Anda di halaman 1dari 1

Undang – Undang Nomor 12 tahun 1948 Pasal 10 Ayat 1

Undang – Undang Nomor 12 tahun 1948 pasal 10 ayat 1 mengatakan : “ Buruh tidak boleh
menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. Jikalau pekerjaan
dijalankan pada malam hari atau berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan buruh, waktu kerja
tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35 jam seminggu.”

Dalam pasal ini ditetapkan waktu kerja maximum dan waktu istirahat. Apabila kita mengingat
masa pembangunan negara yang kita hadapi, dan ternyata mempergunakan pekerjaan buruh di
negeri kita pada umumnya masih belum rasionil, maka penetapan waktu kerja dan istirahat yang
tertera pada pasal 10 Ayat 1 menggambarkan dengan cukup jelas maksud pemerintah untuk
mempertinggi derajat penghidupan dan kecerdasan buruh.

Namun pada kenyataannya, masih banyak perusahaan yang memperkerjakan para pekerja
melebihi batas jam kerja yang telah ditetapkan. Hal tersebut bisa saja diperbolehkan dengan
syarat harus mendapatkan izin dari Departemen Tenaga Kerja sebagaimana diatur dalam pasal 12
ayat 1 peraturan pemerintah No 4 tahun 1951 pasal II sub pasal 2 yang berbunyi sebagai berikut :
“Dengan izin dari kepala jawatan perburuhan atau yang ditunjuk olehnya, bagi perusahaan yang
penting untuk pembangunan negara, majikan dapat mengadukan aturan waktu kerja yang
menyimpang dari pasal 10 ayat 1, kalimat pertama ayat dua dan tiga Undang – Undang kerja
tahun 1948.

Dalam surat keputusan izin penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat dicantumkan pula
syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pihak pengusaha. Pengaturan tentang kerja lembur
tersebut diatur dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 608/MEN/1989 tentang : “
Pemberian izin penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat bagi perusahaan – perusahaan
yang memperkerjakan pekerjaan 9 jam sehari dan 54 jam seminggu “.

Anda mungkin juga menyukai