Anda di halaman 1dari 14

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah atman dan pada hakikatnya”atman” itu adalah brahman. Manusia tidak
mempunyai kehidupan pribadi dan tidak mempunyai tanggung jawab perseorangan.Karena
disesatkan oleh avidya (ketidaktahuan),manusia menganggap gejala-gejala kosmis itu sebagai
suatu kenyataan.Jika manusia telah melebur ke dalam brahman,maka lenyaplah segala
perbedaan.Maka taka ada artinya lagi perbedaan antara kebenaran dengan keburukan,antara
baik dengan jahat.Dalam konsep hindu manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan
jiwa(atman) menjadikan ia secara psikopis terus berkembang.Secara kosmologis,manusia
yaitu berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya yang sering disebut mikrokosmos(bhuana alit)
yang merupakan perwujudan dari makrokosmos(bhuana agung).Manusia juga dikatakan
sebagai mahluk tri pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu
berpikir,berkata,dan berbuat.dengan kemampuan berpikir,berkata,dan berbuat,manusia
melakukan perbuatan baik dan dan perbuatan buruk yang disebut subha karma dan asubha
karma.
Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma,manusia mampu
menolong dirinya sendiri,mengangkat dirinya dari kesengsaraan.Secara umum manusia
senang pada keindahan,baik itu keindahan alam maupun seni,dan yang merupakan musuh
besar manusia menurut agama hindu yaitu sad ripu.Sad ripu ini berada didalam diri setiap
manusia dimana sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi
Watak dan perilaku manusia.Sad ripu tidak bias kita hilangkan karena begitu melekat
dalam diri manusia.Satu-satunya cara adalah dengan mengendalikannya.Untuk itu,kita harus
bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan didalam diri.Jika
hati kita tenang,maka pikiran pun akan tenang untuk mengahasilkan pemikiran-pemikiran
yang jernih.dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa pengertian manusia menurut agama hindu?
1.2.2 Bagaimana konsep manusia hindu?
1.2.3 Apa tugas dan kewajiban manusia dalam agama hindu?
1.2.4 Bagaimana martabat manusia dalam agama hindu?

1
1.2.5 Apa tujuan hidup manusia menurut agama hindu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manusia menurut agama hindu.
1.3.2 Untuk mengetahui tahap dan kewajiban manusia dalam agama hindu.
1.3.3 Untuk mengetahui martabat manusia dalam agama hindu.
1.3.4 Untuk mengetahui tujuan hidup manusia menurut agama hindu.
1.4 Metode penulisan
Makalah yang berjudul ”Manusia Hindu” penulis susun dengan menggunakan metode
kepustakaan. Penulis menggunakan situs-situs internet yang terkait dengan makalah
“Manusia Hindu” sebagai bahan untuk penulisan makalah.

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Manusia Hindu


Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari
manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia memiliki
kesempurnaan peralatan yang mengatur dirinya menemui penciptanya yaitu Sang Hyang
Widi Wasa.
Demikian pula dalam Manawa Dharmasastra dikatakan bahwa manusia secara
etimologis berasal dari bahasa Sansekerta, manushya , dimana manu (berarti pikiran) dan sya
(menunjukkan sifat dari kata benda yang didekatinya, sehingga manusia diartikan menjadi: ia
yang memiliki pikiran dan menggunakan akal pikiran. Manusia mempunyai kesempurnaan
untuk mengatur dirinya sendiri untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Sarasamuccaya, I.2 : disebutkan bahwa Dari sedemikian banyak mahluk
hidup yang dilahirkan, sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk,
mempunyai kemampuan untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik,
demikianlah pahalanya menjadi manusia.
Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Tubuh mempunyai
wujud nyata bersifat fana. Sedangkan atma itu bersifat kekal. Ini dinyatakan dalam petikan
Bagawad Gita II.20: yang diartikan sebagai berikut : Apa yang tak pernah ada, apa yang
ada tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah berhenti ada. Keduanya hanya
bisa dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati, juga
setelah ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati
dikala tubuh jasmani tiada.
Dalam zaman Brahmana , diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama adalah bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Bagian yang
tampak terdiri dari lima unsur : rambut, kulit, daging, tulang dan sumsum. Bagian yang tidak
nampak terdiri dari unsur-unsur penentu hidup, yaitu : nafas –prana atau atman-, akal –budi- ,
pemikiran – manas-, penglihatan –caksu-, dan pendengaran –srotra-.
Manusia mempunyai:
· lima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa;
· lima alat bertindak, yaitu : tangan, alat melahirkan, alat pengeluaran, kaki dan lidah;
· lima skandha, yaitu : rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana.

3
Rupa merupakan kerangka anatomis, alat badani atau tubuh manusia; Wedana adalah
perasaan yang badani maupun yang rohani, menyenangkan atau tidak; sanna pengamatan dari
segala macam baik rohani maupun jasmani; sankhara merupakan skanda yang sangat
kompleks mampu menyusun khayalah; dan winnana adalah kesadaran. Kelima skandha
ini merupakan jiwa yang sebenarnya, baik bersama sama maupun sendiri-sendiri.
Atman diselubungi oleh lapisan-lapisan, yaitu (1) annamana, lapisan tubuh sebagai
selubung jasmani, (2) pranayama, lapisan selubung nafasi , (3) manomaya, lapisan selubung
akali, (4) widnyanamaya, sebagai lapisan kesadaran, dan (5) anandamaya, sebagai lapisan
dalam atman dalam keadaan bahagia sebagai intisari manusia.
Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki
karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya
yaitu moksa. Disini, pada hakekatnya, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya
sendiri. Sehingga secara mudah dapat dikatakan bahwa pilihan itu ada pada manusia itu
sendiri. Mau menuju ke arah yang lebih baik, atau menuju ke arah yang lebih buruk.
Dalam konteks Psikologis hakekat manusia juga relevan bila dikaitkan dengan
hakekat manusia menurut agama Hindu Dalam tinjauan psikologis, hakekat manusia adalah
sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3. Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya. Long life development
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati,
6. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
7. Individu yang sangat dipengaruhi dan mempengaruhin oleh dan kepada lingkungan
turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial

4
Bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melaluipendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia
dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dengan kepribadian yang baik manusia
dapat menjalankan swadarmanya sebagai umat Hindu.
Dari tinjauan ini terlihat bahwa hakekat manusia dari versi agama Hindu, sejalan dengan
tinjauan psikologis manusia, yang pada hakekatnya menuju yaitu minmal sama-sama menuju
perbaikan dan memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya.
Tinjauan Biologi : Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu",
Dikaitkan dengan Ia yang mempunyai pikiran, maka sangat erat konteksnya, bahwa manusia
itu merupakan makhluk yang memiliki pikiran, serta mahluk yang memiliki pengetahuan atau
tahu.
Manusia merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling
sempurna karena dilengkapi otakberkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dalam agama. Dalam agama Hindu
telah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia terdiri dari badan kasar, jiwa dan atma.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan dan dikelompokkan berdasarkan
bahasanya, komunitas organisasi mereka dalam masyarakat, perkembangan teknologinya,
dan kemampuannya untuk membentuk kelompok dalam memberi dukungan satu sama
lainnya.

2.1.1 MANU (HINDU)

Dalam agama Hindu, Manu adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun
zaman dalam satu kalpa. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu.
Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan diperintah oleh Manu ketujuh yang bergelar
Waiwaswata Manu.

Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, yang dianggap sebagai kakek moyang
manusia. Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu
dari Manu disebut Manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu), merujuk kepada

5
manusia zaman sekarang. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan
pria dan wanita pertama di dunia, sama seperti Adam dan Hawa dalam agama Yahudi,
Kristen dan Islam.

Waiwaswata Manu, atau Manu yang sekarang, dikatakan merupakan putra dari Surya
(Wiwaswan), yaitu dewa matahari menurut mitologi Hindu. Waiwaswata Manu terlahir pada
zaman Satyayuga dan mendirikan kerajaan bernama Kosala, dengan pusat pemerintahan di
Ayodhya. Ia memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu (Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga,
Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru (Persadra), dan Nabagarista. Dalam kitab
Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang menyelamatkan umat manusia dari bencana air
bah setelah mendapat pesan dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara).

MANWANTARA

Menurut agama Hindu, keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu kalpa
berlangsung selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat belas Manwantara (siklus
Manu). Setiap Manwantara diperintah oleh seorang Manu. Menurut Purana, enam
Manwantara telah berlalu dan Manwantara yang ketujuh sedang berlangsung. Manwantara
yang sekarang diperintah oleh Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan
terjadi di masa depan, dan dipimpin oleh seorang Manu yang baru. Daftar para Manu
dipaparkan di bawah ini:

Manwantara Manu
I Swayambu
II Swarocisa
III Utama
IV Tamasa
V Raiwata
VI Caksusa
VII Waiwaswata
VIII Sawarni
IX Daksasawarni
X Brahmasawarni
XI Darmasawarni

6
XII Rudrasawarni
XIII Rocya atau
Dewasarni
XIV Botya atau Indrasawarni

2.2 Konsep Manusia Hindu


Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan
rohani. Dimana jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat
Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan
yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira.
Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha
Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau
Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau
alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut
Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk
didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat
unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa,
Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman
sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi
manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk
lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep.
Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki
bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan
mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh
manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan
manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran
dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Dengan pikirannya, manusia
diharapkan mengetahui asal, tujuan, tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini
maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap
tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran
dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk

7
makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa
berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini
dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang
terpisah dengan atman yang sejati.

2.3 Tugas Dan Kewajiban Manusia Hindu


Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, laki
dan perempuan. Juga adalah penggolongan berdasarkan usia, mulai
dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Dalam Agama Hindu dikenal dengan tahapan pembelajarannya dimasyarakat, yang dikenal
dengan catur asrama: yaitu : brahmacari, grhasta, wanaprasta, dan biksuka.
Pada hakekaktnya manusia diciptakan tuhan untuk mencapai kebahagiaan, yang sudah
tentu akan sangat dipenagruhi oleh amal ibadahnya sendiri karena manusia, merupakan
makhluk ciptaan tuhan yang tiggi derajatnya yang diperkenankan untuk menentukan
karmanya sendiri.
Dalam Bhagawad Gitta III.10, mengenai penciptaan manusia ini, walau masih samar-
samar dijelaskan bahwa: Dahulu Kala Sang Hyang Widhi menciptakan manusia dengan
jalan Yadnya, dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan
kebahagiaan atau khamaduk sesuai dengan keinginanmu.
Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang
tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan
tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama
yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-
ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki
tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia
mampu membuat kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan
kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan
yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya keseimbangan alam
semesta. Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi
samudera kehidupan ini, memilah dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut
dihindari dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama.

2.3.1 Yadnya

8
Yadnya (yajna) dapat juga diartikan korban suci, yaitu korban yang didasarkan atas
pengabdian dan cinta kasih. Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah satu contoh
perbuatan Hyang Widhi yang telah menciptalan alam semesta dengan segala isinya dengan
yadnya-Nya. Yadnya adalah cara yang dilakukan untuk menghubungkan diri antara manusia
dengan Hyang Widhi beserta semua manifestasinya untuk memperoleh kesucian jiwa dan
persatuan Atman dengan Paramatman. Yadnya juga merupakan kebaktian, penghormatan dan
pengabdian atas dasar kesadaran dan cinta kasih yang keluar dari hati sanubari yang suci dan
tulus iklas sebagai pengabdian yang sejati kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Adapun pembagian dari Panca Yadnya adalah sebagai berikut :

1. Dewa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan
para dewa-dewa.
2. Butha Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan
unsur-unsur alam.
3. Manusa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada
manusia.
4. Pitra Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas bagi manusia
yang telah meninggal.
5. Rsi Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para
orang suci umat Hindu.

Manusia merupakan salah satu titik sentral, dalam yadnya di dalam yadnya yang
dilakukan umat manusia sebagai kewajibannya dalam memperbaiki taraf kehidupan dalam
kehidupan ini. Yadnya tersebut adalah Manusa Yadnya. Diantara manusia yadnya yang kita
lakukan sehari-hari adalah sebagai berikut :
(1) Berbuat baik sesama manusia,
(2) Menghormati sesaama manusia (tamu),
(3) Memberikan dana punia dan
(4) menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga.
Keempat cara melakukan manusia yadnya tersebut, pada hakekatnya adalah
melakukan pengorbanan secara tulus ikhlas kepada sesama manusia, dalam keluarga maupun
kepada luar keluarga. Dalam yadnya ini sangat banyak etika yang perlu kita perhatikan. Pada
kegiatan berbuat baik kepada sesama manusia, dapat kita terapkan etika-etika : trikaya
parisuda; ahimsa, tat wam asi, dll.

9
Menghormati sesama manusia, dengan memberikan suguhan semampu kita kepada
tamu, dalam aswameda parwa dikisahkan akan lebih bermakna dibandingkan dengan pesta
besar yang dilakukan kerajaan –Pandawa-.
Tentang Memberikan Dana Punia, dibahas dalam Bagawad Gita XVIII.20 : menyebutkan
bahwa : Pemberian dana punia hendaknya dilakukan dengan tanpa menharapkan
balasan, dan diberikan kepada orang yang patut menerimanya. Terkait dengan orang
yang patut menerima dana punia ini disebutkan pada Sarasamuscaya sloka 187 : orang
yang diberikan dana punia adalah orang yang miskin, sulit memperoleh makanan, dan
berkelakuan baik.
Terkait dengan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga, sudah
merupakan tugas seorang manusia yang berkeluarga, dengan memenuhi kebutuhan sesuai
dengan jenjang kebutuhan Maslow. Hirarki Kebutuhan Manusia menurut Maslow:
(1) Kebutuhan phisiologis,
(2) Kebutuhan Keamanan,
(3) Kebutuhan Sosial,
(4) Kebutuhan penghargaan,
(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Pemenuhan kebutuhan ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang
mengikuti kemajuan kehidupan kita. Kegiatan Dana Punia dan yadnya ini juga dilakukan
dengan melaksanakan upacara-upacara yang terkait dengan tahapan umur manusia Hindu,
sejak lahir sampai meninggal.

2.3.2 Catur Marga Yoga


Catur Marga ialah empat jalan atau cara mengamalkan agama Hindu (Veda) dalam
kehidupan dan dalam bermasyarakat. Oleh karena keadaan dan kemampuan lahir-batin umat
Hindu tidak semua sama maka Veda mengajarkan Catur Marga (empat jalan) agar semua
umat dapat beragama sesuai kemampuannya.
Bagian-bagian Catur Marga antara lain :

1. Bhakti Marga : Mengamalkan agama dengan melaksanakan bhakti/sembahyang, cinta


kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan, baik sesama manusia maupun dengan makhluk
lain yang lebih rendah dari manusia yang disertai sarana bhakti. Jadi apabila orang telah
bersembahyang dan hidup kasih sayang terhadap sesama makhluk itu berarti telah
mengamalkan ajaran Veda melalui jalan bhakti

10
2. Karma Marga : Mengamalkan agama dengan berbuat Dharma atau kebajikan
seperti mendirkan tempat suci (pura) dan merawatnya, menolong orang yang kesusahan,
melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga/ anggota masyarakat dan berbagai
kegiatan sosial (subhakarma) lainnya yang dilandasi dengan ikhlas dan rasa tanggung
jawab. Itulah pengalaman agama dengan kerja (karma).
3. Jnana Marga : Mengamalkan agama dengan jalan mempelajari, memahami,
menghayati, menyebarkan agama dan ilmu pengetahuan-ketrampilan (IPTEK) dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi berdiskusi, memberi ceramah atau menyebarkan ajaran
agama, mengajarkan ketrampilan positif berarti sudah mengamalkan agama melalui
Jnana Marga.
4. Raja Marga : Mengamalkan agama dengan melakukan Yoga, bersemadi,
tapa atau melakukan Brata (pengendalian diri) dalam segala hal termasuk upawasa
(puasa) dan pengendalian seluruh indria.

2.4 Martabat Manusia Hindu


Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah
keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan martabat manusia
Hindu, juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan
penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi; Profesi, swadarma dalam implementasi
ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam hidup bermasyarakat; dan
penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian
tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama,
Mokhsa.
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu : (1) jalan prajapati, dan
(2) jalan yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga,
dan Bakti marga. Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga. Keempat
jalan ini sering juga kita kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1)
Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3) Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.

2.5 Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu


Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-
masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang

11
jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan
hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual. Tujuan duniawi berupa keinginan untuk
mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk
bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Agama Hindu memberikan tempat
yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama
Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah“, yang
berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan
ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa
artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia.

2.5.1 Dhrama

Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir).
Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma
berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama.
Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan
hidup berikutnya.

2.5.2 Artha

Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut
uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya
manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan
rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?

Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan
sesuai dengan moral agama.

2.5.3 Kama

Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan
kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai
prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi
(re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami
dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus

12
dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup
kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.

2.5.4 Moksa

Moksa dapat dicapai oleh seseorang baik selama ia masih hidup (disebut : Jivam
Mukta), maupun setelah meninggal dunia (disebut : Videha Mukta). Jika selama masih hidup
seseorang itu mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi,
kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas
dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk (eka-
atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta (sarva-atma-bhava-darsana).
Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan kesadaran bahwa brahman-lah atman yang
ada didirinya (brahmanbhavana). Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah
proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai
mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).

13
BAB III
Penutup

3.1 Simpulan
Dalam persepsi Hindu, manusia berasal dari manushya yang berarti makhluk hidup
yang mempunyai pikiran. Manusia mempunyai kesempurnaan untuk mengatur dirinya sendiri
untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Hindu, Manu
adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa. Ada empat
belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu.

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan
rohani. . Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula
Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau
Bhuana Sarira yang terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja,
Bayu, Akasa.

Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan
hidup manusia. Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga
adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia, yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa.
Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang
tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tugas dari
Manusia Hindu dituangkan dalam kegiatan Yadnya, yang terdiri dari Panca Yadnya yaitu
Dewa Yadnya, Butha Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya dan Rsi Yadnya. Selain tugas,
agama Hindu berkewajiban dalam mengamalkan ajaran Hindu yang dijabarkan pada Catur
Marga Yoga, yaitu Bakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan Raja Marga.

14

Anda mungkin juga menyukai