat penting dalam fotografi. Hal tersebut dikarenakan dengan pengaturan
ISO yang tepat dapat membuat sebuah gambar menjadi sangat terang atau pun sebaliknya.
Penggunaan ISO yang tinggi untuk menyesuaikan shutter speed agar tidak banyak gerakan
mungkin menjadi pilihan yang tepat. Namun perlu dipahami bahwa semakin tinggi ISO,
semakin banyak noise yang akan muncul pada gambar. Dengan kata lain ISO sangatlah sensitif
terhadap cahaya sehingga perlu digunakan dalam kondisi yang sesuai. ISO diukur dalam angka
yang biasanya dituliskan 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, hingga 6400. Berikut contoh hasil
foto dengan ISO yang berbeda:
6
Gambar 9. Hasil Foto Dengan ISO Sedang
Dilihat pada Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa ISO
berpengaruh dalam mengatur tingkat pencahayaan atau gelap-terangnya suatu gambar. ISO
yang rendah menghasilkan gambar yang gelap sedangkan ISO yang tinggi menghasilkan
gambar yang terang namun noise-nya pun tinggi alias gambar menjadi lebih grainy.
5) Bokeh
Istilah bokeh sebenarnya berasal dari Bahasa Jepang “boke” yang berarti blur, buram,
bias atau mengaburkan. Dalam dunia fotografi, bokeh berarti daerah atau area out of focus
pada foto yang dihasilkan karena keterbatasan lensa sehingga cahaya yang masuk menjadi out
of focus atau “the way the lens renders out-of-focus points of light”. Meskipun sering
disamakan dengan istilah blur, ternyata bokeh dan blur merupakan dua istilah yang
7
berbeda. Perbedaan bokeh dan blur yaitu foto bokeh dipengaruhi fokus dan jarak sedangkan
foto blur sama sekali tidak dipengaruhi oleh jarak. Foto blur adalah foto yang dihasilkan tidak
fokus atau kabur. Contoh hasil foto bokeh bisa dilihat sebagai berikut:
6) Shutter
Shutter merupakan elemen yang mengizinkan proses pembacaan objek. Shutter speed
adalah lamanya waktu yang dibutuhkan lensa kamera untuk terbuka dan menangkap sebuah
gambar dalam situasi tertentu. Pada kamera, dikenal dua jenis shutter yaitu shutter mekanik
dan shutter elektrik. Pada shutter mekanik pembacaan objek dilakukan melalui mekanisme
8
membuka dan menutupnya lensa, sedangkan pada shutter elektronik pembacaan objek
dilakukan melalui pembacaan garis demi garis pixel sensor. Semakin cepat shutter speed, maka
rana akan terbuka dan menutup kembali secara cepat sehingga cahaya yang masuk semakin
sedikit. Begitu pula sebaliknya jika shutter speed diperlambat, maka rana akan terbuka lama
dan cahaya yang masuk ke kamera semakin banyak. Shutter speed juga termasuk salah satu
elemen dalam Aperture Triangle, yang mana apabila pengaturan shutter speed harus disesuikan
pula dengan pengaturan ISO dan Aperture yang pas. Pengaturan shutter speed yang kecil dan
tidak diimbangi dengan teknik memegang kamera yang stable atau dengan bantuan tripod, akan
menghasilkan pemotretan gambar yang goyang dan blur.
9
Gambar 15. Hasil Foto Dengan Shutter Speed Tinggi
Gambar 14 menunjukkan hasil pemotretan dengan shutter speed lambat sehingga tampak
baling-baling pesawat menjadi blur. Sedangkan Gambar 15 menunjukkan hasil pemotretan
dengan shutter speed cepat sehingga tampak baling-baling pesawat jelas dan tidak blur sama
sekali.
7) Appearance
Appearance merupakan istilah dalam fotografi yang merujuk pada tampilan dari hasil
pemotretan pada alat yang digunakan, misal tampilan hasil foto pada layar kamera atau display
lain yang terdapat pada alat yang digunakan untuk melakukan pemotretan.
8) Framing
Framing merupakan teknik bagaimana mengarahkan
perhatian seseorang kepada subyek foto dengan membatasi
elemen-elemen foto yang lain menggunakan sesuatu yang
mengelilingi elemen Focal Point. Framing untuk sebuah foto
bisa diaplikasikan dengan beragam bentuk serta ukuran,
termasuk memotret melalui cabang-cabang pohon, jendela,
terowongan, jembatan atau pintu. Framing tidak harus
menutupi sekeliling Focal Point, bisa jadi hanya satu atau dua
sisi pada foto. Pada Gambar 16 berikut ditunjukkan hasil
Gambar 16. Contoh Foto
pemotretan dengan teknik framing . Dengan Teknik Framing
10
9) Freezing
Teknik Freeze adalah teknik memotret pada sebuah objek yang sedang bergerak dengan
seolah-olah hasil foto kita bisa menghentikan objek yang bergerak tersebut. Teknik ini
menggunakan kecepatan/speed lensa yang tinggi sehingga objek seolah-olah membeku. Untuk
melakukan teknik freeze harus menggunakan kecepatan rana yang tinggi karena jika kita
menggunakan rana dengan speed rendah pada subjek yang bergerak akan menimbulkan hasil
foto yang blur dan memberi kesan gerak.
10) Panning
Panning adalah memotret dengan menggerakkan kamera searah dengan arah gerakan obyek
yang ingin dibidik sehingga obyek akan tampak fokus sementara background tampak kabur.
Istilah panning dan freezing terkadang sering disamakan, padahal keduanya merupakan dua
istilah yang berbeda. Perbedaan teknik panning dan freezing yaitu ada pada bagian background.
Pada foto panning, background berefek motion blur, sedangkan pada foto freezing, background
tak berefek.
https://camo1620.wordpress.com/2009/08/02/teknik-panning/
https://gjb3112ianaditia.wordpress.com/photography/technique-of-photography/freezing/
https://www.kamerashot.com/mengenal-exposure-fotografi/
https://snapshot.canon-asia.com/indonesia/article/id/camera-basics-1-aperture
https://www.kamerashot.com/memahami-iso-fotografi/
https://infotografi.com/komposisi-fotografi-framing/
http://www.canonoutsideofauto.ca/play/
12