Anda di halaman 1dari 17

PPH 24

ATURAN DAN DASAR HUKUM

UU
➢ UU No.6 Tahun 1983 sttd UU UU No. 16
Tahun 2009 (KUP)
➢ UU No.7 Tahun 1983 Sttd UU No.
04
NOMOR 36 TAHUN 2008 (PPh) 02 03

01
PMK
➢ 192/PMK.03/2018 (PELAKSANAAN PENGKREDITAN
PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI)

1
PENGERTIAN

PPh Pasal 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh WP dalam negeri. Pajak yang sudah dibayar
tersebut boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-Undang ini dalam
tahun pajak yang sama.

2
ILUSTRASI
Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri
Pasal 24 Pasal 26
Luar Negeri
Indonesia
WAJIB PAJAK
Pasal 23 BADAN Pasal 23

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya (xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal xxx Pasal 9
Penghasilan Kena Pajak xxx
Pajak Terutang xxx
Pasal 22, 23, Pasal 17
Pajak dibayar dimuka (xxx)
24, 25
Pajak yang harus dibayar xxx Pasal 29

3
KETENTUAN UMUM

Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak


penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan
pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang
PPh

Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang


dikreditkan ternyata kemudian dikurangkan atau
dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut
Undang-undang PPh harus ditambah dengan
jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau
pengembalian itu dilakukan.

4
KETENTUAN LANJUTAN

Unsur penghasilan yang dikenai pajak bersifat final tidak


diperhitungkan sebagai penambah penghasilan dalam
negeri.

Kerugian di luar negeri tidak diperhitungkan sebagai


pengurang penghasilan total.

Jika beban pajak yang dibayarkan di luar negeri


melebihi nilai yang boleh dikreditkan, maka atas
selisih antara kedua nilai tidak dapat
dikompensasikan di tahun fiskal mendatang.

5
KETENTUAN KHUSUS
WPDN dikenai PPh atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam suatu Tahun Pajak, termasuk penghasilan
yang diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan
di luar negeri.

Dalam hal WPDN dikenai PPh Luar Negeri atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber
penghasilan di luar negeri maka PPh Luar Negeri
tersebut dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan
yang terutang di Indonesia.

Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, WPDN


wajib melakukan penggabungan penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di
luar negeri dengan penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari sumber penghasilan di
6 Indonesia.
OBJEK PENGGABUNGAN PENGHASILAN

Penghasilan dari usaha.

Penghasilan-penghasilan lainnya.

Penghasilan berupa dividen sebagaimana


dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) UU PPh,
ditetapkan sesuai KMK

Penggabungan dilakukan dalam tahun pajak


diperolehnya penghasilan tersebut .
7
BATAS KREDIT MAKSIMUM
Besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan
ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit di
antara:
a. jumlah pajak penghasilan yang seharusnya terutang,
dibayar, atau dipotong di luar negeri dengan
memperhatikan ketentuan dalam P3B, dalam hal
terdapat P3B yang telah berlaku efektif;
b. jumlah PPh Luar Negeri; dan
c. jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan
antara penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
sumber penghasilan di luar negeri terhadap
Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan Pajak
Penghasilan yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak,
paling tinggi sebesar Pajak Penghasilan yang
terutang tersebut.
8
METODE PERHITUNGAN KREDIT

𝑷𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏_𝑵𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂_𝑿
Metode perhitungan kredit pajak luar negeri = 𝒙 𝑷𝑷𝒉 𝑻𝒆𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈
𝑷𝑲𝑷

Catatan:
➢ PKP dapat bernilai sama dengan penghasilan netto bagi WP badan, namun tidak bagi OP.
➢ Nilai pajak dikreditkan tidak dapat melebihi beban pajak sesuai pasal 17.

9
CONTOH KASUS

PT X berkedudukan di Jakarta memperoleh penghasilan neto


dalam tahun 2015 adalah sbb :
➢ Penghasilan neto fiskal dari dalam negeri sebesar
Rp8.000.000.000,00.
➢ Dari Exxon Ltd (Belanda) memperoleh dividen Rp
2.000.000.000,00, dimana tarif PPh 30%
PPH TERUTANG

Perhitungan Kredit PPh Luar Negeri-nya adalah sbb :


Penghasilan neto fiskal dalam negeri Rp 8.000.000.000
Penghasilan dividen dari Belanda Rp 2.000.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp 10.000.000.000
Perhitungan PPh Terutang :
25% x Rp 10.000.000.000 Rp 2.500.000.000
BATAS MAKSIMUM KREDIT

𝑅𝑝 2.000.000.000
Kredit pajak luar negeri = x Rp 2.500.000.000
𝑅𝑝 10.000.000.000
= Rp 500.000.000
PPh dipotong di BLN = 30% x Rp 2.000.000.000
= Rp 600.000.000
Maka besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah sebesar
Rp500.000.000
CONTOH KASUS

Budi (K/3) seorang pengusaha bertempat tinggal di Jakarta


memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2015 adalah sbb
:
➢ Penghasilan neto fiskal dari dalam negeri sebesar
Rp8.000.000.000,00.
➢ Dari Chartered Ltd (Singapura) memperoleh dividen Rp
2.000.000.000,00, dimana tarif PPh 20%
PPH TERUTANG
Perhitungan Kredit PPh Luar Negeri-nya adalah sbb :
Penghasilan neto fiskal dalam negeri Rp 8.000.000.000
Penghasilan dividen dari Singapura Rp 2.000.000.000+
Jumlah Penghasilan Neto Rp 10.000.000.000
PTKP Rp 72.000.000-
PKP Rp 9.928.000.000
Perhitungan PPh Terutang :
5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000 Rp 62.500.000
30% x Rp 9.428.000.000 Rp 2.828.400.000+
Total Rp 2.923.400.000
BATAS MAKSIMUM KREDIT

𝑅𝑝 2.000.000.000
Kredit pajak luar negeri = x Rp 2.923.400.000
𝑅𝑝 10.000.000.000
= Rp 584.680.000
PPh dipotong di SGP = 20% x Rp 2.000.000.000
= Rp 400.000.000
Maka besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah sebesar
Rp 584.680.000

Anda mungkin juga menyukai