Anda di halaman 1dari 48

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


HIPERTENSI
Dosen Pembimbing : Pak Ardiles

Kelompok 3 :
1. Afifa (161070)
2. Ahmad A. Ghofur (161073)
3. Aldys (161074)
4. Devi Arista (161086)
5. Galuh Kristiawan (161096)
6. Gladys Brinita S (161097)
7. Hilmatul Izza (161099)
8. Indri Reski A (161102)
9. Nurcholis (161115)
10. Renita Ghina H (161119)
11. Rizqiya Ramadhany (161121)
12. Yista Nara (161134)
13. Yunedi Putra (161135)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Hipertensi ini tepat pada waktunya.
Harapan kami sebagai penyusun yaitu agar para pembaca memahami
tentang Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hipertensi Kami pun
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami juga mengharapkan saran yang membangun demi tersusunnya
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Hormat kami

Penyusun

ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum.........................................................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus........................................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi ..................................................................................................................................4
2.2. Klasifikasi Hipertensi .......................................................................................................................4
2.3. Etiologi .............................................................................................................................................4
2.4. Patofisiologi .....................................................................................................................................6
2.5. Faktor Risiko ....................................................................................................................................7
2.6. Manifestasi Klinis ...........................................................................................................................10
2.7. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................................11
2.8. Penatalaksanaan ..............................................................................................................................12
2.9. Komplikasi .....................................................................................................................................16
2.10. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi........................................................................................17

BAB 3 TINJAUAN KASUS....................................................................................................................23

BAB 4 PENUTUP....................................................................................................................................38

DAFTAR PUSTKA................................................................................................................................40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang
banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya
perubahan-perubahan pada ; katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun.
Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) 2000, 50% dari penyakit
kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. Data dari The National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-
2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti
terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15
juta dari data NHANES tahun 1988-1991. Hipertensi esensial mulai terjadi seiring
bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita
penyakit ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita).
Proses terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Kemudian
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat dalam paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II itulah yang mempunyai peranan penting dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi yang pertama ini adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi
di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, jadi sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

1
osmolalitasnya. Untuk

2
3

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara


menarik cairan dari bagian intraseluler, dan akibatnya, volume darah meningkat,
yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi yang kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron adalah hormon
steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal kita. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada akhirnya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Hipertensi dapat diatasi dengan berhenti merokok, diet, olahraga teratur,
penanganan stres, tidak merokok, mengurangi frekuensi konsumsi makan asin,
mengurangi frekuensi konsumsi makan berlemak, mengurangi frekuensi
konsumsi minuman berkafein, meningkatkan aktivitas fisik, mengelola keadaan
stress.
Berdasarkan data diatas kami ingin membahas bagaimana proses terjadinya
hipertensi dan bagaimana asuhan keperawatan pada klien penderita hipertensi di
makalah “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hipertensi” ini.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Hipertensi.

1.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui Definisi Hipertensi.
b. Mengetahui Klasifikasi Hipertensi
c. Mengetahui Etiologi Hipertensi.
d. Mengetahui Patofisiologi Hipertensi.
e. Mengetahui Faktor Risiko
f. Mengetahui Manifestasi Klnis Hipertensi.
g. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
h. Mengetahui Penatalaksanaan Hipertensi.
i. Mengetahui Komplikasi Hipertensi.
4

j. Mengetahui Asuhan Keperawatan Hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan


a) Bagi Rumah Sakit.
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan nyeri
pada Hipertensi.
b) Bagi Perawat.
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
kepada klien penderita dengan nyeri akibat Hipertensi.
b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan,
khususnya pada pasien dengan nyeri akibat Hipertensi.
c) Bagi Institusi Akademik.
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.
d) Bagi Pasien dan Keluarga.
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang cara mengontrol nyeri akibat Hipetensi.
e) Bagi Pembaca.
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan
cara perawatan pasien dengan nyeri akibat Hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-
menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan
dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008).
Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati,2009).

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Kategori stadium Tekanan sistolik Tekanan diastolic

Stadium 1 (hipertensi
140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (hipertensi
160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi
180 - 209 mmHg 110 - 119mmHg
berat)
Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari :

2.2 Etiologi
a. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)
Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah
hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor,
terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor
predisposisi genetik

5
6

ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit
ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam
(natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)
Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah kelainan dan keadaan
dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerulus nefritis akut),
kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan
oleh penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2007)

c. Tekanan Darah Tinggi Maligna


Ini adalah jenis hipertensi yang paling parah dan cepat berkembang. Hipertensi
maligna sangat cepat untuk merusak organ dalam tubuh. Jika dalam lima tahun
hipertensi maligna tidak diobati, konsekuensinya adalah kematian yang disebabkan
oleh kerusakan otak, jantung, dan gagal ginjal. Namun, hipertensi jenis ini dapat
diobati dengan catatan pengobatan dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.
Seseorang yang menderita hipertensi jenis ini merasakan kebas di sekujur tubuh,
penglihatan kabur, kecemasan, dan sangat kelelahan.

d. Tekanan Darah Tinggi Sistolik Terisolasi


Jenis hipertensi ini disebabkan oleh umur, mengonsumsi tembakau, diabetes,
dan diet yang salah. Pada hipertensi ini, arteri menjadi kaku sehingga menyebabkan
sistolik (tekanan darah saat jantung berkontraksi) sangat tinggi sedangkan diastolik
(tekanan darah saat jantung istirahat) normal.

e. White Coat Hypertension


Hipertensi jenis ini hanya terjadi jika pasien sedang berada di pusat klinik atau
rumah sakit. Jenis tekanan darah tinggi ini disebabkan oleh kegugupan saat akan
diperiksa oleh pihak rumah sakit. Di luar rumah sakit, tekanan darah pasien ini sangat
normal. Jika terjadi hal yang sama dalam pemeriksaan ulang maka jenis hipertensi ini
tidak perlu diobati.
7

f. Hipertensi Resisten
Penderita hipertensi resisten tidak merespon obat apapun lagi. Hipertensi
dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup menurunkan tekanan darah. Maka
diperlukan 4 macam jenis obat untuk menurunkan tekanan darah.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,yang dapat


memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
8

(Rohaendi, 2008).

2.5 Faktor Risiko


Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:


1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormone estrogen setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone estrogen
adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam
pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen
dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormone estrogen sesuai dengan
umur wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun.

2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut fungsi ginjal dan hati
mulai menurun,karena itu dosis obat yang diberikan harus benar - benar tepat.
Tetapi pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri -
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
9

mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi (Elsanti,2009).

3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-
80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada
yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar
25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai
tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat
menjadi 60%.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:


1) Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok
(CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan
menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah
pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat
menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka
10

waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK)


sekitar 24.4% Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok,
nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan
kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan
gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak
bagian tubuh lainnya

2) Status Gizi
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit
tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi
seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai
IMT ≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit
degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2008)
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan
meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah
11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada laki
– laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki - laki dan 17%
perempuan yang memiliki IMT<25

3) Konsumsi Na (Natrium)
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut
berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan
tekanan darah. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I
11

menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang


mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada
timbulnya hipertensi.

4) Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian
masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat
di hubungkan denganpengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis

2.6 Manifestasi Klinis


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala - gejala yang mudah diamati
antara lain :
 Pusing atau sakit kepala  tengkuk terasa pegal
 sering gelisah  mudah marah
 wajah merah  telinga berdengung

 sukar tidur  mudah lelah


 sesak napas
mata berkunang – kunang
 rasa berat ditengkuk  mimisan (keluar darah dari
hidung).

Namun, menurut Crea (2008), gejala hipertensi adalah :


12

 sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk


 sulit tidur
 gelisah atau cemas
 kepala pusing
 dada berdebar – debar
 lemas
 sesak nafas
 berkeringat

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
 Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
2) CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG
Dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IU
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
13

2.8 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat
antihipertensi. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan
meningkat.
b. Diet
Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi
asupan natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih
banyak biji- bijian, buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah
lemak dengan begitu akan meningkatkan kesehatan kita secara
menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita
tekanan darah tinggi.
c. Olahraga teratur
Olah raga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta
meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya
lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko hipertensi.
d. Penanganan Stres
Hormon epinefrin dan kortisol yang dilepaskan saat stres
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya
peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres, koping
yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan
darah.
e. Tidak Merokok
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok
yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah (Dalimartha et al., 2008). Merokok sebatang
setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg
14

serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012),


menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan merokok
memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadiya hipertensi.
Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok
yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Marliani,
2007).
Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok
sangat berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat
kimia tersebut dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran
darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang
akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan
penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan tekanan
dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda,
berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering
dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50
tahun (Depkes, 2008).
Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan
langsung dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang
meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial yang kemudian
diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut
jantung, dan kontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).
f. Frekuensi Konsumsi Makan Asin
Garam (NaCl) diyakini berkontribusi dalam meningkatkan
tekanan darah pada dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui
sejumlah penelitian eksperimental dengan model simpanse, yang
15

secara genetik mendekati manusia. NaCl disuntikkan ke dalam


makanan mereka selama 20 bulan. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa asupan NaCl meningkatkan tekanan darah
simpanse tersebut. Tekanan darah akan meningkat tajam, pada
asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi,
dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat
33 dan 10 mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl
pada tekanan darah akan meningkatkan resiko hipertensi
bersamaan dengan faktor lain seperti usia atau riwayat keluarga.
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah.
Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air
(retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan
tekanan darah menjadi naik. Hasil penelitian Sugiharto (2007),
yang membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi
makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa
seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan
berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa
konsumsi makanan asin.
g. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak
Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan
lemak jenuh dengan tekanan darah, dan pada beberapa populasi
dengan tekanan darah dibawah rata-rata mengkonsumsi lemak
total dan asam lemak jenuh rendah. Selain itu, konsumsi lemak
jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan
faktor resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian
menyebabkan hipertensi (Irza, 2009). Keberadaan lemak jenuh
16

yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan


pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier,
2009).
h. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang
dan jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko
penyakit Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein
(kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah
rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas kopi
(200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14
mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang
yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008).
Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari
mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan
dengan kalau mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan
mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
dan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Sustrani,
2006).
i. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan
darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan
lebih rendah ketika beristirahat (Armilawati, 2007).
Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang
meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung
intensitas latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara
bertahap tekanan darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari
peningkatan dilatasi arteriola di dalam otot yang aktif saat latihan.
Olahraga yang dilakukan secara teratur, menyebabkan jantung
17

akan bekerja lebih efisien, denyut jantung berkurang dan


menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam Respati,
2007).
j. Keadaan Stres
Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang
mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333
kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon
fisiologik, psikologis, dan perilaku seseorang individu dalam
menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat
internal maupun eksternal.
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan
denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan
meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2009).
Menurut Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa adalah
rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah. Ketika
otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres, perintah
untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan
mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver
melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan
bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen
bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi
semakin cepat sehingga meningkatkan tekanan darah.
Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon
adrenalin oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan
menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan
kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau
menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat denyut jantung,
menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit
18

pembuluh darah koroner.


2) Penatalaksanaan Farmakologis
a. Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu
ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati,
2005). Meningkatkan ekskresi natrium pada ginjal akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah.
b. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa- beta-bloker (abetol).
Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat pelepasan
renin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan
dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah (Anonim, 2009).
c. Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya
memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan
darah secara langsung (Anonim, 2009).
d. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi
pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya
eksresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Anonim,
2009).
e. Antagonis Kalsium
Menurut Anonim (2009), cara bekerja antagonis kalsium
hampir sama dengan vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat
19

antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.


2.9 Komplikasi
Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi
berisiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa
penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di antara nya
sebagai berikut
a. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja
lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot
jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot
menurun. Pada akhir nya dapat terjadi kegagalan kerja jantung
secara umum. Tanda-tanda ada nya komplikasi yaitu sesak napas,
napas putus-putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada
tungkai bawah serta kaki.
b. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa
hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh
darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang di timbulkan yaitu
pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah.
Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan
kematian.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal
akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis
maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang
berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi
plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan
menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah
berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan
20

ginjal yang di tandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130


mmHg yang di sebabkan terganggunya fungsi ginjal.
d. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai
akibat terjadi nya pengapuran pada dinding pembuluh darah
jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebab
kan berkurang nya aliran darah pada beberapa bagian otot
jantung. Hal ini menyebab kan rasa nyeri di dada dan dapat
berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebab
kan timbul nya serangan jantung.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi


Menurut Wijayaningsih (2013, hal. 113) asuhan keperawatan pada
klien Hipertensi dilaksanakan melalui pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari :

1. Pengkajian Teori Pada Hipertensi


a. Aktivitas atau Istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipne, perubahan irama
jantung,.
b. Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan tekanan
darah, takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
e. Makanan/cairan
21

Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan
muntah, perubahan berat badan obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola
atau isi bicara efek proses pikir, atau memori (ingatan), Respon motorik
(penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan retina optic.
g. Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat merokok batuk
dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan Pada Hipertensi


a. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload dan vasokontriksi.

3. Intervensi keperawatan Pada Kasus LP Askep Hipertensi


Diagnosa Perencanaan Rasional

Nyeri atau sakit kepala 1. Mempertahankan tirah 1. Meminimalkan


berhubungan dengan baring selama fase akut. stimulasi/meningkatkan
peningkatan tekanan 2. Berikan tindakan relaksasi.
vascular serebral nonfarmakologi untuk 2. Tindakan yang
menghilangkan sakit menurunkan tekanan
kepala (kompres dingin vaskuler serebral dan
dan tehnik relaksasi yang memperlambat.
3. Minimalkan aktivitas 3. Aktivitas yang
vasokontriksi yang dapat meningkatkan
22

Diagnosa Perencanaan Rasional

meningkatkan sakit kepala vasokontriksi


(mengejan saat BAB, menyebabkan sakit
batuk dan membungkuk). kepala.
4. Kolaborasi dengan tim 4. Menurunkan atau
dokter pemberian mengontrol nyeri dan
analgesik. menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
Intoleransi aktivitas 1. kaji respon pasien 1. Menyebutkan
berhubungan dengan terhadap aktivitas. parameter membantu
kelemahan fisik 2. Instruksikan pasien dalam mengkaji respon
tentang tekhnik fisiologi terhadap stress
penghematan energi aktivitas dan bila ada
(duduk saat gosok gigi, merupakan indicator
atau menyisir rambu) dan dari kelebihan kerja
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
dengan perlahan. tingkat aktivitas.
3. Dorongan untuk 2. Tehnik menghemat
melakukan aktivitas atau energy mengurangi
perawatan diri bertahap, penggunaan energy,
berikan bantuan sesuai juga membatu
kebutuhan. keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
penningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas
Gangguan 1. Kaji pemahaman pasien 1. Kegemukan adalah
perubahan pola nutrisi tentang hubungan antara resiko tambahan pada
lebih dari kebutuhan hipertensi dan tekana darah
tubuh berhubungan kegemukan. tinggikarena
dengan masukan 2. Bicarakan tentang disproporsi antara
berlebihan kebutuhan pentingnya menurnkan kapasitas aorta dan
metabolik masukan kalori dan peningkatan massa
batasi lemak, garam, tubuh.
gula sesuai indikasi. 2. Kesalahan kebiasaan
3. Tetapkan keinginan makan menunjang
pasien menurunkan terjadinya atero
berat badan. sklerosis dan
4. Kaji ulang masukan kegemukan, yang
kalori harian dan pilihan merupakan predisposisi
diet. untuk hipertensi dan
5. Kolaborasi dengan ahli komplikasinya.
gizi sesuai indikasi. 3. Motivasi untuk
penurunan berat badan
23

Diagnosa Perencanaan Rasional

adalah internal.
Individu harus
berkeinginan untuk
menurunkan berat
badan, bila tidak maka
program sama sekali
tidak berhasil.
4. Mengidentifikasi
kekuatan atau
kelemahan dalam
program diit terakhir,
membantu menentukan
kebutuhan individu
untuk penyesuaian atau
penyuluhan
5. Memberikan konseling
dan bantuan dnegan
memenuhi kebutuhan
diet individual.

Risiko tinggi terhadap 1. Pantau tekanan darah 1. Perbandingan dari


penurunan curah jantung untuk evaluasi awal. tekanan memberikan
berhubungan dengan 2. Catat keberadaan, gambaran yang lebih
peningkatan afterload kualitas denyutan sentral lengkap tentang
dan vasokontriksi dan perifer. keterlibatan/bidang
3. Auskultasi tonus jantung masalah vascular.
dan bunyi nafas. 2. Denyutan karotis,
4. Berikan lingkungan jugularis, radialis dan
tenang, nyaman, kurang femoralis mungkin
aktivitas/keributan teramati/terpalpasi.
lingkungan. 3. S4 terdengar pada
5. Berikan lingkungan pasien hipertensi berat
yang tenang, nyaman, krena ada hipertropi
kurangi aktivitas atau atrium (penigkatan
keributan dan batasi volume atau tekanan
jumlha pengunjung dan atrium),
lamanya tinggal. perkembangan S3
menunjukkan
hipertropi ventrikel
atau kerusakan fungsi
4. Membantu untuk
menurunkan rangsang
simpatis.
5. Membantu
menurunkan rangsang
simpatis dan
meningkatkan
relaksasi.
24

4. Implementasi Pada klien dengan Hipertensi


Menurut Carpenito (2009, hal 57). komponen implementasi
dalam proses keperawatan mencakup penerapan keterampilan
yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk implementasi biasanya berfokus pada

a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.


b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
memantau status masalah yang telah ada
c. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk
mendapatkan pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau
menyelesaikan masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang
tersedia.

5. Evaluasi Pada Pasien Dengan Hipertensi


Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2008. hal;
124).
25
BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Klien
Nama : Tn.H
Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki No. RM : 2837xxx
Alamat : betongan, Tanggal Masuk : 22 April 2013
01/07 pk 6.00
No. Telepon : Tanggal Pengkajian : 22 April 2013
085706322201 pk 8.00
Status pernikahan : Sudah Sumber Informasi : Pasien
menikah Nama klg. dekat yang bisa dihubungi:
Agama : Islam Ny. A
Suku : Jawa Status : Anak
Pendidikan : : SD Alamat : Nanggulan
Pekerjaan : petani Wonosari
Lama bekerja : 29tahun No. telepon : 089xxxxxx
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : pusing
2. Lama keluhan : 2 hari
3. Kualitas keluhan: cekot-cekot
4. Faktor pencetus : ketika beraktifitas
5. Faktor pemberat: beraktifitas yang berlebihan
6. Upaya yang telah dilakukan: -
7. Keluhan saat pengkajian: provocate : faktor pencetusnya aktifitas klien,
quality : kualitas nyeri rasanya cekot-cekot, region : daerah yang terasa
nyeri adalah di daerah belakang kepala, severe/skala nyeri : 5, time - waktu
nyeri hilang timbul 1 - 2 menit.

Diagnosa Medis:
Hipertensi

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya terasa

23
24

pusing, perut terasa mual,muntah bercampur darah, dan tangan terasa


kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung di bawa ke Rumah Sakit
dr.Soepraoenn Malang agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit Yang Pernah Dialami
a. Kecelakaan (Jenis &waktu) : Pasien mengatakan pernah mengalami
jatuh dan fraktur di bagian kaki kiri sekitar 10 tahun yang lalu,
b. Operasi (Jenis &waktu) : pasien mengatakan frakturnya di gip selama
3 bulan.
c. Penyakit :
 Kronis :hipertensi
 Akut :-
d. Terakhir masuk RS : 1 tahun yang lalu
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :-
3. Imunisasi
( v )BCG ( v )Hepatitis
( v )Polio ( v )Campak
( v )DPT ( )……………
4. Kebiasaan
Jenis Frekuensi Jumlah
Lamanya
Minum kopi Setiap pagi 1 cangkir setiap hari
5. Obat-obatan yang digunakan:-
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien merupakan anak ke 4 dari 6 saudara dimana ayah dan hampir
semua saudaranya memiliki riwayat hipertensi.

F. Genogram

x x
Ht
x

x x x x
Ht Ht

x
Ht Ht Ht Tn.H
25

: Laki-laki
: Ny.S
: Perempuan
Ht : Hipertensi
: Meninggal
x
G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
 Kebersihan bersih Tidak bekerja
 Bahaya Kecelakaan Tidak ada bahaya kecelakaan Tidak bekerja
 Polusi Cukup Tidak bekerja
 Ventilasi Cukup Tidak bekerja
 Pencahayaan Cukup Tidak bekerja

H. Pola Aktivitas – Latihan


Jenis Rumah Rumah sakit
Sebelum sakit Sesudah sakit
 Makan minum 2 2 2
 Mandi 2 2 2
 Berpakaian/berdandan 2 2 2
 Toileting 2 2 2
 Mobilitas di tempat tidur 1 2 2
 Berpindah 1 2 2
 Berjalan 1 2 2
 Naik tangga 1 2 2
Pemberian skor : 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 =
dibantu>1 orang, 4 = tidak mampu
I. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis Rumah Rumah sakit
 Jenis diet Diet campur Diet tktp
 Frekuensi/pola 3 kali sehari 3 kali sehari
 Porsi yng dihabiskan 1 porsi 1 porsi
 Komposisi menu Nasi lauk Nasi sayur lauk
 Pantangan Tidak ada Makanan tinggi garam
 Nafsu makan baik Menurun
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir 67kg 67kg
 Jenis minuman Kopi, air putih Air putih
 Frekuensi/pola Setiap pagi minum kopi Setiap pagi minum air putih
J. Pola Eliminasi
Rumah Rumah sakit
BAB
 Frekuensi/pola 1 kali sehari Sulit BAB
 Konsistensi Lembek Keras
 Warna & bau Kuning, bau khas fases Kecoklatan bau khas fases
26

 Kesulitan Tidak ada Ada


 Upaya mengatasi Tidak ada
Di anjurkan minum dan makan
serat yang banyak
BAK
 Frekuensi/pola 4 kali sehari 4 kali sehari
 Konsistensi Kuning Kuning
 Warna & bau Kuning bau khas urin Kuning bau khas urin
 Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
K. Pola Tidur – Istirahat
Rumah Rumah sakit
Tidur siang : lamanya
 Jam….s/d….. 13.00-14.50 12.30-13.30
 Kenyamanan stlh tidur nyenyak Nyenyak
Tidur malam : lamanya
 Jam….s/d….. 20.00-03.30 22.00-03.15
 Kenyamanan stlh tidur nyenyak Nyenyak
 Kebiasaan sblm tidur wudhu berdoa
 Kesulitan - -
 Upaya mengatasi - -

L. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah sakit
 Mandi : frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
Penggunaan sabun Ya Ya
 Keramas : frekuensi 3 kali seminggu Tidak keramas
Penggunaan sampo Ya Tidak
 Gosok gigi : frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
Penggunaan odol Ya Ya
 Ganti baju : frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
 Potong kuku : frekuensi 1 minggu sekali Tidak potong kuku
 Kesulitan - -
 Upaya yg dilakukan - -

M. Pola Toleransi Koping-Stress


1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (v) dibantu orang lain,
sebutkan
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya,
perawatan diri, dll) -
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah : berdoa
4. Harapan setelah menjalani perawatan: bisa sembuh dan kembali ke rumah
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: agak kesulitan dalam beraktivitas
27

N. Konsep Diri
1. Gambaran
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Peran
5. Identitas diri
O. Pola Peran dan Hubungan
1. Peran dalam keluarga: kepala keluarga
2. Sistem pendukung: suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-
lain, sebutkan:
3. Kesulitan dalam keluarga: -
( ) hubungan dengan orang tua ( ) hubungan dengan pasangan
( ) hubungan dengan sanak saudara ( ) hubungan dengan anak
( ) lain-lain sebutkan,
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS:
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi

P. Pola Komunikasi
1. Bicara ( ) Normal ( ) bahasa utama

( ) Tidak jelas ( ) bahasa daerah

( ) bicara berputar putar ( ) rentang perhatian

( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) afek


Q. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti
R. Pola Nilai dan Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, dan kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yang dilakukan di rumah (jenis dan frekuensi)
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melakukan ibadahnya
S. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
28

 Kesadaran : CM
 Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : 200/100 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 80 kali per menit RR : 22 kali per menit
 Tinggi Badan : 174 cm Berat Badan : 67 kg

2. Kepala & Leher


a. Kepala
 Bentuk :simetris,
 Massa :
 Distribusi rambut :merata
 Warna kulit kepala :sawo matang
 Keluhan: pusing/sakit kepala/migraine, lainnya :
b. Mata
 Bentuk:simetris
 Konjungtiva:tidak anemis
 Pupil: ( v ) reaksi terhadap cahaya ( ) isokor ( ) miosis ( ) pin point (
) midriasis
 Tanda radang:
 Fungsi penglihatan: kabur
 Penggunaan alat bantu: tidak
c. Hidung
 Bentuk : simetris
 Warna : sawo matang
 Pembengkakan : tidak ada pembengkakan sinus
 Nyeri tekan : tidak ada
 Perdarahan : tidak ada pendarahan
 Sinus : tidak ada sinus
d. Mulut & Tenggorokan
 Warna bibir :
 Mukosa : lembab
 Ulkus :
 Lesi : tidak ada lesis
 Massa : tidak ada massa
 Warna lidah : merah muda
 Perdarahan gusi : tidak ada pendarahan gusi
 Karies : tidak ada karies
 Gangguan bicara : tidak ada
e. Telinga
 Bentuk : simetris
 Warna : sawo matang
 Lesi : tidak ada lesi
 Massa : tidak ada massa
 Nyeri : tidak ada nyeri
 Nyeri tekan : tidak ada
f. Leher
 Kekakuan : tidak ada
 Benjolan/massa : tidak ada
 Vena jugularis : tidak ada
 Nyeri : tidak ada
29

 Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan


 Keterbatasan gerak : tidak ada
 Keluhan lain : tidak ada
3. Thorak & Dada
 Jantung
- Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
- Palpasi tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada ICS V
midclavicula
Perkusi batas atas jantung ICS 2-3 terdengar pekak
- Auskultasi : tidak ada suara tambahan, S1 dan S2 terdengar tunggal
.
 Paru
- Inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada lesi & tidak ada benjolan pada
dada.
. Palpasi : : pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan
- Auskultasi : tidak ada wheezing
.
4. Payudara & Ketiak
 Benjolan/massa : .tidak ada benjolan
 Bengkak : .tidak ada bengkak
 Nyeri : .tidak ada
 Nyeri tekan : .tidak ada
 Kesimetrisan : .simetris
5. Punggung & Tulang Belakang

. tidak ada kelainan punggung


6. Abdomen
 Inspeksi .bentuk simetris, .bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa
 Palpasi. .tidak ada nyeri tekan
. Perkusi. bunyi tympani
. Auskultasi. Bising usus terdengar 12x/menit

7. Genitalia & Anus


 Inspeksi : :  tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, .
.
 Palpasi. -
.
8. Ekstremitas (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka, nyeri/nyeri
tekan, pergerakan)
 Atas : tidak ada nyeri tekan

 Bawah
.
9. Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)
. GCS 4/5/6
. ket : 4 = reflek baik, membuka mata dengan spontan
. 5 = system motorik baik, bicara dengan baik
. 6 = system sensorik baik, mengikuti apa yang diperintahkan

10. Kulit & Kuku


30

 Kulit : (warna, lesi, turgor, jaringan parut, suhu, tekstur, diaphoresis)


Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, turgor kulit hangat,
.
 Kuku : (warna, lesi, bentuk, CRT)
Warna kuku merah muda, tidak ada lesi, bentuk simetris, ....................................................................

T. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, USG, Rontgen, MRI)

Tanggal 22 April 2013 :


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Normal
GDS 106 mg/dl < 200
Creatinin 1,0 mg/dl 0,5 – 0, 9
HB 13,7 gr % 12 – 14
Leukosit 6,800 /mk 400 – 11000
Eosonofil 2,00 % 1,00 – 3,00
Eritrosit 3,60 juta/ml 4,60 – 5,50
Hematokrit 30,00 % 31,00 – 45,00
Trombosit 172,00 ribu/ml 150,00 – 450,00

U. Terapi (Medis, RehabMedik, Nutrisi)


Captopril 50 mg per 8 jam
Azilsartan (Edarbi) 40mg per hari
Atenolol (Tenormin) 50mg per hari

V. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya


Klien mengatakan klien ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang

W. Kesimpulan
Pasien berusia 60 tahun menderita hipertensi dengan keluhan kepala pusing, rasanya
cekot cekot, nyeri dibagian belakang kepala skala nyeri 5, nyeri di rasakan ketika
beraktivitas waktunya hilang timbul durasi sekitar 1 sampai menit

X. Perencanaan Pulang
 Tujuan Pulang.
 Transportasi pulang . dijemput keluarga dengan mobil pribadi.
 Dukungan keluarga. keluarga mendukung kepulangan pasien
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang. Menggunakan BPJS
 Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang. Diiibantu keluarga
 Pengobatan.rawat jalan
31

 Rawat jalan ke poli


 Hal hal yang perlu diperhatikan di rumah. Hindari makanan tinggi garam
 Keterangan lain

Malang,

Pengkaji
32

ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah keperawatan
1 DS : Peningkatan tekanan Nyeri akut
- Pasien mengatakan
vaskuler serebral
kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku,
tangan terasa
kesemutan.

DO :
- Pasien tampak
lemas, mata sulit
untuk di buka,
Tekanan darah
170/110 mmHg,
Nadi;
- 92 x/mennit,
pernapasan; 24
x/menit, suhu 36,8˚
c
33

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA KLIEN :
NO.REG :

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN

1 22 April 2013 Nyeri akut berhubungan


dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
34

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama / Usia : Tn.H Dx / No.Reg : Hipertensi / 287xxxx

No Tgl Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 22 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mempertahankan tirah baring 1. Meminimalkan
April berhubungan tindakan keperawatan selama fase akut. stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2013 dengan selama 3x24 jam nyeri 2. Berikan tindakan 2. Tindakan yang menurunkan
peningkatan hilang atau berkurang nonfarmakologi untuk tekanan vaskuler serebral dan
tekanan dengan kriteria hasil : menghilangkan sakit kepala yang memperlambat.
vaskuler  Skala neri : 0-1 (kompres dingin dan tehnik 3. Aktivitas yang meningkatkan
serebral  Melaporkan nyeri / relaksasi vasokontriksi menyebabkan sakit
ketidaknyamanan 3. Minimalkan aktivitas kepala.
hilang atau vasokontriksi yang dapat 4. Menurunkan atau mengontrol
terkontrol meningkatkan sakit kepala nyeri dan menurunkan rangsang
(mengejan saat BAB, batuk dan sistem saraf simpatis.
membungkuk).
4. Kolaborasi dengan tim dokter
pemberian analgesik.
35

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : __________________ Ruangan : ______________________ RM No. : _____________________Dx medis :
_____________________
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx Jam
1 22 April 2013
1. 07.00 1. Mempertahankan tirah baring selama fase S = Pasien mengatakan nyeri, dirasakan ketika beraktifitas,
akut. rasanya cekot-cekot, nyeri dibagian belakang kepala, skala
2. 08.00 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk nyeri 5, nyeri datang hilang timbul selama 1 sampai 2
menghilangkan sakit kepala (kompres menit
dingin dan tehnik relaksasi
3. 10.20 3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang O=
dapat meningkatkan sakit kepala (mengejan - Pasien tampak meringis kesakitan
saat BAB, batuk dan membungkuk). - TD = 200/100 mmhg,
4. 12.10 4. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian - Nadi = 80 x/menit,
analgesik. - Pernafasan = 20 x/menit
- Suhu = 36,8°C

A = Masalah belum teratasi

P = Lanjutkan intervensi
36

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : __________________ Ruangan : ______________________ RM No. : _____________________Dx medis :
_____________________
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx Jam
1 23 April 2013
1. 07.00 1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut. S = Pasien mengatakan masih terasa nyeri
2. 08.00 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk bila beraktifitas, rasanya cekot cekot di
menghilangkan sakit kepala (kompres dingin dan bagian belakng kepala, skala nyeri berkurang
tehnik relaksasi menjadi 3 nyeri datang hilang timbul, nyeri
3. 10.20 3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat dirasakan 1 sampai 2 menit
meningkatkan sakit kepala (mengejan saat BAB,
batuk dan membungkuk). O=
4. 12.10
4. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian - Pasien tampak meringis kesakitan
analgesik. - TD = 190/80 mmHg,
- Suhu = 36,9°C
- Pernapasan = 20 x/menit,

- Nadi = 60 x/menit

A = Masalah belum teratasi

P = Lanjutkan intervensi
37

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : __________________ Ruangan : ______________________ RM No. : _____________________Dx medis :
_____________________
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx Jam
1 24 April 2013
1. 07.00 1. Mempertahankan tirah baring selama fase S = Pasien mengatakan nyeri berkurang, nyeri
2. 08.00 akut. dirasakan ketika bergerak rasanya masih cekot-
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk cekot, dibagian belakang kepala, skala nyeri
menghilangkan sakit kepala (kompres berkurang menjadi 2, nyeri lama nyeri 1
3. 10.20 dingin dan tehnik relaksasi sampai 2 menit
3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala O=
4. 12.10 (mengejan saat BAB, batuk dan - Pasien tampak meringis kesakitan namun
membungkuk). tidak separah sebelumna
- TD = 160/80 mmHg,
4. Kolaborasi dengan tim dokter pemberian
- Nadi = 78 x/menit
analgesik. - Suhu = 36,9°C

- Pernafasan = 21 x/menit

A = Masalah belum teratasi

P = Lanjutkan intervensi
38
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan


melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan
kasus didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.H didapatkan hasil pasien
mengatakan pusing, tangan terasa kaku ( jimpe – jimpe ) serta perut
terasa mual dan ingin muntah, pasien juga tampak lemah dan menahan
rasa sakit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu: Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.Intolerasi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
3. Intervensi yang muncul dalam teori, tidak sepenuhnya dijadikan
intervensi oleh penulis, untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan
serebral intervensi yang penulis utamakan yaitu: pantau tekanan darah,
ajari teknik relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
terapi analgetik. Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, intervensi yang diutamakan yaitu: beri makanan sedikit tapi
sering. untuk diagnosa intoleransi aktivitas intervensinya yaitu: bantu
pasien dalam melakukan aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan pasien. Ada beberapa intervensi yang tidak
penulis cantumkan karena memang k Implementasikan yang penulis
lakukan untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral yaitu:
menanyakan keluhan pasien, mengukur tanda – tanda vital,
memberikan tindakan nonfarmakologis ( melakukan pijitan pada
pundak ). Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
implementasi yang dilakukan: memberikan makanan pada pasien,
memotivasi pasien, memberikan snack tambahan. Untuk diagnosa

39
intoleransi aktivitas

40
41

implementasi yang dilakukan adalah: membantu memenuhi kebutuhan


pasien, menganjurkan keluarga untuk membantu dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tidak semua intervensi mampu dilaksanakan
penulis karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis untuk
melakukan tindakan keperawatan.
4. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
tiga hari mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan pasien.
Diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral masalah teratasi sebagian,
diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah sudah
teratasi, diagnosa intoleransi aktivitas masalah sudah teratasi sebagian.
4.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami
beberapa hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari
berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat
pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan
kepada:
1. Pasien agar lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak
melakukan hal-hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat.
Bila dirumah harus dapat menjaga diri agar tidak terjadi komplikasi
yaitu penyakit stroke.
2. Untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus ada kerjasama antara
perawat ruangan dan keluarga agar selalu memberikan informasi
tentang perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan
kesehatan pada keluarga yang paling sederhana dan senantiasa
memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola makan,
jangan terlalu banyak pikiran, dan jangan lupa untuk berolahraga..
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Lany. (2013). Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Doengoes, Marilynn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran

Aziza, Lucky. 2014. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.

Smeltzer dan Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek


Klinis. Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

42

Anda mungkin juga menyukai