OLEH :
DWI JATMIKO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
produk dari kebijakan publik yaitu UU No. 22 Tahun 2009. Memiliki beberapa kewenangan
yang diatur di dalam undang-undang tersebut, khususnya kewenangan dan peran di dalam
melakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas bagi pengguna dan sarana serta prasarana
lalu lintas dan jalan yang terdapat pada pasal 93 sampai dengan pasal 98 UU No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Salah satu kewenangan Polri yang berkaitan
dengan judul makalah ini adalah pada pasal 93 ayat 2 poin f yang berbunyi “pengendalian
Kemacetan lalu lintas menjadi masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia.
Padatnya transportasi di jalan raya menyebabkan terjadinya kemacetan. Hal ini dapat
terjadi karena adanya keadaan suatu ruang jalan atau kawasan tertentu karena satu dan
lainnya terjadi permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan yang berpotensi atau sudah
kemacetan yang berkelanjutan. Keadaan itu dapat disimpulkan menjadi sebuah istilah
“trouble spots”.
kendaraan pribadi. Hal ini menjadi akar permasalahan transportasi di Provinsi DKI Jakarta,
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perencanaan dan penanganan yang seksama
sangat diperlukan, terutama dalam mengantisipasi kecenderungan meningkatnya
permintaan fungsi kawasan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan suatu
Kemacetan lalu lintas terjadi bila pada kondisi lalu lintas di jalan raya mulai tidak
stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat adanya hambatan yang timbul dan
kebebasan bergerak relatif kecil (Sumadi, 2006) 1. Dengan kata lain kemacetan terjadi juga
akibat volume arus yang sedemikian rupa di atas kemampuan atau kapasitas jaringan jalan
Kemacetan Jakarta kembali menjadi bahan diskusi publik. Jakarta kini menuju titik
batas daya dukungnya. Akibat kemacetan ini, sektor usaha di rugikan hingga mencapai Rp
12,8 triliun pertahun. Data lain menunjukan bahwa kecepatan rata-rata lalu lintas di kota
ini adalah 20.21 km/jam. Hampir 60 persen adalah waktu hambatan, sedangkan 40 persen
sisanya adalah waktu bergerak. Tidak heran oleh karenanya jika studi Sitramp (2004)
menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat kemacetan di kota Jakarta pada tahun 2002
mencapai Rp 5,5 triliun yang sebagian besar diperuntukkan terhadap biaya operasi
kendaraan.
kendaraan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan. Akibatnya tapak jalan penuh
dan pada suatu titik (tahun 2015) Jakarta akan macet total. Perkembangan kendaraan
bermotor setiap tahun semakin bertambah dan beraneka ragam. Atmojo dan Pujiati (2016)
mengatakan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat 7 juta unit setiap
1
Sumadi, 2006, Kemacetan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Veteran Kota Brebes, Tesis, Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Semarang.
tahunnya 2. Bisa kita ilustrasikan bahwa kedepannya di Indonesia akan terjadi kemacetan
mulai dari pintu rumah sampai ke pintu tempat bekerja. Kendaraan yang terhitung hingga
Juli 2016 di Indonesia mencapai 125 juta unit dengan kontribusi sebanyak 10-15% dari
bertambahnya penduduk yang semakin meningkat di setiap tahun. Untuk hal itu perlu juga
Kedua, angkutan massal tidak berkembang. Selain tidak aman dan tidak nyaman,
keruwetan transportasi di Jakarta. Dari jumlah kendaraan roda dua dan empat di Jakarta
yang sebanyak 6,7 juta unit, 98 persen diantaranya adalah kendaraan pribadi, sedangkan
sisanya adalah angkutan umum. Padahal jumlah orang yang diangkut kendaraan pribadi
para pelanggar lalu lintas dan pengguna lahan-lahan yang seharusnya digunakan sebagai
kawasan pedestrian hanya memunculkan alasan bahwa dibutuhkan tambahan luas dan
panjang jalan. Tak nampak strategi transportasi yang terarah dan menyeluruh serta
konsisten dalam implementasinya di satu sisi dan lebih menonjolkan retorika dan slogan-
2
Atmojo, T. dan Pujiati, A. 2016. Analisis Pengaruh Kebijakan Harga BBM, Jumlah Sepeda Motor,
Pendapatan Perkapita Terhadap Konsumsi Premium. Economics Development Analysis Journal (EDAJ).
5(3), 348-355.
3
Saragih, F.A. 2016. Anda Tahu Populasi Kendaraan di Indonesia?, (Online).
(http://otomotif.kompas.com, diakses 24November 2019).
(bike to work) masih terbatas, di saat menunggu jalur sepeda yang memberikan rasa aman
belum dipenuhi. Rencana penerapan Electronic Road Pricing (ERP) sebagai satu upaya
Tingkat kinerja jaringan jalan adalah ukuran kuantitatif yang menerangkan kondisi
operasional fasilitas lalu lintas pada umumnya dinyatakan dalam derajat kejenuhan jalan
atau volume kendaraan per kapasitas jalan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina
Marga (1996)4, untuk menilai kinerja jaringan jalan, sebaiknya dibagi dalam beberapa
komponen ruas jalan dengan definisi suatu panjang jalan yang memiliki kriteria sebagai
berikut, (1) terletak di antara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang
tak bersinyal utama; dan (2) mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan.
Lebih lanjut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) mengemukakan bahwa untuk
menilai kinerja ruas jalan harus terlebih dahulu ditemukenali data tentang karakteristik
ruas jalan yang akan mempengaruhi kapasitas jalan, yaitu (1) geometrik jalan, adalah
kondisi potongan melintang jalan yang meliputi tipe jalan, lebar jalur, jalan dan
keberadaan, bahu dan median jalan; (2) komposisi arus lalu lintas dan pemisahan arah; dan
Pengaturan lalu lintas suatu wilayah akan sangat mempengaruhi kinerja jaringan
jalan, contohnya pengaturan parkir, pengaturan arus, dan aktivitas samping jalan
konflik. Kadang-kadang besar pengaruhnya terhadap arus lalu lintas. Pengaruh konflik ini
4
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum
5
Ibid.
(hambatan samping) sangat mempengaruhi kinerja jaringan jalan. Berbagai contoh
aktivitas samping jalan adalah pejalan kaki, angkutan umum, kendaraan yang berhenti di
sepanjang jalan, kendaraan yang bergerak lambat (becak, delman atau bendi, dan lain-lain),
kendaraan keluar masuk, perilaku pengemudi, serta kondisi kelaikan kendaraan. Perilaku
pengemudi dan kondisi kelaikan kendaraan jelas akan sangat mempengaruhi kinerja
jaringan jalan, contohnya pengemudi angkutan umum yang semaunya menaikkan dan
menurunkan penumpang dan kendaraan yang mogok atau terhenti di tengah jalan akan
Jalan Teuku Nyak Arief di daerah Kebayoran Lama yang lebih dikenal dengan Jalan
Arteri Pondok Indah merupakan jalan yang luar biasa tingkat kepadatan sehingga
keluar dari Stasiun kereta api Kebayoran Lama. Untuk itulah pada makalah ini akan
dibahas mengenai berbagai permasalahan lalu lintas dan jalan serta sarana prasarananya
di simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama beserta formulasi, analisa dan solusi
permasalahan tersebut.
untuk meneliti mengenai manajemen lalu lintas dalam mengatasi trouble spot, dengan
judul yang diangkat dalam penelitian penulis adalah “Manajemen Lalu Lintas dalam
Mengatasi Trouble Spot (Studi Kasus : Simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama)”.
(Studi Kasus : Simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama), dengan sejumlah
a. Bagaimana deskripsi trouble spot lalu lintas yang terjadi di Simpang Jalan Teuku Nyak
b. Bagaimana manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di simpang
rangka mengatasi trouble spot di Simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama?
a. Untuk mengekplorasi trouble spot lalu lintas yang terjadi di simpang Jalan Teuku Nyak
b. Untuk mengekplorasi manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di
lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di simpang Jalan Teuku Nyak Arief
Kebayoran Lama.
Penelitian yang dituangkan dalam seminar usulan penelitian ini diharapkan dapat
dapat diketahui tentang manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble
spot.
dan kelancaran lalu lintas yang pada akhirnya dapat dipelajari di lembaga-
terkait terutama pengemban fungsi pre-emtif, preventif dan represif lalu lintas.
b. Manfaat Praktis :
1) Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi Polda Metro
Jaya, Dinas Perhubungan Metro Jaya dan Dinas Bina Marga dalam merumuskan
2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi terutama dalam hal aspek
dikemudian hari dapat meningkatkan koordinasi yang baik dan matang guna
3) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan (eksekutif dan
TINJAUAN PUSTAKA
(review) pustaka-pustaka (bisa berupa laporan penelitian dan sebagainya) yang terkait
dengan penelitian yang sedang dilakukan. Semakin banyak seorang peneliti mengetahui,
sedang dihadapinya (Leedy : 1997). Kegunaan dari proses peninjauan pustaka bagi peneliti
mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan, mengkaji kelebihan dan
perumusan permasalahan.
memberikan sejumlah informasi bagi penulis mengenai data-data yang bersifat empirik
yang berasal dari hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dapat
Menurut Creswell (2010) bahwa tujuan pencantuman kepustakaan dalam studi penelitian
juga teori-teori atau konsep yang relevan dengan penelitian dari penulis yaitu mengenai
strategi deradikalisasi dalam mencegah aksi terorisme di Indonesia. Selain itu dapat
dijadikan rujukan atau refensi dalam menganalisis segala pertanyaan penelitian yang telah
penulis tetapkan sehingga dapat memperoleh jawaban ilmiah dan yang komprehensif
demi penyempurnaan penulisan tesis. Berikut penjabaran dari penelitian terdahulu dan
kebebasan bergerak lintas di jalan raya mulai tidak stabil serta kecepatan relatif kecil
(Sumadi, 2006). Lalu lintas tergantung operasi menurun relatif cepat akibat adanya pada
kapasitas jalan, dimana banyaknya kendaraan yang ingin bergerak tetapi kalau kapasitas
jalannya tidak bisa menampung maka lalu lintas yang ada akan terhambat.
Banda Aceh merupakan kota dengan pola struktur ruang kota “pola radial simetris”
hal ini terlihat dari pemusatan kegiatan dengan konsentrasi kepadatan di pusat kota,
dimana kegiatan tersebut memanjang hamper linier mengikuti pola jaringan jalan utama,
dan relatif radial dengan Masjid Raya Baiturrahman dan sekitarnya sebagai pusat utama
yang diperkuat oleh keberadaan Pasar Aceh dan Pasar Peunayong. Setelah tsunami kota
Banda Aceh mengalami pembangunan pesat dari semua bidang. Oleh karena hal tersebut
maka untuk mempermudah penataan wilayah administrasi agar menjadi lebih baik, kota
Banda Aceh dibagi menjadi 4 Bagian Wilayah Kota (BWK). Bagian wilayah kota sub BWK
P2 (Kuta Alam), merupakan salah satu bagian wilayah kota yang tingkat pertumbuhannya
pesat maka aktivitas transportasi juga semakin meningkat, wilayah tersebut dikenal
sebagai daerah perdagangan dan jasa. Pada ruas Jalan Pocut Baren terdapat beberapa
sarana pendidikan yang identik dengan sebuah aktivitas pelajar yang menuju dan pulang
sekolah, yang mana menggunakan infrastruktur jalan yang sama setiap harinya.
jalanan sekitar sekolah meningkat dikarenakan sekolah tidak memiliki lahan parkir yang
memadai. Akibatnya masyarakat umum yaitu para pengguna jalan yang tidak terkait
Tipe Jalan Pocut Baren berupa dua lajur dua arah (2/2 UD) pergerakan tanpa
dibatasi oleh median jalan, yang memiliki lebar 7 meter dengan bahu jalan 1,5 meter. Dari
hasil perhitungan didapat bahwa volume lalu lintas terbesar terjadi pada hari Senin pukul
07.00 – 08.00 dengan volume 1958 smp/jam kemacetan lalu lintas disebabkan karena
terhambatnya arus kendaraan oleh volume kendaraan yang besar terutama dikarenakan
Hambatan samping terbesar terjadi pada hari Senin pukul 15.00 – 16.00 sebesar
675,7 (tinggi) dengan jenis kejadian jalan masuk/keluar kendaraan yang mempunyai
frekuensi kejadian tertinggi. Dengan nilai kapasitas 2349 smp/jam dari total kapasitas dua
arah. Serta hambatan samping seperti mobil parkir dibadan jalan karena tidak tersedianya
lahan parkir tetapi memilki konsentrasi kendaraan roda empat yang tinggi.
Nilai derajat kejenuhan pada kawasan pendidikan di ruas Jalan Pocut Baren jam
puncak hari Senin pagi jam 07.00-08.00 WIB adalah 0,83 dimana sudah termasuk pada
tingkat pelayanan kategori D, artinya mendekati arus tidak stabil, kecepatan lalu lintas
sekitar 60 km/jam dengan volume lalu lintas sampai 90 % kapasitas.
Jam puncak volume lalu lintas pada kawasan pendidikan di ruas Jalan Pocut Baren
terjadi pada hari Senin jam 07.00 – 08.00 WIB sebesar 1958 smp/jam, pada hari Selasa jam
07.00 – 08.00 WIB sebesar 1699 smp/jam dan pada hari Kamis jam 07.00 – 08.00 WIB
Hambatan samping pada kawasan pendidikan di ruas Jalan Pocut Baren jam puncak
terjadi di kawasan I pada hari Senin jam 15.00 – 16.00 WIB sebesar 675,7 (Tinggi), pada
hari Selasa jam 15.00 – 16.00 WIB sebesar 615,9 (tinggi) dan pada hari Kamis jam 15.00 –
Kapasitas jalan di ruas Jalan Pocut Baren pada hari Senin, Selasa dan Kamis dengan
nilai 2349 smp/jam dari total kapasitas dua arah dengan kondisi jalan 2/2 UD
Derajat kejenuhan pada kawasan pendidikan di ruas Jalan Pocut Baren jam puncak
terjadi hari Senin pagi jam 07.00-08.00 WIB adalah 0,83 dimana sudah termasuk pada
tingkat pelayanan kategori D (mendekati arus tidak stabil). Pada hari Selasa jam 07.00-8.00
WIB adalah 0,72 dimana sudah termasuk pada tingkat pelayanan kategori C (arus stabil)
dan pada hari Kamis jam 07.00-8.00 WIB adalah 0,78 dimana sudah termasuk pada tingkat
permasalahan yang terjadi pada ruas jalan yang dapat menimbulkan kemacetan/trouble
spot sehingga dapat menjadi masukan kepada stakeholder terkait dalam mengkaji
manajemen lalu lintas yang tepat untuk menciptakan keamanan keselamatan ketertiban
pada ruas-ruas jalan utama kota. Kemacetan lalu lintas terjadi saat arus kendaraan
meningkat di pagi hari (07.00 – 08.00 WIB) dan sore hari (17.00 – 18.00 WIB). Peningkatan
bekerja dan sekolah yang diikuti dengan peningkatan perjalanan kendaraan dari lokasi
menjadi empat macam pola pergerakan yaitu perjalanan antar zona didalam kawasan CBD,
perjalanan dari dalam menuju keluar kawasan CBD, perjalanan dari luar menuju kedalam
kawasan CBD, dan perjalanan dari luar kawasan CBD melewati kawasan CBD dan
Keterkaitan antar lokasi kemacetan lalu lintas bermula dari kemacetan di Kawasan
Gedung Joeang’45 dan berlanjut pada Kawasan Bandar Lampung Plaza, Kawasan Plaza
Millenium, Kawasan Central Plaza, Kawasan Jaka Utama, Kawasan Pertokoan Golden, dan
kemacetan lalu lintas tersebut terdeskripsi dalam satu pola pergerakan kendaraan pada
ruas Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Pangkal Pinang, Jl. Pemuda, dan Jl. Imam Bonjol.
Kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan utama dalam kawasan CBD Kota Bandar
Lampung yaitu di ruas Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Imam Bonjol, Jl. Pangkal Pinang, dan Jl.
Pemuda disebabkan oleh faktor-faktor yang secara tipikal hampir sama, meskipun terdapat
juga beberapa penyebab kemacetan yang berbeda. Faktor umum yang dominan sebagai
penyebab kemacetan lalu lintas adalah kondisi lingkungan dan karakteristik lalu lintas
1. Mengubah penggunaan moda perjalanan yang lebih efisien. Hal ini dapat dilakukan
3. Mengubah rute perjalanan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan
rute pada jam tertentu (jam sibuk) dan untuk kendaraan tertentu, menerapkan road
4. Memgubah tujuan perjalanan akhir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rayonisasi
Pada skenario pemecahan masalah kemacetan lalu lintas dikenal beberapa aspek
manajemen yaitu :
1. Manajemen kapasitas meliputi tindakan pengendalian kapasitas pada (1). Ruas jalan,
2. Aspek manajemen prioritas meliputi penyediaan fasilitas pejalan kaki dan kontrol
penggunaan jalur.
merupakan bagian dari manajemen kebutuhan lalu lintas (demand management) yang
intinya bertujuan: (a). Meningkatkan efisiensi penggunaan jaringan jalan, (b).
lingkungan lalu lintas, (e). Pengendalian tata guna lahan, (f). Peningkatan income
permasalahan yang terjadi pada ruas jalan yang dapat menimbulkan kemacetan/trouble
spot dan pengkajian manajemen lalu lintas dapat diterapkan pada ruas jalan yang memiliki
dalam mengkaji manajemen lalu lintas yang tepat untuk menciptakan keamanan
Sistem kebutuhan transportasi (KT) merupakan sistem pola tata guna lahan yang
terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan. Kegiatan sistem ini
setiap hari.
Sistem prasarana transportasi meliputi sistem jaringan jalan raya dan kereta api,
terminal bus dan stasiun kereta api serta bandara dan pelabuhan laut.
Sistem pergerakan diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalulintas, agar tercipta
Sistem ini merupakan gabungan dari pihak pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
suatu lembaga atau instansi terkait. Sistem kelembagaan menentukan kebijakan yang
diambil berhubungan dengan sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan
dari transportasi. Diagram sistem transportasi mikro dapat dilihat pada Gambar 2.7.
perjalanannya yaitu : (a). Perjalanan untuk bekerja (working trips), (b). Perjalanan untuk
kegiatan pendidikan (educational trips), (c). Perjalanan untuk berbelanja (shopping trips),
(d). Perjalanan untuk kegiatan sosial (social trips), (e). Perjalanan untuk rekreasi
(recreation trips), (f). Perjalanan untuk keperluan bisnis (bussiness trips), dan (g).
Faktor pengubah yang menjadi penentu besaran bangkitan arus lalu lintas
perjalanan: (a). Maksud perjalanan, (b). Penghasilan keluarga, (c). Kepemilikan kendaraan,
(d). Guna lahan di tempat asal, (e). Jarak dari pusat kegiatan kota, (f). Jauh perjalanan, (g).
Moda perjalanan, (h). Penggunaan kendaraan, dan (i). Guna lahan di tempat tujuan (Martin,
Perjalanan yang terjadi di dalam wilayah studi terdiri dari perjalanan internal-internal,
asal dan tujuan perjalanan masih berada di dalam daerah penelitian. Perjalanan eksternal
didefinisikan sebagai perjalanan dengan salah satu ujung berada di luar daerah survei.
Perjalanan yang asal dan tujuanya berada di luar daerah kurva survei tetapi melalui daerah
langsung. Garis saring (screen line) dalam gambar merupakan garis yang melintasi daerah
survei dari satu titik di garis kordon ke titik lain di garis kordon itu pula yang bermanfaat
1995:671).
Salah satu masalah yang paling sering dijumpai dalam manajemen lalu lintas ialah
tingkat kongesti (kemacetan) yang tinggi dalam daerah perdagangan (Central Business
District - CBD) di kota-kota. Masalah ini muncul akibat terdapatnya konflik antara arus
kendaraan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Sebagian besar lalu lintas yang melalui CBD
tersebut merupakan lalu lintas langsung, yang berasal dari satu bagian di luar CBD dan
Dalam Buku Laporan Manajemen Lalu Lintas Jawa Tengah tahun 2004 disebutkan,
manajemen lalu lintas merupakan bagian dari manajemen sistem transportasi. Manajemen
lalu lintas menyangkut arus aliran manusia atau barang dan kendaraan pada ruas jalan
tertentu. Manajemen lalu lintas terdiri dari subsistem permintaan (demand) diasumsikan
sebagai: (a). Pengguna jalan, (b). Penyediaan (supply) dalam hal ini ruas jaringan jalan, dan
(c). Lalu lintas (kendaraan maupun pejalan kaki). Jenis-jenis perjalanan di perkotaan dapat
GAMBAR 2
JENIS-JENIS PERJALANAN DI DAERAH PERKOTAAN
GAMBAR 3
SKEMA MANAJEMEN LALULINTAS
2.2.3 Struktur Kota dan Sistem Jaringan Jalan
Terdapat tiga teori model klasik struktur kota yaitu teori zona konsentris, teori
sektoral dan konsep teori multiple–nuclei. Teori zona konsentris yang dikembangkan oleh
Burgess (1925) menggambarkan struktur kota sebagai pola zona lingkaran konsentris.
Zona pertama adalah zona pusat kota atau Central Bussines District yang merupakan
tempat aktivitas ekonomi dan perdagangan. Zona di kawasan ini dilengkapi dengan
prasarana dan sarana perkantoran, hotel dan pusat perbelanjaan. Zona kedua yang berada
di sisi luar pusat kota sebagai kawasan tersendiri atau disebut zona transisi dari kawasan
pusat kota menuju kawasan berikutnya. Fasilitas dan karakter perkembangannya mulai
berubah mengikuti kebutuhan kota. Zona berikutnya adalah zona ketiga. Tata guna lahan
zona ini mengikuti ciri fisik dan fungsi kota. Zona keempat merupakan zona terbesar
penggunaan lahan perumahan bagi penduduk kalangan menengah. Zona kelima sebagai
zona terakhir ditujukan untuk kawasan perumahan bagi penduduk menengah keatas yang
bermukim dengan sifat commuter. Jenis pergerakan yang terjadi di zona-zona pada
struktur kota model konsentris mengarah kedalam lingkaran yang merupakan lokasi pusat
Selain teori zona konsentris terdapat teori sektoral yang dirumuskan Hommer
Hoyt (1939) sebagai berikut: perkembangan suatu kawasan tidak mengikuti bentuk
membentuk suatu sektor berdasarkan penggunaan lahan, yang terjadi secara tidak merata
dan kesegala arah. Jaringan jalan pada kawasan ini akan lebih beragam dibandingkan
dengan jaringan jalan pada teori zona konsentris, namun karakteristik pergerakannya
Selanjutnya struktur kota Model Multiple–Nuclei yang dirumuskan oleh C.D. Harris
dan F.L. Ullman (1945:47) menyebutkan pusat kota terbentuk tidak hanya satu ditengah-
tengah suatu kawasan, akan tetapi dapat tumbuh banyak pusat kota dalam suatu kawasan
tertentu. Pola pergerakan yang terjadi pada struktur kota model multiple-nuclei beragam
Model struktur kota yang cocok untuk menggambarkan struktur Kota Jakarta
adalah model sektoral, dikarenakan perancangan bentuk kotanya yang kompak dan
kawasan tertentu serta arah perkembangan kawasan kotayang cenderung mengikuti pola
radial menerus sesuai jenis jaringan jalan yang ada. Bentuk struktur kota model sektoral
Keterangan :
2
4 1. CBD atau Zona daerah
4 pusat kegiatan
4 2. Zona grosier dan manufaktur
1 5
3 3. Zona pemukiman kelas rendah
4
4. Zona permukiman kelas menengah
2 5. Zona permukiman kelas tinggi
3
menjari untuk menghubungkan pusat kota ke bagian-bagian yang lebih jauh di daerah
pinggiran. Sistem jalur transportasi dan ruas jalan tersebut berperan dalam pembentukan
pola struktur internal kota yang berkaitan langsung dengan fungsi-fungsi kegiatan dan
aksesibilitas.
perumahan.
element) dan elemen jarak (distance element). Jika dibandingkan, elemen arah lebih
menentukan daripada elemen jarak, sehingga struktur internal kotanya akan bersifat
sektoral mengikuti penggunaan lahannya. Sistem pola jaringan jalan terdiri dari tiga
macam yaitu :
Ketidakteraturan sistem jalan ini tampak pada pola jalannya yang melingkar tak beraturan
dengan lebar jalan dan arah yang beragam. Perletakan antara posisi rumah-rumah dengan
jalan juga tidak direncanakan. Sistem ini biasanya terjadi diawal pertumbuhan kota yang
belum direncanakan.
Pada tipe ini pergerakan akan terpusat pada satu lokasi di pusat kota dengan konsentrasi
kegiatan yang tinggi. Pola ini mempunyai beberapa sifat khusus yaitu:
kekuasaan.
3. Pola jalan bersiku atau sistem grid (The Rectangular or Grid System).
kota sehingga tidak memusat pada beberapa fasilitas saja. Bagian kota dibagi-bagi
sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan paralel
(Yunus, 2000:142-150).
Jenis-jenis jaringan jalan yang ideal untuk kawasan perkotaan antara lain: (1).
Jaringan Jalan Grid (pola segiempat), (2). Jaringan Jalan Cincin Radial (pola cincin
terpusat), (3). Jaringan Jalan Delta ( pola segitiga), (4). Jaringan Jalan Radial (pola
terpusat), (5). Jaringan Jalan Spinal (pola menjari), dan (6). Jaringan Jalan Heksagonal
METODE PENELITIAN
pilihan yang paling sesuai bagi penulis karena dinilai sangat relevan dengan judul yang
akan penulis teliti mengenai manajemen lalu lintas dalam mengatasi trouble spot. Alasan
lain bahwa peneliti dapat melakukan interaksi secara langsung dengan obyek dan fakta-
fakta ataupun sumber data yang akan diteliti atau diperoleh di lapangan sehingga peneliti
dapat mengetahui secara holistik mengenai proses dan fenomena-fenomena apa yang
terjadi terkait manajemen lalu lintas yang telah diterapkan dan analisis trouble spot di
Simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama. Tentunya dengan keterlibatan peneliti
secara langsung mampu menggali sedalam-dalamnya mengenai obyek yang akan diteliti,
yang dilakukan.
dan menganalisa gejala-gejala yang terjadi sesuai dengan yang diteliti. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti juga harus memiliki perasaan terlibat namun tetap memiliki batasan-
batasan agar bisa menilai suatu permasalahan secara obyektif. Begitu juga halnya dengan
metode wawancara dan studi dokumen harus menjadi bagian dari penelitian yang ada
kualitataif Menurut Lexy Moleong (2009) bahwa penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
kemacetan, lokasi kemacetan, faktor-faktor yang mempengaruhi dan kondisi realiati yang
terjadi di simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
Sedangkan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus
mengingat dengan metode ini akan didapatkan gambaran nyata dari obyek penelitian dan
dapat lebih memfokuskan terhadap obyek penelitian yaitu manajemen lalu lintas dalam
rangka mengatasi trouble spot di simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama. Hal ini
sesuai yang dijelaskan oleh Suparlan (1994:8) disimpulkan bahwa studi kasus (1)
menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap sehingga dalam informasi-inforasi yang
untuk memainkan peranannya, (2) bersifat grounded atau berpijak di bumi yaitu betul-
betul empiric sesuai dengan konteksnya, (3) bercorak holistik, (4) menyajikan informasi
yang berfokus dan berisikan pernyataan-pernyataan yang perlu–perlu saja yaitu mengenai
karena disajikan dengan bahasa biasa dan bukannya dengan bahasa teknis angka-angka.
Metode studi kasus dipilih dalam rangka menyesuaikan dengan beberapa aspek
kontrol terhadap peristiwa, dan 3) fokus terhadap fenomena penelitian yang dilakukan.
25
Selain itu banyaknya hal keuntungan yang akan didapat jika menggunakan metode
a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel-
variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih
luas.
c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna
penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan keilmuan
Lokasi penelitian merupakan lokasi tempat yang dipilih oleh peneliti dalam rangka
yang dilakukan oleh peneliti. Sumber informasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah
para pihak yang menjadi penentu dalam memperoleh berbagai data yang diperlukan dan
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini akan menitikberatkan dan
fokus dalam menganalisa dan memahami manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi
trouble spot di simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama. Peneliti mengambil lokasi
26
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian mengenai manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di
simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama akan dilaksanakan berdasarkan pada
kalender akademik yang telah direncanakan dan ditentukan oleh lembaga STIK-PTIK
kepada mahasiswa S2 angkatan VII program pasca sarjana ilmu kepolisian STIK-PTIK.
Subjek penelitian adalah individu yang dibutuhkan untuk menjadi sumber informasi
dalam pengumpulan data penelitian. Penentuan subjek penelitian atau sampel dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Lincoln dan Guba (1985) dalam
Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk
digeneralisasikan.”
paling tahu dan atas pertimbangan tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Oleh karena itu dalam penelitian ini subjek penelitian adalah pihak-pihak yang
memiliki kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam manajemen lalu
lintas di kota Jakarta. Guna penyempurnaan proses penelitian maka akan mengidentifikasi
beberapa informan yang relevan sebagai bahan keterangan yang akan dibutuhkan dalam
a. Kakorlantas Polri
27
b. Dirkamsel Korlantas Polri
mendapatkan informasi seakurat dan sebanyak mungkin guna mendapatkan data atau
informasi yang valid mengenai suatu hal yang akan dijadikan obyek dari penelitian. Oleh
karena itu pengumpulan data menurut Sugiyono (2013) bahwa langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Dengan
demikian pengumpulan data terkait dengan penelitian manajemen lalu lintas dalam rangka
mengatasi trouble spot harus memiliki teknik yang tepat dan relevan sehingga mendapat
keakuratan data yang otentik dan mampu menjawab semua pertanyaan dari penelitian ini.
Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk kegiatan
3.3.1 Wawancara
28
Menurut Farouk Muhammad (2010) mengatakan bahwa secara umum yang disebut
wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya
jawab secara lisan, sepihak, berhadap muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.
dilakukan penulis memiliki sejumlah alasan karena dengan wawancara akan lebih banyak
memperoleh data dan informasi karena sifatnya langsung tertuju terhadap obyek
penelitian mengenai manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di
simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama. Adapun kegiatan wawancara yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan metode wawancara secara terpimpin (guide
jikalau ada sebuah informasi atau data mengenai manajemen lalu lintas yang belum
didapat oleh penulis atau masih ada keraguan terhadap beberapa obyek atau informan
yang diberikan kepada penulis sehingga sangat dimungkinkan untuk mencari obyek atau
wawancara yang sebelumnya secara formal harus disampaikan secara bersama dengan
rencana atau proposal penelitian serta surat izin melakukan penelitian dari lembaga STIK-
PTIK ke obyek lokasi penelitian. Pedoman wawancara berguna sebagai panduan untuk
mendapatkan informasi agar wawancara dapat berjalan dengan baik dan informasi yang
29
3.3.2 Pengamatan (observasi).
bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
Terkait dengan penjelasan diatas maka observasi adalah ciri khas dari penelitian
kualitatif, dimana peneliti harus terlibat dan terjun langsung dilapangan. Dalam rencana
penelitian ini penulis akan mencoba mengamati secara langsung ke lapangan tentang
bagaimana manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di simpang Jalan
Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama, karena dengan melakukan observasi maka penulis
data primer maupun sekunder dan mendapatkan kesan secara pribadi selama proses
observasi berlangsung.
a. Mengamati fenomena yang ada di simpang Jalan Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama
b. Mengamati sekaligus mempelajari kegiatan arus lalu lintas yang ada di Simpang Jalan
Dokumen secara umum dapat diartikan sebagai catatan yang berisikan kenyataan,
bukti atau informasi. Menurut Farouk Muhammad (2010) bahwa studi dokumen atau
30
telaah dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah
dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan atau fakta yang hendak diteliti.
Tentunya studi dokumen ini adalah termasuk data sekunder karena fokus
Oleh karena itu guna melengkapi data dan informasi mengenai manajemen lalu lintas
dalam rangka mengatasi trouble spot maka harus mengunakan studi dokumen, dengan
a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
3.3.4. Triangulasi
Menurut Susan Stainback dalam Sugiyono (2013) menyatakan bahwa “the aim is
not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of
tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
informasi dan tingginya rasa keingintahuan dari si peneliti terkait dengan obyek
penelitiannya. Oleh karena itu menurut pendapat penulis dalam penelitian mengenai
manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot perlu menggunakan teknik
31
pengumpulan data melalui triangulasi karena ini merupakan senjata terakhir jikalau ada
data atau informasi yang tidak lengkap sehingga memaksa peneliti untuk terjun kembali
ke lapangan dan melakukan klarifikasi atau mengecek data yang telah diperoleh dengan
melakukan kembali wawancara, observasi dan studi dokumen sehingga diharapkan data
mengenai strategi manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot menjadi
lebih lengkap dan timbul rasa kepuasaan peneliti terhadap apa yang telah ditelitinya.
Teknik analisa data pada penelitian dengan pendekatan kualitatif menurut Bogdan
dan Biklen (1982) seperti dikutip Moleong (2009 : 248) dapat diartikan bahwa upaya
menjadi satu satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dikemukakan oleh Hurberman terdiri atas 3(tiga) unsur utama yakni sebagai berikut:
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yaitu bentuk analisis untuk
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan. Reduksi data merupakan proses
seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan abstraksi dari data kasar yang ada dalam
catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, berupa
32
singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema, membuat batas-batas persoalan dan
Sedangkan reduksi data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian strategi
manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot adalah untuk menyeleksi,
memfokuskan serta menyederhanakan data yang diperoleh dari wawancara dengan para
informan atau narasumber yang telah ditentukan seperti Kakorlantas Polri, Dirkamsel
Korlantas Polri, Dirlantas Polda Metro, Kasat Lantas Polres Jakarta Selatan, Kadishub dll.
Tak hanya itu reduksi data bisa digunakan pada penelusuran terhadap dokumen seperti
eksternal yang berhubungan dengan manajemen lalu lintas jika reduksi data dapat
dilakukan secara maksimal maka dapat diperoleh informasi yang sesuai dengan
Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu
kesimpulan penelitian. Dengan melihat sajian data, penulis akan memahami apa yang
terjadi serta memberikan peluang bagi penulis unutk mengadakan sesuatu pada analisis
atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
matriks, gambar, skema, jaringan kerja tabel dan hasil wawancara maupun pengamatan
yang nantinya akan membantu menganalisis untuk mendapatkan gambaran yang jelas
serta mempermudah dalam menyusun kesimpulan (Farouk Muhammad dan Djaali, 2005 :
98).
33
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik sajian data guna mempermudah
proses analisa terhadap data yang telah diperoleh baik dari dokumen-dokumen,
pengamatan maupun wawancara terkait manajemen lalu lintas sehingga akan membantu
Ketika memulai pengumpulan data, penulis harus sudah mulai memahami makna
dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat keteraturan, pola-pola pernyataan dari
berbagai konfigurasi yang mungkin, arah hubungan kausal dan preposisi. Kesimpulan
akhir pada pendekatan penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah proses
pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara
melihat dan mempertanyakan kembali sambil meninjau secara sepintas pada catatan
lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat (Farouk Muhammad dan
mengatasi trouble spot yang dilakukan oleh BNPT maka tindakan penulis harus
Pertama, hasil dari mengekplorasi trouble spot lalu lintas yang terjadi di simpang Jalan
Teuku Nyak Arief Kebayoran Lama. Kedua, implementasi dari program manajemen lalu
lintas dalam rangka mengatasi trouble spot. Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi
34
implementasi manajemen lalu lintas dalam rangka mengatasi trouble spot di simpang
35
DAFTAR PUSTAKA
A.S Harnby, Oxford Advance : dictionary of current English, Oxford University Press, UK,
Atmojo, T. dan Pujiati, A. 2016. Analisis Pengaruh Kebijakan Harga BBM, Jumlah Sepeda
Chapin, Jr, F. Stuart and Edward Kaiser. 1995. Urban Land Use and Planning.
Creswell. 2010. Research design : pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Jakarta :
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta:
Farouk Muhammad dan H. Djaali. 2010. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PTIK Press
Morlok, Edward K. 1995. Pengantar Teknis dan Perencanaan Transportasi. Alih bahasa:
Robert K. Yin. 2014. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta. Rajawali Pers. Hal 1
36
Sumadi, 2006, Kemacetan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Veteran Kota Brebes, Tesis, Magister
Penerbit: ITB.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Penerbit:
Pustaka Pelajar.
37